Anda di halaman 1dari 18

MENGETAHUI FUNGSI SATUAN SINTAKSIS

Rizqi Misbachur Romadhon,Siti Hajar Jamila Rahman,Salsabila Rahmasari


rizqimisbah122@gmail.com,sitihajarjamilarahman@gmail.com,salsabilarahmasari@gmail.com

Abstrak
Materi ini membahas tentang fungsi satuan sintaksis dalam bahasa. Satuan sintaksis
adalah kelompok kata atau frasa yang bekerja bersama untuk membentuk sebuah unit dalam
sebuah kalimat. Pengetahuan tentang fungsi satuan sintaksis sangat penting dalam memahami
struktur dan arti kalimat secara keseluruhan. Dalam materi ini, kita akan mempelajari berbagai
jenis fungsi satuan sintaksis, termasuk subjek, predikat, objek, keterangan, dan banyak lagi.
Kami akan menjelaskan bagaimana setiap fungsi ini berperan dalam menyampaikan informasi
dan mengatur hubungan antara elemen-elemen kalimat. Selain itu, materi ini juga akan
membahas contoh-contoh penggunaan fungsi satuan sintaksis dalam kalimat-kalimat nyata
dalam bahasa Indonesia. Hal ini akan membantu memperkuat pemahaman kita tentang
bagaimana fungsi satuan sintaksis dapat mempengaruhi arti dan struktur kalimat. Dengan
menguasai pengetahuan tentang fungsi satuan sintaksis, kita akan dapat memahami dan
menggunakan kalimat dengan lebih efektif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
kita secara keseluruhan.
Kata kunci: Satuan Sintaksis, Kata, Frase, Klausa, Kalimat, Wacana
Pendahuluan
Dalam studi bahasa, pemahaman tentang struktur kalimat sangat penting. Salah satu
aspek penting dari struktur kalimat adalah pemahaman tentang fungsi satuan sintaksis. Satuan
sintaksis adalah kelompok kata atau frasa yang bekerja bersama untuk membentuk sebuah unit
dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia, penggunaan satuan sintaksis yang tepat sangat
penting untuk menyampaikan maksud dan arti yang jelas. Pada materi ini, kita akan mempelajari
dan memahami fungsi satuan sintaksis secara lebih mendalam. Pengertian tentang fungsi-fungsi
ini akan membantu kita dalam memahami bagaimana setiap elemen kalimat bekerja bersama
untuk membentuk suatu makna yang utuh. Fungsi-fungsi ini termasuk subjek, predikat, objek,
keterangan, dan lain-lain, adalah elemen-elemen penting dalam kalimat yang memainkan peran
yang berbeda dalam menyampaikan informasi. Dalam materi ini, kita akan menjelajahi contoh-
contoh nyata yang memberikan gambaran tentang bagaimana setiap fungsi satuan sintaksis
digunakan dalam kalimat bahasa Indonesia. Kami akan melihat bagaimana penggunaan yang
tepat dari fungsi-fungsi ini dapat meningkatkan pemahaman dan kejelasan dalam berkomunikasi.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang fungsi satuan sintaksis, kita akan dapat
memperkuat keterampilan berbahasa kita dan menggunakan kalimat dengan lebih efektif. Mari
kita mulai mengeksplorasi dan memahami lebih lanjut tentang fungsi satuan sintaksis dalam
bahasa Indonesia.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research).
Penelitian ini dilaksanakan dengan mencari sumber informasi yang relevan di dengan topik yang
akan dibahas melalui berbagai sumber informasi seperti jurnal, buku, dan artikel ilmiah. Peneliti
memahami konsep dasar dari morfologi dan pembentukan kata dengan menelaah buku dan
referensi yang relevan dengan topik tersebut, menganalisis informasi yang ditemukan untuk
mencari pola dan hubungan antara morfologi dengan proses pembentukan kata, serta
mengidentifikasi contoh kata yang relevan dengan topik yang akan dibahas untuk
menggambarkan proses morfologis kata dengan lebih detail. Dengan menggunakan metode studi
kepustakaan (library research), dapat diketahui proses morfologis kata melalui berbagai sumber
informasi yang terpercaya dan akurat serta dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih
lanjut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kata
1. Pengertian Kata
Dalam tataran morfologi,kata merupakan satuan terbesar ,tetapi dalam tataran sintaksis kata
merupakan satuan terkecil yang akan membentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frasa .
Kelas kata Menurut Abdul Chaer dalam buku "Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia" halaman
86-19.
1. Kata Benda
2. Ganti
3. Kata Kerja
4. Kata Sifat
5. Kata Sapaan
6. Kata Petunjuk
7. Kata Bilangan
8. Kata Penyangkal
9. Kata Depan
10. Kata Penghubung
11. Kata Keterangan
12. Kata Tanya
13. Kata Seru
14. Kata Sandang
15. Kata Partikel
2. Ciri-Ciri Kelas Kata, antara lain:
1) Kata Benda
a) Berawalan pe-, seperti pemuda, pemenang, dan penyair.
b) Berakhiran-an, seperti bendungan, bantuan dan asuhan
c) Berakhirannya, seperti besarnya, naiknya, dan jauhnya.
d) Berimbuhan gabung pe-an, seperti pembangunan, pengembangan, dan pelebaran.
e) Berimbuhan gabungan per-an, seperti pertemuan, pertambangan dan persatuan.
f) Berimbuhan gabung ke-an, seperti keadilab, kebijaksanaan dan kekayaan.
Kata yang diikuti dengan frase "yang" atau " yang sangat misalnya: jalan (yang bagus), pemuda
(yang sangat rajin).
2) Kata Kerja
Kata-kata yang dapat diikuti oleh frasa dengan baik yang menyatakan alat yangmenyatakan
keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja, misalnya:
a. Awalan Me-, seperti kata-kata menulis, membaca dan melihat.
b. Awalan ber-, seperti kata-kata berdiri, berlatih dan berkuda
c. Awalan di-, seperti pada kata-kata ditulis, dibaca, dan dilihat
d. Awalan ter-, seperti pada kata-kata tertulis, terbaca, dan terlihat
e. Awalan per-, seperti pada kata-kata perpanjang, percepat, dan persingkat
f. Awalan -kan, seperti pada kata-kata tuliskan, abacakan, dan damaikan
g. Awalan-i, seperti pada kata-kata tulisi, datangi dan diami.
Ciri-Ciri Kata Ganti
1. Kata ganti orang pertama (mengganti diri orang yang berbicara):
a) Saya
b) Aku ku
c) Kami
d) Kita
Contoh : Adik bertanya kepada paman, "Paman, bolehkah saya kerumah Paman?" (saya=adik)
2. Kata ganti orang kedua (mengganti orang yang diajak bicara):
a) Kamu
b) Engkau
c) Anda
d) Kalian
Contoh : Mengapa kemarin kamu tidak sekolah?" tanya Hasan pada Ali temannya sekelas.
B. FRASE
1. Pengertian Frase
Dalam kajian sintaksis, frasa adalah komponen didalamnya.Pengertian frasa sendiri
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif,
atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat
1
. Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih
dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan . 2Frase lazim didefinisikan sebagai satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yangbersifat non predikatif, atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.Jadi, dengan kata lain
frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu batas fungsi. Fungsi
tersebut merupakan jabatan berupa subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Contoh frasa adalah sebagai berikut

1. ‫بيت حمّم د‬

2. ‫يف اخلارج‬

3. ‫باألمس‬

4. ‫أمام املدرسة‬
1
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 222.
2
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: C.V. Karyono. 2001).hlm . 139.
5. ‫املرأة الصاحلة‬
Jika contoh tersebut diletakan dalam kalimat kedudukannya tetap pada satu posisi saja
Misalnya

2. Jenis Frase
Didalam frasa, digolongkan menjadi dua jenis.Yaitu, berdasarkan persamaan distribusi
dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.3
a. Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua,
yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.4
1) Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dapat digantikan oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang
disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki
unsur pusat. Contoh:
a. Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P)

b. ‫)بعض الطالب) نائمون في المسجد‬

Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa
adalah unsur pusat dari subjek.Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa Endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
a) Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur
pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’
atau ‘atau’. 5 Contoh:
3
Abdul Chaer, Linguistik Umum,hlm 223.
4
Ibid ,hlm.225
5
Ibid,hlm.228
a. menyanyi atau menari.
b. kakekdan nenek

c. ‫زيد و فريد نائمان يف غرفة النوم‬


b) Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang memiliki unsur pusat dan
mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur
pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
a. Rumahbesar
b. pensilbaru

c. ‫خير الناس‬

d. ‫جميل الوجه‬

e. ‫أشّد حزنا‬
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atas seperti adalah unsur pusat, sedangkan
kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
c) Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur
pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur
pusat yang lain.
Contoh:
Ridho, anak Pak Roma, sedang menyanyi.
Ridho, ………sedang menyanyi.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris
koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik
antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris
apositif.Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang
kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif.
2) Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan
unsurnya. Atau dapat diartikan frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai
prilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan. Frasa ini tidak mempunyai unsur
pusat.Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP6
Contoh:
a. Sejumlah orang di gardu.

b. ‫الطالب يف الفصل‬

c. ‫رجع زيد إىل البيت‬


Menurut Abdul Chaer, Frase Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
a) Frase Eksosentrik yang Direktif Komponen pertamanya berupa preposisi, seperti “di, ke
dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
Contoh:
a. di rumah
b. dari pohon mahoni

c. ‫يف الفصل‬

d. ‫إىل البيت‬
b) Frase Eksosentrik yang Nondirektif
Komponen pertamanya berupa artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”,
sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh: si kaya, para remaja kampong
b. Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya. Berdasarkan kategori kata
yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
1) Frasa nomina, frasa yang unsur pusatnya berupa kata yang termasuk kategori nomina. Unsur
pusat frasa nomina itu berupa:
a) nomina sebenarnya
contoh: batu itu untuk membangun rumah.
b) pronomina
contoh: mereka itu teman saya.
c) Nama

6
Ibid,hlm.225
Contoh Wisnu itu baik
d) Kata-kata selain nomina,tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
Contoh
diamalas → malas itu merugikan
anaknyatiga ekor → tiga itu sedikit
diamenari→ menari itu menyenangkan
katamalaspada kalimat pertama awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan tiga
ekor awalnya frasa numeralia, dan kata menari yang awalnya adalah frasa verba.
2) Frasa Verba, frasa yang unsur pusatnya berupa kata verba. Secara morfologis, unsur pusat
frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba.Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat
diberi) kata ’sedang’ untuk verba aktif, dan kata ’sudah’ untuk verba keadaan.Frasa verba
tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata
’sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
3) Frasa Ajektifa, frasa yang unsur pusatnya berupa kata ajektifa. Unsur pusatnya dapat diberi
afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya.Frasa ajektiva biasanya
menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Gedungnya tinggi
4) Frasa Numeralia, frasa yang unsur pusatnya berupa kata numeralia. Yaitu kata-kata yang
secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat
(dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
lima buah
tujuh ekor
satu biji
lima belas orang.
5) Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan
diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda(preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata)
di rumah
ke depan rumah
dari kantor
untuk kami
6) Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda
dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda
dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda(konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
C. KLAUSA
1. Pengertian klausa
Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa.
Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya
dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban. 7
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya,
di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai
predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, dan sebagai keterangan. Fungsi
yang bersifat wajib pada konstruksi ini adalah subyek dan predikat sedangkan yang lain tidak
wajib. 8
Sehigga dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa merupakan unsur kalimat yang
mewajibkan adanya dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya
tidak wajib. Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul
misalnya dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi. Klausa juga
berpotensi menjadi kalimat tunggal karena didalamnya terdapat unsur sintaksis yakni subjek
dan predikat.
2. Jenis Klausa

7
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: C.V. Karyono, 1981),hlm . 62.
8
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),hlm 231-232.
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu
adalah (1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, (2) Klasifikasi klausa
berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P, (3) Klasifikasi klausa
berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, (4) klasifikasi klausa berdasarkan
criteria tatarannya dalam kalimat, dan (5) klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk
menjadi kalimat.9
a. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S,
sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya:
1) Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan
lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
a) Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh :
Kondisinya masih kritis.

‫زيد قائم‬
b) Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh :
Sangat tinggi gedung itu.

‫قام زيد‬
2) Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir.Biasanya dalam
klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
b. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P
menghasilkan :
1) Klausa Positif
9
Ibid,hlm.235-237
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Bambang seorang pesepak bola tersohor.
Anak itu mengerjakan PR.

‫زيد قائم‬
2) Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh :
Bambang bukan seorang pesepak bola tersohor.

‫ليس زيد قائما‬


Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara
sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara
gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil
pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau
yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu apapun’, maka kata negasi itu
menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
c. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan
menjadi :
1) Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung itu.

‫إن زيدا معلم‬


2) Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh :
Dia membantu para korban banjir.

‫ضرب زيد عمرا‬


d. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
1) Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk
menjadi kalimat mayor.Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek
dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut.Klausa bebas adalah sebuah
kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain,
klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali
kepada wujudnya semula, yaitu kalimat10
Contoh :
Nenek berlari pagi
2) Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap. Kalimat minor
adalah konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat
telegram. Contoh :
Nenek! (jawaban dari pertanyaan, siapa dia?)
D. KALIMAT
1. Pengertian Kalimat
Satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola
intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. 11Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P.Kalimat
pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau
keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya. 12Dapat
disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan
awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap)
2. Jenis Kalimat

10
Abdul Chaer, Linguistik Umum,hlm. 238.
11
Henry Guntur Tarigan, Prinsi-Prinsip Dasar Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 2007) hlm . 5
12
Abdul Chaer, Linguistik Umum,hlm. 240.
Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat
dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.

1) Kalimat minor
adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung
struktur klausa. Kalimat ini biasa diartikan kalimat yang klausanya tidak lengkap, hanya
terdiri dari S/P/O/K saja.
Contoh :
(Ada yang kau bawa itu?)Buku.
Sate!
Hai!
Judul; Dampak negatif penayangan TV
2) Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas.
Contoh: nenek pergi ke pasar.
Berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dibedakan menjadi
kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
a) Kalimat tunggal adalah kalimat yang dibangun dari satu klausa bebas saja.
Contoh: saya pergi ke pasar.
b) Kalimat majemuk terbagi menjadi tiga diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Kalimat majemuk koordinat Kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak
menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (setara).13
Contoh: Aku belajar di kamar, dan ayah menonton televisi.
2) Kalimat majemuk subordinative
Kalimat majemuk yang salah satu klausanya menduduki salah satu fungsi sintaksis
dari klausa yang lain atau atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain
(majemuk bertingkat)
Contoh :
Nenek pergi ke pasar ketika kakek tidur.
3) Kalimat majemuk kompleks,
yaitu kalimat majemuk campuran antara koordinatif dan subordinatif

13
Samsuri, Tata Kalimat Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Sastra Hadaya, 1985) hlm . 316.
Contoh: saya pergi ke pasar tadi pagi karena nenek belum pulang dan cuacanya
sangat cerah.

4) kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO,
SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.Jenis kalimat tunggal terdiri atas
lima macam, yakni kalimat nominal, kalimat ajektival.verbal, dan kalimat preposisional.
5) Kalimat Nominal
Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda.
Contoh:
a. Ibuku petani sawah,
b. Ayahku pegawai kantor pajak
c. Kakakku tukang kayu
6) Kalimat Verbal
Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja atau verbal. Kalimat verbal
terdiri atas lima macam, yakni:
a. Kalimat Intransitif
b. Kalimat Ekantransitif
c. Kalimat Dwitransitif
d. Kalimat Semitransitif
e. Kalimat Pasif
7) Kalimat Adjektival
Adalah kalimat yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival.
Contoh:
a. Buku bahasa Inggrisku sangat tebal
b. Keluarga itu sangat sopan dan bijaksana
8) Kalimat Preposisional
Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi
Contoh: Tempat tinggalnya di Makassar
E. WACANA
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan
gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar.14
Menurut Samsuri berpendapat wacana dari segi komunikasi. Menurutnya dalam sebuah
wacana terdapat konteks wacana topic,kohesi,dan koherensi. Jenis wacana ditinjau dari
tujuan berkomunikasi 15:
1. Wacana Argumentasi
Menurut Rottenberg, .Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana
yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional.
Menurut Gorys Keraf Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang
berusaha membuktikan suatu kebenaran Sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi
serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan
mengajukan bukti- bukti mengenai objek yang diargumentasikan itu.
2. Wacana Eksposisi
Karangan atau wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada
penerima ( Pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu
bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan
atau pengetahuan pembaca.wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat
suatu objek misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan komunikasi.perkembangan
tekhnologi pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.
3. Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya untuk mempengaruhi

14
Harimurti Kridalaksana,Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia Sintaksis (Bandung:Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa,1985),hlm 184
15
Samsuri, Morfologi Dan Pembentukan kata ( Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988),
hlm. 1.
pembacanya ,biasanya digunakan segala daya dan upaya yang membuat mitra tutur
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut wacana persuasi kadang menggunakan
alasan yang tidak rasiona.persuasi sesungguhnya merupakan penyimpangan dari
argumentasi,dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca. persuasi
lebih mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis
untuk mempengaruhi orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering ditemui adalah
kampanye dan iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut:
"Pakai daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini membersihkan tumpukan
pakaian kotor anda menjadi bersih cemerlang"
4. Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya dapat dilihat,dibayangkan
oleh pembaca seakan-akan pembaca dapat melihat sendiri Deskripsi memiliki fungsi
membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang atau objeknya.objek yang
dideskripsikan mungkin sesuatu yang bias ditangkap dengan panca indra kita contohnya,
sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah jalan-jalan kota tikus -
tikus selokan wajah seorang yang cantik molek atau seorang yang bersedih hati alunan
music dan sebagainya.
5. Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.pada wacana narasi
terdapat unsure - unsure cerita yang penting seperti waktu pelaku,peristiwa. Adanya
aspek emosi yang yang dirasakan oleh pembaca dan penerima Melalui narasi,pembaca
atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi. Contoh:
”Sewaktu aku duduk diruang pengadilan yang penuh sesak itu menunggu perkara ku
disidangkan dalam hatiku bertanya Tanya berapa banyak orang-orang hari ini disini yang
merasa seperti apa yang kurasakan bingung patah hati,dan sangat kesepian Aku merasa
seolah- olah aku memikul beban berat seluruh dunia di pundakku.”
KESIMPULAN
Kata merupakan satuan terbesar ,tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan
terkecil yang akan membentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frasa .Kata terdiri dari
Kata Benda,katGanti,Kata Kerja,Kata Sifat,Kata Sapaan,Kata Petunjuk,Kata Bilangan,Kata
Penyangkal,Kata Depan, Kata Penghubung,Kata Keterangan,Kata Tanya,Kata Seru,Kata
Sandang,dan Kata Partikel.
Dalam kajian sintaksis, frasa adalah komponen didalamnya.Pengertian frasa sendiri
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif,
atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat,
Didalam frasa, digolongkan menjadi dua jenis.Yaitu, berdasarkan persamaan distribusi dengan
unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya,
di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat,
dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, dan sebagai keterangan. Fungsi yang bersifat
wajib pada konstruksi ini adalah subyek dan predikat sedangkan yang lain tidak wajib. (1)
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, (2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P, (3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa
yang menduduki fungsi P, (4) klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat,
dan (5) klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis harus memiliki S dan P.Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang
karena diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau
pada keduanya Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat
dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan
gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar Jenis wacana ditinjau dari
tujuan berkomunikasi, Wacana Argumentasi, Wacana Eksposisi, Wacana persuasi,
Wacana Deskripsi,dan Wacana Narasi
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003.
Kridalaksa Harimurti, Tata Bahasa Deskriptif. Bandung: Pusat Pembinaan Dan
Pengembangan Bahasa. 1985.
Ramlan, M..Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono. 2001.
Samsuri, Morfologi Dan Pembentukan Kata. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. 1988.
Samsuri.Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Sastra Hadaya. 1985.
Tarigan, Henry Guntur. Prinsi-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa. 2007.

Anda mungkin juga menyukai