Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah
unit bahasa berupa wacana, kalimat, klausa, frase, dan kata. Manusia dalam
bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai
berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang diirangkai, dijalin
sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya
mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang lain.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah kewajiban bagi seluruh
rakyat Indonesia. Entah dia seorang petani, nelayan, apalagi mahasiswa, dosen
dan pendidik. Maka dari itu, ada benarnya jika kita mengkaji ilmu bahasa
Indonesia secara ilmiah, komprehensif dan mendalam. Sebagai ilmu yang
mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata, morfologi pun menjadi salah satu
ilmu dasar dalam bidang linguistik. Ia bisa diposisikan setelah bidang fonologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
 Apa pengertian frase dan apa jenis-jenisnya?
 Apa pengertian klausa dan apa fungsi-fungsinya ?
 Apa pengertian kalimat dan apa saja jenis-jenisnya?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis merumuskan tujuan
masalahnya sebagai berikut :

 Mengetahui pengertian frase dan jenis-jenisnya


 Mengetahui pengertian klausa dan fungsi-fungsinya
 Mengetahui pengertian kalimat dan jenis-jenisnya

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Frasa
Frasa atau kelompok kata adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata dan gabungan kata itu bersifat nonpredikatif. Jadi, di dalam kelompok kata
itu tidak mungkin dapat ditemukan fungsi predikat seperti halnya di dalam
kalimat.

2.2 Ciri – ciri Frasa


Agar lebih mudah dipahami, frasa dapat dilihat dari 4 ciri-ciri. Ciri-ciri tersebut
meliputi :

 Dalam frasa harus terdiri setidaknya minmal dua kata atau lebih.
 Menduduki atau memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat.
 Dalam frasa harus memiliki satu makna gramatikal.
 Frasa bersifat nonpredikatif.

2.3 Jenis – jenis Frasa


a. Frasa Nominal
Frasa yang terdiri dari nomina sebagai induk atau sebagai pusat dan
unsur – unsur lain yang berupa adjektiva, verba, numeralia,
demonstrativa, pronominal, dan bentuk – bentuk kebahasan lain
sebagai modifikator atau penjelasanya. Contoh : ‘kursi rotan’, dan
‘kawan seperjuangan’.
b. Frasa pronominal
Frasa yang dibentuk dari kata ganti. Kata ganti sebagai inti dan
menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan. Frasa
pronominal dapat dibagi atas frasa pronominal modikatif, frasa
pronominal koordinatif, dan frasa pronominal apositif. Contoh : ‘kamu
dan dia’ dan ‘mereka berdua’.
c. Frasa Verbal
Frasa verbal merupakan gabungan verba dan verba, verba dengan
adverbia atau yang lainnya. Jadi, verbalah yang menhadi inti atau dari

2
frasa verba itu, dan unsur – unsur yang lainnya merupakan penjelas
atau modifikatornya. Contoh : ‘pergi ke jakarta’ dan ‘berangkat tidur’.
d. Frasa Adjektival
Frasa yang merupakan gabungan antara adjektiva dan komponen yang
lainnya. Jadi, induk atau inti frasa itu adalah kata sifat atau adjektiva,
sedangakan komponen – komponen lain yang membentuk frasa
tersebut berfungsi sebagai penjelas atau modifikatornya. Contoh :
‘panas terik’ dan ‘agak sulit’.
e. Frasa Numeral
Frasa yang merupakan gabungan antara numeralia dan unsur – unsur
lainnya. Di dalam konstruksi frasa itu, numeralialah yagn menjadi
induk atau inti frasanya. Contoh : ‘dua puluh’ dan ‘dua ekor’.
f. Frasa Interogativa
Frasa interogativa adalah frasa yang intinya adalah interogativa.
Contoh : ‘siapa dan apa’ dan ‘mengapa dan kenapa’.
g. Frasa Demonstrativa
Frasa demonstrativa adalah frasa yang induknya adalah demonstrativa.
Contoh : ‘sana sini’ dan ‘ini itu’.
h. Frasa Proposisional
Frasa proposisional adalah frasa yang induknya adalah preposisi.
Contoh : ‘dari dan ke’ dan ‘dari, oleh, dan untuk’.

2.4 Pengertian Klausa


Klausa adalah satuan kebahasan yang merupakan gabungan kelompok kata
yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Dengan demikian, klausa itu
pasti bersifat predikatif dan berpotensi untuk dijadikan kalimat.

2.5 Ciri – ciri Klausa


Sama seperti frasa, tentunya klausa juga memiliki ciri-ciri yang berfungsi
untuk membantu kita mengidentfikasinya. ciri-ciri klausa adalah :

 Dalam sebuah klausa hanya terdapat satu predikat saja dan tidak lebih.
 Klausa dapat berubah menjadi sebuah kalimat jika diimbuhi intonasi akhir.

3
 Klausa merupakan bagian dari sebuah kalimat jika kalimat itu adalah
kalimat plural.
 Klausa bersifat meluas jika ditambahkan dengan atribut-atribut khusus yang
belum terdapat pada klausa tersebut.
2.6 Jenis – jenis Klausa
Di dalam klausa, terdapat 4 jenis-jenis pengelompokan. Pengelompokan tersebut
meliputi :

 Berdasarkan kelengkapan unsurnya.

Di dalam pengelompokan klausa berdasarkan kelengkapan unsurnya, klausa


dibagi lagi menjadi klausa tidak lengkap dan klausa lengkap.

 Berdasarkan sifat predikat.

Di dalam pengelompokan klausa berdasarkan sifat predikat, klausa dibagi


lagi mejadi klausa positif dan klausa negatif.

 Berdasarkan kategori predikat.

Di dalam pengelompokan klausa berdasarkan kategori predikat, klausa


dibagi lagi menjadi klausa verbal dan klausa non-verbal.

 Berdasarkan kemapanannya.

Di dalam pengelompokan klausa berdasarkan kemapanannya, klausa dibagi


lagi menjadi klausa mandiri dan klausa tergabung.

2.7 Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang
biasanya barupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, disertai
dengan intonasi final. Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kalimat berperan sangat penting dalam
sebuah komunikasi karena kalimat harus mampu menyampaikan informasi,
menanyakan sesuatu, atau bahkan mengekspresikan emosi manusia.

4
2.8 Ciri – ciri Kalimat
Sama seperti frasa dan klausa, tentunya kalimat juga memiliki ciri-ciri
yang berfungsi untuk membantu kita mengidentfikasinya. ciri-ciri kalimat adalah :

 Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan


kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali huruf capital dan diakhiri dengan
titik(.), tanda Tanya(?), dan tanda seru(!).
 Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat.
 Predikat transitif disertai objek, predikat intransitive dapat disertai
pelengkap.
 Mengandung pikiran yang utuh.
 Menggunakan urutan logis setiap kata atau kelompok kata yang mendukung
fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan
menurut fungsinya.
 Mengandung, satuan makna, ide, atas pesan yang jelas.
 Dalam paragraph yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. Hubungan
dijalin dalam konjungsi, pronominal atau kata ganti, repetisi, atau struktur
sejajar.

2.9 Unsur Kalimat


Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-
unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti
kalimat antara lain SPOK :

1. Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat, di samping
unsur predikat. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini :
 Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
 Dia datang dari Bogor.
 Agnes Monica adalah seorang penyanyi terkenal.
 Pak Aldy pergi ke Malaysia.

5
Dari contoh kalimat di atas, peserta audisi itu, dia, Agnes Monica dan Pak Aldy
adalah contoh dari subjek.

2. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek
yang merupakan inti dari kalimat. Unsur pengisi predikat suatu kalimat dapat
berupa kata, misalnya verba, adjektiva, atau nominal, numeral dan preposisional.
Selain itu dapat pula berupa Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa
nominal, frasa numeralia (bilangan). Perhatikan beberapa contoh kalimat di
bawah ini:
 Qiqi belajar di kamar.
 Ibu memasak tumis kangkung.
 Aldy sedang membaca Koran.
Dari contoh di atas, kata belajar, memasak dan membaca merupakan contoh dari
predikat.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak
setelah predikat yang berkatagori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Objek pada
kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian
pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan
kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina. Berikut contoh objek dalam
kalimat:
 Adik bermain layangan .
 Aldy membeli sebuah buku.
 kelinci itu memakan wortel.
Dari tiga contoh tersebut, layangan, sebuah buku, dan wortel pada tiga kalimat di
atas adalah contoh objek.

6
4. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan pada ke dua unsur
kalimat ini adalah : bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat
kalimat, menempati posisi di belakang predikat dan tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Contoh kalimat pelengkap :
 Indonesia berdasarkan Pancasila.
 Aldy ingin selalu berbuat kebaikan.
 Kaki Aji tersandung batu.
 Mahkota itu bertahtakan berlian.

5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih
lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata,
frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi,
seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk.
Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti
ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan sehingga. Keterangan dibedakan
berdasarkan perannya di dalam kalimat.
 Keterangan waktu
contoh : Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.
 Keterangan tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai
oleh preposisi, seperti di,pada, dan dalam.
contoh : Super Junior akan konser di Indonesia.
 Keterangan cara

7
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan
perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata
dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat
ditandai oleh kata dengan dan dalam.
contoh : Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.
 Keterangan sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang
berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina
atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor karena atau lantaran.
contoh : Ibu menyuruhku cepat pulang karena cuaca sudah mendung.
 Keterangan tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Contoh : Sebelum berangkat ke sekolah, Ricky menyisir rambutnya
agarterlihat rapi.
 Keterangan aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau
objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau
tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Margareta, terpilih sebagai dosen teladan.
 Keterangan tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek),
tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat
menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak
dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Rizaldi, mahasiswa tingkat tiga, mendapat beasiswa.
 Keterangan pewatas

8
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,
predikat, objek, keterangan, atau pelengkap.
Contoh : Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa

2.10 Struktur Kalimat


Semua kalimat yang kita pakai berasal dari beberapa struktur ataupun pola
kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut bisa dikembangkan berdasarkan kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat
bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut :

1. Kalimat dasar berpola S P


Kalimat dasar semacam ini hanya mempunyai unsur subjek dan
predikat. Contoh nya :
Rina tidur
S P

2. Kalimat dasar berpola S P O


Pola kalimat ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Unsurnya yaitu subjek, predikat, dan objek.
Contoh nya :
Rina mengemudikan mobil
S P O

3. Kalimat berpola S P Pel


Kalimat ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Contoh nya :
Rina pergi liburan
S P Pel

4. Kalimat berpola S P O Pel


Kalimat ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Contoh nya :
Supir bus mengemudikan busnya sembarangan
S P O Pel

9
5. Kalimat dasar berpola S P K
Kalimat ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan keterangan.
Contoh nya : Andi menjahit tadi pagi
S P K

6. Kalimat dasar berpola S P O K


Kalimat ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Contoh nya : Andi menjahit kain tadi pagi
S P O K

7. Kalimat dasar berpola S P O Pel K


Kalimat ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa
verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa nominal, Pelengkap
berupa nomina atau frasa nominal dan keterangan berupa frasa
berpreposisi.
Contoh nya :
Ayah membelikan Andi Sepatu baru di Plaza
S P O Pel K

8. Kalimat dasar berpola S P Pel K


Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, pelengkap
dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau
adjektiva dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

10
Contoh : Aku sedih ketika mama masuk rumah sakit
S P Pel K

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Frase adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non
predikatif yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Frase tidak mempunyai
predikat.Jenis Frase, antara lain frase eksosentrik, frase endosentrik,frase
koordinatif, frase apositif. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata
berkonstruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu wajib ada komponen (kata
atau frase) yang berfunsi sebagai predikat. Dalam klausa, subjek juga wajib ada.
Objek wajib ada jika predikat berupa verba transitif. Jika bukan verba transitif,
maka yang muncul adalah pelengkap. Keterangan tidak wajib dalam klausa.
Kalimat adalah satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa. Atau satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar ,klausa, dilengkapi konjungsi bila
diperlukan. Kalimat bisa berasal dari klausa yang diberi intonasi final.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr. R. Kunjana Rahardi, M. H. (2009). BAHASA INDONESIA UNTUK


PERGURUAN TINGGI (R. Rahmat (Ed.)). PENERBIT ERLANGGA.

Ratri, R. K. (Ed.). (2013). PENGANTAR LINGUISTIK UMUM. AR-RUZZ


MEDIA.

12

Anda mungkin juga menyukai