Anda di halaman 1dari 12

FRASA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Bahasa Indonesia”

Kelompok 4
Siti Rohani (20160049)
Ulfah Nadiya (20160053)

Dosen Pembimbing
Namiroh Lubis, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta
isinya. Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW
sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “Frasa”

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, saya


berharap para pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah SWT, dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu
diharapkan bagi para pembaca dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya
kepada saya demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Panyabungan, November 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2


A. Pengertian Frasa........................................................................................2
B. Frasa Endosentris.......................................................................................4
C. Frasa Eksosentris.......................................................................................6

BAB III PENUTUP ............................................................................................8


A. Kesimpulan ................................................................................................8
B. Saran ..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Frasa ialah satuan sintaksis yang dibentuk dari dua buah kata atau lebih
dan hanya mengisi satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa mempunyai
beberapa variasi, sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frasa-frasa juga
mempunyai kategori. Frasa dapat digolongkan berdasarkan distribusi dengan
unsurnya yaitu, frasa eksosentris dan frasa endosentris.
Pada umumnya frasa merupakan kelompok kata atau gabungan dua kata
atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The
Grammar Book: an ESL/ EFL- Teacher’s Cource: Second Edition,
menyatakan bahwa frasa tidak selalu merupakan gabungan dari dua kata atau
lebih, tetapi kata seperti book, bag, lawyer, teacher dapat juga dikatakan
sebagai frasa, yakni frasa yang memperlihakan kategori NP.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Frasa?
2. Apa yang dimaksud dengan Frasa Endosentris?
3. Apa yang dimaksud dengan Frasa Eksosentris?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Frasa!
2. Untuk mengetahui apa yang dengan Frasa Endosentris!
3. Untuk mengetahui apa yang dengan Frasa Eksosentris!

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang menduduki
satu fungsi kalimat. Frasa tidak bisa membentuk sebuah kalimat yang
sempurna karena tidak mempunyai predikat atau nonpredikat. Sederhanya,
frasa adalah gabungan atau pengelompokan dari dua kata atau lebih, namun
tidak bisa membentuk kalimat sempurna karena tidak memiliki predikat. 1
Dalam sebuah kalimat, frasa berkedudukan sebagai fungsi sintaksis. Fungsi
sintaksis lebih dikenal dengan subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen
(pelengkap), dan keterangan. Misalnya, dalam sebuah kalimat yang terdiri dari
S-P-O, frasa dapat mengisi kalimat tersebut dengan berfungsi sebagai subjek,
predikat, atau objek.
Adapun ciri-ciri frasa antara lain sebagai berikut:
1. Frasa harus terdiri minimal dua kata atau lebih.
2. Menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. Frasa harus mempunyai satu makna gramatikal.
4. Frasa bersifat nonpredikatif.
5. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
Frasa atau frase adalah gabungan kata yang bersifat non - predikatif.
Artinya, frasa hanya terdiri dari salah satu fungsi, bisa terdiri dari subjek saja,
bisa juga hanya terdiri dari verba atau bisa diawali dengan preposisi. Frasa
termasuk salah satu satuan linguistik yang tidak mempunyai ciri-ciri atau batas
fungsi sebagai klausa. Sehingga tingkatan frasa berada di bawah klausa dan di
atas tingkatan kata. Frasa terdiri atas beberapa kata dan secara fisik mengisi
slot-slot pada tingkatan klausa. Frasa selalu terdiri dari morfem bebas yang
tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu unsur frasa dipisahkan akan mengubah
makna dari sebuah kalimat. Maka dari itu, pemindahan tata letak frasa harus
dilakukan secara keseluruhan

1 Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta.

2
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa
merupakan satuan linguistik yang lebih akbar dari kata dan lebih kecil dari
klausa dan kalimat. Frasa adalah kelompok kata nonpredikatif. Berikut
beberapa jenis-jenis frasa yaitu
1. Frasa verbal
Adalah suatu frasa yang mempunyai inti kata kerja dalam unsur
pembentukannya dan juga dapat difungsikan sebagai pengganti kedudukan
kata kerja dalam suatu kalimat.
2. Frasa vominal
Adalah suatu frasa yang mempunyai inti kata benda dalam unsur
pembentukannya dan juga dapat difungsikan sebagai pengganti dari kata
benda.
3. Frasa ajektiva
Adalah suatu frasa yang mempunyai inti berupa kata sifat dalam unsur
pembentukannya.
4. Frasa adverbia
Frasa adverbia adalah frasa yang mengandung unsur inti kata
keterangan dan dapat sebagai substitusi kata keterangan dalam suatu
kalimat.
5. Frasa numeralia
Frasa numeralia adalah frasa yang terbentuk dari kata bilangan. Frasa
ini mengungkapkan jumlah, kuantitas, dan urutan dalam suatu deret.
6. Frasa preposisional
Frasa preposisional merupakan frasa yang mengandung preposisi dan
objek preposisional yang dapat berperan sebagai kata keterangan dalam
suatu kalimat.
7. Frasa konjungsi
Frasa konjungsi adalah frasa yang mengandung konjungsi atau kata
sambung.
8. Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang memiliki konstituen inti yang
memiliki hubungan atau kesetaraan dengan konstituen lainnya yang ada

3
pada rangkaian kalimat tersebut. Secara umum ada tiga jenis frasa
endosentrik, yaitu frasa endosentrik atributif, apositif, dan koordinatif.
9. Frasa eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki unsur inti.
Lantaran tidak memiliki unsur inti, kalimat ini tidak dapat dipenggal-
penggal atau dibeda-bedakan. Secara umum, ada tiga bentuk frasa
eksosentrik yang umumnya digunakan dalam suatu kata-kata. Tiga bentuk
frasa tersebut, yakni frasa eksosentris direktif, nondirektif, dan konektif.
10. Frasa setara
Frasa setara adalah frasa yang antarkatanya memiliki unsur yang
setara.
11. Frasa setara bertingkat
Frasa setara bertingkat merupakan frasa yang antarkatanya memiliki
unsur yang tidak setara atau memiliki tingkatan-tingkatan tertentu.
12. Frasa biasa
Frasa biasa merupakan frasa yang terbentuk dari makna denotasi
(makna sebenarnya).
13. Frasa idiomatik
Frasa idiomatik adalah frasa yang bermakna tidak sebenarnya atau
memiliki konotasi tertentu.
14. Frasa ambigu
Frasa ambigu merupakan frasa yang memiliki makna ganda sehingga
dapat menimbulkan keraguan. Oleh karena itu, frasa-frasa ambigu
umumnya memerlukan penjelasan yang lebih.2

B. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang memiliki distribusi sama atau setara,
sehingga ketika salah satu unsur dihilangkan, frasa tersebut akan tetap dapat
digunakan. Selain itu, frasa ini juga memiliki salah satu bagian yang disebut
komponen atasan dan komponen bawahan. Kedua komponen ini disebutkan

2 Markhamah. 2009. Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Surakarta :


Muhammadiyah University Press

4
karena frasa endosentris memiliki distribusi sama dan salah satunya sebagai
pendukung atau pembatas. Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen
pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama atau sederajat.
Karena bentuk yang sederajat, maka frasa ini dapat dihubungkan dengan
konjungsi koordinatif tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun dan konjungsi
lainnya.
Frasa endosentris merupakan gabungan dua jenis-jenis kata yang salah
satunya berfungsi sebagai unsur menerangkan (M) dan yang lainnya berfugsi
sebagai unsur diterangkan (D). Unsur D pada frasa ini merupakan unsur utama
atau pusat frasa ini, sedangkan unsur M merupakan unsur pelengkap dari frasa
ini. Frasa endosentris adalah frasa yang unsur-unsurnya mempunyai distribusi
(posisi/letak) yang sama dengan unsur lainnya di dalam frasa itu. Frasa
endosentris dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Frasa Endosentris Koordinatif.
Frasa endosentris koordinatif ialah frasa yang unsur-unsurnya
mempunyai kedudukan setara sehingga di antara unsur itu dapat saling
menggantikan dan dapat disisipkan kata dan atau ata. Contoh frasa seperti
ini dapat kita jumpai pada bapak ibu (bapak dan ibu), tua muda (tua atau
muda), atau siang malam (siang dan/atau malam).
2. Frasa Endosentris Subordinatif.
Frasa endosentris subordinatif ialah frasa yang unsur-unsurnya tidak
mempunyai kedudukan yang setara sehingga di antara unsur-unsur itu
tidak dapat saling menggantikan dan tidak dapat disisipkan
kata dan atau atau. Contohnya adalah agak kaku, sangat cepat, dan lebih
muda. Dapat dikatakan, kata pertama pada tiga contoh tersebut
merupakan unsur pewatas sedangkan kata kedua merupakan unsur inti
atau hulu. Perlu diketahui, dalam pemaparan Ramlan, frasa endosentris
subordinatif disebut sebagai frasa endosentris atributif. Sebaliknya, dalam
pemaparan Chaer, frasa ini dinamai sebagai frasa modifikatif.
3. Frasa endosentris apositif.
Frasa ini memiliki sifat yang berbeda dengan endosentris koordinatif
dan subordinatif. Frasa endosentris apositif menggunakan aposisi untuk

5
menandakan dua unsur pusat yang saling merujuk. Simak contoh di
bawah ini.
a. Adi, anak Bu Ida, sedang belajar matematika.
b. Bahasaku, Bahasa Indonesia.
c. Dia menulis surat untuk Arin, pacarnya.
Menurut Ramlan (1987), frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya, baik semua maupun salah satu darinya, adalah frasa
endosentris. Dalam Kamus Linguistik (2009), Kridalaksana mendefinisikan
distribusi sebagai semua posisi yang diduduki oleh unsur bahasa. Singkat kata,
frasa endosentris memiliki unsur-unsur yang berkedudukan setara. Perhatikan
contoh berikut ini.3
“Dua orang siswa sedang belajar matematika di perpustakaan”
Pada kalimat tersebut, dua orang siswa tergolong ke dalam frasa
endosentris. Unsur dua orang dan unsur siswa memiliki distribusi yang sama.
Maka dari itu, bukan masalah jika salah satu dari dua unsur tersebut
dihilangkan karena keduanya dapat saling menggantikan.
1. Dua orang sedang belajar matematika di perpustakaan.
2. Siswa sedang belajar matematika di perpustakaan.

C. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak memiliki konstruksi sama
dengan unsur atau kompenen pembentuknya. Artiya salah satu komponen dari
frasa eksosentrik tidak dapat saling mengisi ketika dipisahkan. Frasa
eksosentris mempunyai dua komponen. Komponen yang pertama berupa
perangkai yang berwujud preposisi partikel dan komponen kedua berupa
sumbu. Frasa yang berperangkal preposisi disebut frasa preposisional atau
frasa eksosentris direktif dan frasa yang berperangkai sumbu disebut Frasa
eksosentris non-direktif.
Beda halnya dengan frasa endosentris, frasa eksosentris tidak memiliki
distribusi unsur yang setara. Satu unsur tidak dapat menggantikan unsur
lainnya. Perhatikan contoh di bawah ini.

3 Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. “Karyono”.

6
Dua orang sedang belajar matematika di perpustakaan.
1. Dua orang sedang belajar matematika di.
2. Dua orang sedang belajar matematika perpustakaan.
Di perpustakaan memiliki dua unsur yakni di dan perpustakaan. Sebagai
frasa preposisional, keduanya tidak memiliki distribusi yang paralel dan tidak
dapat saling menggantikan. Coba perhatikan kalimat kedua dan ketiga. Ketika
salah satu unsur dihilangkan, kalimat tersebut menjadi rumpang. Perlu
diketahui, frasa preposisional disebut juga sebagai frasa eksosentris direktif.
Kebalikannya, frasa eksosentris nondirektif merupakan frasa yang tidak
memiliki perangkai berupa preposisi, seperti artikula atau kata lainnya.
Contohnya adalah sang kancil, para pelopor, dan yang paling besar.4
Frasa eksosentris merupakan gabungan kata yang tidak mempunyai unsur
D di dalamnya. Frasa ini biasanya terbentuk dari jenis-jenis kata benda yang
digabung dengan konjungsi, jenis-jenis kata depan, atau beberapa kata
tertentu. Frasa ini sendiri terbagi pula ke dalam 3 jenis, yaitu:
1. Frasa Eksosentris Direktif: merupakan frasa eksosentris hasil gabungkan
kata depan dan kata benda, di mana konjungsi berada di awal kata benda.
Misalnya: ke Bandung.
2. Frasa Eksosentris Non Direktif: merupakan frasa eksosentris yang terdiri
atas kata benda yang digabung dengan kata-kata tertentu seperti si, sang,
para, dan sejenisnya. Contoh: sang bangau.
3. Frasa Eksosentris Konektif: merupakan frasa eksosentris hasil gabungan
kata benda dengan kata lekas, segera, saat, akan, dll. Misalnya: lekas
sembuh.

BAB III
PENUTUP

4 Ramlan. 1996. Ilmu bahasa Indonesia Sintaksis. Yogykarta: CV. Karyono.

7
A. Kesimpulan
Frasa ialah satuan sintaksis yang dibentuk dari dua buah kata atau lebih
dan hanya mengisi satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Ramlan, 2001:
138). Frasa mempunyai beberapa variasi, sebagai pengisi fungsi-fungsi
sintaksis frasa-frasa juga mempunyai kategori. Frasa dapat digolongkan
berdasarkan distribusi dengan unsurnya yaitu, frasa eksosentris dan frasa
endosentris. Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu
frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan frasa
endosentrik yang apositif.
Frasa endosentris merupakan gabungan dua jenis-jenis kata yang salah
satunya berfungsi sebagai unsur menerangkan (M) dan yang lainnya berfugsi
sebagai unsur diterangkan (D). Unsur D pada frasa ini merupakan unsur utama
atau pusat frasa ini, sedangkan unsur M merupakan unsur pelengkap dari frasa
ini. Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak memiliki konstruksi sama
dengan unsur atau kompenen pembentuknya. Artiya salah satu komponen dari
frasa eksosentrik tidak dapat saling mengisi ketika dipisahkan. Secara garis
besar, bisa disimpulkan bahwa perbedaan atra frasa endosentris dan
eksosentris terdiri atas dua hal, yaitu unsur-unsur serta kata-kata yang
membentuk kedua frasa tersebut

B. Saran
Kami mengakui apabila ada kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf,
dan kepada pembaca kami berharap agar dapat memberikan kritikan agar kami
dapat memperbaiki makalah dengan baik di masa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:


Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V.


“Karyono”.

Ramlan. 1996. Ilmu bahasa Indonesia Sintaksis. Yogykarta: CV. Karyono.

Markhamah. 2009. Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia. Surakarta :


Muhammadiyah University Press

Anda mungkin juga menyukai