Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa


dibutuhkan manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung
dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya
membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan
sebuah komunikasi yang efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi dalam
berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai
makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan
membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah
kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai
sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui
para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham
tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat
dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa
Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak
permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan
hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia
kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-
hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat
dikatakan tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar
kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup
2

sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas
ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.
Bagi guru sekolah dasar, memiliki keterampilan berbahasa
merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompetensi siswa-siwanya
dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa
Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam
makalah ini kami membahas mengenai sintaksis beserta struktur internal
kalimatnya yang berupa frasa, klausa,
1
dan kalimat itu

B; Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat


diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1; Apakah pengertian dari sintaksis?
2; Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia untuk SD?
3; Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?
4; Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran sintaksis bahasa Indonesia
di SD?

C; Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1; Dapat mengetahui pengertian sintaksis.
2; Dapat mengetahui sintaksis apa yan terdapat pada bahasa Indonesia
untuk SD
3; Dapat mengetahui secara jelas frasa, klausa, dan kalimat dalam
sintaksis.
4; Dapat mengetahui pelaksanaan pembelajaran sintaksis bahasa
Indonesia di SD.
3
BAB II

PEMBAHASAN

A; Hakikat Sintaksis

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
“dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi secara
etimologis sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa dan frase (Ramlah 2001:18).

Sintaksis membicarakan berbagai seluk-beluk frase dan kalimat


(M.Asfandi Adul, 1990: 41). Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan
ataupun batasan sintaksis. Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai
pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan
kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan analisis mengenai
konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas
(Tarigan, 1984:5).

Salah satu hakikat bahasa yang sudah kita pahami dalam studi
bahasa adalah bahwa bahasa itu sistematis dan sistemis. Ada tiga subsistem
bahasa yang cukup mendasar yaitu fonologi, gramatika, dan leksikon.
Subsistem sintaksis mencakup satuan-satuan yang lebih besar dari kata, serta
hubungan antara satuan-satuan itu. Sebagai suatu subsistem bahasa sintaksis
mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar,
membentuk suatu kontruksi yang disebut kalimat. Hubungan antara satuan-
satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tata urut tingkatan.
Dalam uraian mengenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata urut
tingkatan bahasa tertera dari urutan yang paling besar atau paling tinggi
(wacana) ke yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam
subsistem gramatika tataran yang paling kecil adalah morfem.

Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat


disimpulkan bahwa sintaksis merupakan bagian dari ilmu bahasa yang
didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa,
klausa, dan kalimat.

3
4

B; Fungsi Kajian Sintaksis

Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya


adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Memperjelas
tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan pelengkap, serta
keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut :
1; Subjek dan Predikat
a. Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek
dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut
dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang
menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan
pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di
mana, dan lain-lain’.
b. Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina.
Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva,
numeralia, atau pun preposisi.
c. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi
partikel -kah. Predikat dapat diberi partikel -kah.
Contoh dari kalimat yang memiliki subjek dan predikat adalah,
‘Adik sedang makan’. ‘Adik’ menduduki fungsi subjek, sedangkan
’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.
‘Adik sedang makan’
S P
2; Objek dan Pelengkap
a; Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina,
sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva,
numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
b; Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif
(memerlukan objek) atau semi transitif dan pelengkap mengikuti
predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek).
c; Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat
diubah menjadi subjek.

3; Keterangan.
5

a; Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek,


predikat, objek atau pelengkap.
b; Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
c; Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat
dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh kalimat yang memiliki keterangan adalah ‘Kemarin, Pak
Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’. ‘Kemarin’ dan ‘di
pasar induk’ merupakan keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki
fungsi subjek. Kata ‘membeli’ merupakan predikat dan ‘buah-
buahan’ adalah fungsi objek.
‘Kemarin , Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’.
Ket. S P O Ket.

C; Aspek-Aspek Sintaksis

Aspek-aspek yang dikaji dalam sintaksis meliputi frasa, klausa, dan


kalimat. Dibawah ini merupakan uraian dari ketiga aspek tersebut.
1; Frasa
Frasa dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah
frasa dengan perluasannya tidak menimbulkan jabatan atau fungsi
lain sehingga tidak melebihi batas fungsi semula. Jika perluasan itu
ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau membentuk pola
subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Contoh : karya sastra (frasa)
Diperluas menjadi :
karya sastra indah itu (frasa)
karya sastra itu indah (klausa)
S P
Frasa dapat dibagi atas empat jenis, sebagai berikut :
a; Frasa Eksosentris

Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai


persamaan distribusi dengan unsurnya. Atau dapat diartikan
frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku
6

sintaksis yang sama dengan keseluruhan. Frasa ini tidak


mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa
yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah orang di gardu.
Menurut Imam (2008 :1), Frase Eksosentris dibagi menjadi dua,
yakni:
1; Frase Eksosentrik yang Direktif

Komponen pertamanya berupa preposisi, seperti “di, ke


dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata
yang biasanya berkategori nomina.
Contoh:
di rumah
dari pohon mahoni
2; Frase Eksosentrik yang Nondirektif

Komponen pertamanya berupa artikulus, seperti “si”


dan “sang” atau ”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan
komponen keduanya berupa kata berkategori nomina,
adjektiva atau verba.
Contoh:
si kaya
para remaja kampung
Diana Nababan (2008: 84) dalam bukunya Intisari Bahasa
Indonesia, mengatakan bahwa jenis frasa eksosentris dapat
dibedakan menjadi :
1; Frasa ferbal adalah frasa yang intinya berupa kata kerja.

Contoh :
Menangis keras
Sedang melamun
2; Frasa adjektiva adalah frasa yang intinya berupa kata
sifat.
7

Contoh :
Kasar sekali
Amat lembut
3; Frasa nominal adalah frasa yang intinya berupa kata
benda.
Contoh:
Lapangan besar
Rumah besar
4; Frasa pronominal adalah frasa yang intinya berupa kata
ganti.
Contoh :
Kalian semua
Kamu dan dia
5; Frasa adverbial adalah frasa yang intinya berupa kata
keterangan.
Contoh :
Lebih kurang
hingga dengan
6; Frasa numerial adalah frasa yang intinya berupa kata
bilangan.
Contoh :
Tujuh dan
delapan Empat
belas
7; Frasa interogativa adalah frasa yang intinya berupa kata
tanya.
Contoh :
Apa dan siapa
dimana

b; Frasa Endosentris
8

Frasa endosentris adalah frasa yang unsur-unsur


pembentuknya dapat menggantikan kedudukan frasa itu secara
keseluruhan.
Contoh :
Mereka menempati rumah baru.
Frasa rumah baru mempunyai inti. Mencari inti frasa dapat diuji
dengan membuat kalimat berterima dan tidak berterima:
 Mereka menempati rumah, berarti rumah menjadi inti
frasa.
 Mereke menempati baru, Kalimat ini tidak berterima
dan tidak mempunyai makna, berarti baru bukanlah inti
frasa.
Jenis frasa endosentris :
1; Frasa Endosentris Koordinatif

Masing-masing unsur memiliki kedudukan sederajat yang


tidak saling menerangkan unsur yang lain. Sifat kesetaraan
itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata
penghubung dan atau.
Contoh : Anak itu sudah tidak mempunyai ibu bapak. (ibu
dan bapak)
2; Frasa Endosentris Apositif

Frasa yang berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling


menggantikan.
Contoh : Aminah, Anak Pak Lurah sangat cantik.
Frasa anak Pak Lurah adalah unsur keterangan tambahan
untuk menerangkan aminah.
3; Frasa Endosentris Atributif
Frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa
itu secara keseluruhan. Frasa ini memiliki unsur pusat dan
unsur atribut. Inti frasa ditandai dengan D (diterangkan) dan
unsur atribut ditandai dengan M (menerangkan)
Contoh: Rumahnya sangat besar
M D
Kata sangat adalah atribut atau penjelas untuk kata besar.
9

Contoh : Anak nakal sangat marah


M D M D

a) Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang menimbulkan makna
ganda atau tidak jelas.
Contoh :
Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
Frasa lukisan ayah mempunyai makna:
- Lukisan milik Ayah
- Lukisan mengenai diri Ayah
- Lukisan buatan Ayah

b) Frasa Idiomatik

Frasa idiomatic adalah frasa yang mempunyai makna


sampingan atau bukan makna sebenarnya.
Contoh :
orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.

2; Klausa
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki
unsur subjek dan predikat, tetapi tidak mengandung intonasi, jeda,
tempo, dan nada. Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan klausa.
a; Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.

Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya


mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan
P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir
adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir.
Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan
struktur internnya, berikut klasifikasinya :
1. Klausa Lengkap
10

Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya


hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan
urutan S dan P menjadi :
- Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.

Contoh :
Kondisinya masih kritis.
Gedung itu sangat tinggi.
- Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului
S.
Contoh :
Masih kritis kondisinya.
Sangat tinggi gedung itu.
2. Klausa Tidak Lengkap

Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua


unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang
hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti
yang lain dihilangkan.

b; Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi


yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak,
bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan
ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik
menegatifkan P menghasilkan :
1; Klausa Positif

Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya


unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Bambang seorang pesepak bola.
Anak itu mengerjakan PR.
2; Klausa Negatif
11

Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur


negasi yang menegaskan P.
Contoh :
Bambang bukan seorang pesepak bola.
Anak itu belum mengerjakan PR.
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik
menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu
menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya,
memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan
P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata
negasi itu secara semantik bisa menegatifkan P dan bisa
menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak
mengambil sesuatu apapun’, maka kata negasi itu
menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak
mengambil pisau, melainkan sendok.

c; Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang


menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi
P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
1; Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa
yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung itu.
Bapak itu dosen linguistik.
2; Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori frasa verba.
Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
12

Klausa verba dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:


a; Klausa Transitif adalah klausa yang predikatnya
berupa verba transitif.
Contoh: Adik menulis surat.
b; Klausa Intrasitif adalah klausa yang predikatnya
berupa verba intransitif.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
c; Klausa Refleksif adalah klausa yang predikatnya
berupa verba refleksif.
Contoh: Kakak sedang berdandan.
d; Klausa Resiprokal adalah klausa yang predikatnya
berupa verba resiprokal.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
3; Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa
yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh :
Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
4; Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa
yang termasuk kategori numeralia.
Contoh :
Anaknya empat orang.
Mahasiswanya sembilan orang.
5; Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa
frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
6; Klausa Pronomia
13

Klausa pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa


yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang
bersalah.

d; Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi


kalimat.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk
menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
1; Klausa Bebas

Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan


predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat
mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang
berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai
predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah
sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat
yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas
dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu,
sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu
kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya
sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
2; Klausa terikat

Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi


untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk
menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak
lengkap. Kalimat minor adalah konsep yang
merangkum: pangilan, salam, judul, motto, pepatah,
dan kalimat telegram.
14

Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang
dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.

e. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam


kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa
dapat dibedakan atas :
1; Klausa Atasan
Klausa atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat.
Contoh :
Irwan datang ketika kami menonton film.
Klausa Atasan

2; Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang belum lengkap
isinya. Klausa ini tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : Irwan datang ketika kami menonton film.
Klausa Bawahan

 Klasifikasi klausa dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar,


yaitu :
a. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-Unsurnya

Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di


sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak
selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang
satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S,
P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket.
15

Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang


cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
1. S dan P

Contoh : Budi tidak berlari-lari ≈ Tidak berlari-lari


S P P
Budi
S
Badannya sangat lemah ≈ Sangat lemah
S P P
badannya
S
2. O dan Pelengkap

P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif,


mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif,
dan mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain.
Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif,
diperlukan adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :
Kepala Sekolah akan menyelenggarakan
S P
pentas seni.
O
Pentas seni akan dislenggarakan kepala
S P
sekolah
O

3. Keterangan

Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan


Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda
dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang
dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak
yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat
16

terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang


sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di
antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh
dikatakan selalu menduduki tempat langsung
dibelakang P.
Contoh :
Akibat banjir desa-desa itu hancur
Ket S P
Desa-desa itu hancur akibat banjir
S P O
b. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang
menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau
frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut
analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis
fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis
fungsional.
c. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-
Unsurnya
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis
berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan
Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi
S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O
terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket
terdiri dari Ket, FD, N.

3; Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya
kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa
kalimat itu sudah selesai (lengkap).
a; Ragam Kalimat
17

Berdasarkan jenisnya, kalimat dapat dibagi


menjadi beberapa jenis:
1; Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu


subjek dan satu predikat serta mengandung satu
maksud.
Contoh :
Koko pergi ke pasar
S P Ket
Toni menanam biji jarak di kebun
S P O Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
a. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata benda.
Contoh: Ayahnya seorang pelukis.
Yang berbaju biru itu, Pak Yandi.
b. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja.
Contoh : Ani suka makan bakso.
Rino belajar aritmatika.
c. Kalimat adjectival adalah kalimat yang predikatnya
berupa adjektiva atau kata sifat.
Contoh : Soal ini sulit sekali.
Tekatnya sangat kukuh.

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua


pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk tersusun dari
beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas:
a. Kalimat majemuk setara/koordinatif.

Kalimat majemuk setara adalahkalimat yang pola-


pola kalimatnya memiliki kedudukan yang
sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya,
18

kalimat majemuk setara terbagi lagi menjadi


beberapa bagian yaitu:
Kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh
kata hubung dan, lalu, kemudian, dan
sebagainya.
Kalimat majemuk pemilihan, ditandai oleh
kata hubung atau.
Kalimat majemuk pertentangan, ditandai oleh
kata hubung tetapi dan melainkan.
b; Kalimat Majemuk Bertingkat/ Subkoordinatif.

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang


mengandung dua pola kalimat atau lebih yang
tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi
utama kalimat, yang lazimnya disebut dengan
induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih
rendah kedudukannya disebut anak kalimat. Fungsi
itu sekaligus menunjukan relasi antara induk
kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk
bertingkat terbagi menjadi:
Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai
oleh kata hubung setelah, sewaktu, sejak,
mankala, ketika, dan sebagainya.
Kalimat majemuk hubungan syarat, ditandai
oleh konjungsi jika, seandainya, andaikan,
asalkan, apabila.
Kalimat majemuk hubungan tujuan ditandai
oleh konjungsi agar, supaya, dan biar.
Kalimat majemuk hubungan konsesif, ditandai
oleh konjungsi walaupun, meskipun,
sekalipun, biarpun, kendatipun dan
sungguhpun.
Kalimat majemuk hubungan perbandingan,
ditandai oleh kata penghubung daripada,
ibarat, seperti, bagaikan, laksana,
sebagaimana.
19

Kalimat majemuk hubungan penyebaban,


ditandai oleh kata penghubung sebab, karena,
oleh karena.
Kata majemuk hubungan akibat, ditandai oleh
kata penghubung sehingga, sampai-sampai,
maka.
Kata majemuk hubungan cara, ditandai oleh
kata penghubung dengan.
Kata majemuk hubungan sangkalan, ditandai
oleh konjungsi seolah-olah, seakan-akan.
Kalimat majemuk hubungan kenyataan,
ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.
Kalimat majemuk hasil, ditandai oleh
konjungsi makanya.
Kalimat majemuk hubungan penjelasan,
ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.
Kalimat majemuk hubungan atributif, ditandai
oleh konjungsi yang.
c; Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah gabungan


antara kalimat majemuk setara dengan kalimat
majemuk bertingkat.
Contoh :
Artis cantik itu hanya bisa diam lalu
pergi begitu saja ketika beberapa
wartawan menanyainya.

3; Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan
ujaran orang lain.
Contoh :
Ibu berkata “Saya tidak senang melihat
rambut gondrong”.
4; Kalimat Tidak Langsung
20

Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang


menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Contoh:
Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang melihat
rambut gondrong.
5; Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi


pelaku. Ciri utama kalimat aktif adalah predikatnya
berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh :
Ibu sedang membuat martabak telur.
Berdasarkan hubungan antara predikat dan objeknya,
kalimat aktif terbagi menjadi:
a; Kalimat aktif transitif, adalah kalimat aktif yang
predikatnya mutlak membutuhakan objek.
b; Kalimat aktif semitransitif, adalah kalimat aktif
yang predikatnya memerlukan pelengkap.
c; Kalimat aktif dwitransitif, adalah kalimat aktif
yang predikatnya membutuhkan objek dan
pelengkap.
6; Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai


pekerjaan. Ciri-ciri kalimat pasif adalah sebagai
berikut:
a; Predikatnya berisi kata kerja berawalan di-, ter-,
dan kofiks ke-an.
b; Bentuk diri atau persona ku-, kau-.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif.
Caranya adalah sebagai berikut:
a; Tukarkan pengisi subjek (S), dengan pengisi objek
(O).
b; Ganti awalan me- dengan di- pada predikat.
c; Tambahkan kata oleh di belakang predikat
(manasuka).
Contoh:
21

Pemerintah mencanangkan Progam Indonesia Sehat


S P O
2010. (Aktif)
Progam Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh)
O P
pemerintah. (Pasif)
S
Jika subjek pada kalimat aktif berupa kata ganti aku,
saya, kami, kita, engkau, kamu, anda, dia, beliau, atau
mereka. Berlaku kaidah berikut:
a; Ubah pola SPO menjadi OSP.
b; Hapus awalan meN- dari P
c; Rapatkan S dan P tanpa kata pemisah apapun. Jika
semula mula predikatnya mengandung kata bantu
seperti akan, dapat, atau kata ingkar tidak, letakan
kata-kata tersebut sebelum S.
d; Gantikan aku dengan ku- dan engkau dengan kau
(manasuka).

7; Kalimat Mayor

Kalimat mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya


mejangandung dua unsur pusat, dapat berupa S-P, S-P-
O atau S-P-O-K.
Contoh :
Saya mengantuk.
Presiden berkunjung ke Australia.
8; Kalimat Minor

Kalimat Minor adalah kalimat yang mengandung satu


unsure pusat. Unsur pusat tersebut biasanya berupa
predikat.
Contoh : Pergi!, Tidur!

Berdasarkan fungsi dan tujuannya, ragam kalimat


dibedakan atas:
1; Kalimat Berita
22

Kalimat berita adalah kalimat yang isinya


memberitahukan suatu kejadian atau suatu keadaan.
Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan
tanda titik (.), sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya
naik di akhir kalimat.
Contoh: Harga BBM akan dinaikkan mulai bulan Mei
2008.
2; Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan


perintah atau seruan untuk melakukan sesuatu. Kalimat
berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau
titik (.). Ciri-ciri kalimat perintah:
Predikatnya menggunakan partikel –lah.
Dapat menggunakan kata tolong, coba, atau
silakan untuk memperhalus kalimat.
Kalimat perintah larangan sering didahului
oleh kata jangan.
3; Kalimat Tanya
Kalimat Tanya adalah kalimat yang berisikan
pertanyaan seseorang kepada orang lain.
Cara membuat kalimat tanya:
Membalikkan urutan kata lalu ditambah
partikel –kah.
Menggunakan kata tanya apa, siapa,
beberapa, kapan, mengapa, bagaimana, di
mana, dan sebagainya.
Menambahkan partikel –kah pada kata tanya.
Menggunakan kata bukan atau tidak.
Mengubah intonasi kalimat.
4; Kalimat Seru

Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan


perasaan.
Contoh : Wah, luar biasa pertandingan itu.
5; Kalimat Empatik
23

Kalimat empatik adalah kalimat yang memberikan


penegasan khusus kepada subjek.
Contoh : Kami lah yang terlambat datang.

D; Kalimat Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau


tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sedangkan frase adalah
kelompok kata yang mendukung suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap,
objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat. Kalimat dapat
diklasifikasikan berdasarkan atas jumlah kontur, jumlah inti, urusan subjek-
predikat, jumlah pola kalimat, bentuk vebra (predikat dan kata kerja).
Tugas guru dalam pembelajaran mengatur supaya terjadi interaksi
antara siswa dengan media belajar atau lingkungan belajar itu. Pembelajaran
bahasa Indonesia adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa
kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk kelas 1 dan 2 pada aspek peningkatan kemampua
membaca dan menulis permulaan. Kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan tematik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna.
Pengelolaan waktunya diserahkan ke sekolah masing-masing. Untuk kelas
3,4,5 dan 6. Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada aspek yang meningkatkan kemampuan berkomunikasi
lisan dan tulis. Mulai kelas 3 menggunakan pendekatan mata pelajaran
tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam struktur kurikulum.
Tujuan pembelajaran bahasa Indoesia mencakup aspek mendengar,
berbicara, membaca, menulis serta unsur pemahaman penggunaan bahasa
aspresiasi sastra. Tujuan pembelajaran ini dapat diupayakan dengan
menggunakan langkah-langkah model pembelajaran bermakna, yaitu berikut
ini:
Pemanasan – apresiasi Pembentukan sikap dan perilaku
Eksplorasi Penilaian formatif
Konsolidasi pembelajaran

E; Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


24

Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar


kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa (yaitu
kemampuan mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, pendapat atau
gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis. Kemampuan setiap siswa
tergantung pada frekuensi dan kualitas materi yang didengar, berbicara dan
menulis yang dilakukannya. Untuk itu perlu diupayakan agar siswa
memperoleh pengalaman yang berbobot dalam bidang bahasa.
Pembelajaran bahasa baik dilakukan sejak anak masih duduk di
sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran berbahasa di kelas rendah bisa dimulai
dari kalimat-kalimat minim, kalimat inti, kalimat sederhana, dan kalimat
tunggal. Sedangkan di kelas tinggi mulai mempelajari kalimat luas, kalimat
majemuk, kalimat transformasi sampai anak dapat merangkai kalimat menjadi
sebuah wacana sederhana.
Dalam pembelajaran di SD siswa tidak diharuskan untuk menghafal
sitilah-istilah namun yang terpenting siswa berlatih menghsilkan berbagai
macam kalimat dalam konteks (dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari).
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia mencakup 4 aspek yaitu :
Mendengarkan, Berbicara, Membaca, Menulis, dan lebih lanjut lagi siswa
diharapkan mampu dalam Pemahaman Penggunaan dan Apresiasi sastra.
Faktor sentral dalam membaca adalah pemahaman. Baik buruknya
pemahaman seseorang terhadap teks bacaan bergantung kepada latar
belakang pengalaman membacanya, kemampuan sensori dan persepsinya,
kemampuan berfikir dan strateginya mengenal kata, tujuannya membaca,
pengamatan pada bacaan, pentingnya membaca bagi dirinya, serta tersedianya
fasilitas yang berupa berbagai strategi pemahaman yang akan membantunya
mengungkap maksud yang tersirat dalam teks.
Dengan adanya tujuan membaca yang jelas, kemampuan siswa
memahami teks bacaan akan meningkat. Utuk itu, guru harus mempelajari
bagaimana cara menentukan tujuan yang baik untuk tugas-tugas membaca
yang diberikan kepada siswa.
Karakteristik teks bacaan mempengaruhi proses pemahaman siswa.
Banyak kalimat kompleks dalam teks bacaan harus mendapat perhatian guru
sebab dapat menyulitkan siswa untuk memahami teks bacaan.
Kegiatan prabaca, saat membaca dan pascabaca yang dikelola
dengan baik oleh guru merupakan upaya untuk meningkatkan daya
25

pemahaman siswa dalam pembelajaran membaca. Teknik-teknik yang dapat


digunakan guru untuk mengelola kegiatan prabaca adalah gambaran awal,
petunjuk antisipasi, pemetaan semantik, menulis sebelum membaca, dan
drama atau simulasi. Untuk mengelola kegiatan inti membaca digunakan
teknik metakognitif, cloze procedure, dan pertanyaan pemandu. Untuk
mengelola kegiatan pasca baca digunakan teknik memperluas kesempatan
belajar, mengajukan pertanyaan, mengadakan pameran visual, pementasan
teater aktual, menceritakan kembali, dan penerapan hasil membaca.
Menulis dapat adalah sebagai suatu proses ataupun produk. Dilihat
dari segi prosesnya, menulis dapat dimulai dari menggerakkan pensil diatas
kertas sampai terwujud karangan juga dapat dimulai dari memilih buku yang
akan dibaca, mencatat bagian-bagian yang diperlukan, kemudian digunakan
untuk bahan yang dibicarakan dalam karangan.
Pada diri siswa, keterampilan menulis dibangun guru melalui banyak
latihan dengan menggunakan teknik atau strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Beberapa teknik pembelajaran menulis yang dapat
diguakan guru, misalnya menulis secara langsung tanpa memperdulikan teori,
memulai menulis dari bagian yang paling disukai siswa, menulis nonlinear
atau menulis yang didasari dengan kegemaran membaca.
Pembelajaran menulis dilaksanakan dalam jam pelajaran dan diluar
jam pelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
menulis di kelas adalah bermain-main dengan bahasa dan tulisan, kuis,
membuat atau mengganti akhir cerita, dan menulis meniru model. Di luar jam
pelajaran, guru dapat menggunakan strategi menulis buku harian,
menyelenggarakan majalah dinding atau membuat kliping yang semuanya
diarahkan agar siswa senang menulis.
Hakikat menyimak adalah sebagai sarana, sebagai suatu
keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau
sebagai suatu pengalaman kreatif. Untuk kelas rendah bahan pembelajarannya
bersifat sangat sederhana. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak
harus disertai dengan pertanyaan-pertanyaan dan harus disesuaikan dengan
karakterisik siswa SD.
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan memalui
bahasa lisan. Sifat kegiatannya sangat kompleks, sebab banyak faktor yang
26

terkait didalamnya. Faktor pemahaman dalam berbicara memegang peran


penting karena tanpa pemahaman kegiatan berbicara akan tersendat-sendat.
Klasifikasi berbicara dapat dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara
penyampaiannya, dan jumlah pendengaranya. Pembelajaran berbicara harus
dikaitkan dengan keterampilan berbahasa lainnya.

BAB III
PENUTUP

A; Simpulan

Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan dari beberapa masalah


adalah sebagai berikut :
1; Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal
kalimat dan merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya
mengkaji tentang kata dan kelompok kata yang membentuk frasa,
klausa, dan kalimat.
2; Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Klausa adalah sebuah
konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang
mengandung unsur predikatif. Klausa berpotensi menjadi kalimat,
hanya saja yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi
final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi
final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Sedangkan
kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan
kesatuan pikiran.
3; Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar
kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa
(yaitu kemampuan mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide,
pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis.
Kemampuan setiap siswa tergantung pada frekuensi dan kualitas
materi yang didengar, berbicara dan menulis yang dilakukannya.
Untuk itu perlu diupayakan agar siswa memperoleh pengalaman
yang berbobot dalam bidang bahasa.

B; Saran
27

Dengan disusunnya makalah “sintaksis” ini kami mengharapkan


pembaca dapat mengetahui kajian sintaksis dan pembaca dapat mengetahui
sebenarnya sintaksis itu erat hubungannya dengan bahasa yang kita gunakan
sehari-hari. 27
Makalah ini kami susun hanya berdasarkan sumber-sumber yang
kami dapatkan dan makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, jika pembaca mendapatkan sumber-sumber lain yang dapat
mendukung perbaikan makalah ini, kami selaku penulis mengucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Blinksastrakumaster. 2011. Sintaksis. Diunduh 19 September 2015 dari


http://blinksastrakumaster1988.blogspot.com.

Diana Nababan. 2008. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta : Kawan Pustaka.

Henry Guntur Tarigan. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.


28

Kailani Hasan. 1983. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.

M. Asfandi Adul. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta :


Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Nur Khairinnisa. 2011. Konsep dan Jenis-Jenis Frasa. Diunduh 19 September


2015 dari http://www. Blogger.com.

Rachmadrivai. 2011. Sintaksis Bahasa Indonesia (frasa). Diunduh 19 September


2015 dari http://rachmadrivai.wordpress.com.

Zaenal Arifin dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo

MAKALAH
29
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA SD

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ..............................


29

Dosen Pembimbing
MAULIDA NUR OKTAVIANI, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Nama : ................................
NIM : ................................

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI
BANJARMASIN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai
“SINTAKSIS BAHASA INDONESIA SD”.
30

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata


kuliah ....................................... Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai
pengertian sintaksis, serta struktur internal kalimat yang terdiri dari frase, klausa,
dan kalimat untuk sekolah dasar.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang tepat.
Dengan ini, penulis memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak
kekurangan. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Banjarbaru, 20 September 2015

Penulis

DAFTAR ISI
ii

Halaman Judul...................................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................iii
31
BAB I PENDAHULUAN
A; Latar Belakang................................................................................1
B; Rumusan Masalah...........................................................................2
C; Tujuan Penulisan.............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A; Hakikat Sintaksis............................................................................3
B; Fungsi Kajian Sintaksis..................................................................4
C; Aspek-Aspek Sintaksis...................................................................5
D; Kalimat Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar..................................23
E; Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.......................24

BAB III PENUTUP


A; Simpulan.........................................................................................27
B; Saran...............................................................................................27

Daftar Pustaka....................................................................................................29

iii

Anda mungkin juga menyukai