Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“KELAS KATA DAN FRASA”

Oleh Kelompok 4:

Neny Heryanti (200910101042)

Riqbal Fauzi Salman Wonnink (200910101079)

Erika Nanda Lestari (190210104042)

Anjung Dwi Dewi Milini (190210104043)

Dosen Pengampu :

Bapak Siswanto, M.A.

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan nikmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kelas Kata dan Frasa” tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Kelas Kata dan Frasa” ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Bahasa Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Siswanto, M.A. sebagai dosen
pengampu mata kuliah Bahsa Indonesia yang senantiasa memberikan bimbingan dan
pengarahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
berkontribusi demi terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan kemanfaatan dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
“Kelas Kata dan Frasa” bagi penulis dan pembaca.

Jember, 22 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Kelas Kata ................................................................................................................. 3

2.2 Aplikasi Kelas Kata ................................................................................................... 6

2.3 Jenis Frasa ................................................................................................................. 6

2.4 Aplikasi Frasa ........................................................................................................... 7

BAB 3. PENUTUP ............................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................12

3.2 Saran ........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dengan kemajemukannya adalah harta yang begitu mengagumkan.
Terutama dalam hal bahasa yang beraneka ragam. Dari banyaknya bahasa daerah yang
menjadi pemersatu adalah bahasa Indonesia. Maka sangat diperlukan bagi masyarakat
Indonesia mempelajari lebih dalam khususnya mengenai bahasa Indonesia entah dalam
pengucapan ataupun penulisan yang baik dan benar. Untuk bisa berbahasa Indonesia
dengan baik perlu pemahaman yang baik pula dalam hal kata, frasa agar membentuk
kalimat yang padu serta utuh. Pemilihan kata yang baik agar sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia ini juga telah diatur dalam Bab III Ragam Bahasa Peraturan
Perundang-Undangan, UU Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU No 12
Tahun 2011) Lampiran 2 yang mengatakan bahwa Bahasa peraturan perundang-
undangan pada dasarnya tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia, baik yang
menyangkut pembentukan kata, penyusunan kalimat, teknik penulisan maupun
pengejaannya, namun bahasa peraturan perundang-undangan mempunyai corak
tersendiri yang bercirikan kejernihan atau kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan,
keserasian, dan ketaatan asas sesuai dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan
maupun cara penulisannya. Berdasarkan kutipan tersebut tampak jelas bahwa bahasa
dalam perundang-undangan atau bahasa dalam hukum tertulis ternyata adalah bahasa
Indonesia juga yang harus tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud kelas kata?
2. Bagaimana aplikasi kelas kata?
3. Apa yang dimaksud frasa?
4. Bagaimana aplikasi frasa?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kelas kata dalam kalimat.
2. Mahasiswa dapat memahami aplikasi kelas kata.
3. Mahasiswa dapat memahami frasa.
4. Mahasiswa dapat memahami aplikasi frasa.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Kelas Kata

Kelas kata (Jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan
bentuk, fungsi, dan makna dalam system gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik
dan benar, harus berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakaian bahasa harus sesuai
mengenal fungsi dan jenis kelas kata.
Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu :
1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata,
yang dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua
morfem dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem
ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak dapat langsung
menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat langsung menjadi kata karena
juang termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat langsung menjadi kata
karena dapat berdiri sendiri dan bermakna.
2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada
kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat
berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. istilah afiks
termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda.
b. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru
dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
c. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di
belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks
adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks
bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar,

3
pen-…-an, per-…-an, dan ber-…-an. Contoh: keadaan, pengiriman,
persahabatan, bertolongan.
d. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara
kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks:
me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
3. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi,
seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar
laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar
balik). Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang
tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang
diulang.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula
bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas
leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja
berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang
bersifat derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya
berbeda dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari
dasar laba dan pura-pura dari dasar pura.
4. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini dapat
dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali
memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada
kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses
komposisi itu dalam bahasa Indonesia menimbulkan berbagai masalah dan
berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-
beda. Masalah-masalah itu antara lain masalah kata majemuk.
Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
4
a. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
b. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan
menghindari salah pengertian. Contoh: orang-tua muda.
c. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh:
berterima kasih.
d. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh:
menyebarluaskan.
e. Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan.
Contohnya: manakala, kilometer.
5. Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah
proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan
unsur segmental.
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan
internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang
biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap Contoh: 'dia
laki-laki menulis', 'sudah ditulis’
6. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan
leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama
dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut
kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya
halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan), dan SD
(utuhnya Sekolah Dasar)

 Dalam potensi kata dikenal prakategori dan kategorial.


a) Prakategori
Praketogri yaitu kata yang tidak dapat berdidri sendiri. Bentuknya ada yang
berupa kata dasar, da nada pula berupa akar kata. Kata-kata tersebut tidak bisa
berdiri sendiri, harus dibentuk dengan morfem lain. Misalnya : hadap
(menghadapi), temu (bertemu), juang (perjuangan), kendara (mengendarai), dll.
b) Kategori

5
Kata-kata yang masuk ke dala kategor ialah kata-kata yang dapat berdiri sendiri
dan mempunyai makna tanpa bantuan morfem lain. Morfem lain itu berupa
prefix, sufiks, infiks, atau morfem bebas. Misalnya : rumah, gergaji, akar, mata,
besi, dll.

Fungsi kelas kata :


1. Melambangkan gagasan yang abstrak menjadi konkret;
2. Membentuk bermacam-macam struktur kalimat;
3. Memperjelas makna gagasan kalimat;
4. Membentuk satuan makna sebuah frasa klausa, dan kalimat.
5. Membentuk gaya pengungkapan dalam sebuah karangan;
6. Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi;
7. Mengungkapkan berbagai sikap.

2.2 Aplikasi Kelas Kata


Kelas kata terdiri dari :

a. Verba h. Demontrativa
b. Adjektiva i. Artikula
c. Nomina j. Preposisi
d. Pronominal k. Konjungsi
e. Numeralia l. Fatis
f. Adverbial m. Interjeksi
g. Interogativa

1. Verba
Verba atau kata kerja adalah kata yang menunjukkan makna perbuatan, pekkerjaan,
tindakan, proses atau keadaan.
Contoh aplikasi verba dalam kalimat:
 Berdasarkan bentuk kata (morfologis) dibagi menjadi (1) verba dasar, seperti
makan , minum, pergi. (2) verba turunan, yang terdiri dari verba + imbuhan,
seperti me-nyanyi, me-manggil. Reduplikasi atau berulang-ulang, seperti
berjalan-jalan . Majemuk, seperti cuci mata.
 Berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi) dibagi menjadi 2:

6
1. Verba transitif disertai objek, (a) monotransitif, misalnya menyanyikan
lagu. (b) verba bitansitif, misalnya menyanyikan lagu Indonesia raya
dan garuda pancasila. (c) verba ditransitif, misalnya mengembangkan
agrobisnis.
2. Verba instransitif tidak menghendaki adanya objek, misalnya ia
berdagang, mereka belajar.
 Berdasarkan fungsi
Berolah raga menyehatkan badan (verba sebagai subjek)
Ia mengajari membaca (verba sebagai objek)
Ia tidak merasa bersedih (verba sebagai pelengkap)
Ia pergi berekreasi (verba sebagai keterangan)

2. Adjektiva
Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda.

Contoh aplikasi adjektiva dapat dibagikan menjadi :


1. Adjektiva dasar
Kerja yang baik menghasilkan produk yang berkualitas.

2. Adjektiva turunan
Ia belajar dengan bersungguh-sungguh hingga mencapai target.

3. Adjektiva paduan kata (frasa)


a. Adjektiva subordinatif (bertingkat, salah satu kata menerangkan kata
lainnya.
Contoh : Orang buta warna tidak bisa melukis sempurna.
b. Adjektiva koordinatif (gabungan kata atau frasa yang tidak saling
menjelaskan)
Contoh: Gadis cantik jelita itu menjadi primadona kampusnya.

3. Nomina
Ditandai dengan tidak bisa bergabung dengan kata tidak, namun bisa dinegatifkan
dengan kata bukan.

2
Contoh aplikasi nomina :
1. Berdasarkan bentuknya;
(a) Nomina dasar : rumah, burung ,orang.
(b) Nomina turunan : ke - : kekasih, kehendak, ketua , dan sebagainya.
2. Berdasarkan subkategori
(a) Nomina bernyawa (kerbau, kambing, sapi).
(b) Nomina tidak bernyawa (rumah, laptop, computer).
(c) Nomina terbilang (tiga ekor kuda, dua ekor kelinci).

4. Pronominal
Kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk menggantikan
nomina.
Ada tiga macam pronominal yaitu:
1. Pronominal persona adalah pronominal yang mengacu pada orang. Contoh :
saya(persona tunggal), kamu, anda (persona kedua) dan kami, kalian (persona
jamak).
2. Pronominal penunjuk : (a) pronominal penunjuk umum ini, itu. (b) pronominal
penunjuk tempat sini, sana.
3. Pronominal penanya adalah pronominal yang digunakan sebagai penanda
pertanyaan.
(a) Orang siapa
(b) Barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa.
(c) Pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana,
bagaimana, bila mana.

5. Numeralia
Kata numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya hitungan benda (barang, orang, binatang, atau yang lainnya).

a. Kata numeralia takrif (tertentu)


1) Kata numeralia Utama
Kata numeralia utama adalah kata yang di gunakan untuk
menyebutkan jumlah bilangan tertentu dan dapat berdiri sendiri tanpa

3
harus mempengaruhi dengan kata yang lainnya. Contoh kalimat kata
numerial utama adalah sebagai berikut ini:
Satu, dua, tiga, empat, lima, dst.
Sepuluh, dua pulih, tiga puluh, dst.
2) Kata numeralia tingkat adalah kata yang mana di gunakan untuk
menunjukkan tingkat tertentu
Adapun beberapa contoh kalimat kata bilangan numeralia untuk kata
numeralia tingkat adalah sebagai berikut ini: Ke- 1, Ke- 2
3) Kata numeralia kolektif adalah sebuah kata yang menyatakan suatu
jumlah tertentu. Contoh : lusin, kodi dan meter.

b. Kata numeralia tak tarif (tidak tentu)


Kata numeralia tak tarif adalah kata yang di gunakan untuk menyatakan
sebuah jumlah namun tidak tentu. Contoh kalimat numeralia tak tarif, adapun
diantaranya adalah : Tiap—tiap, Beberapa.

6. Adverbial
Kata keterangan atau adverbial adalah kata yang memberi keterangan pada kata yang
lainnya. Berdasarkan bentuknya, adverbial mempunyai
(1) Bentuk tunggal (monomorfemis) : sangat, hanya, lebih, segera dan akan.
Contoh : Orang itu sangat bijaksana.
(2) Bentuk jamak (polimorfemis) : belum tentu, benar-benar, jangan-jangan dan
kerap kali.
Contoh : Mereka belum tentu pergi pada hari ini.

7. Interogativa
Kata Tanya atau interogativa adalah kata sebagai penanya atau menanyakan sesuatu.
Contoh : apa,siapa,berapa, mana, dan mengapa.
(a) Berapa uang yang adik perlukan nanti?
(b) Yang mana rumah orang itu?

8. Demontrativa
Kata tunjuk atau demontrativa adalah kata yang digunakan untuk menunjuk atau
menandai sesuatu secara khusus. Contoh : ini, itu,di sini, di situ, dan begitu.
4
(a) Di sini,kita akan menyanyikan dua macam lagu.
(b) Bukti ini merupakan rasa cintaku padamu.

9. Artikula
Kata sandang atau artikula yaitu kata yang digunakan sebagai pembatas kata benda.
Contoh: si, sang, sri, para, kaum, umat dan kaum
(a) Si Kecil itu selalu merengek minta sesuatu.
(b) Sang Penyelamat itu datang terlambat.

10. Preposisi
Kata depan atau preposisi adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk
frasa preposisional.
(a) Preposisi yang Berupa Kata Dasar
Preposisi yang berupa kata dasar adalah preposisi yang hanya terdiri
atas satu kata dan bentuknya tidak dapat diperkecil lagi. Berikut
preposisi kata dasar, di, ke, dari, pada, demi dan lain-lain
Contoh : (1)Melati sudah gesit lompatdaritempat tidur.
(b)Preposisi Turunan
Preposisi turunan atau berupa kata berafiks dibentuk dengan menambahkan
afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas kata verba, adjektiva, atau
nomina. Berikut preposisi kata turunan, di antara, di atas, ke dalam, kepada
dan lain-lain.
Contoh : (1) Di antara calon peserta lomba terdapat nama seorang peserta
yang menjuarai dua kali berturut-turut.

11. Konjungsi
Kata penghubung atau Konjungsi adalah kata yang menghubungkan dua klausa,
kalimat atau paragraph. Konjungsi dikelompokkan menjadi dua :
(1) Konjungsi antarkalimat : agar, atau, dan, hingga, sedang, serta, supaya dan lain-
lain.
a. Ia belajar hingga larut malam
b. Saya bekerja keras dan anda malah bersantai.
(2) Konjungsi ekstrakalimat : jadi, di samping itu,oleh karena itu, oleh sebab itu,
dengan demikian, walaupun, akibatnya,tambahan pula, dan sebagainya.
5
a. Pengusaha itu kaya raya dan dermawan. Oleh karena itu, ia dihormati
orang disekitarnya,.
b. Kualitas pendidikan kita tertingal dari Negara maju. Oleh sebab itu, kita
harus bekerja keras untuk menngejar itu.

12. Fatis
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan.
Jenis kata ini lazim digunakan dalam dialog atau wawancara. Misalnya, ah, ayo, kok,
mari, nah, dan yah.
(a) Nah, seruan itulah yang aku tunggu-tunggu.
(b) Mari, kita bekerja sama menggapai cita-cita mulia tersebut.

13. Interjeksi
Kata seru atau interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan kata hati manusia.
(1) Bentuk dasar : aduh, ah, eh,idih, ih, wah dan sebagainya.
Contoh : Wah, saya merasa amat tersanjung dengan pujian anda.
(2) Bentuk Turunan : Alhamdulillah, astaga, insyaallah, dan sebagainya.
Contoh : Astaga, kamu berdosa banget.

2.3 Jenis Frasa


 Pengertian

Frasa merupakan gabungan dari dua kata atau beberapa kata tetapi tidak
mempunyai predikat. Oleh karena itu, frasa tidak bisa membentuk kalimat sempurna
atau kalimat utuh. Frasa juga bisa disebut gabungan beberapa kata yang mempunyai
satu makna yang berubah-ubah menyesuaikan sebuah konteks (gramatikal).

 Ciri-Ciri Frasa
 Memiliki fungsi gramatikal dalam sebuah kalimat.
 Frasa harus memliki setidaknya dua kata atau lebih.
 Frasa tidak memiliki predikat.
 Harus memiliki satu makna gramatikal.

 Jenis-Jenis Frasa
 Berdasarkan Jenisnya :

6
 Frasa Verbal
 Frasa Nominal
 Frasa Ajektiva
 Frasa Preposisional
 Berdasarkan Fungsi Unsur Pembentukannya :
 Frasa Endosentris :
o Frasa Atribut
o Frasa Apositif
o Frasa Koordinatif
o Frasa Eksosentris
 Berdasarkan Kesatuan :
 Frasa Biasa
 Frasa Idiomatik
 Frasa Ambigu

 Berdasarkan Kedudukannya :
 Frasa Setara
 Frasa Bertingkat

2.4 Aplikasi Frasa


 Frasa Verbal

Frasa yang memiliki inti berupa kata kerja dalam unsur pembentukannya dan
juga dapat difungsikan sebagai pengganti kedudukan kata kerja dalam suatu
kalimat.

(a) Contoh kata : sedang makan, tidak muncul, akan datang, baru
mandi.
(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :
 Adik baru mandi sore ini.
 Film Kimestu No Yaiba rilis di tahun 2021 yang akan
datang.
 Frasa Nominal

Frasa yang memiliki inti berupa kata benda dalam unsur pembentukannya dan
juga dapat difungsikan sebagai pengganti dari kata benda.

7
(a) Contoh kata : pisau tajam, lemari kayu, pohon tinggi, sepatu kulit.
(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :
 Tangan adik tersayat pisau tajam.
 Ayah baru saja membeli sepatu kulit.
 Frasa Ajektiva

Frasa yang memiliki inti berupa kata sifat dalam unsur pembentukannya.

(a) Contoh kata : sangat gemilang, terang sekali, cukup baik, lumayan
jauh.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 RRQ Hoshi melakukan strategi yang sangat gemilang saat


grand final MPL kemarin.

 Perlawanan yang cukup baik dari tim Alter Ego.

 Frasa Preposisional

Frasa yang menggunakan sebuah kata depan didalam unsur pembentukannya.

(a) Contoh kata : dari Jember, ke Surabaya, oleh siapa, dengan indah,
kepada ayahanda.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Ericko Lim pindah rumah ke Surabaya.

 Kata-katanya terucap dengan indah.

 Frasa Endosentris

Frasa yang salah satu unsur atau keduanya merupakan unsur pusat.

(a) Contoh kata : anak kucing, kambing gemuk, pulpen hitam.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Adik menemukan anak kucing yang sedang kelaparan.

8
 Makalah ditulis tangan dan wajib menggunakan pulpen
hitam.

 Frasa Atribut

Frasa yang unsur pembentukannya memakai diterangkan dan menerangkan


atau menerangkan dan diterangkan.

(a) Contoh kata : ibu tiri, sebilah bambu, sebongkah kayu, seekor ular.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Solimin mempunyai ibu tiri yang kejam.

 Uus digigit oleh seekor ular.

 Frasa Apositif

Frasa yang dalam unsur pembentukannya dapat diaplikasikan sebagai


pengganti dari unsur inti.

(a) Contoh kata : dan Bandung, bagiku bukan cuma masalah wilayah
belaka. Sumedang, tempat tinggal saya. Pekerjaan Pak Qory,
berjualan liquid vape.

(b) Contoh pengaplikasin dalam kalimat :

 Pekerjaan Pak Qory, berjualan liquid vape, memiliki


keuntungan seratus juta tiap bulannya.

 Frasa Koodinatif

Frasa yang menerapkan unsur-unsur pembentukannya itu mempunyai peran


sebagai unsur inti.

(a) Contoh kata : makanan dan minuman, kakek nenek, baik buruknya.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Selama pelaksanaan ospek fakultas, mahasiswa baru


disarankan membawa makanan dan minuman dari rumah.

9
 Selama mengambil langkah ke depan, anda harus
menanggung baik buruknya sendiri.

 Frasa Eksosentris

Frasa yang menerapkan unsur-unsur pembentukannya itu merupakan kata


tugas.

(a) Contoh kata : hendak makan, sang dewi, ke Indomaret, di


Sumedang.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Jess hendak makan di restoran.

 Banyak sekali objek wisata gunung di Sumedang.

 Frasa Biasa

Frasa yang mempunyai makna sebenarnya.

(a) Contoh kata : tangan kanan, kambing putih, sapi gemuk.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Tangan kanan kakek terasa pegal di malam hari.

 Sapi gemuk itu dimiliki oleh ketua RT.

 Frasa Idiomatik

Frasa yang mempunyai makna baru atau makna lain (yang bukan sebenarnya).

(a) Contoh kata : jiwa besar, lepas tangan, turun tangan, tutup usia.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Coach Zeys lepas tangan terhadap tim EVOS saat semifinal


MPL season 5.

 Frasa Ambigu :

10
Frasa yang mempunyai makna ganda dalam penggunaan kalimat.

(a) Contoh kata : gigit jari, panjang tangan, ringan tangan, keras
kepala.

(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :

 Riqbal adalah seorang yang keras kepala.

 Ericko Lim hanya bisa gigit jari saat melihat mobil baru
Jess No Limit.

 Frasa Setara

Frasa setara adalah penggabungan dari dua kata atau lebih yang masing-
masing mempunyai kedudukan yang setara serta keduanya memiliki fungsi
yang diterangkan.

(a) Contoh kata : suami istri, asal usul, pulang pergi, keluar masuk,
siswa siswi, sepeda motor, kanan kiri.
(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :
 Danau purba merupakan asal usul dari apa Bandung
tercipta.
 Maling biasanya memiliki sepeda motor yang kencang.
 Frasa Bertingkat
Merupakan penggabungan dari dua kata atau lebih yang tidak
sederajat/setingkat dan memiliki unsur yaitu diterangkan serta menerangkan.
(a) Contoh kata : mobil mewah, sekolah swasta, siswa SMP, tengah
menendang.
(b) Contoh pengaplikasian dalam kalimat :
 Alip merupakan seorang murid di sekolah swasta.
 Riqbal membeli mobil mewah dari hasil jerih payahnya.

11
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelas kata (Jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan
bentuk, fungsi, dan makna dalam system gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang
baik dan benar, harus berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakaian bahasa harus
sesuai mengenal fungsi dan jenis kelas kata. Adapun bebebrapa proses pembentukan
kata yaitu gramatikalisasi, imbuhan, reduplikasi, komposisi, konversi, pemendekan.
Fungsi kata yaitu melambangkan gagasan yang abstrak menjadi konkret, membentuk
bermacam-macam struktur kalimat, memperjelas makna gagasan kalimat, dll.
Frasa merupakan gabungan dari dua kata atau beberapa kata tetapi tidak
mempunyai predikat. Oleh karena itu, frasa tidak bisa membentuk kalimat sempurna
atau kalimat utuh. Frasa juga bisa disebut gabungan beberapa kata yang mempunyai
satu makna yang berubah-ubah menyesuaikan sebuah konteks (gramatikal). Ciri-ciri
frasa yaitu memiliki fungsi gramatikal dalam sebuah kalimat. frasa harus memliki
setidaknya dua kata atau lebih, frasa tidak memiliki predikat, harus memiliki satu
makna gramatikal.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalh ini tentu terdapat banyak kekurangan, kedepannya
penulis berharap bisa menyusun makalah serta menyusun lebih baik lagi, serta lebih
detail dalam menjelaskan pokok bahasan dengan sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana. H. 1982. Kamus Lingistik, Jakarta: Gramedia

Ramlan, M. 1988. Sintaksis. Yogyakarta: UP Kencono

Sisu, La Ode. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari : Unhalu Press

Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Moeliono

Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar,Jakarta: Gramedia.

Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia : Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta : PT.Grasindo.

13

Anda mungkin juga menyukai