Anda di halaman 1dari 16

PEMBENTUKAN KALIMAT & KALIMAT EFEKTIF

A. Pembentukan Kalimat
1. Pengertian
Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan
predikat. Kalimat pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa.
Kalimat menurut Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.
Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda,
diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan
adanya perpaduan atau amilasi bunyi.
Dalam wujud tulisan huruf latin, sebuah kalimat ditandai dengan adanya
berbagai tanda baca yang menunjukan seperti apa kalimat harus seperti apa dibaca.
Menurut Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan
proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang
membentuk satuan bebas; Jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-
kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan dan tulisan harus memiliki subjek
dan predikat.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat /Ka-li-mat/ adalah:
a. Kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
b. Perkataan; linguistic
c. Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.
2. Ciri-Ciri Kalimat
Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan morfem. Fonem
adalah bunyi pada sebuah bahasa yang membedakan makna dalam sebuah
kata, sedangkan morfem adalah bentuk bahasa yang mengandung arti pada
sebuah kata.
b. Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan kalimat lengkap.
c. Mempunyai pola intonasi akhir.
d. Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat.
3. Unsur-Unsur Kalimat
Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat. Kalimat sendiri
setidaknya terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berikut adalah penjabaran mengenai
unsur-unsur pembentuk kalimat :
a. Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama
orang, hewan, benda, sapaan, dan lain-lain.
Contoh subjek dalam suatu kalimat ditandai dengan kata yang dicetak tebal:
Gina adalah teman kami.
Ayah kami sedang lomba memancing.
Subjek memiliki delapan ciri sebagai berikut.
1) Kata atau frase biasanya berkelas kata benda (nomina), contohnya pada
kalimat berikut, “Ilmu kehutanan akan tetap dibutuhkan selama manusia
hidup di bumi”.
2) Nomina tidak pernah diawali oleh kata tugas (kata depan atau kata sambung)
karena kata tugas mengubah fungsi nomina menjadi keterangan. Kalimat
berikut menunjukan bahwa kata benda yang diawali kata tugas akan menjadi
keterangan. “Tentang ilmu kehutanan membahas mengenai kelestarian
pepohonan di hutan.”
3) Ada kata petunjuk (artikel) ini atau itu. Contohnya adalah “Suara ini dikenal
sebagai suara burung yang paling terancam punah di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango.”
4) Subjek bukan kata ganti tanya.
5) Adakalanya subjek bukan sebagai kata benda (nomina), namun pada
umumnya diikuti artikel ini atau itu. Sebagai contoh pada kalimat berikut,
“Berenang (itu)”
6) Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa dan apa.
7) Subjek dapat ditambahkan akhiran -nya. Sebagai contoh, “Masalahnya ialah
tersangka tidak bisa digiring ke Polres untuk dimintai keterangan.”
8) Pada struktur bahasa Indonesia, subjek pada umumnya berada pada awal
kalimat.
b. Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan ataupun
dituliskan oleh pihak pertama. Contoh dalam kalimat adalah kata-kata yang
dicetak tebal.
Merokok membahayakan kesehatan.
Keladi itu tumbuhan.
Ciri-ciri predikat dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut:
1) Pada umumnya predikat berada di sebelah kanan subjek.
2) Predikat menjelaskan subjek sehingga kalimat menjadi bermakna, sebagai
contoh “Sektor kehutanan berkembang secara fluktuatif.”
3) Predikat dapat berkategori kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata depan
(preposisi), atau kata sifat (adjektiva) sehingga predikat menyebabkan
beberapa jenis kalimat tunggal.
4) Predikat mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di sebelah kanannya agar
kalimat menjadi lebih lengkap.
5) Pada umumnya, predikat dapat dicari dengan menggunakan kata tanya
bagaimana.
6) Predikat dapat diikuti partikel -lah, contohnya adalah sebagai berikut
“Tertawalah ia pada saat malam itu.”
c. Objek
Objek adalah sebuah hal atau perkara yang akan menjadi topik pembicaraan.
Fungsi objek adalah membentuk kalimat utama pada kalimat berpredikat
transitif, memperjelas makna dalam sebuah kalimat, dan membentuk kesatuan
atau kelengkapan pikiran dalam kalimat.
Ciri-ciri objek adalah:
1) Objek berada di samping kanan predikat tanpa disisipi kata, kecuali pada
kalimat pasif. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut, “ITB mengadakan
langkah-langkah pelestarian alam di sekitar kampus.”
2) Kata atau frasa yang bisa menjadi objek berkelas kata benda, contohnya
“Tingkat pendidikan petani yang rendah menyebabkan penguasaan teknologi”
3) Objek dapat berpindah posisi menjadi subjek bila predikatnya diubah menjadi
pasif, contohnya “Pemerintah dapat menciptakan kondisi yang kondusif”
menjadi “Kondisi yang kondusif dapat diciptakan oleh pemerintah.”
4) Objek dapat tersurat atau tersirat. Contoh objek tersirat terdapat pada kalimat
berikut “Kecurangan dalam pemilu dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi”,
sedangkan contoh kalimat objek tersurat adalah sebagai berikut “Kecurangan
dalam pemilu dilaporkan oleh Panwaslu ke Mahkamah Konstitusi.”
5) Objek dapat diganti dengan akhiran -nya.
d. Pelengkap
Pelengkap adalah bagian frasa verbal yang membuatnya menjadi predikat
lengkap dalam sebuah klausa. Fungsi pelengkap adalah melengkapi kalimat
lainnya seperti subjek, predikat, objek, dll agar kalimat tersebut dapat berdiri
sendiri. Ciri-ciri pelengkap adalah:
1) Pelengkap berkategori kata atau frasa nominal, verbal, atau adjektival.
2) Pelengkap berada setelah verba semitransitif dan dwitransitif. Contoh pada
kalimat yang mengandung verba semitransitif adalah “Hal itu merupakan
masalah besar.” Contoh pada kalimat yang mengandung verba dwitransitif
adalah “Pak Wirya menugasi mahasiswa membuat desain.”
3) Pelengkap dapat didahului oleh preposisi.
4) Pelengkap tidak dapat dipasifkan (jika dapat dipasifkan tidak dapat menjadi
subjek).
e. Keterangan
Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki tujuan untuk
memperjelas kalimat. Unsur keterangan memiliki fungsi untuk menambah
informasi pada kalimat yang akan disajikan sehingga komunikasi mudah
dipahami.
Tanpa unsur kalimat keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini
dapat ditemukan terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan
informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri unsur kalimat keterangan adalah :
1) Letaknya bisa berpindah-pindah. Misalnya “Hari ini kami akan praktik
lapangan ke hutan” menjadi “Kami akan praktik lapangan hari ini ke hutan.”
2) Keterangan dapat dihilangkan dalam sebuah kalimat.
3) Biasanya, kata atau kelompok kata didahului kata depan.

B. PEMBENTUKAN KALIMAT EFEKTIF


1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat
pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada
sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan
atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh
penulis atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika
dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan
ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan
tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :
a. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah
dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu:
2007).
b. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
c. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
d. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi
dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan
Wahyudi: 2009)
e. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu
menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di
mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat
efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif
adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
a. secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
b. mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
2. Ciri-ciri Kalimat Efektif
a. Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan
kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan
di- pula.
1) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang
satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi
menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-. Kalimat itu harus
diubah :
1) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
2) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
b. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-
kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud
kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata
mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
c. Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Caranya:
1) Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat. Contoh :
a) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.
b) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
2) Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan
partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh :
a) Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
b) Kami pun turut dalam kegiatan itu.
c) Bisakah dia menyelesaikannya?
3) Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap
penting. Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara
orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya
komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
4) Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau
berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
a) Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
b) Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
menyeluruh.
d. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur
dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah
benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah
misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
e. Kesepadanan
Maksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
a) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (Salah)
b) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
2) Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b) Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b) Saat itu bagi saya kurang jelas.
3) Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.
c) Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua
gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan
penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
1) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. Atau
2) Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
3) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.
4) Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh:
1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
2) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
1) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
2) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
f. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh:
1) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
2) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
Kalimat 1) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat 2) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat
tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
g. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat.
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
h. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat
dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2) Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat 2) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu
rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah. Perhatikan kalimat berikut.
1) Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
1) Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
i. Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan
bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab
2) Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak
antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
Surat itu sudah saya baca.
Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
3) Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan kalimat ini :
a) Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b) Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a) Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b) Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
3. Syarat-syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
a. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
b. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar
atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
4. Struktur Kalimat Efektif
Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan
bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat
yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.
Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus
diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan
kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
a. Buat Papa menulis surat saya.
b. Surat saya menulis buat Papa.
c. Menuis saya surat buat Papa.
d. Papa saya buat menulis surat.
e. Saya Papa buat menulis surat.
f. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat)
tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-
kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai
bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan
struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha
mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
http://dayintapinasthika.wordpress.com/2013/01/02/contoh-kalimat-efektif-dan-
kalimat-tidak-efektif/
http://arifharypurnomo.blogspot.com/2013/10/kalimat-efektif-ciri-ciri-dan-
contoh.html.

Anda mungkin juga menyukai