Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KATA DAN FRASE

DI SUSUN OLEH :
ARFIN NAFISA
ATHIF RAID ALFATHIN
SUNDARI
SAHRUL ALIM

STIKA AL HIDAYAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini
memenuhi tugas mata Bahasa Indonesia untuk mengetahui dan memahami secara
mendalam akan ilmu mata kuliah Bahasa Indonesia khususnya tentang Kata dan Frase.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. kami sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. kami meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Arjasa, 07 Oktober 2022

Penyusun
BAB I

Pendahuluan

LATAR BELAKANG

Bahasa merupakan suatu komponen penting yang digunakan dalam berkomunukasi.


Pengenalan tentang kebahasaan pun perlu sekali ditingkatkan. Untuk itu, sebagai warga negara yang
baik kita hendaknya mempelajari bahasa tidak hanya sekedar tahu bagaimana cara
mengkomunikasikannya, tetapi juga tahu kaidah-kaidahnya. Baik kaidah secara tertulis maupun secara
lisan.
Maka dari itu, ada ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang disebut dengan linguistik.
Linguistik itu sendiri meliputi beberapa ilmu, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, kami akan membahas tentang sintaksis yang mempelajari tentang struktur
kalimat, seperti frasa, klausa, dan kalimat.
Lebih rinci lagi akan dibahas mengenai frasa, banyak orang sering mempermasalahkan antara
frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu
sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang
masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sedangkan frasa merupakan gabungan dua kata yang
bila digabungkan akan menghasilkan makna baru dan gabungan tersebut tidak melebihi batas fungsi.
Hal yang selengkapnya mengenai frasa akan dibahas dalam materi berikut.
Ketika kita mempelajari bahasa Indonesia di SMP dan SMA, kita pasti pernah mempelajari
frasemenurut Oscar (Keraf dalam Oscar, 1993:5), yaitu bagian-bagian dari kata bahasa yang
mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kaliamt dalam suatu bahasa. Frase dalam
bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu frase endosentris dan frase eksosentris. Frasa
endosentris merupakan frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua
unsur-unsurnya maupun salah satu unsurnya (Ramlan, 1986:146), sedangkan frasa eksosentris ialah
frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan, 1986:146). Makalah
ini akan membahas frase endosentris dan jenis-jenisnya, pengertian dari jenis-jenis frasa tersebut, dan
perluasan aposisi selain subjek akan dibahas secara jelas.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari frase?
2. Apakah pengertian dari Kata?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui frase.
2. Untuk mengetahui kata.
BAB II
Pembahasan
1. Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu
kesatuan (Keraf, 1984:138.). Frasa juga gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau
lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer,
2003 : 222). Contoh: bayi sehat, pisang goreng, baru datang, sedang membaca. Frasa merupakan
satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu
fungsi unsur klausa atau selalu menduduki satu fungsi kalimat yaitu: S(Subjek), P(Predikat), O(Objek),
atau K(Keterangan).
Frase dapat di golongkan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan strukturnya dan berdasarkan
persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata. Berdasarkan tipe strukturnya, maka frase
dapat dibedakan atas Frase Eksosentris dan Endosentris. Sedangkan berdasarkan persamaan distribusi
dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan menjadi frase nomina (frasa benda),
verba (frasa kerja), numeralia (frasa bilangan), adverbial (frasa keterangan), preposisional (frasa depan)
dan adjektiva (frasa sifat).
Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Bertingkat
Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya sedangkan frasa
bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh : Dia mempunyai anak istri (SPO)
Jenis Frase
1. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau disebut frase
preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen
keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif
(komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa
kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba).
2. Frase Endosentrik
Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku
sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan
kedudukan keseluruhannya. Frase ini disebut juga frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu
komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti
atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang
merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen
yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.
Dilihat dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal (frase endosentrik yang intinya
berupa nomina atau pronomina maka frase ini dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai
pengisi salah satu fungsi sintaksis), frase verbal (frase endosentrik yang intinya berupa kata verba, maka
dapat menggantikan kedudukan kata verbal dalam sintaksis), frase ajektifa (frase edosentrik yang
intinya berupa kata ajektiv), frase numeralia (frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral).
3. Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau
lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif.
Frase koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis.
4. Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, oleh
karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
B. Perluasan Frase
Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi tambahan komponen
baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan. Dalam bahasa Indonesia perluasan
frase tampak sangat produktif. Antara lain karena pertama, untuk menyatakan konsep-konsep khusus,
atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara leksikal. Faktor kedua,
bahwa pengungkapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas tidak
dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan dinyatakan dengan unsur
leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci dalam suatu
konsep, terutama untuk konsep nomina
Pengertian Frasa - "Frasa" itu adalah judul dari artikel kita kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti (
definisi ) frasa itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari frasa itu? Apakah teman teman tahu?
semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar benar membaca
arikel " Frasa "ini ^_^.
Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih.
Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S),
Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan
predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
kalimat.
Contoh frasa: Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Dua orang mahasiswa sedang membaca di perpustakaan.
S P Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di
perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh: Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan
yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum
termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya.
Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan
atribut.
Contoh: Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada
kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2)
bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam.
Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang
membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut
distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik.
Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua
saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa
jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak
memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti
sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa
saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa
yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa
yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa
jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan
jual beli.
Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh: Pintu dan jendelanya sedang dicat.
2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh: Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.
3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama
dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan
merupakan aposisi.
Contoh: Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan,
bilangan, dan depan.
1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur
pusat frasa benda yaitu kata benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh
karena itu, frasa hadiah ulang tahun termasuk frasa benda atau frasa nomina.
2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh: Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur
pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat
mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.
4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa
keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai
keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan.
Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di
akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh: Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa
bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh: Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh: Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh: Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna)
hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga
dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah
tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat
Pada kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata
berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan
kata ‘sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri
dari satu kata pada tiap jabatannya.
Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata
atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung
pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi
sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S),
Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya
karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.
1. Subjek dan Predikat.
1. Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang
tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek.
Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di
mana, dan lain-lain’.
Contoh: Sedang belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya
‘mereka itu’
2. Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina,
verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
3. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi
partikel –kal.
Contoh:
Merka itu(S) sedang belajar(P).
Sedang belajarkah mereka itu?
Merekakah sedang belajar? (salah)
2. Objek dan Pelengkap.
1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa
nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan
pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).
3. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Contoh:
a. Transitif(memerlukan objek)
1. Orang itu(S) menjual(P). (Salah)
2. Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
b. Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)
1. Orang itu(S) minum(P).
2. Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
3. Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).
c. Intransitif(tidak memerlukan objek).
1. Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).
2. Semi-lengkap.
1. Orang itu(S) berjualan(P).
2. Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).
3. Lengkap.
1. Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)
2. Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
3. Keterangan.
1. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau
pelengkap.
2. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
3. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan
pelengkap.
Contoh: Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).
2. Jenis Frasa
Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya)
dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
1. Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa
Endosentris dan Frasa Eksosentris.
1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya.
Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP).
Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur
pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1. Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat
dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
1. rumah pekarangan
2. suami istri dua tiga (hari)
3. ayah ibu
2. Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga
mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi
menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
1. pembangunan lima tahun
2. sekolah Inpres
3. buku baru
4. orang itu
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata
yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
3. Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan
mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, ……. sedang belajar.
………. anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh
lain:
1. Yogya, kota pelajar
2. Indonesia, tanah airku
3. Bapak SBY, Presiden RI
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif,
atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang
satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut,
menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa
endosentris koordinatif
2. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya.
Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.
2. Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
1. Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu
berupa:
1. nomina sebenarnya
contoh: pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
2. pronomina
contoh: dia itu musuh saya
3. nama
contoh: Dian itu manis
4. kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh: dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa
numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
2. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP
frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi)
kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi
kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang
menunjukkan verba aktif.
3. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi
afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi
predikat.
Contoh: Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba
sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan
adalah ciri dominan.
Contoh: menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi
bisa diberi kata ‘sangat’).
4. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata
yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat
(dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
5. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti
kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh: Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata)
di teras
ke rumah teman
6. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan
diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa
konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh: Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan,
karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
2. Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari
segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari
kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan
tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih keci
A Unsur Pembentukan Kata
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah
subsistem yang berupa proses untuk mengolah leksem atau huruf menjadi kata Untuk
dapat digunakan dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar,
terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi
sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses
komposisi.Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu:
Inflektif yaitu Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya
berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa
modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.Derivatif,
Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang
berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan
pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif
membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata.
Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu :
1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang
dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem
dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem ber-, ter-,
ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak dapat langsung menjadi kata.
Seperti halnya juang tidak dapat langsung menjadi kata karena juang termasuk
morfem terikat. Sedangkan rumah dapat langsung menjadi kata karena dapat berdiri
sendiri dan bermakna.
2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata
dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri
sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. istilah afiks termasuk,
prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda.
b. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru
dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
c. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di
belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks
adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks
bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.Dalam
bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an,
per-…-an, dan ber-…-an.Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan,
bertolongan.
d. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara
kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks: me-
kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
B. eduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi,
seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar
laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik).
Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya
sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula
bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas
leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti
“banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang bersifat
derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda
dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba
dan pura-pura dari dasar pura.
C. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem
dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi
yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini dapat
dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali
memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada
kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi
itu dalam bahasa Indonesia menimbulkan berbagai masalah dan berbagai pendapat
karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah
itu antara lain masalah kata majemuk.
Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
a. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
b. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari
salah pengertian. Contoh: orang-tua muda.
c. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima
kasih.
d. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh:
menyebarluaskan.
e. Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan. Contohnya:
manakala, kilometer.
D. Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah
proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental.
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan
internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang
biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap Contoh: 'dia laki-
laki menulis', 'sudah ditulis’
E. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan
leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan
makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan.
Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya
liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar)
3. Kata Dasar dan Berimbuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata merupakan suatu unsur bahasa
yang diucapkan atau ditulis dan merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata merupakan salah satu unsur yang
membentuk berbagai jenis-jenis kalimat. Kata majemuk dan kata hubung (konjungsi)
merupakan beberapa diantara jenis-jenis kata. yang ada. Artikel kali ini akan membahas
dua jenis kata lainnya, yakni kata dasar dan kata berimbuhan. Keduanya akan dijelaskan
baik itu definisinya maupun contoh-contohnya.
i. Kata Dasar
Dalam istilah linguistik, kata dasar diartikan sebagai dasar dari pembentukan kata
yang lebih besar. Kata dasar merupakan jenis kata yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun atas morfem atau gabungan morfem. Kata dasar juga mempunyai sejumlah
ciri, yaitu:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki imbuhan
atau yamg merupakan kata turunan.
c. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan mengalami
perbedaan makna.
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa perlu
dibubuhi imbuhan.

Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar
kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar yang hanya
terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks adalah kata dasar yang
mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar kompleks terjadi jika sebuah kata
dasar mengalami beberapa proses, seperti pemberian imbuhan atau menngalami
reduplikasi (perulangan kata).
Contoh Kata Dasar Tunggal:

1) Api
2) Air
3) Rumah
4) Badai

Contoh Kata Dasar Kompleks:

1) Bersantai
2) Memakai
3) Melarang
4) Berkemah
5) Kupu-kupu
6) Bolak-balik
7) Melihat-lihat

ii. Kata Berimbuhan


Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah diberi imbuhan, baik itu awalan,
sisipan, akhiran, serta awalan-akhiran. Karena pemberian imbuhan tersebut, maka
kata turunan mengalami pergeseran makna. Nama lain dari kata berimbuhan adalah
kata turunan. Baca :Macam Macam Imbuhan Konfiks, Macam Macam Imbuhan
Sufiks, Macam Macam Imbuhan Prefiks, Macam-Macam Imbuhan.
Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Awalan:
1) Berjoget
2) Bermain
3) Mencuri

Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Sisipan:

1) Gemilang (kata dasar: gilang, imbuhan sisipan: -em-)


2) Gerigi (kata dasar: gigi, imbuhan sisipan: -er-)
3) Kemelut (kata dasar: kelut, imbuhan sisipan: -em-)

Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Akhiran:

1) Mingguan
2) Tahunan
3) Hadirin

Contoh Kata Berimbuhan yang Menggunakan Imbuhan Awalan-Akhiran:

1) Pertanggungjawaban
2) Kesatuan
3) Persatuan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap
sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari
kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil. Frase
adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis. Frase tidak mempunyai predikat. Jenis Frase, antara lain
fraseeksosentrik, fraseendosentrik, frasekoordinatif, fraseapositif.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.Untuk saran
bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/38640722/Makalah_frasa_klausa_kalimat

https://dosenbahasa.com/kata-dasar-dan-kata-berimbuhan

http://www.rijal09.com/2016/05/pembentukan-kata.html

http://makalahheru.blogspot.co.id/2015/05/kata-dalam-bahasa-indonesia_77.html

https://www.academia.edu/11623370/makalah tentang_kata_dan_kalimat

https://www.academia.edu/11623370/2347689/ karya_kalimat_frase_paragraf

https://www.academia.edu/11623370/ bahasa_indonesia

Anda mungkin juga menyukai