Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN DAN RUANG LINGKUP SINTAKTIKA KLAUSA

Mochammad Achsin N.R/23020074181, A. Juwaini/23020074192, Lisa’


Saniyyah/23020074193, Desta Diannova/23020074210, Valentina
Maharani/23020074257
sutron: ahmadjuwaini18@gmail.com
ABSTRAK

Sintaktika klausa adalah cabang ilmu linguistik yang mengaji struktur


internal klausa dalam suatu bahasa. Penelitian ini menggali berbagai
aspek sintaktika klausa, termasuk subjek, predikat, objek, dan
hubungan antar elemen-elemen tersebut. Kajian menganalisis
susunan kata dan relasi gramatikal dalam klausa tanpa
mempertimbangkan makna atau konteks. Dalam memahami struktur
sintaktika klausa, peneliti dapat mengidentifikasi pola umum dan
variasi linguistik yang ada dalam bahasa-bahasa yang berbeda.
Analisis ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana
bahasa mengatur informasi dalam kalimat, membantu memahami
dasar-dasar komunikasi linguistik.
Kata kunci: Sintatika,klausa,analisis,penelitian,gramatikal.

Sintaktika klausa merupakan aspek fundamental dalam kajian linguistik


yang memfokuskan perhatiannya pada struktur dan susunan unsur-unsur dalam
kalimat. Dalam memahami bagaimana kata-kata dan frasa membentuk klausa,
serta bagaimana klausa-klausa tersebut berinteraksi untuk membentuk kalimat,
sintaktika klausa memberikan wawasan yang mendalam tentang tata bahasa.
Analisis sintaktika klausa bukan hanya merupakan kajian terkait struktur
gramatikal semata, melainkan juga sebuah awal untuk memahami bagaimana
bahasa mengungkapkan makna dan hubungan antaride pemilik bahasa. Dengan
mengeksplorasi elemen-elemen kunci dalam sintaktika klausa, makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang cara bahasa
membangun artikulasi sintaksisnya. Melalui pembahasan ini diharapkan pembaca
dapat mengapresiasi kompleksitas dan relevansi sintaktika klausa dalam konteks
bahasa, analisis teks linguistik, dan bidang terkait lainnya.

1. Hakikat Sintatika Klausa


Menurut J.W.M VERHAAR Sintaksis Klausa memiliki arti Susunan
Beruntun, yakni subdisiplin linguistik yang membahas tata urutan segmen-segmen
tuturan
Dalam bukunya R.H ROBINS di jelaskan sintaksis adalah kajian tentang
struktur gramatikal kata yang secara sederhana di klasifikasikan menjadi tiga
kelompok yakni hubungan posisional, hubungan kesetaraan dan hubungan
ketergantian. Adapun klausa merupakan unit sintaksis yang lebih besar dengan
subjek dan predikatnya. Klausa di bagi menjadi klausa independen dan klausa
terkait.
Adapun dalam buku Jhon Lyons definisi sintaksis menjadi sebyah
perbandingan dengan definisi morfologi, di katakan “morfologi berurusan dengan
struktur kata-kata dan sintaksis dengan kaidah-kaidah yang mengatur
penggabungannya dalam kalimta-kalimat.
Banyak pakar memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan
mengatakan, bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Dapat di tarik kesimpulan bahwa sintaksis merupakan kajiam tentang
bagaimana kata-kata diorganisasi dalam kalimat untuk menyampaikan makna
yang jelas. Hal ini mencakup analisis struktur kalimat, peran dan fungsi masing-
masing elemen dalam kalimat (seperti subjek, predikat, objek, dan lainnya), serta
aturan gramatikal yang mengatur bagaimana kata-kata dan frasa digabungkan.

2. Seluk Beluk Sintatika Klausa

Klausa merupakan satuan gramatikal berupa kelompok kata berkonstruksi


predikatif yang terdiri atas subjek dan predikat dengan atau tanpa objek,
pelengkap, atau keterangan dan berpotensi menjadi kalimat. Namun, dalam
realisasi pemakaian bahasa, kehadiran unsur subjek bisa tidak tampak secara
eksplisit (jelas) dan hanya unsur predikat yang hadir, tergantung pada kaidah yang
berlaku pada setiap bahasa. Hal ini umum dalam bahasa bersubjek nol. Sebuah
kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat yang lebih
rumit terdiri dari beberapa klausa.

Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat unsur suprasegmental, seperti, tanda koma (,), tanda titik
(.), tanda seru (!), ataupun tanda tanya (?)
2. Memiliki satu predikat (sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan
predikat)
3. Terkadang dilengkapi dengan objek, pelengkap, atau keterangan

Dari ciri-ciri klausa tersebut, dapat disimpulkan bahwa klausa bukanlah


sebuah kalimat, tetapi memiliki potensi untuk berdiri sebagai kalimat, sehingga
kalimat pasti mengandung klausa yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu
klausa.

2.1 Struktur Sintatika Klausa

Berdasarkan struktur internal nya, klausa dibedakan atas klausa lengkap dan
klausa tidak lengkap.

•Klausa lengkap adalah klausa yang memiliki susunan internal kalimat yang
lengkap yaitu subjek (S) dan predikat (P). Klausa lengkap ini dibedakan lagi atas
susunan internalnya yaitu klausa susun biasa dan klausa susun balik. Klausa
lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang Subjek-Nya terletak di depan
Predikat. Adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah
klausa lengkap yang Subjek -nya berada di belakang Predikat , misalnya :
1. Tulisan Hendi sangat berbobot.
S P
Klausa tersebut dapat dikatakan sebagai klausa lengkap susun biasa karena
Subjek -nya yaitu tulisan Hendi berada di depan Predikat sangat berbobot.

•Klausa tak lengkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa buntung
merupakan klausa yang unsur internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak
terdapat unsur Subjek dan hanya terdapat unsur Predikat, baik disertai maupun
tidak disertai unsur Predikat, Pel, dan keterangan . Misalnya :
1. Terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu
P K
Klausa tersebut bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya
ditambah S, misalnya ditambah frasa istri saya sehingga menjadi Istri saya
terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu.

2.2 Kedudukan Dalam Klausa

Klausa dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang terdiri atas subjek,
predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak. Klausa
terdiri atas unsur inti yaitu Subjek dan predikat dengan unsur tambahannya objek,
pelengkap, dan keterangan. Unsur fungsional yang wajib ada dalam klausa adalah
predikat. Unsur-unsur itu sifatnya relative tetap. Unsur-unsur subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan memiliki fungsi yang berbeda-berbeda.
 Subjek
Subjek adalah unsur yang berfungsi sebagai pokok pembicaraan suatu
kalimat. Fungsi ini umumnya diisi oleh kata atau frasa benda, baik itu yang
konkret ataupun yang abstrak. Namun, ada pula subjek yang diisi oleh subjek
dapat pula digunakan kata tanya apa atau siapa. Subjek dalam hal ini
merupakan jawaban dari pertanyaan apa dan siapa tentang predikat.
Contoh:
1) adik saya pandai
2) bukunya disimpan kakak saya
 Predikat
Predikat adalah unsur klausa yang berfungsi untuk menjelaskan subjek.
Predikat memiliki fungsi yang sangat penting. Ketidakhadiran predikat dapat
menyebabkan tidak jelasnya makna suatu klausa. Oleh karena itu, kehadiran
predikat dalam suatu klausa mutlak diperlukan. Hal ini berbeda dalam subjek
dalam kalimat-kalimat tertentu dan ketidakhadirannya bisa ditoleransi.
Contoh:
1) Pergi!
2) Lari!
3) Jangan membuang sampah disini!
Predikat umumnya berada di belakang subjek. Fungsi predikat
sebagian besar diisi oleh kata kerja. Ciri lainnya adalah predikat dapat
ditentukan dengan pertanyaan bagaimana, sedang apa, dimana
 Objek
Objek merupakan fungsi klausa yang letaknya selalu berada di belakang
predikat (transitif). Objek pada umumnya berupa nomina. Dalam kalimat
pasif, objek dapat berfungsi sebagai subjek. Objek dapat ditentukan dengan
menggunakan pertannyaan apa atau siapa.
1) Kata apa untuk menentukan objek yang berupa benda, tumbuh-
tumbuhan, dan hewan.
2) Kata tanya siapa untuk menentukan objek yang berupa Tuhan,
malaikat, atau manusia.
 Pelengkap
Pelengkap mempunyai banyak persamaan dengan objek, yakni bersifat
wajib hadir setelah verba transitif. Perbedaannya, selain berupa nomina,
pelengkap bisa diisi oleh verba atau adjektiva.
Contoh:
1) Adik bermain bola. (nomina)
2) Kami suka berenang. (verba)
3) Bajunya berwarna hijau. (adjektiva)
Perbedaan lainnya, apabila predikat selalu berada setelah verba transitif,
pelengkap berada di belakang verba semi transitif atau dwitransitif dan dapat
didahului oleh preposisi.
Contoh:
1) Mereka bermain tenis (semi transitif)
2) Ayah memerintahkan kakek bersenam pagi (dwitransitif)
3) Ibu berkata bahwa ayah belum pulang (bahwa = preposisi)
Pelengkap tidak dapat dijadikan bentuk pasif.
Contoh :
1) Adik bermain bola basket.
2) Bola basket bermain adik?
Selain itu, pelengkap tidak dapat diganti dengan –nya kecuali
didahului oleh preposisi.
Contoh:
1) Negara ini berlandaskan hukum.
2) Negari ini berlandaskannya?
 Keterangan
Keterangan adalah unsur yang fungsinya menerangkan seluruh fungsi
yang ada dalam suatu klausa. Berbeda dengan fungsi-fungsi yang ada dalam
klausa. Berbeda dengan fungsi-fungsi lainnya, kehadiran fungsi keterangan
bersifat manasuka. Ketidakhadiran fungsi tersebut tidak akan mengganggu
struktur dan keseluruhan makna klausa.
Ciri- ciri fungsi keterangan adalah sebagai berikut.
Berdasarkan makna atau perannya, fungsi keterangan terbagi dalam
beberapa macam, yakni sebagai berikut.
1) Keterangan waktu memberikan informasi mengenai saat terjadinya
suatu peristiwa. Fungsi keterangan itu diisi oleh berbagai bentuk, yakni
kata tunggal, frasa nominal, dan frasa preposisional.
2) Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan tujuan atau
maksud tujuan atau maksud perbuatan. Wujud keterangan tujuan selalu
dalam bentuk frasa preposisional yang dipakai adalah demi, bagi,
guna, untuk, dan buat.
3) Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan cara
terjadinya suatu peristiwa. Keterangan cara ada yang didahului kata
depan ada pula yang tidak.
4) Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan ada atau
tidaknya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu
perbuatan. Semua keterangan penyerta dibentuk dengan
menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bernama dengan kata
atau frasa tertentu. Kata atau frasa yang berdiri di belakang preposisi
itu harus merupakan benda yang bernyawa atau yang
dianggap bernyawa.

3 Penerapan Kajian Sintatika Klausa


Penerapan kajian sintaktika klausa melibatkan analisis dan pemahaman
struktur fungsi klausa dalam kalimat. Penerapan kajian sintaktika klausa
meliputi analisis struktur klausa dan konjungsi. Klausa lengkap dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat utuh, sedangkan klausa tak lengkap membutuhkan
klausa lain untuk melengkapi makna. Dalam transkrip konten "Surya dan
Chika pasangan yang nggak romantis tapi paling serasi" terdapat beberapa
klausa yang dapat dianalisis menggunakan kajian sintaktika klausa.
Berdasarkan buku J.W.M Verhaar yang sudah di jelaskan pada subjudul 2.1
bahwa klausa itu kesempurnaan antara kata-kata dalam kalimat sehingga
saling terhubung menjadi kalimat yang sempurna seperti subjek-predikat
atau objek-predikat. Sebagai data bahasa ujaran "Orang dewasa nggak boleh
nonton film anak-anak karena anak-anak nggak boleh nonton film dewasa
makanya harus adil” yang di ucapkan oleh komedian Akbar sebagai data
bahasa yang dapat dianalisis menggunakan kajian klausa seperti berikut :

1. "Orang dewasa nggak boleh nonton film anak-anak"


- Klausa ini adalah klausa lengkap yang berfungsi sebagai subjek dalam
kalimat.
- Struktur klausa ini adalah "Orang dewasa" sebagai subjek, "nggak
boleh nonton" sebagai predikat, dan "film anak-anak" sebagai objek.
- Fungsi klausa ini adalah untuk menyatakan larangan bagi orang dewasa
untuk menonton film anak-anak.

2. "Karena anak-anak nggak boleh nonton film dewasa makanya harus adil"
- Klausa ini adalah klausa lengkap yang berfungsi sebagai alasan atau
penjelasan dalam kalimat.
- Struktur klausa ini adalah "Karena" sebagai konjungsi "anak-anak"
sebagai subjek "nggak boleh nonton" sebagai predikat, "film dewasa"
sebagai objek dan "makanya harus adil" sebagai pelengkap tambahan.
- Fungsi klausa ini adalah untuk memberikan alasan bahwa anak-anak
tidak boleh menonton film dewasa, dan karena itu, penting untuk bertindak
secara adil.

Berdasarkan analisis sintaktika klausa ini,dapat dilihat bagaimana klausa-


klausa ini saling terkait dalam membentuk argumen tentang larangan
menonton film anak-anak bagi orang dewasa dan pentingnya kesetaraan atau
keadilan dalam mematuhi aturan tersebut. Dalam analisis sintaktika klausa ini
dapat dilihat bagaimana klausa-klausa dalam kalimat saling berhubungan dan
berkontribusi dalam membentuk makna kalimat secara keseluruhan.

4 Pentingnya Pemahaman Sintatika Klausa Bagi Calon Seorang Guru Bahasa


Indonesia.

Pemahaman teori tentang sintaktika klausa penting bagi seorang guru bahasa
Indonesia karena membantu mereka mengajarkan struktur kalimat yang benar dan
memahami cara elemen-elemen dalam kalimat saling berhubungan. Dengan
memahami sintaktika klausa, guru dapat memberikan penjelasan yang lebih
mendalam tentang fungsi dan hubungan antarbagian dalam kalimat kepada siswa,
membantu mereka memahami tata bahasa dengan lebih baik. Pemahaman guru
bahasa Indonesia tentang sintaktika klausa sangat penting karena:

 Membantu pengajaran yang efektif: Guru dapat memberikan penjelasan


yang jelas dan terstruktur kepada siswa mengenai struktur kalimat,
membantu mereka memahami konsep tata bahasa dengan lebih baik.
 Memfasilitasi Pemahaman Siswa: Dengan pemahaman sintaktika klausa,
guru dapat membantu siswa dalam mengurai dan memahami hubungan
antarbagian dalam kalimat, memperkuat pemahaman bahasa mereka.
 Peningkatan Keterampilan Menulis: Guru dapat membimbing siswa dalam
membangun kalimat dan paragraf yang baik dengan memperhatikan
struktur sintaktika, sehingga meningkatkan keterampilan menulis mereka.
 Pemecahan Kesulitan Bahasa: Memahami sintaktika klausa
memungkinkan guru untuk membantu siswa mengatasi kesulitan bahasa,
seperti kesalahan sintaksis dalam penulisan mereka.
 Meningkatkan Pemahaman Sastra: Dalam mengajarkan sastra, pemahaman
sintaktika klausa dapat membantu guru menjelaskan struktur kalimat
dalam teks sastra, memberikan wawasan lebih dalam kepada siswa.
Pemahaman ini menjadi landasan untuk pengajaran bahasa yang efektif dan
membantu siswa memperoleh keterampilan bahasa yang kuat.

Simpulan
Sintaktika klausa merupakan cabang sintaksis yang mempelajari struktur
kalimat dan hubungan antara kata dalam klausa. Berdasarkan ruang lingkup dan
objek kajiannya bahwa analisis struktur klausa merupakan aspek penting dalam
studi sintaksis. Analisis struktur klausa memberikan pemahaman tentang
bagaimana kata dalam klausa saling berhubungan untuk menggambarkan
hubungan antara kata dalam klausa. Selain itu, studi sintaktika klausa juga
melibatkan pemahaman tentang perubahan dan variasi struktur klausa dalam
bahasa. Perubahan bahasa dapat berdampak pada perubahan struktur klausa, dan
bahasa-bahasa yang berbeda dapat memiliki perbedaan dalam struktur klausa
mereka. Dengan pemahaman yang baik tentang sintaktika klausa, peneliti dan
pembelajar bahasa dapat memahami bagaimana bahasa dirancang dan digunakan
untuk menyampaikan makna.

Daftar Acuan

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.


Lyons, J. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Prof. Dr. Ida Bagus Putryasa, M.Pd. Kajian Morfologi Penerbit ADITAMA 2011

A. DATA BAHASA YANG TELAH DITRANSKRIP


Data yang dianalisis sebagai penerapan kajian subdisiplin tersebut
bersumber dari https://youtu.be/Vln92yzZ7iY?si=A00Hk1qQLz1eoK9o pada
durasi 2.23 s.d. 3.59.

B. KETENTUAN TEKNIS
No Hal Ketentuan
1 Format A4
2 Pias 4, 4, 3, 3 cm
3 Huruf A/F: Arial 11 B/G: Book Antiqua C/H: Calibri
12 12
D/I: Cambria E: Garamound 12
12
4 Spasi Tunggal

C. KELOMPOK SESUAI PEMBIDANGAN LINGUISTIKA


1. Kelompok Fonologi
2. Kelompok Morfologi
3. Kelompok Morfofonemika
4. Kelompok Sintaktika Frasa
5. Kelompok Sintaktika Klausa
6. Kelompok Semantika
7. Kelompok Pragmatika

D. SISTEMATIKA ISI MAKALAH DAN SKOR

Bagian Uraian Skor


Judul 5 s.d. 9 kata sesuai dengan isi makalah Anda. 5
Nama dan NIM Nama semua anggota kelompok diurutkan dari -
NIM terkecil. Hanya awal unsur nama yang
dikapitalkan. Alamat sutron salah satu anggota.
Abstrak Berisi perasan atau abstraksi isi makalah dalam 10
70-120 kata.
Pendahuluan Isinya mengungkapkan rasional (alasan) yang 5
menguatkan pengajian topik, yakni subdisiplin
linguistika sesuai kelompok, dalam studi ilmu
bahasa (linguistika).
Pembahasan Menyajikan pembahasan isi makalah sesuai 70
dengan judul dengan urutan:
1. Subjudul 1: hakikat subdisiplin linguistika (15)
yang dimaksud
2. Subjudul 2: seluk beluk subdisiplin yang (20)
dimaksud (25)
3. Subjudul 3 penerapan kajian subdisiplin
tersebut dalam data bahasa (10)
4. Subjudul 4 uraian tentang pentingnya
pemahaman teori subdisiplin Xxxxxxx bagi
(calon) guru bahasa Indonesia.
Simpulan Kata akhir yang merupakan perasan isi 5
makalah.
Daftar Acuan Sesuai dengan yang digunakan dalam makalah. 5
Total Skor 100

Anda mungkin juga menyukai