Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kelas Kata

1. Pengertian kelas kata

Kata meupakan unsur yang paling penting di dalam bahasa. Setiap


kata mengandung konsep makna dan mempunyai peran dalam
pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran yang dimiliki tergantung dari
jenis atau macam kata-kata itu dan penggunaannya dalam kalimat.
Kelas kata (jenis kata) adalah golongan kata dalam satu bahasa
berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem
gramatikal. Fungsi kata menurut Widjono1 adalah sebagai berikut :

a. Melambangkan fikiran atau gagasan yang abstrak menjadi


konkret;

b. Membentuk bermacam-macam struktur kalimat;

c. Memperjelas makna gagasan;

d. Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat;

e. Membentuk gaya pengnkapan sehingga menghasilkan karanga


yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain;

f. Mengungkapkan berbagai jenis exspresi, antara lain berita,


perintah, penjelasan, argumentasi , pidato, dan diskusi;

g. Mengunngkapkan berbagai sikap, misalnya setuju, menolak,


dan menerima;

2. Macam-macam kelas kata

Dilihat dari konsep makna yang dimiliki serta perannya, kata


dibedakan menjadi dua jeni, yaitu sebagai berikut:

a. Kata benda (nomina)

Berdasarkan bentuknya, kata benda dibedakan atas kata benda


dasar (seperti mobil, meja, pohon) dan kata kata benda turunan
(seperti kekasih, pembalap, pengacara).

b. Kata ganti

1
Widjono, Bahasa Indonesia, 63.
Kata ganti (pronomina) adalah kata yang dipakai untuk mengacu
ke benda lain yang berfungsi untuk menggantikan kata benda.
Biasanya, kata benda yang menyatakan orang sering diganti
kedudukannya dalam suatu tuturan yang disebut dengan kata ganti.

c. Kata kerja (verba)

Ciri kata kerja biasanya dapat diikuti oleh frasa baik yang
menyatakan alat, keadaan, penyerta. Beberapa contoh kata kerja
misalnya mencuci (dengan deterjen), berbicara (dengan hati-hati),
berangkat (dengan teman-teman). Kata kerja seperti ini berupa kata
kerja dasar dan kata krja berimbuhan.

d. Kata sifat (adjective)

Kata yang menerangkan suatu keadaa. Misalnya, sehat, baik, nakal,


sedikit, besar, panjang, ringan, dan sebagaimana yang disebut kata
sifat.

e. Kata sapaan

Kata sapaan merupakan kata-kata yang digunakan untuk menegur,


menyapa, atau menyebut orang yang diajakak berbicara. Misalnya,
Bapak, Ibu, Saudara, Adik.

f. Kata sandang (artikula)

Kata yang berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif


seperti si, sang. Misalnya dalam kalimat Si Pitung sedang beraksi.

g. Kata petunjuk (demonstatifa)

Kata-kata yang digunakan untuk menujuk sesuatu disebut kata


petunjuk misalnya kata ini dan itu. Kata petunjuk ini biasanya
digunakan untuk menunjuk yang didekat pembicara. Misalnya,
buku ini sudah menjadi milik saya;

h. Kata bilangan (numeralia)

Kata bilangan ini merupakan kata yang dipakai untuk menghitung


atau menyatakan jumlah, nomor, urutan, atau himpunan.

i. Kata depan (preposisi)

Kata-kata yang digunakan di muka kata benda untuk merangkai


kata benda bagian kalimat lain disebut kata depan. Dilihat dari
fungsinya, kata depan dapat menyatakan tempat berada (di, pada,
dalam, antara),

j. Kata penghubung (konjungsi)

Kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata,


klausa, atau kalimat dengan kalimat. Misalnya, dan, karena, ketika.

k. Kata keterangan (adjective)

Kata keterangan merupakan kata yang digunakan untuk emberikan


penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat lain yang sifatnya
tidak menerangkan keadaan atau sifat. Berikut contoh kata
keterangan :

1) Barangkali ia sakit hari ini.

2) Tampaknya, gadis itu cantik sekali.

3) Para tamu berdatangan dari kota lain.

4) Rasanya, dia bukan orang yang baik

5) Orang tuanya akan datang.

l. Kata tanya (interogativa)

Kata yang digunakan sebagai pembantu dalam kalimay tanya yang


menyatakan pertanyaan. Misalnya, apa, siapa, mengapa,
bagaimana, berapa.

m. Kata seru (interjeksi)

Kata seru digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin karna


kaget, terharu, kagum, marah, atau sedih. Misaknya, hah, nah, oh,
wah, masyaAllah, alhamdulillah, astaga.

n. Fatis

Dalam berdialog atau wawancara, pada umumnya digunakan kata-


kata untuk memulai, mempertahankan atau mengukuhkan
pembicaraan. Misalnya ah, ayo, kok, mari, nah.

o. Partikel
Kata yang digunakan untuk menegaskan suatu pertanyaan disebut
dengan partikel penegas. Misalnya, lah, kah, tah, pun itu permasuk
partikel penegas.

B. Frasa

Yang dimaksudkan frasa di sini adalah penggabungan dua kata atu lebih
yang bersifat nonpredikatif yang merupakan setu kesatuan dan menjadi
salah satu unsur atau fungsi kalimat. Frasa dibedakan atas.

1. Frase setara

Frase setara yaitu frase yang kedudukan kedua unsurnya sama


derajatnya.

2. Frase bertingkat

Frase bertingkat adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak


sama.

3. Dan frase terpadu.

Frase yang kedudukan kedua unsunya tidak dapat ditanggalkan sama


sekali.

Berikut ini adalah contoh frase dalam kalimat.

Frase Setara Frase Bertingkat Frase Terpadu

Ternyata, ayah dan ibu Mereka sudah Ibu baru pulang dari
sudah berangkat dari mendirikan koperasi kantor
tadi.
Ia sedang berjualan di
Gadis itu tampak pasar
cantik jelita

Dilihat dari fungsi dan jenisnya, frase dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Frase benda/ nominal (FB)

Frase benda, yaitu yang digunakan menjadi subjek atau objek di dalam
kalimat yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda ke kiri
dan ke kanan.

2. Fras kerja/ verba (FK)


Frase verbal, yaitu kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja
yang lazimnya menjadi unsur predikat di dalam kalimat.

3. Frase sifat/ adjektiva (FS)

Frase sifat, yaitu kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau
keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain
yang berfungsi menerangkan.

4. Frase depan (preposisi) dan frase keterangan (adverbal)

Frase depan, yang biasa menjadi unsur keterangan dalam kalimat


mempunyai struktur unsur pertama berupa kata depan dan unsur kedua
merupakan kata benda. Frase keterangan adalah kelompok kata yang
dibentuk dengan kterangan kata sifat.

C. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Fakta yang berkembang saat ini menunjukkan bahwa para pemakai


bahasa indonesia belum begitu paham dan masih terasa belum mantap
dalam pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).2
Berbicara masalah ejaan selalu berkaitan dengan masalah penulisan huruf
besar, penulisan kata, penulisan unsur srapan tanda baca. Dalam kegiatan
tulis-menulis, ejaan memiliki peran yang sangat penting. Penggunaan
ejaan yang tidak tepat dapat menybabkan sulit dipahami.3

A. Pengrtian Ejaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa yang


dimaksud dengan ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.4

Ejaan adalah kaidah atau peraturan penulisan bahasa. Tulisan yang


dihasilkan melalui pelanggaran kaidan ejaan, tentu termasuk tulisan
yang salah.5

2
Hal itu dapat dilihat kenyataannya dalm surat kabar, dilayar TV, di dalam skripsi Mahasiswa, dan
di dalam makalah-makalah tenaga edikatif di perguruan tinggi. Penyebab utamanya adal
kebiasaan berbahasa asal dapat dimengerti yang menyangkut segala aspek pemakaian bahasa.
Lihat dalam Kunardi Hardjoprawiro, Pembinaan Pemakaian Bahasa Indonesia, (Surakarta; UNS
Press, 2005), 65.

3
Zuchridin Suryawinata dan Imam Suyitno, Bahasa Indonesia untuk Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Malang;YA3,1991),1.

4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka,1991), 250.
B. Macam-macam Ejaan dalam bahasa Indonesia

1. Ejaan van Opuijsen

Pada tahun1901, ejaan bahasa melayu dengan huruf Latin,


yang disebut dengan Ejaan van Opuijsen, ditetapkan.

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947, ejaan Soewandi diresmikan


menggantikan ejaan van Opuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui
sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut:

a. Huruf OE diganti dengan U

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan K

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2

d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai


dengan kata yang mengikutinya.

3. Ejaan Melindo

Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dengan


Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua)
menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).

4. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 16 Agsutus 1972, Presiden Indonesia


meresmikan pemakaian ejaan Bahasa Indonesia. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, sebagai
patokan pemakkaian ejaan itu. Pada ytahun 1987, kedua pedoman
tersebut direvisi, edisi revisi dikuatkan dengan surat Menteri
Pendidikan dan Kebudayaa. Sehubungan dengan Ejaan Bahasan
Indonesia Yang Disempurnakan sebagai berikut:

a. Perubahan huruf

5
Asul Wiyanto, Trampil Menulis Paragraf (jakarta: Grasindo, 2004), 14.
Ejaan Soewandi Ejaan Yang Disempurnakan

Djalan, djauh Jalan, jauh

b. Huruf-huruf dibawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat di


Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing,
diresmikan pemakaianya. Misalnya, huruf F (maaf, fakir), V
(valuta, universitas), Z (zeni, lezat).

c. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta


tetap dipaka seperti a : b = p : q, Sinar-X

d. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai


kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau
ke sebagai kata depan situlis bterpisah dengan kata yang
mengikutinya.

e. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh


menggunakan angka 2. Misalnya, anak-anak.

C. Aturan-aturan dalam Ejaan Bahasa Indonesia Yang


Disempurnakan

1. Penulisan Singkatan Gelar Akademis

Singkatan Gelar Akademis dengan menyingkat huruf pertamanya


atau akronimnya, mempergunakan tanda titik.

Contoh : Prof. Dr. (Profesor Doktor)

Jika gelar akademis itu berada di belakang, didepan singkatan


akademis tersebut diberi tanda koma.

Contoh : Hariyanto, S.H

2. Penulisan Singkatan Nama Orang dan Sebagainya

Penulisan singkatan nama orang, gelar, jabatan, pakar, dan sapaan,


menggunakan tanda titik

Contoh : Moh. Hasanudin

3. Penulisan Judul Karangan atau Surat


Tiap-tiap kata dalam judul karangan atau surat dimulai dengan
huruf besar, kecuali di, ke, dari, untuk, dan yang. Perlu
diperhatikan pula bahwa judul tersebut tidak diawali menggunakan
titik.

Contoh : Surat Perjanjian Sewa-menywa Rumah

4. Penulisan Alamat Surat, Tanggal, Nama dan Alamat Penerima


Surat

Penulisan Alamat tanpa tanda titik pada akhir.

Contoh : Jalan Jordanan, 34 Madiun

5. Penulisan Singkatan Huruf Pertama Suatu Kata

Penulisan singkatan yang terdiri atas huruf pertama kata atau suku
kata atau gabungan keduanya yang terdapat dalam nama badan
Pemerintah, lembaga nasional, tidak memakai titik.

Contoh : ABRI (Angkatan Bersenjata Republin Indonesia)

Akronim : Ormas (Organisasi Massa)

6. Penulisan Huruf Besar (hal-hal yang perlu diperhatikan)

Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiw
sejarah ditulis dengan huruf besar

Contoh : tahun Hijriah

7. Penulisan Kalimat Langsung

Bagian kalimat langsung dipisahkan dengan bagian lainnya dengan


koma, tanda petik, dan dimulai dengan huruf besar.

Contoh : Ibu berkata, “Jan, bawalah keledai itu ke depan !”

D. Pemakaian Huruf

a. Huruf Abjad

Abjad yang diguakan dalam ejaan bahasa indonesia terdiri atas


huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan disebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

Aa A Hh Ha Oo O Vv Ve
Ww

Bb Be Ii I Pp Pe Xx We

Cc Ce Jj Je Qq Ki Yy Eks

Dd De Kk Ka Rr Er Zz Ye

Ee E Ll El Ss Es zet

Ff Ef Mm Em Tt Te

Gg ge Nn en Uu u

b. Huruf Vokal

Huruf yang meambangkan vokal dalam bahasa indonesia terdiri


dari atas huruf : a, i, u, e, o

c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa indonesia


tersiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w,
x, y, z.

d. Huruf Diftong

Didalam bahasa indonesia terdapat diftong yang dilambangkan


dengan ai, au dan oi.

e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang


melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-
masing melambangkan satu bunyi konsonan.

f. Pemnggalan Kata

1. Pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :

a. Jika ditengah kata ada huruf vokal maka pemenggalan kata


itu dilakukan diantara kedua huruf vocal tersebut.

b. Jika ditengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan


huruf konsonan, diantara dua buah huruf vocal,
pemenggalan dilakukan sebelum konsonan.
c. Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan kata dilakukan diantara kedua huruf konsonan
tersebut.

d. Jika ditengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih,


pemenggalan dilakukan yang pertama dan huruf konsonan
yang kedua.

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang


mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya
ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal dalam
pergantian baris.

Misalnya : makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu
unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan
dapat dilakukan :

1. Diantara unsur-unsur itu

2. Pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah.

Anda mungkin juga menyukai