Anda di halaman 1dari 17

POLITEKNIK NEGERI

PADANG

MAKALAH
BAHASA INDONESIA

OLEH

NAMA ANGGOTA : 1. KHAIRUL MEISANDI


2. SILVINA OKTAVIA
3. TAUFIQURAHMAN
KELAS : II A
PRODI : DIV TEKNIK MANUFAKTUR

DOSEN : LILIMIWIRDI, S.S., M. Hum.

JURUSAN TEKNIK MESIN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul BENTUK DAN
MAKNA KATA ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah BAHASA INDONESIA. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bentuk Kata dan Makna Kata bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk Lilimiwirdi, selaku dosen BAHASA


INDONESIA yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 17 Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan

BAB II PENGGUNAAN BENTUK DAN MAKNA KATA DALAM


MEMBUAT SEBUAH KALIMAT EFEKTIF
2.1 Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa
2.1.1 Fonem
2.1.2 Morfem
2.1.3 Kata
2.1.4 Frasa
2.1.5 Klausa
2.2 Berapakah pembagian jenis kata
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah
banyak dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-
pengertian yang diwakilinya.
Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri bentuk kata beserta tugasnya
dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa
sesungguhnya tidak lain daripada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu
sistem dan telah diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian.
Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi. Bunyi yang diucapkan menjadi sebuah
bentuk kata atau kalimat oleh seluruh masyarakat luas pada umunya.
Semoga apa yang kami uraian dibawah ini dapat kita pelajari bersama untuk
menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan bentuk dan makna kata
bahasa indonesia yang selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan masalah


1. Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa.
2. Berapakah pembagian jenis kata.
3. Pengertian makna kata dan perubahannya.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penyusunan makalah ini adalah tidak lain agar para pembaca mengetahui
dengan lebih jelas dan mampu memahami uraian-uraian dengan sebaik-baiknya,
uraian dibawah akan menjelaskan tentang pengertian dari fonem, morfem, kata, frasa
dan klusa. Serta mengetahui jenis-jenis kata dan mengetahui perubahan-perubahan
makna kata.

BAB II
PENGGUNAAN BENTUK DAN MAKNA KATA DALAM
MEMBUAT SEBUAH KALIMAT EFEKTIF
2.1 Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa
2.1.1 Fonem
Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang
membedakan arti kata  jahat dan  jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan
huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut fonem /a/
dan fonem /i/.
Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak dapat dibagi
lagi menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.
        Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari
huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk dilihat).
Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem
bahasa indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai
lebih dari satu fonem.
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan, adalah dapat
atau tidak bunyi itu membedakan makna.
Contoh;
Makanan favoritku adalah sate
Kata Sate menunjukan nama makanan, jika fonem /e/ diganti menjadi fonem /u/,
maka akan menjadi kata Satu, Satu menunjukan kata bilangan. Kedua kata ini jelas
memilki makna yang berbeda setelah fonem /e/ digantikan oleh fonem /u/.
Petani itu sedang makan soto
Kata soto menunjukan nama makanan, jika kedua fonem /o/ nya diganti menjadi
fonem /i/, maka akan menjadi kata Siti, Siti menunjukan nama orang/kata benda.
Kedua kata ini jelas akan memilki makna yang berbeda setelah kedua fonem /o/
digantikan oleh fonem /i/.

Dari sini terbukti bahwa yang membedakan dua kata dari segi maknanya bukanlah
huruf, melainkan bunyi dari huruf (fonem). Hal inilah yang menyebabkan jumlah
fonem lebih banyak dari huruf.

2.1.2 Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau
mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya me-, –an, me-, -kan)
dan klitika/partikel (misalnya -lah, -kah).
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan
menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika
penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu
adalah morfem.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam yaitu:
Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem
bebas.
Contoh;
Makan
Tidur
Main
Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna. Maknanya
baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan awalan,
sisipan, akhiran, kombinasi awalan dan akhiran, partikel –ku, -lah, -kah dan bentuk-
bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk morfem terikat.
Contoh.
Main + -an = Mainan.
Me- + main –kan = Memainkan.
Di- per- + main –kan = Dipermainkan.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, semua kata dasar tergolong sebagai morfem karena
wujud bentuknya memang hanya satu morfem. Kata dasar makan, tidur, main, tidak
dapat diurai lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata mainan,
memainkan, dipermainkan, adalah kata- kata kompleks yang dapat diurai lagi karena
morfemnya lebih dari satu.

2.1.3 Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna. Kata - kata yang dibentuk dengan menggabungkan huruf atau
menggabungkan morfem, akan kita akui sebagai kata bila bentukan itu mempunyai
makna. Misalnya sepeda, dingin dan kuliah.
Ketiga kata yang diambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata
mempunyai makna. Kita akan meragukan bahkan memastikan bahwa adepes, libma,
ningid, hailuk, bukan kata bahasa indonesia karena tidak mempunyai makna.
Kata sebagai salah satu unsur pembentuk kalimat memiliki beberapa fungsi, yaitu.
Fungsi subjek
Subjek dalam sebuah kalimat yang ditentukan berdasarkan beberapa ciri yaitu.
Jawaban atas siapa yang melakukan tindakan predikat.
Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Subjeknya adalah ibu, ibu sebagai subjek diterangkan oleh tindakan membeli.
Ibu sebagai subjek adalah siapa yang diterangkan oleh predikat, bila diikuti oleh salah
satu kata kerja sambung. Misalnya ialah, adalah, yaitu, dll.
Contoh : Ibu adalah seorang guru.
Ibu sebagai subjek disini, telah dijelaskan oleh kata adalah yang berarti sebagai
predikat kerja.
Fungsi predikat
Predikat dalam kalimat merupakan unsur penting yang menjelaskan tentang subjek.
Contoh ; Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata membeli dalam predikat, memberi keterangan tentang kegiatan apa yang
dilakukan oleh ibu dipasar tadi pagi.
Fungsi objek
Objek dalam kalimat mempunyai fungsi penting dalam memberi keterangan tentang
predikat.
Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata sayur sebagai objek, memberi keterangan tentang barang apa yang dibeli oleh
ibu dipasar tadi pagi.
Fungsi keterangan
Keterangan dalam kalimat mempunyai fungsi yang sebenarnya tidak terlalu penting,
namun dapat memperjelas kalimat sehingga pesan lebih lengkap tersampaikan.
Contoh ; Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Di pasar sebagai keterangan, member penjelasan tempat ibu membeli sayur. Tak
harus dicantumkan, namun dengan mencantumkannya pembaca jadi mengetahui
tempat ibu membeli sayur tadi pagi.
Fungsi pelengkap
Pelengkap dalam kalimat seringkali rancu keberadaannya. Kata yang berfungsi
sebagai pelengkap kadang juga bisa berfungsi sebagai keterangan atau objek. Butuh
kejelian untuk mengklarifikasikan fungsinya.
Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata tadi pagi sebagai pelengkap, menjelaskan pelengkap keterangan waktu saat ibu
membeli sayur dipasar. Bagaimana jika pelengkap tadi berfungsi sebagai objek,
perhatikan contoh berikut.
Contoh : Ibu sedang makan sayur.
Kata ikan dalam contoh diatas bisa berfungsi sebagai objek, tapi bisa juga berfungsi
sebagai pelengkap.
Dalam penjelasan diatas menunjukan bahwa kata yang membentuk sebuah kalimat,
memiliki unsur-unsur dan fungsi penting seperti subjek, predikat, objek, keterangan
dan pelengkap. Fungsi-fungsi kata diatas memberi ciri dan keterangan dari
terbentuknya sebuah kata didalam kalimat.
2.1.4 Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mempunyai unsur subjek predikat.
Konstruksinya yang berupa kelompok kata menunjukkan frasa lebih tinggi dari kata.
Proses pembentukan frasa sama dengan pembentukan kata majemuk, tetapi jumlah
kata pembentuk frasa bisa jauh lebih banyak dari kata majemuk.
Ada tiga kriteria yang harus dimiliki oleh frasa, diantaranya.
Konstruksinya tidak mempunyai predikat (non predikatif).
Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom.
Susunan katanya berpola tetap.
Frasa tidak boleh berstruktur subjek predikat karena kelompok kata yang mempunyai
subjek predikat dapat membentuk klausa, bahkan kalimat. Predikat adalah kata atau
kelompok kata yang menyatakan perbuatan/tindakan.
Contoh;
Langit batik biru baju.
Yang berbahaya sangat penyakit.
Contoh kelompok kata diatas bukanlah frasa karena rangkaian kata itu tidak
mempunyai kesatuan makna.
Jika rangkaian kata itu diubah susunannya maka akan mempunyai makna yang jelas.
Contoh:
Baju batik biru langit.
Penyakit yang sangat berbahaya.
Contoh kelompok kata diatas barulah itu dinamakan frasa. Sama halnya dengan kata,
frasa juga akan berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan di dalam
kalimat.

2.1.5 Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di
bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek
dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat. Dikatakan mempunyai potensi
untuk menjadi kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa
tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau
tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Adapun ciri-ciri klausa  adalah sebagai berikut.
Dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang.
Klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final.
Dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat.
Klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum
terdapat dalam klausa tersebut.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel,
dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi dalam
praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih
tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban.
Contoh : Bersama dengan istrinya, Bapak sholeh datang membawa oleh-oleh.
Contoh kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa, yaitu.
Klausa (1), Bersama dengan istrinya.
Klausa (2), Bapak sholeh datang.
Klausa (3), Membawa oleh-oleh.
Klausa (1) terdiri atas unsur predikat Bersama yang diikuti pelengkap dengan
istrinya., klausa (2) terdiri atas subjek Bapak sholeh dan predikat datang, dan klausa
(3) yang terdiri atas predikat Membawa diikuti objek oleh-oleh.
Jadi akibat penggabungan ketiga klausa tersebut, subjek pada klausa (1) dan (3)
dilesapkan. Kenapa demikian, karena klausa hanya terbentuk dengan satu subjek saja,
jika ada kelompok kata yang terbentuk lebih dari satu subjek maka itu bukan klausa
melainkan sebuah kalimat.
2.2 Berapakah pembagian jenis kata
Secara tradisional pembagian jenis kata di dalam bahasa-bahasa yang besar di dunia
termasuk bahasa indonesia umumnya ada sepuluh jenis kata, namun yang hanya ada
empat jenis saja yang akan saya jelaskan yaitu nomina, verba, ajektiva dan adverbia,
berikut ringkasannya.
Nomina
Nomina atau Kata benda adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda baik
konkret maupun abstrak. Kalau di cermati lebih lanjut, tidak lain dari nama benda
yang di acunya.
Ambillah sebagai contoh benda yang kita lihat sehari- hari, misalnya benda konkret
seperti buku, kunci, pohon, nasi, rumah. Dan benda abstrak yang kita rasakan
misalnya, agama, peraturan, pikiran, nafsu, maka kita akan mengakui semua itu
adalah nama suatu benda atau sesuatu hal. Oleh karena itu, kata benda disebut juga
dengan istilah kata nama (Nomina).
Kata benda sangat perlu di kenali karena akan berfungsi sebagai subjek, objek atau
pelengkap dalam kalimat.
Ada 2 ciri umum nomina.
Nomina tidak boleh diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkar nomina adalah
bukan.
Nomina/kata benda (KB) dapat berkombinasi dengan ajektiva/kata sifat (KS), baik di
antarai oleh yang (sangat) maupun tidak. Artinya kontruksi KB + KS dan KB + yang
(sangat) + KS akan menghasilkan makna yang jelas dan logis.
Contoh.
Kakak saya tidak pelajar.
Kata tidak tersebut tidak menghasilkan makna yang jelas. Maka harus memakai
pengingkar bukan seperti contoh dibawah ini.
Kakak  saya bukan pelajar.
Barulah contoh diatas memiliki makna yang jelas, karena kata pelajar dapat di artikan
sebagai kata benda abstrak dan kata sifat yang menunjukan sebuah perbuatan. Kata
pelajar dapat diartikan sebagai nomina berkombinasi KB + KS.
Pembentuk kata atau morfologis dari kedua jenis nomina diatas bisa dengan
menggunakan awalan Pe-, atau kombinasi awalan dan akhiran Pe-, -an. Misalnya kata
benda konkret perumahan, perhotelan, perkotaan atau kata benda asbstrak seperti
penasihat, peraturan, pemikiran. Nomina juga dapat menggunakan kombinasi Ke-,
-an, misalnya Keagamaan, Kesultanan, Kerajaan.  Jika ada kata yang menggunakan
kombinasi tersebut, maka kata itu bisa disebut sebagai nomina atau kata benda.
2.2.2 Verba
Verba atau Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses atau
keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Kata kerja pada umumnya
berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Berdasarkan definisi itu verba dapat dipilih menjadi dua kelompok yaitu.
Verba yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Verba ini merupakan jawaban atas
pertanyaan ‘‘Apa yang dilakukan oleh subjek ? ’’
Verba yang menyatakan proses atau keadaan yang bukat sifat. Verba ini merupakan
jawaban atas pertanyaan ‘‘Apa yang terjadi pada subjek ? ’’
Contoh.
Ayah selalu membelikan  permen kepada adik.
Kata membelikan merupakan verba yang menyatakan suatu perbuatan.
Ayah memberhentikan karyawannya karena tidak taat aturan.
Kata memberhentikan merupakan verba yang menyatakan suatu keadaan.
Seluruh contoh verba diatas dapat menjadi predikat sebuah kalimat, yaitu hal yang
menyatakan perbuatan atau keadaan subjek, contoh diatas juga jawaban dari apa yang
dilakukan oleh subjek dan apa yang terjadi pada subjek.
Pembentuk kata atau morfologis dari kedua jenis  verba diatas bisa dengan
menggunakan  kombinasi awalan dan akhiran Me-, -kan untuk verba yang
menyatakan tindakan, atau kombinasi awalan, sisipan, akhiran Me-, ber-, -kan, untuk
verba yang menyatakan keadaan. Jika ada kata yang menggunakan  kombinasi
tersebut maka itu adalah verba atau kata kerja.

2.2.3 Ajektiva
Ajektiva atau kata sifat adalah kata yang berfungsi sebagai atribut bagi nomina
seperti orang, binatang, dan benda lainnya. Kata sifat mampu menjelaskan atau
mengubah kata benda menjadi lebih spesifik, karena kata sifat mampu menerangkan
kualitas dan kuantitas dari kata benda.
Ciri-ciri yang menjadi proses pembentukan kata kata sifat.
Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan Ter- yang mengandung
makna paling.
Contoh.
Aku menjadi murid terbaik disekolah.
Dia wanita tercantik disekolah.
Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar misalnya, rajin, malas, dll.
Contoh.
Aku adalah anak yang rajin belajar.
Dia memang anak yang malas belajar.
Kata sifat terbentuk dari kata serapan misalnya, legal, kreatif, dll.
Contoh.
Ayahku punya perusahaan yang sudah legal.
Aku mempunyai ide yang sangat kreatif untuk berbisnis.
Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang misalnya, gelap-gulita, pontang-panting, dll.
Contoh.
Rumahku menjadi gelap-gulita karena pemadaman listrik.
Tubuh pencuri itu terpontang-panting saat dikeroyok warga.
Kata sifat yang terbentuk dari kelompok kata misalnya, lapang dada, keras kepala,
baik hati, dll.
Contoh.
Semoga kalian bisa menerima cobaan ini dengan lapang dada.
Dia orangnya memang keras kepala.
Aku adalah orang yang baik hati.
Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini ; Se- +
Redupliasi (Pengulangan Kata) + -Nya.
Contoh.
Kamu harus mengerjakan tugas ini secepat-cepatnya.
Aku harus mendapatkan keuntungan bisnis yang sebesar-besarnya.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, proses pembentukan kata atau morfologis pada
ajektiva bisa dilihat dengan ciri-ciri imbuhan awalan Ter-, Se- + -Nya, ataupun
awalan Se- + Redupliasi (Pengulangan Kata) + akhiran -Nya. Karena kombinasi
imbuhan ini sangat jelas sekali menunjukan bahwa contoh-contoh yang diterangkan
diatas merupakan ajektiva atau kata sifat.

2.2.4 Adverbia
Adverbia atau kata keterangan  adalah kata yang menerangkan nomina, verba,
ajektiva, frasa dan juga seluruh kalimat.
Adverbia/Kata Keterangan terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya.
Adverbia kualitatif
Adverbia ini menambahkan keterangan kualitas pada sebuah kalimat yang
disertainya, adverbia kualitatif yaitu kurang, sangat, dll.
Contoh.
Nia kurang memberi perhatian pada anaknya.
Rina sangat mencintai anaknya.
Adverbia kuantitatif
Adverbia ini menambahkan keterangan kuantitas pada sebuah kalimat yang
disertainya, adeverbia kuantitatif yaitu sebesar, sebanyak – banyaknya, dll.
Contoh.
Ayah memberikanku uang belanja sebesar 50.000 rupiah.
Aku mengumpulkan kupon belanja itu sebanyak – banyaknya.
Adverbia Waktu
Adverbia ini menambahkan keterangan waktu kapan terjadinya suatu peristiwa atau
kegiatan, adverbia waktu yaitu pada, kemarin, besok, lusa, dll.
Contoh.
Teman – temanku mengajak ku bertamasya pada hari minggu.
Aku bertemu dengan dirinya kemarin malam.
Adverbia Cara
Adverbia ini menambahkan keterangan cara pada kegiatan atau peristiwa yang
terjadi. Adverbia cara misalnya, dengan dan secara.
Contoh.
Budi berlari dengan sangat cepat.
Tanaman itu tumbuh secara alami tanpa bantuan manusia.
Adverbia Tempat
Adverbia ini menambahkan keterangan tempat terjadinya suatu peristiwa atau
kegiatan, adverbial tempat yaitu di, ke, dan dari.
Contoh.
Aku bertemu dengan anak malang itu di pasar malam.
Paman bilang kepadaku bahwa dia akan pergi ke medan.
Ibu baru saja pulang dari pasar.
Adverbia Syarat
Adverbia ini menambahkan keterangan syarat terjadinya suatu peristiwa, adverbia
syarat yaitu jika, seandainya, dll.
Contoh.
Aku akan datang, jika hari esok tidak hujan.
Aku akan datang, seandainya besok tidak hujan.
Secara morfologis beberapa jenis adverbia diatas dijadikan dasar kriteria untuk
menentukan kata-kata berkelas seperti nomina, verba dan ajektiva.

2.3 Pengertian Makna Kata dan Perubahannya


  2.3.1 Makna Kata
Makna kata adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Makna kata
memiliki pengertian yang sangat beragam. Makna kata terbagi menjadi dua bagian
yaitu.
Jenis Makna Kata
Ada lima jenis makna kata diantaranya.
Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna kata dalam alam wajar, makna ini adalah makna yang
sesuai dengan apa adanya.
Contoh : Dewi sedang menanam bunga didepan rumahnya.
( Menanam bunga artinya sedang menanam )
Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna ini timbul karena sikap social, sikap
pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Contoh : Dewi merupakan anak emas didalam keluarganya.
( Anak emas artinya anak yang paling disayang )
Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, makna ini dapat disejajarkan dengan
makna denotatif.
Contoh : Dewi makan rujak dirumahnya.
( Makan rujak artinya sedang memakan rujak )
Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses
pengimbuhan, pengulangan dan pemajemukan kata.
Contoh : Dewi dan kekasihnya terlihat mesra saat berpegangan tangan.
( Berpegangan dalam contoh tersebut artinya saling )
Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna kata yang tidak mengandung makna leksikal dan
gramatikal tapi mengandung makna denotatif dan konotatif.
Contoh : Ternyata dia orang yang murah hati.
( Murah hati artinya sama dengan baik hati ).
Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan yang terdapat satuan bahasa yang satu dengan bahasa
yang lain. Macam-macam relasi makna diantaranya.
Sinonim
Sinonim adalah kesamaan makna kata.
Contoh : Benar = Betul, Bunga = Kembang, dll
Antonim
Antonim adalah kebalikan makna kata atau lawan kata.
Contoh : Hidup lawannya Mati, Sehat lawannya Sakit, dll
Hiponim
Hiponim adalah kata yang masih umum.
Contoh : Buah Pisang, Pulau Kalimantan, dll
Hipernim
Hipernim adalah kata yang khusus.
Contoh : Pisang Ambon, Pisang Raja, dll
Polisemi
Polisemi adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Seperti contoh kata
Kepala yang mempunyai dua makna.
Kepala sebagai bagian tubuh manusia.
Kepala yang menyatakan kepemimpinan. 
Homonim
Homonim adalah bentuk tulisan, cara bacanya sama tapi maknanya berbeda.
Contohnya kata Bisa.
Bisa yang sering umum diucapkan bermakna dapat melakukan sesuatu.
Bisa yang kedua bermakna racun yang terdapat pada hewan.
Homofon
Homofon adalah relasi yang mempunyai kesamaan bunyi, tapi ejaan dan maknanya
berbeda. Contohnya kata Bang dan Bank.
Bang dengan ejaan akhir /g/, bermakna sebutan kepada kakak laki-laki.
Bank dengan ejaan akhir /k/, bermakna tempat penyimpanan uang.
Homograf
Homograf adalah relasi yang memiliki tulisan yang sama, tapi ucapan dan maknanya
berbeda. Contohnya kata Apel.
Apel merupakan nama buah.
Apel yang dalam arti lain yaitu, upacara, rapat atau pertemuan.

2.3.2 Perubahan makna kata


Perubahan makna adalah suatu kata yang diakibatkan karena kurun waktu
pemakaian atau pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu.
Macam-macam perubahan makna kata diantaranya.
Generalisasi/Perluasan
Generalisasi/Perluasan adalah perubahan makna dari yang khusus menjadi yang lebih
umum.
Contoh : Bapak kepala sekolahku bernama bapak hasan.
Penjelasanya : Bapak dalam arti umum merupakan sebutan untuk orang laki-laki yang
lebih tua.
Penjelasanya : Bapak dalam arti khusus merupakan panggilan kepada orang tua laki-
laki.
Spesialisasi/Penyempitan
Spesialisasi/Penyempitan adalah perubahan makna dari yang umum menjadi khusus.
Contoh : Saya bercita-cita menjadi sarjana ekonomi.
Penjelasanya : Sarjana dalam makna yang umum merupakan sebutan untuk orang
pintar atau cendekiawan pada zaman dulu.
Penjelasanya : Sarjana dalam makna yang khusus merupakan mahasiswa yang lulus
perguruan tinggi.
Ameliorasi/Peninggian
Ameliorasi/Peninggian adalah perubahan makna menjadi yang lebih tinggi.
Contoh : Istri dari putra bungsu raja mataram, telah melahirkan seorang anak laki-
laki.
Penjelasanya : Putra kedudukannya lebih tinggi dari anak.
Penjelasanya : Anak kedudukannya lebih rendah dari putra.
Peyorasi/Penurunan
Peyorasi/Penurunan adalah perubahan makna menjadi yang lebih rendah atau kasar.
Contoh.
Dewi sangat marah saat melihat suaminya selalu merayu-rayu bini orang.
Penjelasanya : Bini ialah panggilan yang rendah, atau makna lama dari istri.
Dewi kini telah sah menjadi seorang istri bagi pasangan nya.
Penjelasanya : Istri ialah panggilan yang lebih mulia, atau makna baru dari bini.
Asosiasi/Persamaan Sifat
Asosiasi/Persamaan Sifat adalah perubahan makna akibat persamaan makna lama
dengan makna yang baru.
Contoh.
Sudah bukan hal yang tabu, jika para pemimpin negeri ini hanya berebut kursi.
Penjelasanya : Kursi dalam makna yang sebenarnya adalah benda yang difungsikan
sebagai tempat duduk. Namun dalam kalimat di atas, kursi artinya jabatan.
Seusai acara, seluruh panitia pelaksana mendapatkan amplop masing – masing.
Penjelasanya : Amplop dalam makna yang sebenarnya adalah benda yang
difungsikan sebagai tempat meletakkan benda kertas. Namun dalam kalimat di atas,
‘amplop’ artinya penghasilan/gaji.
Sinestesia/Pertukaran
Sinestesia/Pertukaran adalah perubahan makna karena pertukaran tanggapan dua
indra sekaligus.
Contoh : Cinta membawakan sebuah puisi yang indah buat Rangga kekasih hatinya
sebelum Rangga pergi ke NewYork, Amerika.
Penjelasan :
Puisi Indah disini pada dasarnya adalah sebuah puisi yang kita dengarkan, bukan
puisi yang kita lihat dengan mata.
Puisi yang Indah disini telah terjadi pertukaran tanggapan antara indra pendengar
(telinga) dengan indra penglihat (mata).
Personifikasi/Pengumpamaan
Personifikasi/Pengumpamaan adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia
kepada benda mati.
Contoh.
Burung bernyayi menyambut pagi hari.
Penjelasan : Burung bernyayi maknanya ialah Burung berkicau.
Rumput bergoyang tertiup angin senja.
Penjelasan : Rumput bergoyang maknanya ialah Rumput bergerak.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari seluruh uraian diatas kita bisa belajar cara membuat sebuah kalimat yang
efektif, dengan memahami dasar-dasar dari bunyi sebuah kata yang dijelaskan oleh
fonem dan memaknainya dengan morfem. Jika kedua komponen ini sudah kita
pahami, maka kita akan lebih mudah dalam membuat sebuah frasa, klausa ataupun
kalimat. Dalam uraian-uraian pengertian kata diatas, kita bisa lebih memahami makna
dari bunyi-bunyi kata dan kalimat yang sering kita ucapkan sehari-hari.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita pasti selalu mendengar dan mengucapkan
kata-kata yang dijelaskan diatas seperti nomina, verba, ajektiva dan adverbia. Selain
itu kita juga dapat mengerti morfologis dan perubahan makna pada kalimat yang
keluar dari percakapan  kita bersama orang lain, dengan memahami jenis-jenis kata,
makna dan relasinya serta memahami setiap perubahan maknanya.
Namun untuk memahami semua itu diperlukan ketelitian dan kejelian dalam
mendengar, mengucapkan dan mengartikan sebuah kalimat agar memiliki sebuah
makna yang jelas, karena perubahan kata atau makna dalam kalimat bahasa Indonesia
itu tidak terjadi begitu saja, karena jika kita salah mengucapkan dan mengartikan kata
dalam kalimat tersebut maka kalimat itu tidak akan menjadi sebuah kalimat yang
efektif.
  Sehingga diperlukan pengertian-pengertian tentang komponen dasar pembentuk kata
seperti fonem dan morfem, untuk menjadikannya sebuah kalimat dengan memahami
jenis-jenis kata, jenis makna, relasi dan perubahannya, agar kalimat itu bisa menjadi
sebuah kalimat yang efektif dan memiliki makna yang jelas dan logis.
 
3.2 Saran
Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen, rekan-
rekan mahasiswa dan para pembaca.
Dan semoga apa yang telah kami uraikan diatas dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama dalam memahami pengertian-pengertian kata dan pembentukan kata yang
telah dijelaskan diatas, dan semoga bisa menjadi pedoman dalam mempelajari mata
kuliah bahasa Indonesia dengan lebih cermat dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA
http://cahyachula.blogspot.com/2015/12/bentuk-dan-makna-kata.html
https://www.gurupendidikan.co.id/bentuk-kata/
https://vinizikra.wordpress.com/2014/05/23/bentuk-dan-makna/
http://afirmanto.blogspot.com/2010/04/bentuk-dan-makna-dalam-bahasa-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai