Anda di halaman 1dari 31

Bentuk dan Makna Bahasa Indonesia

i
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena rahmat-Nya,


penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tata Kalimat
Bahasa Indonesia” Penulisan makalah merupakan salah satu tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia di Fakultas Teknik program studi Teknik
Pertambangan.

Selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan
sumbang saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih, khususnya kepada

1. Asuhan Suparti, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memabantu kami dalam menyusun makalah ini.
2. Dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan memberikan bimbingan
serta saran-saran dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada
penulis, baik selama mengikuti pembelajaran maupun dalam menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan disebabkan oleh


keterbatasan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penulisan makalah-
makalah berikutnya.

Akhirnya, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

PADANG, 5 APRIL 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Batasan Masalah ................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah.................................................................. 2
1.4. Metode Penulisan.................................................................. 2
1.5. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
1.6. Manfaat Penulisan................................................................. 2
BAB II BENTUK DAN MAKNA................................................................ 3
2.1. Bentuk dan Makna................................................................. 3
2.2. Fonem, Morfem, Kata dan Frasa............................................. 3
2.3. Jenis-Jenis Kata....................................................................... 9
2.4. Makna dan Perubahan........................................................... 24
BAB III PENUTUP.................................................................................. 26
3.1. Simpulan................................................................................ 26
3.2. Saran...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain ataupun menerima infromasi dari orang lain. Pikiran yang disampaikan
dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata yang
terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa sebagai simbol yang
bermakna terdiri atas satuan-satuan tertentu yang secara fungsional saling
berhubungan sebagai suatu sistem. Satuan terkecil yang mengandung makna
berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar yang
mengandung pikiran berupa kalimat.

Kalimat adalah bagian ujaran yang paling tidak mempunyai struktur subjek (S)
dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap
dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda
baca titik, tanda Tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P
dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah sekedar gabungan atau
rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap
sebagai pengungkap maksud dari penuturannya.Ini menunjukkan bahwa
penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak
ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang
memadai.

Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana


pengertiaan kalimat. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan
pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah
ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan
yang dikaji.

1
1.2 Batasan Masalah
1. Bagian-bagian dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian bentuk dan
makna.
2. Jenis pembahasan makalah ini adalah jenis bentuk dan makna
berdasarkan fungsi
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan bentuk dan makna?
2. Apa saja bagian-bagian bentuk dan makna dalam Bahasa Indonesia yang
baik dan benar?
3. Apa saja jenis-jenis bentuk dan makna?
1.4 Metode Penulisan
1. Kajian Teori
1.5 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu bentuk dan makna.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian bentuk dan makna.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis bentuk dan makna.
1.6 Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui apa itu bentuk dan makna yang baik dan benar.
2. Dapat mengetahui bagian-bagian bentuk dan makna.
3. Dapat menggunakan bentuk dan makna dalam berbahasa Indonesia yang
baik dan benar.

2
BAB II
BENTUK DAN MAKNA

2.1 Bentuk dan Makna


Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah
karangan. Di antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan
bentuk morfem, kata, frasa, kalimat dan alinea.
Ketujuh satuan bentuk bahasa itu diakui eksistensinya jika mempunyai makna
atau dapat mempengaruhi makna. Dapat mempengaruhi makna maksudnya
kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan
antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, yang
saling melengakapi. Karena bentuk yang tidak bermakna atau tidak dapat
mempengaruhi makna tidak terdapat dalam tata satuan bentuk bahasa.

2.2 Fenom,Morfem,Kata dan Frasa


a. FONEM
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti (bunyi dari huruf),
sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Jadi, fonem sama
denagn bunyi (untuk didengar), huruf adalah lambang ( untuk dilihat). Jumlah
huruf hanya ada 26, tetapi fonem bahasa Indonesia lebih dari 26 karena
beberapa huruf ternyata mempunyai lebih dari satu lafal bunyi.
Variasi pelafalan huruf e, o, dan k
Huruf Contoh pelafalan dalam kata Fonem
e jahe, karate, sate
emas, lepas, pedas
enak, engsel, elok /e /
/∂/
//
o
sekolah, organisasi, sosial

3
beo, solo (=sendiri), trio (=penyanyi) /o/
/o/
k bak (tempat air), botak, otak
anak, enak, ternak /k/
/?/
b. MORFEM
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau
mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya –an, me-, me-
kan), klitika/partikel (misalnya –lah, -kah), dan kata dasar (misalnya bawa,
makan).
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan
menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika
penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan kata
dasar itu adalah morfem.
Contoh:
makan + -an = makanan
me- + makan = memakan
Yang disebut partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998:342), partikel -kah, -lah, -tah diakui sebagai
klitika. Klitika tidak sama dengan imbuhan.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam:
1) Morfem bebas: morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai
morfem bebas.
2) Morfem terikat: morfem yang tidak dapat dapat berdiri sendiri dari satu
makna. Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain.
Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, kombinasi awalan dan akhiran),
partikel -ku, -lah, -kah dan bentuk bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri
termasuk morfem terikat.

4
C. KATA
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna. Kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan
morfem; atau gabungan huruf dengan morfem, baru diakui sebagai kata bila
bentuknya mempunyai makna.
Dari segi bentuk, kata dibagi atas dua macam:
1) Kata yang bermorfem tunggal (kata dasar).
Yaitu kata yang belum mendapat imbuhan.
2) Kata yang bermorfem banyak
Yaitu kata yang sudah mendapat imbuhan.
Pembagian kelas atau jenis kata:
1) kata benda (nomina) 6) kata bilangan (numeralia)
2) kata kerja (verba) 7) kata sambung (konjungsi)
3) kata sifat (adjektiva) 8) kata sandang (artikel)
4) kata ganti (pronomina) 9) kata seru (interjeksi)
5) kata keterangan (adverbia) 10) kata depan (preposisi)

1. Kata kerja (verba)


Adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan
yang bukan merupakan sifat. Umumnya berfungsi sebagai predikat dalam
kalimat.
Ciri-ciri kata kerja:
1) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan,sedang, dan telah.
Contoh: (akan) mandi
2) Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: (tidak) makan
3) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata benda /kata sifat.
Contoh: tulis + dengan pena (KB) menulis + dengan cepat (KS)
Selain bentuk di atas, ada bentuk verba yang lain, yaitu:
a) Verba reduplikasi atau verba berulang dengan dengan atau tanpa

5
pengimbuhan, misalnya makan-makan, batuk-batuk.
b) Verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan
kata, namun bukan berupa idiom; misalnya terjun payung, tatap muka.
c) Verba berpreposisi, yaitu verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi
tertentu; misalnya tahu akan, cinta pada.

2. Kata sifat (adjektiva)


Adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat
orang/binatang/suatu benda. Umumnya berfungsi sebagai predikat, objek ,dan
penjelas dalam kalimat. Dibedakan atas dua macam, yaitu:
1) kata sifat berbentuk tunggal, dengan ciri-ciri:
a. dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling:
misalnya lebih baik.
b. Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, sekali; misalnya sangat
senang, sedikit sekali.
c. Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, misalnya tidak benar.
2) kata sifat berimbuhan. Contoh: abadi, manusiawi, kekanak-kanakan.

3. Kata keterangan (adverbia)


Adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif,
atau kalimat. Kalimat Saya ingin segera melukis, kata segera adalah adverbia
yang menerangkan verba melukis.

4. Rumpun kata benda (nomina)


Adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).
Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam
kalimat.
Ciri kata benda:
1) Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh: gula (bukan gula).
2) Dapat diikuti setelah gabungan kata yang + kata sifat atau yang sangat + kata

6
sifat.
Contoh: buku + yang mahal (KS).

Ada dua jenis kata yang juga mengacu kepada benda, yaitu:
Pronomina: kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Contoh: mana, kapan, Bu
Numeralia : kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang,
atau barang.
Contoh: tiga, puluhan.
Jadi, rumpun kata benda ada: 1) kata benda (nomina), 2) kata ganti (pronomina),
3) kata bilangan (numeralia).

5. Rumpun kata tugas (partikel)


Adalah kumpulan kata dan partikel. Lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas,
yang terdiri atas:
1) Kata depan (preposisi)
Adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat atau kata
kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposional).
Contoh: di kantor, sejak kecil.
2) Kata sambung (konjungsi)
Adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh: - …antara hidup dan mati (dalam kalimat)
- Situasi memang sudah membaik. Akan tetapi, kita harus selalu siaga.
3) Kata seru (interjeksi)
Adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa
kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau
kalimat perintah (imperatif).
Contoh: Aduh, gigiku sakit sekali!
Ayo, maju terus, pantang mundur!
4) Kata sandang (artikel)

7
Adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau kata benda. Artikel
ada tiga, yaitu:
(a) yang bermakna tunggal: sang putri
(b) yang bermakna jamak: para hakim
(c) yang bermakna netral: si hitam manis.
5) Partikel
Bermakna unsur-unsur kecil dari suatu benda. Partikel yang dibicarakan di sini
adalah partikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif) dan
pernyataan, yaitu:
-kah: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
Berfungsi sebagi kalimat tanya yang membutuhkan jawaban.
-lah: Apalah dayaku tanpa bantuanmu?
Berfungsi sebagai kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban tetapi tetap
diberi tanda tanya.
Dialah yang Maha Kuasa, kata lah dalam kalimat ini menunjukkan partikel dan
harus ditulis dengan huruf kecil.
DiaLah yang makan, kata lah dalam kalimat ini menunjukkan kata hubung dan
harus ditulis dengan huruf besar.
-tah: Apatah dayaku tanpa engkau?
Kalimat pertanyaan yang tidak membutukan jawaban (kalimat retoris). Partikel
ini adalah serapan dari bahasa Jawa.
pun: Karena dosen berhalangan, kuliah pun dibatalkan.
Setiap kalimat yang memerlukan jawaban harus diberi tanda tanya.

6. Frasa
Adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk
klausa atau kalimat. Berfungsi sebagai subjek, predikat, objek dan keterangan di
dalam kalimat.
Ciri frasa:
(1) Kontruksinya tidak mempunyai predikat,

8
(2) Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom,
(3) Susunan katanya berpola tetap.
Frasa tidak boleh mengandung predikat dan tidak sama dengan idiom, karena
cakupan makna makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna leksikal
kata pembentuknya karena hakikatnya frasa adalah kata yang diperluas dengan
memberi keterangan.
Contoh: jumpa pers; berjumpa dengan pers.
2.3 Jenis-Jenis Kata

1. Kata Benda (Nomina)


Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada bentuk suatu benda,
bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Dalam bahasa
Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses
pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. Kata Benda (Nomina) Dasar


Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang secara konkret
menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi
diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.
b. Kata Benda (Nomina) Turunan
Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk
karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini
terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
a. Verba + (-an) contoh: Makanan.
b. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
c. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.
d. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.
Kata benda menurut wujudnya, dibagi atas :
1. Kata benda konkret
Kata benda konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca
indera, Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
Contoh kalimat: buku tulis ada di atas meja
Ini termasuk kata benda konkret karena buku memang benar dilihat di atas meja
indera yang dipergunakan yakni penglihatan.
2. Kata benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak
kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada.
Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.

9
Contoh kalimat: udara di pegunungan sangat dingin
Kata udara termasuk kata benda abstrak karena udara tidak dapat dilihat namau
dapat dirasakan keberadaannya.
Selain dua jenis kata benda diatas, ada satu lagi jenis kata benda, yaitu kata yang
dibendakan. Kata yang dibendakan adalah kata yang sebenarnya tidak terdiri dari
kata benda asli namun dianggap sebagai kata benda sebab mendapatkan imbuhan.
Contoh : keberanian, kekuatan, penyanyi, dan sebagainya.
Kata keberanian asalnya dari kata sifat, yaitu berani. Namun karena mendapatkan
imbuhan ke-an, maka kata sifat ini dianggap sebagai kata benda atau disebut
sebagai kata yang dibendakan. Begitu pula dengan kata penyanyi yang aslanya
kata kerja, yaitu nyanyi. Berhubung kata ini mendapatkan imbuhan pe-, maka kata
tersebut berubah menjadi kata yang dibendakan.

Untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau tidak,
kita menggunakan dua prosedur:
1. Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan
2. Melihat dari segi kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan
a) BENTUK
Segala kata yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-,
dicalonkan sebagai kata benda.
Contoh: perumahan, kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk
kata benda berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu adalah kata
benda.
Contoh: meja, kursi, pohon, dan lain-lain
b) KELOMPOK KATA
Kedua macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak
berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama yaitu dapat
diperluas dengan yang + Kata Sifat
Contoh: perumahan yang baru
pelari yang cepat
kehendak yang baik
meja yang bagus
pohon yang tua
c) TRANSPOSISI
Suatu kata yang asalnya dari suatu jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya ke jenis
lain. Pemindahan itu terjadi karena menambahkan imbuhan atau partikel.
Kata ajar, sebenarnya kata kerja, jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat
ditransposisikan menjadi kata benda: pelajar.

10
Sebaliknya ada kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja,
misalnya kopimenjadi mengopi.
d) SUB-GOLONGAN KATA BENDA
Karena kata ganti adalah kata yang menduduki tempat kata benda dalam
hubungannya atau posisi tertentu, serta strukturnya sama dengan kata benda, maka
kata ganti dimasukan dalam jenis kata benda dan diperlakukan sebagai sub-
golongan dari kata benda.
Melalui substitusi, kata ganti menduduki segala macam fungsi yang dapat
diduduki oleh kata benda.
Contoh: Fitra pergi ke kampus Ia pergi ke kampus
Dosen mengajar Fitra Dosen mengajarnya
2.Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata
kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu
diikuti oleh unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll.
b. Kata Kerja Intransitif
Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti
kata tiduruntuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut
kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan
untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk,
yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
1) Kata kerja transitif tak berimbuhan, contoh: makan nasi, minum susu, dan
sebagainya.
2) Kata kerja transitif berimbuhan
a. Kata kerja transitif berawalan me:
- Menabrak pohon
- Memukul anjing
- Menelan obat
b. Kata kerja transitif berimbuhan me-kan:
- Mengikatkan tali
- Melepaskan sandal
- Memutuskan ikatan
c. Kata kerja transitif berimbuhan memper-kan:
- Mempertahankan prestasi
- Memperjuangkan hidup
- Mempermainkan bola
d. Kata kerja transitif berimbuhan me-i:
- Menyeberangi jalan

11
- Mengendarai sepeda
- Mengawasi ujian
e. Kata kerja transitif berimbuhan memper-i:
- Memperbarui lukisan
- Memperbaiki sepeda
- Memperingati hari kemerdekaan
f. Kata kerja transitif berimbuhan memper- :
- Memperburuk suasana
- Memperdalam ilmu
- Memperjelas masalah
Sedangkan kata kerja intransitif dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Kata kerja intransitif berimbuhan
- Saya duduk-duduk
- Ibu berjalan-jalan
- Adik menangis
2) Kata kerja intransitif yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak
berimbuhan)
- Adik lari
- Kakak pulang
- Ibu pergi

ciri-ciri kata kerja:


a) BENTUK
Segala kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi
kata kerja.
b) KELOMPOK KATA
Segala macam kata tersebut di atas dalam segi kelompok kata mempunyai
kesamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + Kata
Sifat.
Contoh:
Ia berbicara dengan keras
Anak itu menari dengan gemulai
c) TRANSPOSISI
Kata kerja dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem
terikat, misalnya menari menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca,
bacaan, dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat dapat
ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya pendek menjadi memendekkan,
turun menjadi menurunkan dan sebagainya.

12
Didalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar
yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk
dasar yang berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
1. Verba Dasar Bebas ialah verba yang beruba morfem dasar bebas,
misalnya: duduk, makan, mandi, minum, dll.
2. Verba Turunan ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi,
gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Beberapa bentuk verba turunan :
a) Verba berafiks yaitu kata kerja yang mendapat imbuhan: berbuat, terpikirkan,
dll.
b) Verba bereduplikasi yaitu kata kerja yang mendapat perulangan bunyi yang
sama : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.
c) Verba berproses gabungan yaitu kata kerja yang mendapat gabungn dari afiks
dan reduplikasi : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.
d) Verba majemuk yaitu hasi perpaduan dan penulisannya tidak boleh
dibalik: cuci mata, cuci tangan, dll. Kata cuci mata tidak bole di balik menjadi
mata cuci.
3.Kata Sifat (Adjektifa)
Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata
benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu
menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata
ganti.

Ciri-ciri Kata Sifat :


a) BENTUK
Dari segi bentuk segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil
bentuk: se + reduplikasi kata dasar + nya
Contoh: se-tinggi-tinggi-nya
se-cepat-cepat-nya
se-baik-baik-nya
b) KELOMPOK KATA
Dari segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling,
lebih, sekali.
Contoh: paling besar, lebih besar, besar sekali
paling cepat, lebih cepat, cepat sekali
paling baik, lebih baik, baik sekali
c) TRANSPOSISI
Semua kata yang tergolong kata sifat dapat berpindah jenis kata dengan bantuan
morfem-morfem terikat: pe-, ke-an, me-, -kan dan sebagainya.

13
Contoh: pembesar, membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain
d) SUB-GOLONGAN
Kata-kata bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat
sebagai sub-golongan karena merupakan kelompok dengan ciri-ciri tersendiri tapi
karena secara substitusional dapat menduduki tugas-tugas dari kata sifat.
Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat :
a) Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas,
dll.
b) Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah,
terbodoh, dll.
c) Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-
panting, dll:
d) Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
e) Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang
dada, keras kepala,baik hati, dll.
4.Kata Ganti (Pronomina)
Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang
dibendakan. Yang termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk
menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:

1. Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)


a. Orang I
1) Tunggal : aku, saya
Contoh kalimat: saya adalah seorang siswa
2) Jamak : kami, kita
b. Orang II
1) Tunggal : engkau, kamu
Contoh kalimat: engkau pahlawan tanpa tanda jasa
2) Jamak : kamu
Contoh kalimat: kamu adalah sahabat terbaikku
c. Orang III
1) Tunggal : dia, beliau
Contoh kalimat: kemarin dia tidak dating ke pesta
2) Jamak : mereka
Contoh kalimat: mereka pergi ke danau

14
2. Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
Adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai
pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan
dirangkaikan saja di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai
bentuk enklitis).
Contoh: pensilku = pensil aku
pensilmu = pensil kamu
apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh: kupinjam, kaupinjam

3. Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)


Adalah kata yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam kata
ganti penunjuk:
a. Menunjuk sesuatu di tempat pembicara : ini
contoh kalimat: ini ruang guru
b. Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara : itu
contoh kalimat: itu tempat pensilku
c. Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga : di sana
contoh kalimat: di sana adalah rumah Dewi

4. Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)


Adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang
terdapat dalam induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
a. Menggantikan kata benda yang terdapat dalam induk kalimat
b. Menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat seperti dipakai
pada: yang,tempat waktu
contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
5. Kata Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)
Adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu keadaan. Kata
ganti penanya dalam bahasa Indonesia yaitu:
a. Apa : untuk menanyakan benda
contoh kalimat: apa nama temapat itu?
b. Siapa : (si + apa) untuk menanyakan orang
contoh kalimat: siapa namamu?
c. Mana : untuk menanyakan pilihan seseorang atau beberapa hal barang.
contoh kalimat: mana yang akan kamu pilih?

15
Kata ganti penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam
penggabungan dengan kata depan
contoh:
dengan apa dengan siapa dari mana
untuk apa untuk siapa ke mana
buat apa kepada siapa dan lain-lain
Selain dari kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan
menanyakan orang atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan
sebagainya:
mengapa bilamana betapa
berapa kenapa bagaimana
6. Kata Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
Adalah kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam
keadaan yang tidak tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing siapa-siapa seseorang
sesuatu barang para
salah (salah satu…)

5.Kata Keterangan (Adverbia)


Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja,
kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh
kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a.Kata keterangan kualitatif
Adalah kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi
dari suat perbuatan.Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan
mempergunakan kata depan dengan + kata sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa
kata keterangan itu bukan merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi
atau jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi dengan nyaring
b.Kata keterangan waktu
Adalah kata keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya
suatu peristiwa dalam suatu biadang waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian,
sesudah itu, lusa, sebelum, minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti : Sudah, setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu
depan

16
c.Kata keterangan temapat
Segala macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa
atau perbuatan dalam suatu ruang, seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana,
di rumah, di bandung, dari Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata keterangan
tempat, jelas tampak bahwa golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi
merupakan suatu kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam
kalimat. Keterangan tempat yang dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa
lama terdiri dari dua bagian yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau
kata ganti petunjuk.
d.kata keterangan kecaraan
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si
pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas
lebih ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara
ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap pembicara atau tanggapan
pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a. Kepastian : memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya, bukan.
Kalimat : tentu dia melihatnya
b. Pengakuan : ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
Kalimat : sebenarnya saya tidak mengerti
c. Kesangsian : agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
Kalimat : mungkin dia ada di situ
d. Keinginan : moga-moga, mudah-mudahan.
Kalimat :mudah-mudahan dia dalam keadaan baik
e. Ajakan : baik, mari, hendaknya, kiranya.
Kalimat : mari kita pergi ke taman
f. Larangan : jangan.
Kalima : jangan dibuka pintu itu
g. Keheranan : masakan, mustahil, mana boleh.
Kalimat : mustahil jika dia bisa menyelesaikan tugas itu
e.Kata keterangan aspek
Keterangan aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif,
bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau
pandangan dari pembicara. Keterangan aspek dapat dibagi-bagi lagi atas
bermacam-macam:
a). Aspek inkoatif : menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan
berlangsungnya:saya pun berangkatlah.
b). Aspaek duratif : adalah keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu
peristiwa tengah berlangsung: sedang, sementara.

17
c). Aspek perfektif : adalah keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu
peristiwa telah mencapai titik penyelesaiannya: sudah, telah.
d). Aspek momental: menyatakan suatu peristiwa terjadi pada suatu saat yang
pendek.
e). Aspek repetitif : menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi
berulang-ulang.
f). Aspek frekuentatif : menunjukan bahwa suatu peristiwa sering terjadi.
g). Aspek habituatif : menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu
kebiasaan.
f. Kata keterangan derajat
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau
jumlah dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan: amat hampir, kira-kira, sedikit,
cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan seterusnya.
g.Kata keterangan alat
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu proses itu
berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh kata dengan
+ kata benda.
Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
h.Keterangan kesertaan
Adalah keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu
perbuataan atau tindakan: saya pergi ke pasar bersama ibu
i.Keterangan syarat
Adalah keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika, dan sebagainya.
j.Keterangan perlawanan
Adalah keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan
terlebih dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun,
sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.
k.Keterangan sebab
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah
berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab,
karena, oleh karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh karenanya, dan sebagainya.
l.Keterangan akibat
Adalah keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu peristiwa
atau perbuatan. Akibat adalah hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan
atau yang tidak dengan sengaja dicapai, tetapi terjadi dalam hubungan sebab-
akibat. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata : sehingga ,oeh karena
itu, oleh sebab itu, dan lain sebagainya.
m.Keterangan tujuan

18
Adalah keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses.
Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai
atau memeng dikehendaki demikian. Kata-kata yang menyatakan keterangan
tujuan adalah: supaya, agar, agar supaya, hendak, untuk, guna, buat.
n.Keterangan perbandingan
Adalah keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan
perbandingan keadaan suatu proses dengan proses yang lain, suatu keadaan
dengan keadaan yang lain: kata-kata yang di pakai untuk menyatakan
perbandingan itu adalah:sebagai, seperti, seakan-akan, laksana, umpama,
bagaimana.
o.Keterangan perwatasan
Adalah keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu
proses berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali, hanya.

6.Kata Bilangan (Numeralia)


Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan,
urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa
bagian, yaitu:
1. Kata bilangan utama (numeralia cardinalia):satu, dua, tiga, empat, seratus,
seribu,
2. Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama, kedua, ketiga, kelima,
kesepuluh
3.Kata bilangan tak tentu:beberapa, segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya
4. Kata bilangan kumpulan:kedua, kesepuluh, dan sebagainya.
Penggunaan kata bilangan adalah sebagai berikut:
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi. Angka digunakan untuk
menyatakan:
a. Ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
b. Satuan waktu,
c. Nilai uang, dan
d. Kuantitas .
2. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.Misalnya: Jalan tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia,
Kamar 169
3. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci
Misalnya: Bab X,Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin:9
4. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Bilangan utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
Bilangan pecahan: seperdelapan (⅛ ), dua per tiga ( ⅔)

19
5. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:Paku buwono X; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
6. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
7. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susuna
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan :
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo
8. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagaian
supaya lebih mudah dibaca.Misalnya :Perusahaan itu baru saja mendapat
pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang
9. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya :Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan :
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
10. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisanya harus tepat.
Misalnya :Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)

7.Preposisi (kata depan)


Kata depan ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),
misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-
kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat.Kata - kata
depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah :
a. DI, KE, DARI : Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk
merangkaikan kata – kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap
tempat:
Di Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.

20
b. Bagi kata – kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang,
nama waktu atau kiasan dipergunkan kata pada untuk menggantikan di, atau kata
– kata depan lain digabungkan dengan pada misanya: daripada, kepada.
Pada suatu hari pada bapak
Pada hari sabtu pada senin
Pada kami kepada teman – teman
c. Selain dari pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan
maupun tunggal seperti: di mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi,
guna, buat, berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain.
Di samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan,
yaitu :menurut, menghadap, mendapatkan, melalui, menuju, menjelang, sampai.

Ada kata depan, yang menduduki bermacam – macam fungsi yang istimewa.
antara lain:
a. AKAN : Kata Depan akandapat menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar objek: ia tidak tau akan hal itu.
Ku lupa akan semua kejadian itu
-Untuk menyatakan future: saya akan pergi ke Surabaya.
Kakek akan tiba hari ini.
- Untuk penguat atau penekan, dalam hal ini dapat berfungsi sebagi penentu: akan
hal itu perlu kita perundingkan kelak.
b.DENGAN : Kata Depan dengan dapat menduduki beberapa macam fungsi,
misalnya:
- Untuk menyatakan alat (instrumental):
Ia memukul anjing dengan tongkat.
Adik makan dengan sendok.
- Menyatakan hubungan kesertaan (komitatif):
Ia kepasar dengan ibunya.
- Membentuk adverbial kualitatif:
Perkara itu diselidiki dengan cermat.
- Dipakai untuk menyatakan keterangan komparatif:
Adik sama tinggi dengan Adi.
c.ATAS : arti dan fungsinya:
- Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama artinya dengan di atas.
Kami menerima tanggung jawab itu di atas pundak kami.
- Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan keterangan:
Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
Kami menyesal atas sekalian tindak tanduknya.
- Dipakai di depan beberapa kata dengan arti : dengan atau demi. Misalnya:
Atas nama atas kehendak atas perintah

21
Atas desakan atas kematian dan sebagainya
d. ANTARA : arti dan fungsinya:
- Sebagai penunjuk arah :
Jarak antara jogja dan solo.
- Sebagai penunjuk tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di antara :
Antara murid – murid itu mana yang terpandai?
- Dapat pula berarti kira – kira:
Antara lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.

8.Kata Tanya
Kata tanya ialah perkataan yang digunakan untuk bertanyakan sesuatu.
Macam-macam kata tanya :
a. Apa
Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau
lakukan ?
b. Siapa
Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa namamu ?
c. Kapan
Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
d. Berapa
Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
e. Dimana
Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
f. Bagaimana
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar
nenekmu ?
g. Mengapa
Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu bolos kemarin ?

9.Interjeksi (kata seru)


Kata seru ialah kata yang mengungungkapkan perasaan.Oleh semua tatabahasa
tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai suatu jenis kata. Bila melihat wujud
dan fungsinya, maka tidak dapat diterima ketetapan itu, walaupun harus diakui
dengan melihat saja bentuknya kita dapat tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus
mengungkapkan semua perasaan dan maksud seseorang. Berarti interjeksi itu
sudah termasuk dalam bidang sintaksis. Atau dengan kata lain apa yang
dinamakan kata seru itu, bukanlah kata tetapi semacam kalimat.
Bermacam – macam interjeksi yang dikenal hingga sekarang adalah:
a.Interjeksi asli: yah, wah, ah, hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
Contoh: hai, datanglah kemari!

22
b. Interjeksi yang berasal dari kata – kata biasa : yang dimaksud dengan interjeksi
ini adalah kata – kata benda atau kata – kata lain yang digunakan atau biasa
digunakan kata seru: celaka, masa, kasihan,
contoh: celaka, hpku hilang!
c. Interjeksi yang berasal dari ungkapan – ungkapan, baik dari ungkapan
Indonesia asli maupun dari ungkapan asing, misalnya: ya ampun, demi Allah,
Insya Allah, Alhamdulillahi robbilalaminn, astagfirullah.
Contoh: demi Allah saya tidak mengambilnya!

10. Kata Sambung


Adalah kata yang digunakan untuk menggabungkan kalimat tunggal dengan
kalimat tunggal lainnya.Bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat-
kalimat itu dapat berlangsung dengan berbagai cara:
1.Menyatakan gabungan: dan, lagi pula, serta.
Contoh: aku dan tina pergi ke taman

2.Menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.


Contoh: saat liburan aku ingin pergi ke Jogja tetapi kakak ingin ke Surabaya

3.Menyatakan waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum,


sedang, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala,
waktu.
Contoh: aku selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah

4.Menyatakan tujuan: supaya, agar supaya dan lain-lain.


Contoh: ibu menyuruhku memakai jaket supaya tidak kedinginan

5.Menyatakan sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.


Contoh: aku tidak sekolah karena sakit

6.Menyatakan akibat: sehingga, sampai.


Contoh: aku terlambat bangun sehingga terlambat sampai di sekolah

7. Menyatakan syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, seandainya.


Contoh: aku akan datang jika kamu mau menjemputku

8. Menyatakan pilihan: atau, maupun, baik, entah


Contoh: kamu pilih pensil atau buku

23
9.Menyatakan bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
Contoh: kau seperti air di daun talas

10.Menyatakan tingkat: semakin, kian, bertambah


Contoh: semakin hari kau semakin tinggi

11.Menyatakan perlawanan: meskipun, biarpun, dan lain-lain.


Contoh: meskipun aku miskin tapi aku masih bisa bertahan untuk hidup
12.Pengantar kalimat: maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita
mengenal pula kata-kata pengatar kalimat seperti: bahwasanya, sebermula,
syahdan, hatta, arkiran, kalakian, sekali peristiwa.

13.Menyatakan penjelas: yakni, umpama, yaitu.


Contoh: bentuk kata ada empat yaitu kata dasar, kata turunan, kata ulang dan
kata majemuk.

14.Sebagai sangkalan: seolah-olah


Contoh: seolah-olah kamu bias menyelesaikan semuanya

Segala macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan


kalimat secara jelas, disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu
sifat hubungan itu dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung pun.
Maknanya harus ditafsir atau diturunkan berdasarkan hubungan kalimat.
Keteranganya yang tidak mempergunakan alat-alat bahasa ini bersifat implisit,
misalnya:
Ia datang, saya berangkat.
Dalam kalimat diatas secara implisit terkandung keterangan waktu.
Keterangan waktu yang tersembunyi itu secara eksplisit dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Ketika ia datang, saya berangkat, atau
Ia datang, ketika saya berangkat.
Suatu hubungan yang dinyatakan secara implisit dapat ditafsirkan bermacam-
macam; tergantung dari pandangan tiap pendengar atau pembaca.

2.4 Makna dan Perubahan


Makna dan perubahannya
Ada dua macama makna yang terpenting, yaitu:

24
1) Makna leksikal/makna denotasi/makna lugas adalah makna kata secara lepas
tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah struktur. Leksikal berasal dari leksikon
yang berarti kamus. Sehingga, makna leksikal ialah makna yang tertera dalam kamus,
misalnya kata belah dapat bermakna celah, pecah menjadi dua, sisi dll. Makna ini
biasanya digunakan dalam surat-surat resmi, surat-surat dagang, laporan dan tulisan
ilmiah agar makna menjadi pasti, sehingga tidak terjadi salah tafsir.
2) Makna gramatikal atau makna konotasi ialah makna yang timbul akibat proses
gramatikal. Disebut juga makna struktural karena makna yang timbul bergantung pada
struktur tertentu sesuai dengan konteks dan situasi dimana kata itu berada.
Contoh:
(i) lembah hitam (daerah /tempat mesum)
(ii) kuhitamkan negeri ini (kutinggalkan untuk selamanya)

Dalam kaitan dengan makna, ada istilah-istilah yang perlu kita pahami,
a) Sinonim atau padan makna ialah ungkapan yang maknanya hampir sama dengan
ungkapan lain. Contoh: nasib = takdir.
b) Antonim atau lawan makna ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan
lain.Contoh: baik >< buruk. c) Homonim terjadi jika dua kata mempunyai bentuk dan
ucapan yang sama, tetapi maknanya berbeda. Contoh: mengukur (dari kukur) dan
mengukur (dari ukur) Homofon terjadi jika dua kata mempunyai ucapan yang sama,
tetapi makna dan bentuknya berbeda; misalnya kata sangsi = ragu-ragu dan sanksi =
hukuman. Homograf terjadi jika dua kata mempunyai bentuk yang sama tetapi bunyi atau
ucapan dan maknanya berbeda; misalnya beruang = nama binatang, beruang =
mempunyai uang. d) Hiponim terjadi jika makna sebuah ungkapan merupakan bagian
dari makna ungkapan yang lain. Misalnya merah adalah hiponim dari kata berwarna. Dan
diantara perubahan makna yang penting, antara lain:

1) Meluas, jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Misalnya kata
putra-putri = anak-anak raja (dahulu) = laki-laki dan wanita (sekarang)
2) Menyempit, jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang.
Misalnya kata sarjana = semua cendekiawan (dahulu) = gelar akademis (sekarang)
3) Amelioratif yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata wanita nilainya lebih tinggi dari
kata perempuan.

25
4) Peyoratif yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasa lebih rendah
nilainya dari makna lama. Dalam peyoratif, arti yang baru dirasa lebih rendah nilainya
dari arti yang lama. Dan bertalian erat dengan sopan santun yang dituntut dalam
kehidupan bermasyarakat. Kata yang mulanya dipakai untuk menyembunyikan kata yang
dianggap kurang sopan, suatu waktu dapat dianggap kurang sopan, sehingga harus diganti
dengan kata lain. Kata bunting dianggap tinggi pada zaman dahulu, sekarang dirasa
sebagai kata yang kasar dan kurang sopan, lalu diganti dengan kata hamil atau
mengandung.
5) Sinestesia yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera
yang berlainan. Contoh: Mukanya masam.
6) Asosiasi yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh: Beri dia
amplop agar urusan cepat beres.
7) Metafora adalah perubahan majna karena persamaan sifat antara dua objek> Conto:
putrid malam (untuk bulan).
8) Metonimi terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam
dalam suatu lingkungan makna yang sama dan dapat diklasifikasi menurut tempat atau
waktu, hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat.
Contoh: penemuan-penemuan yang sering disebut menurut penemunya, seperti: Ohm,
Ampere.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari Penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Satuan bentuk dalam bahasa
Indonesia terdiri dari beberapa macam, yaitu :
- Fonem
- Morfem
- Kata
- Frasa
- Makna dan perubahannya
Masing-masing dari mereka mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi saling berkaitan dan
mendukung terciptanya bahasa Indonesia yang baik

3.2 Saran

Makalah ini tentunya belum mencakup semua pembahasan mengenai tata


kalimat dalam Bahasa Indonesia, oleh karena itu untuk melengkapinya perlu
ditunjang dengan membaca dan mempelejari tentang kalimat dalam Bahasa
Indonesa dari referensi lainnya yang membahas tentang tata kalimat dalam
Bahasa Indonesia

27
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys, 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT Gramedia.
Finoza, Lamuddin, 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Insan Media.

Chaer,Abdul,1984.Tata Bahasa Pendidikan Bahasa Indonesia.Jakarta: Reneka Cipta.

Kentjono,Djoko, 1978. Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta :Erlangga.

Anwar, H.Rosihan. 2004. Bhasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta: Media
Abadi.

28

Anda mungkin juga menyukai