Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Ridhani Fizi, M.Pd Bahasa indonesia

MATERI POKOK
Memahami bentuk dan makna

Disusun Oleh:
KELOMPOK V

NAMA: NPM:
Adelia nur shofa fadhila : 21.11.1227
Munawarah :21.11.1261
Muhammad Ananda Ilfansyah :21.11.1250

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM


FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN AHWAL ASY SYAKHSYIYYAH AGAMA ISLAM
MARTAPURA
2021

1|Page
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyeselesaikan makalah ini. Dan dengan pertolongan-Nya pun kami dapat
mengerjakan makalah ini dengan baik. Shalawat serta Salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa`atnya di dunia
akhirat nanti.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidak sesuaian kalimat
dan kesalahan. Meskipun demikian,penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Martapura, 28 September 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

D. Manfaaat kepenulisan………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2

A. Pengertian Elliptical Sentence ........................................................................... 2

B. Macam macam Elliptical Sentence .................................................................... 2

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 1

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 1

B. Saran .................................................................................................................. 1

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada orang lain


ataupun menerima pesan dari orang lain. Penguasaan Bahasa secara intensif sangat penting
di dalam era modern saat ini. Pengunaan Bahasa yang baik dan benar secara individu
maupun kelompok merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara.

Kalimat adalah bagian ujaran yang paling tidak mempunyai struktur subjek (S)dan
predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda Tanya, atau
tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat
bukanlah sekedar gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.
Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran
yang lengkap sebagai pengungkap maksud dari penuturannya.Ini menunjukkan bahwa
penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh
penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang memadai.

Tetapi pada masa kini banyak orang- orang yang tidak tahu bagaimana berbahasa
dengan baik dan benar, mungkin hal itu karena kurangnya Pendidikan dan factor
lingkungan. Jadi, pembelajaran dan penerapan Bahasa Indonesia sangat penting, hal ini di
karenakan untuk membangun bangsa dan negara serta membangun dan membangkitkan
komunikasi dengan tepat.

Sebagai awal langkah bagi mahasiswa baru perlu adanya pembekalan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu sangat penting bagi kami untuk membahas
judul “memahami bentuk dan makna” di dalam Bahasa Indonesia, dengan harapan supaya
mahasiswa mampu memajukan system komunikasi dan informasi bangsa dan negara.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian fonem, morfem, kata, dan frasa ?


2. Ada berapa pembagian jenis kata? Dan apa saja?
3. Apa pengertian makna? Dan bagaimana perubahannya?

1
C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu bentuk dan makna.


2. Untuk mengetahui bagian- bagian bentuk dan makna.
3. Untuk mengetahui jenis- jenis bentuk dan makna.

D. Manfaat kepenulisan

1. Dapat mengetahui apa itu bentuk dan makna dengan baik dan benar
2. Dapat mengetahui bagian bentuk- bentuk dan makna
3. Dapat menggunakan bentuk dan makna dalam Bahasa Indonesia dengan baik
dan benar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bentuk dan makna

Satuan bentuk terkecil dalam Bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah
karangan. Di antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentuk morfem,
kata, frasa, kalimat dan alinea. Ketujuh satuan bentuk bahasa itu diakui eksistensinya jika
mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Dapat mempengaruhi makna
maksudnya kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan
antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, yang saling
melengakapi. Karena bentuk yang tidak bermakna atau tidak dapat mempengaruhi makna
tidak terdapat dalam tata satuan bentuk bahasa.

1. Fonem, Morfem, Kata, dan Frasa

A. Fonem

Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf
adalah lambing bunyi atau lambang fonem. Yang membedakan arti jahit dan jahat adalah
bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a / yang dilambangkan dengan huruf a. bunyi
/i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/.

Fonem itu bukan huruf, tetapi fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah
lambang dari bunyi. Jumlah huruf ada 26 ( huruf a sampai z); jumlah fonem lebih dari 26 (
beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga ada fonem yang di lambangkan
oleh dua huruf, yaitu fonem / kh/, / ng/, / ny/, dan / sy/.

Dalam kalimat sate pedas enak rasanya, huruf e melambangkan ada 3 fenom,
yaitu:

Fonem /e/ dalam kata sate [ sate]


Fonem /ₔ/ dalam kata pedas [ pₔdas]
Fonem /∑/ dalam kata enak [ ∑nak]

3
Dalam kalimat orang itu membawa beo, huruf o melambangkan fonem, yaitu:
Fonem /o/ dalam kata orang [ orang]
Fonem /O/ dalam kata beo [ beO]
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan adalah
dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Perhatikan fonem /Ə/ dan /∑/ sebagai
pembeda makna dalam deret kata berikut.

Seret [ sƏrƏt] = ‘tersendat- sendat; tidak lancar,


Seret [ s∑r∑t] = ‘menarik suatu benda menyusuri tanah’
Apel [ apƏl] = ‘nama buah’
Apel [ ap∑l] = ‘wajib mengikuti upacara, melapor

Perhatikan pula peranan fonem lain dalam deret kata di bawah ini.
/c/ari--/j/ari--/m/ari--/t/ari
/b/ayu--/k/ayu--/i/ayu--/r/ayu--/s/ayu
/k/erang--/p/erang--/s/erang--/t/erang
Dalam contoh di atas tampak bagaimana fonem dapat mengubah makna atau
menimbulkan makna baru.

B. Morfem

Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna dan atau
mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar (
misalnya -an, -lah, -kah, -bawa). Contoh morfem -an, di-, me-, ter-, -lah, jika di gabungkan
dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan,
makanlah yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan kata makan.

Bentuk dan maknanya, morfem dibedakan menjadi dua macam:


1. Morfem bebas, yaitu adalah morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa
harus di hubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem
bebas, contoh: makan, buku, sekolah, dsb.

4
2. Morfem terikat, yaitu adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi
makna, makna morfem terikat ini baru jelas setelah di hubungkan dengan morfem yang lain.
Semua imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong
morfem terikat ( termasuk partikel). Contoh: me-,ber-,di-,-an,-lah,dsb.

C. Kata
Kata yaitu meiliki pengertian sebagai sederatan huruf yang berada di antar dua spasi
dan memiliki sebuah arti. Definisi kata adalah kata merupakan elemen terkecil dalam sebuah
struktur suatu Bahasa yang dapat dituliskan atau di ucapkan dan sebuah bentuk kesatuan
pemikiran atau perasaan yang digunakan dalam Bahasa. Secara umum, kata adalah sebuah
unsur Bahasa yang susunannya terdiri dari kumpulan huruf atau unit yang memiliki sebuah
arti sehingga dapat berfungsi untuk membentuk kalimat, frasa, dan klausa.

D. Frasa
Frasa yaitu adalah gabungan kata yang bersifat non- predikatif. Artinya , frasa hanya
terdiri dari salah satu fungsi, bisa terdiri dari verba atau bisa di awali dengan preposisi, frasa
termasuk salah satu satuan liguistik yang tidak mempunyai ciri- ciri atau batas fungsi
sebagai klausa. Sehingga tingkatan frasa berada di bawah klausa dan di atas tingkatan kata.
Frasa terdiri atas beberapa kata dan secara fisik mengisi slot- slot pada tingkata klausa, frasa
selalu terdiri dari morfem bebas yang tidak bisa dipisakhan akan mengubah makna dari
sebuah kalimat. Maka dari itu, pemindahan tata letak frasa harus dilakukan secara
keseluruhan.
Susunan dalam kalimat frasa bersifat tegar ( Fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak
boleh dibalik seperti: haus kehausan, tempur siap, wicara temu. Jika posisinya berpindah,
kelompok kata itu berpindah secara utuh. Seperti: -hari di adakan jumpa pers.
-jumpa pers akan di adakan hari ini.
Frasa di kelompokkan dalam lima macam:

1) Frasa verbal ( sama artinya dengan kata kerja)

Asyik belajar ( intinya: belajar)


Sedang berpikir keras ( intinya: berpikir)
Harus menulis kembali ( intinya: menulis)

5
2) Frasa abjektiva ( artinya sama dengan arti kata sifat)

Sudah baik, sangat malu, harus tidak kotor, benar sekali

3) Frasa adverbial ( artinya sama dengan arti keterangan)

Pada zaman jepang, dengan kerata api cepat, sebelum subuh, pada akhir pertunjukan
itu.

4) Frasa nominal ( artinya sama dengan arti kata benda)

Penyakit yang sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa
acara yang kocak, lima lembar kuitansi bukti pembayaran.

5) Frasa preposisional ( artinya sama dengan arti kata tugas, misalnya preposisi
atau kojungsi)

Dari atas, oleh karena ( itu), sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah.

2. Pembagian jenis kata


Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk
dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan),
reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud
yang terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan
seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam
kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata
dikategorikan ke dalam kelas kata.Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat
banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata
terbagi menjadi berikut ini.

6
1. Kata Kerja (Verba) Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan
atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya
berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah Contoh: akan mandi, akan
tidur, sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS Contoh: Pergi dengan adik,
menulis dengan cepat.

Macam-macam kata kerja (verba):


a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks: Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-
marah.
c. Verba berproses gabung:Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-
makan.
d. Verba majemuk : Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.

2. Kata Sifat (Adjektiva) Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat,
keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda. Kata sifat umumnya berfungsi sebagai
predikat, objek dan penjelas subjek.

Ciri-ciri kata sifat:


1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
Contoh: lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya

7
Macam-macam adjektiva:
A. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
B. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-
inggrisan.
2. adjektiva bereduplikasi:contoh: muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks: -wi, -iah contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah,
surgawi.
C. Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan,
meluap.
D. Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria,
berbusa, dan lain-lain
E. Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang,
bertambah.
F. Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
G. Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy. h. Adjektiva majemuk,
misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
I. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya alangkah gagahnya, bukan main
kuatnya, Maha kuasa.

3. Kata Keterangan (Adverbia) Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang
memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.

Macam-macam adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak,
paling, pernah, pula, saja, saling.
b. Adverbia turunan terbagi atas:
1. Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih, paling-paling.
2. Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
3. Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

8
4. Kata Benda (Nomina) Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada
sesuatu benda (konkret maupun abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek,
pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan
mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, AApengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
a. Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
b. Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
c. Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
d. Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
e. Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
f. Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
g. Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara,
pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
h. Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, simanis, sang kancil, sang
dewi.
i. Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.

5. Kata Ganti (Pronomina) Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk
mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.

Macam-macam pronomina: Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia,


yakni
1. Pronomina Persona
a). Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
b). Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
c). Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
 Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal), dan kami, kita
(jamak),

9
 Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan
kalian, Anda sekalian (jamak),
 Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka
(jamak),
d). Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya :
sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.
2. Pronomina Penunjuk Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam.
(a). Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
(b) Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
(c) Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.

3. Pronomina Penanya Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai


pemarkah pertanyaan. Contoh: siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan
berapa.

3. Makna dan perubahannya


Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dan acuannya. Makna
merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai
dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Makna terbagi ke dalam dua kelompok
besar: speaker-sense dan linguistic-sense. Yang disebut pertama merujuk pada tujuan atau
niat pembicara ketika mengatakan sesuatu.Sedangkan yang disebut terakhir merujuk pada
makna linguistik yakni yang lazim dipersepsi penutur bahasa. Yakni makna secara literal,
dan ini merupakan bagian dari semantik. Berikut adalah sejumlah sifat-sifat dan relasi
makna yang lazim dibahas oleh semantik: ambiguitas leksikal, sinonimi, hiponimi, overlap
dan antonimi. Ambiguitas leksikak terjadi tatkala satu kata memiliki lebih dari dua arti.
Sinonimi adalah sejumlah katayang memiliki makna yang sama. Hiponimi adalah satu kata
yang artinya mencakupi keseluruhan makna kata lainnya. Overlap adalah fenomena
semantis tatkala dua kata atau lebih bertumpang-tindih fitur semantiknya. Antonim adalah
dua kata yang berlawanan artinya. Makna ada dua macam yang terpenting, yaitu makna
lesikal dan makna gramatikal.

10
a) Makna Lesikal (makna denotasi)
Makna lesikal adalah makna secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam
sebuah struktur. Istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Dengan kata lain,
makna meksikal ialah makna yang tertera dalam kamus; misalnya belah dapat mempunyai
makna (1) celah, (2) pecah menjadi dua, (3) setengah, (4) sisi, (5) pihak. Makna leksikal
disebut juga makna lugas biasanya di gunakan dalam surat- surat resmi, surat- surat dagang,
laporan, dan tugas ilmiah dengan tujuan agar makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi
kesalahan tafsir.

b) Makna gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur-
unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar. Misalnya, hubungan morfem
dan morfem dalam kata, kata dan kata lain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam
klausa atau kalimat.

Contoh: - lembah hitam (daerah/ tempat museum)

- kuhitamkan negeri itu (kutinggalkan untuk selamanya)

Dalam kaitan dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim,
homonim, dan hiponim.

 Sinonim (padan makna)

Sinonim hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara


satu kata dengan kata lainnya. Relasi sinonim ini bersifat dua arah. Maksudnya, jika suatu
kata saling bersinonim maka dapat dipastikan kata tersebut memiliki kesamaan
makna.[1] Kalau satu satuan ujaran A bersinonim dengan satuan ujaran B, tentu satuan
ujaran B itu bersinonim dengan satuan ujaran A. Secara konkret, kalau kata jelek bersinonim
dengan kata buruk, dengan demikian, kata buruk juga bersinonim dengan
kata jelek. Contoh lain, kata benar bersinonim dengan kata betul, dan kata betul juga
bersinonim dengan benar. Hubungan sinonimi ditandai oleh kemampuan dua leksem yang
bisa saling menggantikan sebagai pengisi gatra di dalam kalimat tanpa mengubah makna.
Sinonim yang tidak mengubah makna itu disebut sinonim mutlak (absolute synonym).
Namun, sinonim mutlak jarang sekali ditemukan dalam bahasa karena setiap kata memiliki

11
makna tersendiri. Jika suatu kata yang bersinonim tidak mempunyai makna yang persis
sama, kesamaannya terletak pada kandungan informasi yang disajikan. Sinonim secara
sederhana juga disebut sebagai persamaan makna atau padanan kata. Antonim disebut juga
dengan lawan kata.

Sinomim terbagi atas dua jenis, yaitu sinonim umum dan sinonim konteks. Sinonim
umum adalah sinonim yang memiliki makna yang hampir sama, tetapi tidak dapat saling
digunakan pada konteks yang sama. Sedangkan sinonim konteks adalah dua kata yang
memiliki makna yang hampir sama dan dapat saling dipertukarkan pada konteks yang sama
tanpa mengubah makna pada konteks tersebut.

Sinonim konteks dibagi tiga yaitu sinonim semirip, sinonim mutlak dan sinonim
selingkung.

 Sinonim semirip adalah kata yang bisa saling bertukar posisi dalam sebuah
konteks kebahasaan. Pertukaran ini dilakukan tanpa mengubah makna dalam
sebuah lesikal dan struktural. Terutama dalam rangkaian kalimat, kata, klausa, frasa
terhadap kalimat yang dibuat.
 Sinonim mutlak adalah kata yang bisa saling bertukar posisi atau tempat dalam
sebuah konteks kebahasaan apapun, tanpa mengubah lesikal dan struktural. Terutama dalam
rangkaian kalimat, kata, klausa, frasa terhadap kalimat yang dibuat.
 Sinonim selingkung adalah kata yang bisa saling bertukar posisi atau tempat
dalam sebuah konteks kebahasaan tertentu, tanpa mengubah lesikal dan struktural.

Berikut ini beberapa kata yang masih bersinonim dengan kata lain:

 Bertemu = Berjumpa
 Hewan = Binatang
 Buruk = Jelek
 Bohong = Dusta
 Paras = Wajah
 Matahari = Mentari
 Senang = Bahagia
 Sukar = Sulit
 Laris = Laku

12
 Pintar = Pandai

 Antonim

Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang
lainnya. Lebih sederhana, antonim adalah suatu kata yang berlawanan makna dengan kata
lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.

Hubungan antara dua satuan ujaran yang berantonim bersifat dua arah. Jika
kata kaya berantonim dengan kata miskin, maka kata miskin juga berantonim dengan
kata kaya. Dilihat dari sifat hubungannya, antonim dibedakan menjadi beberapa jenis.

1. Antonim taksomonis
Antonim taksonomis berarti pertentangan makna yang bersifat mutlak. Misalnya,
kata hidup dan mati' Ada batasan yang jelas dan tegas antara kata hidup dan mati. Sesuatu
yang hidup tentu belum mati, dan sesuatu yang mati pasti tidak hidup.

2. Antonim kekutuban

Dalam antonim kekutuban, tidak selalu terdapat pertentangan yang mutlak. Antonim
ini bersifat relatif atau bergadrasi. Hal ini dikarenakan karena batasan makna kata satu dan
lainnya tidak dapat ditentukan dengan jelas dan tegas. Misal, kata besar dan kecil. Kambing
akan menjadi sesuatu kecil ketika diperbandingkan dengan kuda dan akan menjadi sesuatu
yang besar ketika diperbandingkan dengan kucing. Selanjutnya, kucing akan menjadi
sesuatu yang besar ketika diperbandingkan dengan tikus dan akan menjadi sesuatu
yang kecil ketika diperbandingkan dengan anjing. Jadi, tidak ada batasan yang jelas untuk
kata besar dan kecil.

3. Antonim berbalikan atau bernasabah

4. Antonim relasional

Antonim relasional bermakna hubungan pertentangan yang bersifat relasi. Artinya,


kata yang satu muncul akibat kata lainnya. Misal, suami x istri; jual x beli.

13
5. Antonim hierarkial

Anotonim hierarkial muncul dari pertentangan makna antara kata yang berada dalam
satu garis jenjang atau hierarki. Misal, gram x kilogram; tamtama x bintara.

6. Antonim majemuk

Di dalam bahasa Indonesia, mungkin ada satu ujaran yang memilki pasangan antonim
lebih dari satu. Misal, kata berdiri. kata berdiri dapat berantonim dengan kata duduk, tidur,
tiarap, dan jongkok. Hal semacam ini dinamakan antonim majemuk

Dan antonim dapat dibedakan atas tataran sistematis berikut ini:

 Antonim antarkalimat, misalnya dia sakit dan dia tidak saki.

 Antonim antarfrasa, misalnya secara teratur dan tidak teratur.

 Antonim antarkata, misalnya mustahil dan mungkin, hidup dan mati.

 Antonim antarmorfem, misalnya sarjana dan prascasajana.

Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau


mempertentangkan; contoh besar dan kecil, atas dan bawah. Selain itu juga malahirkan-
frasa yang dapat menyemarakkan kalimat; contoh plus minus, jiwa raga, kawin cerai, luar
dalam, maju mundur.

-membongkar mesin itu mudah, tetapi memasangnya itu sulit.

-kakekku sudah lupa- lupa ingat pada peristiwa itu.

 Homonim

Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama, tetapi
maknanya berbeda. Contohnya mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari ukur), bisa
(racun) dan bisa (dapat mampu). Selain homonim terdapat pula homofon dan homograf.
Homofon adalah dua kata yang mempunyai ucapan sama, tetapi makna dan bentuknya
berbeda; misalnya sangsi = ragu- ragu dan sangki (sangsi) = hukuman, bang = panggilan
yang lebih tua dan bank (bang) = tempat penyimpanan uang. Homograf adalah dua kata

14
yang mempunyai bentuk yang sama tetapi bunyi/ucapan dan maknanya berbeda; misalnya
beruang = nama binatang, beruang = mempunyai ruang, beruang = mempunyai uang.

 Himponim

Hiponim adalah sebuah kata atau frasa yang gugus semantiknya atau artinya tercakup
di dalam kata lain yaitu hipernimnya (dari bahasa Yunani hupér, "di atas" dan ónoma,
"nama") atau kata umumnya. Dengan kata lain, suatu hiponim merupakan jenis dari suatu
hipernim. Sebagai contoh, merpati, gagak, elang, dan camar seluruhnya adalah hiponim
dari hipernim burung, yang pada gilirannya merupakan hiponim dari kata hewan. Beberapa
hiponim yang memiliki hipernim yang sama disebut dengan kohiponim.

Hiponim berbentuk ungkapan yang biasanya berupa kata, frasa atau kalimat yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satu ungkapan lain. Kalau relasi antara
dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan berhomonim bersifat dua arah, maka relasi
antara dua buah kata yang berhiponim ini adalah satu arah. Konsep hiponim dan hipernim
mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang
berada di bawah makna kata lainnya. Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang
merupakan hipernim terhadap sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim terhadap kata lain
yang hierarkial berada di atasnya. Konsep hipo-nim dan hipernim mudah diterapkan pada
kata benda tapi agak sukar pada kata kerja atau kata sifat.

Dalam proses berkembang Bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan.
Perubahan itu disebabkan oleh perbedaan tempat, waktu, dan kehendak pemakaian. Di
antara perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut:

a. Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata
putra- putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak- anak raja, sekarang dipakai untuk
menyebut semua anak laki- laki dan perempuan.

b. Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang.
Kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang hanya untuk gelar
akademis.

15
c. Amelioratife, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama, kata istri dan nyonya dirasakan lebih
baik dari bini.

d. Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
rendah nilainya dari makna lama (kebalikan amelioratif). Kata oknum dan gerombolan
yang dianggap baik pada zaman lampau, sekarang maknanya tidak baik

e. Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua
indera yang berlainan. Contoh: kata- katanya manis, manis sebenarnya tanggapan
indera perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: mukanya masam,
pidatonya hambar.

f. Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata amplop
yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai pembungkus
uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Beri
dia amplop agar urusan cepat beres.

16
BAB III

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Fonem adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membdekan arti,
misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem adalah satuan bentuk
terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai makna, misalnya di-per-main-
kan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang
bersifat non predikatif dan bermakna leksikal, misalnya gunung tinggi.

Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/ kata kerja; (2) adjektiva/ kata
sifat; (3) adverbia/ kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/ kata
keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/ kata benda dan nama, pronomina/ kata
ganti, numeralia/ kata bilangan; (5) rumpun kata tugas, meliputi preposisi/ kata depan,
konjungtor/ kata sambung, interjeksi/ kata seru, artikel/ kata sandang, partikel.

Makna adalah hubungan antara bentuk Bahasa dengan objek atau sesuatu
(hal) yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/ denotasi (makna
sebenarnya) dan gramatikal/ konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan makna ada enam
bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia, dan Asosiasi.

2. Kritik dan saran

Demikianlah penjelasan kami dalam “memahami bentuk dan makna” dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia, semoga dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Kiranya kami
mohon maaf apabila dalam penulisan makalah kami ini kalo ada kata- kata yang salah atau
pun tidak menyenangkan para pembaca karena kami manusia yang tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan atas perbuatan kami. Dan hanya ini saja yang dapat kami tuliskan di dalam
makalah kami, kiranya kritik dan saran kami perlukan untuk memperbaiki makalah
selanjutnya. Wallahu a’lam bis shawab.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Lamamuddin finoza, S, S. komposisi Bahasa Indonesia, cetakan X, Jakarta: diksi


insan mulia, 1993.

2. Drs. Adam Normiles, Sri Sani Bagus, Drs. Imron, kamus Bahasa Indonesia,
Surabaya: karya ilmu, 1992.

3. A. Chaedar Alwasilah, filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Remaja


Rosdakaya, 2010.

4. Harimurti Kridalaksana (1982), kamus liguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka utama.

5. Nugraheni, anindhitiya sri (2019). Bahasa Indonesia di perguruan tinggi berbasis


pembelajaran aktif, Jakarta: Prenada media.

18

Anda mungkin juga menyukai