Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BENTUK DAN MAKNA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Sri Handayani, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 3
1. Sa’adatun Nia Romadhoni (53020230058)
2. Zusika Briliani (53020230063)
3. Rahma Fadlilah (53020230065)

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inaayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang bentuk dan
makna ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Sri Handayani, M.Pd. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Bahasa indonesia yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb
Salatiga, 22 September 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Apa yang dimaksud dengan fonem, morfem, kata, dan frasa? ................ 2
1. pengertian fonem ............................................................................... 2
2. pengertiqn morfem..............................................................................2
3. pengertian kata....................................................................................3
4. pengertian frasa...................................................................................3
B. Apa yang dimaksud makna dan bagaimana perubahannya ..................... 4
1. pengertian makna ............................................................................... 4
2. perubahan makna................................................................................6
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10
A. Kesimpulan .............................................................................................. 10
B. Saran ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penugasan Bahasa Indonesia secara intensif sangat penting didalam era modern
saat ini. Penggunaan Bahasa yang baik dan benar secara individu maupun kelompok
merupakan usaha kita dalam melestarikan Bahasa negara kita. Bahasa Indonesia juga
merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk Nusantara.
Tetapi pada masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia sehari-hari namun
belum begitu mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan karena
kurangnya Pendidikan dan factor lingkungan. Jadi pembelajaran dan penerapan berbahasa
Indonesia secara baik dan benar sangat penting. Hal itu dilakukan untuk membangun
bangsa dan negara serta meningkatkan sistem komunikasi dan informasi yang tepat.
Sebagai Langkah awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan untuk
penguasaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu, kami rasa sangat
penting untuk membahas judul “Bentuk dan Makna” di dalam Bahasa Indonesia dengan
harapan supaya mahasiswa dapat mengajukan system komunikasi dan indormasi bangsa
dan negara.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan penting yang terkait dengan sub-
bab yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan. Rumusan masalah dituliskan dengan
poin-poin sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan fonem, morfem, kata, dan frasa?
2. Apa pengrtian makna? Dan bagaimana perubahannya?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengoptimalkan bagi mahasiswa dalam
mengetahui secara intensif mengenai mata kuliah Bahasa Indonesia dengan target sebagai
berikut:
1. Mahasiswa memperoleh alasan dan mampu mendefinisikan fonem, morfem, kata, dan
frasa beserta pembagiaannya.
2. Mahasiswa mengetahui definisi makna beserta pembagiannya

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian fonem, morfem, kata, dan frasa
Satuan bentuk terkecil dalam Bahasa adalah fonem dan yang paling terbesar
adalah karangan. Diantara fonem dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata,
frasa, kalimat, dan alenia. Ketujuh satuan bentuk Bahasa itu baru diakui eksistensinya
jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna, maksudnya adalah
kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan antara
bentuk dan makna dapat di ibaratkan sebagai dua sisi mata uang/ satu sama lainnya
saling melengkapi.1

1. Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf
adalah lambang bunyi atau lambang fonem yang membedakan arti jahit dan jahat
adalah bunyi /i/ yang dilambangkan huruf /i/ dan bunyinya /a/ dilambangkan dengan
huruf /a/. bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/.
Fonem itu bukan huruf. Tetapi fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah
lambang dari bunyi. Jumlah huruf ada 26 huruf (dari a sampai dengan z), jumlah fenom
lebih dari 26, beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga ada fonem
yang dilambangkan oleh dua huruf, yaitu fonem /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/.
Dalam kalimat orang itu membawa beo, huruf o melambangkan dua fonem, yaitu:
Fonem /o/ dalam kata orang [orang]
Fonem /O/ dalam kata beo [beO]
2. Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna atau
mempunyai makna. Morfen dapat berupa imbuhan, klitika partikel, dan kata besar
(misalnya -an, di-, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat
membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah yang mempunyai
makna baru yang berbeda dengan kata makan.
Menurut bentuk dan maknanya, morfen debedakan menjadi dua macam:

1
Lamudin finoza komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta Dinsi Imam Mulia,Cet.X, 2004-2005), Hal.60.

2
1. Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai
morfem bebas. Contoh: makan, buku, sekolah, dan lain sebagainya.
2. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Makna morfem terikat ini baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang
lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasiawal dan
akhiran) tergolong morfen terikat (termasuk partikel). Contoh: me-, ber-, di-, -
an, -lah, dan lain sebagainya.
3. Kata
kata adalah satuan dari bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri
dari segi makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui
sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Berbeda dengan adepes, libma,
ningid, hailuk bukan diakui kata karena tidak mumpunyai makna.
4. Frasa
frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak
mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru,
baju batik, penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa
masih disekitar makna lesikal kata pembentukannya karena hakikat frasa adalah kata
yang diperluas dengan memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda dengan
(langit biru, biru baju, yang berbahaya sangat penyakit) ini tidak dinamakan frasa
karena tidak mempunyai kesatuan makna.
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar, tidak tergoyahkan, dan tidak boleh
dibalik seperti: haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan haus,
tempur siap, wicara temu. Jika posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara
utuh. Seperti: -hari ini akan diadakan jump apers. -jumpa pers akan diadakan hari ini.
Frasa dikelompokkan menjadi lima macam:
1. Frasa verbal (artinya sama dengan arti kata kerja)
Asyik belajar (intinya belajar)
2. Frasa adjektiva (artinya dengan arti kata sifat)
Sudah baik, sangat malu, harus tidak kotor, benar sekali
3. Frasa adverbial (artinya sama dengan arti keterangan)
Pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada akhir
pertunjukan itu.
4. Frasa nominal (artinya sama dengan arti kata benda)
3
Penyakit yang sedang berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester,
pembawa acara yang kocak, lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran.
5. Frasa preposisional (artinya sama dengan arti kata tugas, misalnya preposisi
dan konjungsi)
Dari atas, oleh karena itu, sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke Tengah.

B. Makna dan perubahannya


1. Pengertian makna
Makna adalah hubungan antara bentuk Bahasa dengan objek atau sesuatu hal
yang diacunya ada dua macam makna yang terpenting yaitu:
1) Makna leksikal (makna denotasi)
Adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam
sebuah struktur. Istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus.
Dengan kata lain, makna leksikal ialah makna yang tertera dalam kamus,
misalnya belah dapat mempunyai makna celah, pecah menjadi dua, setengah,
sisi, pihak. Makna leksikal di sebut juga makna lugas biasanya digunakan dalam
surat-surat resmi, surat-surat dagang, laporan, dan tulisan ilmiyah dengan tujuan
agar makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah tafsir.
2) Makna gramatikal (makna konotasi)
Adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal atau struktural. Makna
gramatikal suatu kata adalah makna yang sudah bergeser dari makna leksikal
kata itu, misalnya kata hitam yang bermakna leksikal warna yang gelap, makna
gramatikalnya dapat menjadi penuh kegetiran dalam kalimat seletah Insyaf, dia
tidak mau membicarakan masalalunya yang hitam. Maka gramatikal kata hitam
akan berbeda lagi dalam kalimat yang lain. Maka gramatikal biasanya
digunakan sebagai pigura Bahasa untuk memperoleh makna estetis. Contoh:
Lembah hitam (daerah atau tempat mesum), kuhitamkan negeri itu
(kutinggalkan untuk selamanya).
Dalam kaitan, dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim, homonim
dan hiponim

1. Sinonim (padan makna) ialah ungkapan yang maknanya hamper sama dengan
ungkapan lain. Senonim juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda
atau pengertian lain dari suatu ungkapan. Seperti kata Nasib dan takdir.
4
Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat,
a. Sinonim antar kalimat, misalnya saya melihat dia dan dia
kulihat.
b. Sinonim antar frasa, misalnya dua tangkai bunga dan bunga dua
tangkai.
c. Sinonim antar kata, misalnya Nasib dan takdir, memuaskan dan
menyenangkan.
d. Sinonim antar morfem misalnya pemirsa dan pirsawan,
kestabilan dan stabilitas.
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan
yang lebih manis hasil penggabungan tersebut melahirkan frasa yang
berasal dari kata majmuk misalkan; caci maki, gagah perkasa, sunyi
senyap, jungkir balik
2. Antonim (lawan kata) ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari
ungkapan yang lain. Seperti kata mudah dan sukar. Antonym dapat dibedakan
atas tataran sistematis berikut ini:
a. Antonym antar kalimat misalnya, dia sakit dan dia tidak sakit.
b. Antonim antar frasa misalnya, secara teratur dan secara tidak
teratur
c. Antonim antar kata misalnya, mustahil dan mungkin, hidup dan
mati.
d. Antonim antar morfem, misalnya pra sarjana dan pasca sarjana.
Antonym diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan
menyangkal atau mempertentangkan contoh besar dan kecil, atas
dan bawah.
3. Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama
tetapi maknanya berbeda. Contohnya mengukur (dari kukur) dan mengukur
(dari ukur), bisa (racun) dan bisa (dapat atau mampu). Selain homonim
terdapat pula homofon dan homograf. Homofon adalah dua kata yang
mempunyai ucapan yang sama, tetapi makna dan bentuknya berbeda,
misalnya sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) = hukuman, bang =
panggilan yang lebih tua dan bank (bang) = tempat penyimpanan uang.
Homograf adalah dua kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi bunyi

5
atau ucapan dan maknanya berbeda, misalnya beruang= nama Binatang,
beruang = mempunyai ruang, beruang = mempunyai uang.
4. Hiponim adalah makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna
ungkapan yang lain, misalnya merah adalah hiponim dari kata berwarna.
Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim,
misalnya berwarna hipernim terhadap merah.
2. Perubahan makna
Perubahan makna adalah pergeseran makna yang pertama ke makna yang
sesungguhnya. Tarigan mengemukakan: perubahan makna kerap kali berbarengan
dengan perubahan sosial yang disebabkan oleh peperangan, perpindahan penduduk,
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekomomi, budaya, dan factor-faktor
lainnya.2 Sebuah kata yang tentunya bermakna ada kemungkinan akan mengalami
perubahan. Dalam masa yang singkat makna kata akan tetap atau tidak berubah,
akan tetapi dalam kurun waktu yang lama ada kemungkinan makna suatu kata
tersebut mengalami perubahan atau peergeseran dari segi maknanya. Dengan
asumsi tersebut maka didapatkan perubaha sebagai berikut:
1. Generalisasi / perluasan
Genaralisasi yang dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah yang
pada awalnya hanya memiliki ‘makna’ karena berapa faktor sehingga
menjadikan memiliki makna makna lain.3 Perubahan makna dalam ari peluasan
yaitu gejala yang terjadi atau proses perubahan makna dari yang khusus ke
umum. Sebagai contoh kata saudara pada awalnya bermakna ‘seperut’ atau
‘sekandung’ kemudian berkembang maknanya ‘siapa saja yang ada pertalian
darah’ (sepupu) / ‘orang yang dianggap saudara’.4
2. Spesialisasi/penyempitan
Penyempitan makna atau spesialisasi merupakan proses perubahan makna
yang awalnya memiliki makna luas kemudian maknanya berubah menjadi
terbatas hanya pada sebuah makna yang dimaksud. Penyempitan makna ini juga
tidak lepas dari konteks pemakaian kata tersebut.5

2
Tarigan, Pengajaran Semantik, (Bandung: Angkasa, 1985) hal 85
3
Ida Nursida, Perubahan Makna Sebab dan Bentuknya sebuah Kajian Historis…. Hal 52
4
Muzaiyanah, Jenis Makna dan Perubahan Makna….. hal 151
5
Erwan Kustriyono, Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna dalam Media Cetak, Bahastra:
Vol 35, No 2 hal 18

6
Perubahan menyempit yang dimaksud adalah gejala yang terjadi pada
sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian
berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Sebagai contoh kata
sarjana dulu digunakan untuk menyebut orang yang cerdik, pandai tetapi
sekarang hanya digunakan untuk menyebut orang yang sudah lulus dari
perguruan tinggi.6
3. Ameolirasi
Peninggian makna atau ameliorasi merupakan suatu proses perubahan
makna di mana makna akan menjadi lebih tinggi, hormat, dan baik nilainya
daripada makna sebelumnya.7 Perubahan makna ameolirasi adalah suatu proses
perubahan makna, yang pada mulanya memiliki makna lebih rendah daripada
makna sekarang. Atau dengan kata lain makna baru lebih tinggi atau lebih baik
daripada makna dahulu, Contoh:
a. Kata tunanetra lebih baik daripada kata buta
b. Kata narapidana lebih baik daripada orang hukuman
c. Kata hamil lebih baik daripada kata bunting
d. Tuan HK menatap lamat-lamat wajah istrinya, mengusap dahi wanita
yang amat dicintainya.8
4. Peyorasi atau penurunan
Peyorasi adalah perubahan makna yang mengakibatkan sebuah kata atau
ungkapan menggambarkan sesuatu yang kurang baik, kurang enak, kurang
menyenangkan, atau kurang bermutu dibandingkan dengan makna semula
(dulu).9 Dalam peyoratif makna baru dirasakan lebih rendah nilainya daripada
makna yang lama. Misalnya:
a. Kata tuli mengalami peyorasi, dulu tidak dirasakan mengandung makna
yang jelek, sekarang maknanya dirasakan kurang baik, kurang sopan,
dan terasa kasar.

6
Muzaiyanah, Jenis Makna dan Perubahan Makna…….. hal 151

7
Erwan Kustriyono, Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna dalam Media Cetak….. hal 16
8
Ayu Anita Mustika Sari, Perubahan Makna dalam Novel Moga Bunda disayang Allah Karya Tere-
Liya, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammad Surakarta, 2013 hal 5

9
Erwan Kustriyono, Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna dalam Media
Cetak…… halm 16

7
b. Ungkapan kai tangan dulu dipakai dalam arti yang baik yaitu
‘pembantu’, sekarang dipakai dalam arti yang kurang baik, yaitu
‘pembantu dalam kejahatan atau pembantu pihak yang tidak disukai’,
seperti tampak dalam kaki tangan musuh, kaki tangan imperasi.
c. Kata ngamar semula mengandung makna ‘berada di kamar’, tetapi
akhirnya mengandung pengertian negatif sehingga pemakaiannya pun
berusaha dihindari.
d. Satu larik cahaya matahari pagi lainnya menimpa wajah Bunda.
Membentuk garis dipipi bundaPerempuan itu berumur empat puluh
tahun.10
5. Sinestesia
Sinestesia berasal dari bahasa yunani sun yang artinya ‘sama’ dan
aisthetikas artinya ‘nampak’. Sinestesia merupakan perubahan makna akibat
pertukaran tanggapan dua Indera (dari indera penglihatan ke indera
pendengaran; dari indera perasaan ke indera pendengaran.11 Perubahan makna
akibat adanya kecendrungan untuk mengubah tanggapan dengan tujuan untuk
menegaskan maksud disebut sinestesia, atau dengan kata lain, sinestia adalah
pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan yang lainnya.
a. Rasa pedas yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa pada
lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera pendengaran
b. Seperti ujaran kata-katanya cukup pedas
c. Warnanya enak dipandang
d. ❖Suaranya sedap didengar
e. Mukanya manis sekali
f. Senyumnya sangat masam
g. Kalian akan tertipu dengan seringai bandelnya. Kalian akan selalu
bilang “iya” demi menatap senyum manisnya.12
6. Asosiasi

10
Ayu Anita Mustika Sari, Perubahan Makna dalam Novel Moga Bunda disayang Allah Karya Tere-
Liya... hal 5
11
Erwan Kustriyono, Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna dalam Media Cetak,Bahastra…
hal 16
12
Ayu Anita Mustika Sari, Perubahan Makna dalam Novel Moga Bunda disayang Allah Karya Tere-
Liya... hal 6

8
Asosiasi yaitu perubahan makna yang terjadi karena adanya persamaan
sifat.13 sehingga suatu kata atau istilah dapat dipakai untuk pengertian lain.
Dalam bahasa Arab perpindahan makna yang dimaksud adalah ketika dua kata
berbeda dengan makna sama beruah menjadi makna berbeda.

13
30Erwan Kustriyono, Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna dalam Media Cetak,
Bahastra…hal 16

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fonem adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membedakan arti,
misalnya perbedaan huruf /e/ sate, pedas dan enak. Morfem adalah satuan bentuk
terkecil yang dapat membedakan makna; atau mempunyai makna, misalnya di-per-
main-kan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri
dan mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih
yang bersifat non predikatif dan bermakna leksikal, misalnyagunung tinggi.
Makna adalah hubungan antara bentuk Bahasa dengan objek atau sesuatu hal
yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal atau denotasi (makna
sebenarnya) dan gramatikal atau konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan makna
ada 6 bentuk, yaitu perluasan, penyempitan, ameolirasi, penyorasi, sinestasia, asosiasi,
penghalusan dan pengasaran.
untuk memahami dan mendiskusikan lebih lanjut tentang prinsip pembelajaran.
Hal ini perlu dilakukan agar pembaca semakin detail dalam mencari informasi, serta
lebih banyak mendapatkan pengetahuan yang luas. Kritik dari pembaca diharapkan oleh
penulis serta apresiasi positif terhadap makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik
lagi.

B. Saran
Demikian penjelasan mengenai “bentuk dan makna” dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia, semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila
ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan diatas karena keterbatasan
pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun sanagat kami perlukan untuk
perbaikan penulisan makalah ini kedepan. Sekian.

10
DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamudin. 2004-2005. komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Dinsi Imam


Mulia,Cet.X.

Kustriyono, Erawan. 2003. Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna
dalam Media Cetak.
Nursida, Ida. Perubahan Makna Sebab dan Bentuknya sebuah Kajian Historis.
Sari, A. A. Mustika. 2013. Perubahan Makna dalam Novel Moga Bunda disayang Allah
Karya Tere-liye Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammad
Surakarta.
Tarigan. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung. Angkasa.
https://ivanlanin.medium.com/bentuk-dan-makna/
https://www.academia.edu/30025151/makalah_bahasa_indonesia_Bentuk_dan_Makna/

11
12

Anda mungkin juga menyukai