Dosen pengampu
Bp. Ridhani Fizi S. Pd. M.Pd
Oleh Kelompok 5
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyeselesaikan makalah ini. Dan dengan pertolongan-Nya
pun kami dapat mengerjakan makalah ini dengan baik. Shalawat serta Salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa`atnya di dunia akhirat nanti.
Dan tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ridhani
Fizi S.Pd. M.Pd. yang mana telah memberikan kami tugas untuk membuatkan
makalah dengan judul, “ Memahami bentuk dan makna” serta tidak lupa pula
dengan teman teman yang ikut terlibat dalam pembentukan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kalimat adalah bagian ujaran yang paling tidak mempunyai struktur subjek
(S)dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap
dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca
titik, tanda Tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal
ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah sekedar gabungan atau rangkaian kata
yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan
sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud dari penuturannya.Ini menunjukkan bahwa penguasaan
bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh
penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang memadai.
Tetapi pada masa kini banyak orang- orang yang tidak tahu bagaimana
berbahasa dengan baik dan benar, mungkin hal itu karena kurangnya Pendidikan
dan factor lingkungan. Jadi, pembelajaran dan penerapan Bahasa Indonesia sangat
penting, hal ini di karenakan untuk membangun bangsa dan negara serta
membangun dan membangkitkan komunikasi dengan tepat.
1
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat kepenulisan
1. Dapat mengetahui apa itu bentuk dan makna dengan baik dan benar
2. Dapat mengetahui bagian bentuk- bentuk dan makna
3. Dapat menggunakan bentuk dan makna dalam Bahasa Indonesia dengan
baik dan benar
2
BAB II
PEMBAHASAN
Satuan bentuk terkecil dalam Bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah
karangan. Di antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentuk
morfem, kata, frasa, kalimat dan alinea. Ketujuh satuan bentuk bahasa itu diakui
eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Dapat
mempengaruhi makna maksudnya kehadirannya dapat mengubah makna atau
menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan
sebagai dua sisi mata uang, yang saling melengakapi. Karena bentuk yang tidak
bermakna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak terdapat dalam tata satuan
bentuk bahasa.
B. Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf
adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Yang membedakan arti jahit dan jahat
adalah bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a / yang dilambangkan
dengan huruf a. bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/.
Fonem itu bukan huruf, tetapi fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf
adalah lambang dari bunyi. Jumlah huruf ada 26 ( huruf a sampai z); jumlah fonem
lebih dari 26 ( beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga ada
fonem yang di lambangkan oleh dua huruf, yaitu fonem / kh/, / ng/, / ny/, dan / sy/.
3
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan adalah
dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Perhatikan fonem /Ə/ dan /∑/
sebagai pembeda makna dalam deret kata berikut.
C. Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna dan
atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata
dasar ( misalnya -an, -lah, -kah, -bawa). Contoh morfem -an, di-, me-, ter-, -lah,
jika di gabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan,
memakan, termakan, makanlah yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan
kata makan.
Bentuk dan maknanya, morfem dibedakan menjadi dua macam:
1. Morfem bebas, yaitu adalah morfem yang berdiri sendiri dari segi makna
tanpa harus di hubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong
sebagai morfem bebas, contoh: makan, buku, sekolah, dsb.
2. Morfem terikat, yaitu adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari
segi makna, makna morfem terikat ini baru jelas setelah di hubungkan dengan
morfem yang lain. Semua imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi
awalan dan akhiran) tergolong morfem terikat ( termasuk partikel). Contoh: me-
,ber-,di-,-an,-lah,dsb.
D. Kata
Kata yaitu meiliki pengertian sebagai sederatan huruf yang berada di antara
dua spasi dan memiliki sebuah arti. Definisi kata adalah kata merupakan elemen
4
terkecil dalam sebuah struktur suatu Bahasa yang dapat dituliskan atau di ucapkan
dan sebuah bentuk kesatuan pemikiran atau perasaan yang digunakan dalam
Bahasa. Secara umum, kata adalah sebuah unsur Bahasa yang susunannya terdiri
dari kumpulan huruf atau unit yang memiliki sebuah arti sehingga dapat berfungsi
untuk membentuk kalimat, frasa, dan klausa.
Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk
dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi
(pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggabungan) untuk
menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata
memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi
serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.Dalam
perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata
oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini:
5
b. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
c. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya
Macam-macam adjektiva:
1). Adjektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun,
bengkak.
2). Adjektiva turunan terdiri atas:
contoh: terhormat, elok-elok, cantik-cantik. surgawi.
3). Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan,
meluap.
4). Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria,
berbusa, dan lain-lain
5). Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya: bersungguh-sungguh, berkurang,
bertambah.
6). Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
7). Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
8). Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan).
misalnya alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.
6
3). Adverbia yang berasal dari berbagai kelas,
misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya.
4. Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda
(konkret maupun abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap,
dan keterangan. Ciri-ciri kata benda:
a. Dapat diingkari dengan kata bukan Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan
mimpi, bukan pengetahuan.
b. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat +
KS Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
7
F. Frasa
Frasa yaitu adalah gabungan kata yang bersifat non- predikatif. Artinya ,
frasa hanya terdiri dari salah satu fungsi, bisa terdiri dari verba atau bisa di awali
dengan preposisi, frasa termasuk salah satu satuan liguistik yang tidak mempunyai
ciri- ciri atau batas fungsi sebagai klausa. Sehingga tingkatan frasa berada di bawah
klausa dan di atas tingkatan kata. Frasa terdiri atas beberapa kata dan secara fisik
mengisi slot- slot pada tingkata klausa, frasa selalu terdiri dari morfem bebas yang
tidak bisa dipisakhan akan mengubah makna dari sebuah kalimat. Maka dari itu,
pemindahan tata letak frasa harus dilakukan secara keseluruhan. Susunan dalam
kalimat frasa bersifat tegar ( Fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik
seperti: haus kehausan, tempur siap, wicara temu. Jika posisinya berpindah,
kelompok kata itu berpindah secara utuh.
8
G. Makna dan perubahannya
Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dan acuannya. Makna
merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam
komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Makna
terbagi ke dalam dua kelompok besar: speaker-sense dan linguistic-sense. Yang
disebut pertama merujuk pada tujuan atau niat pembicara ketika mengatakan
sesuatu.Sedangkan yang disebut terakhir merujuk pada makna linguistik yakni yang
lazim dipersepsi penutur bahasa. Yakni makna secara literal, dan ini merupakan
bagian dari semantik. Berikut adalah sejumlah sifat-sifat dan relasi makna yang
lazim dibahas oleh semantik: ambiguitas leksikal, sinonimi, hiponimi, overlap dan
antonimi. Ambiguitas leksikak terjadi tatkala satu kata memiliki lebih dari dua arti.
Sinonimi adalah sejumlah kata yang memiliki makna yang sama. Hiponimi adalah
satu kata yang artinya mencakupi keseluruhan makna kata lainnya. Overlap adalah
fenomena semantis tatkala dua kata atau lebih bertumpang-tindih fitur semantiknya.
Antonim adalah dua kata yang berlawanan artinya. Makna ada dua macam yang
terpenting, yaitu makna lesikal dan makna gramatikal.
b) Makna gramatikal
9
Dalam kaitan dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim,
homonim, homofon, homograf, dan hiponim.
Antonim adalah suatu kata yang berlawanan makna dengan kata lain.
Antonim disebut juga dengan lawan kata..
Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama,
tetapi maknanya berbeda. Contohnya bisa (racun) dan bisa (dapat mampu).
Homofon adalah dua kata yang mempunyai ucapan sama, tetapi makna dan
bentuknya contoh: bang = panggilan yang lebih tua dan bank (bang) = tempat
penyimpanan uang.
Homograf adalah dua kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi
bunyi/ucapan dan maknanya berbeda; misalnya beruang = nama binatang, beruang
= mempunyai ruang.
Hiponim adalah sebuah kata atau frasa yang gugus semantiknya atau
artinya tercakup di dalam kata lain.
contoh, merpati, gagak, elang, dan camar seluruhnya adalah hiponim dari
hipernim burung.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Fonem adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membdekan arti,
misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem adalah
satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai
makna, misalnya di-per-main-kan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari
kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif dan bermakna
leksikal, misalnya gunung tinggi.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/ kata kerja; (2) adjektiva/
kata sifat; (3) adverbia/ kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/
kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/ kata benda dan nama,
pronomina/ kata ganti, numeralia/ kata bilangan; (5) rumpun kata tugas, meliputi
preposisi/ kata depan, konjungtor/ kata sambung, interjeksi/ kata seru, artikel/ kata
sandang, partikel.
Makna adalah hubungan antara bentuk Bahasa dengan objek atau sesuatu
(hal) yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/ denotasi
(makna sebenarnya) dan gramatikal/ konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan
makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif,
Sinestesia, dan Asosiasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Normiles Drs. Adam , Sri Sani Bagus, Drs. Imron, kamus Bahasa Indonesia,
utama.
12