Makalah
JUDUL TUGAS
Sintaksis
Morfologi
Disusun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN (STIEPAN)
2021/2022
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................................6
I. PENGERTIAN MORFOLOGI................................................................................................................6
II. PROSES MORFOLOGIS.........................................................................................................................6
III. PENGERTIAN MORFEM.......................................................................................................................7
IV. MORF DAN ALOMORF.........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................................9
LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Dengan adanya bahasa manusia menjadi
lebih mudah untuk mendapatkan informasi dari berbagai hal, untuk memudahkan manusia dalam berinteraksi.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang pesannya berbentuk pesan verbal yakni pesan yang berbentuk kata.
Bahasa juga akan selalu berkembang seiring dengan berkembangnya zaman, baik dari tataran fonologi, morfologi,
sintaksis maupun wacana secara berkesinambungan satu bidang dengan bidang yang lainnya. Melalui bahasa
manusia dapat menuangkan ide atau gagasan yang ada di dalam pikiran. Chaer (2006:1) menyatakan bahwa bahasa
berupa suatu sistem lambang berupa bunyi bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Salah satu aplikasi bahasa membicarakan mengenai proses morfologis
tentunya harus mengetahui pengertian morfologi itu sendiri.
Morfologi merupakan salah satu bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata dan fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, M 1987:21). Kalau dikatakan morfologi
membicarakan masalah bentuk-bentuk dalam pembentukan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata,
yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya perlu dibicarakan(Chaer, Abdul, 2008:3).
Sehingga pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menentukan, memilih, dan menerapkan aneka
bentuk kata, baik dalam keperluan pembelajaran bahasa Indonesia maupun dalam pemakaian bahasa Indonesia
serta keperluan dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
alat yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Tentunya manusia begitu dekat dengan bahasa, terutama bahasa Indonesia. Sehingga manusia sangat perlu untuk
mempelajari bahasa tersebut secara lebih jauh dan mendalam. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif
yang dilakukan antar manusia. Dengan adanya bahasa, sangat memudahkan manusia untuk berkomunikasi di
kalangan masyarakat.
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN MORFOLOGI
Morfologi disebut sebagai ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata. Verhaar (1984:52)
berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara
gramatikal. Begitu pula Kridalaksana (1984:129) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1)
bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur
bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem. Berdasarkan definisi-definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan
antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata. Morfem adalah
bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem
karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal ataupun makna gramatikal. Demikian juga me-
dan -kan tidak dapat kita bagi menjadi bagian yang lebih kecil (Badudu,1985:66). Jadi, morfem adalah
satuan bahasa yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi dan mempunyai makna gramatikal dan
makna leksikal.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain
itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan
perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Secara struktural objek
pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Contoh dari beberapa kata, seperti : “ Deri menyelesaikan pekerjaan itu”.
Susunan kata diatas semula belum dapat dipahami maksud dan tujuannya. Setelah dipisahkan arus
ujuran sesuai dengan bentuknya, maka menjadi Dito menyelesaikan pekerjaan itu. Tapi hasil
pemisahan unsur-unsur men-, selesai, kan dan pe-, kerja, -an. Unsur-unsur selesai dan kerja serta
unsur-unsur Deri dan itu tidak dapat dipecah lagi. Unsur-unsur tersebut dapat langsung membina
kalimat seperti Deri selesai kerja. Pengertian dalam memecah-mecahkan unsur bentukan inilah yang
dipelajari dalam morfologi. Dan ruang lingkup morfologi mencakup morfem, morf dan alomorf.
Proses morfologis menurut Samsuri (1985:190) adalah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kata disebutnya sebagai bentuk
minimal yang bebas, artinya bentuk itu dapat diucapkan tersendiri, bisa dikatakan, dan bisa didahului
dan diikuti oleh jeda yang potensial Jadi, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem
menjadi kata. Proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi,
dan (3) modifikasi kosong (Samsuri, 190—193). Namun, di dalam bahasa Indonesia yang bersifat
aglutinasi ini tidak ditemukan data proses morfologis yang berupa perubahan intern, suplisi, dan
modifikasi kosong. Jadi, proses morfologis dalam bahasa Indonesia hanya melalui afiksasi, reduplikasi
dan pemajemukan atau penggabungan.
A. Pengafiksan
Proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal
maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata.
B. Reduplikasi
Pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem
maupun tidak.
Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan
arti. Secara sederhana bisa diartikan bahwa, morfem adalah suatu bentuk terkecil yang dapat
membedakan arti. Menurut Kridalaksana, morfem merupakan satuan bahasa terkecil yang maknanya
secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-),
(di-), (pensil) dan sebagaiannya adalah morfem.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menggabungkan
morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan itu menghasilkan makna
baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah sebuah morfem.
Contoh, kata ‘bai‘k dengan kata ‘membaik’. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata
membaik, karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari dua morfem
yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa ‘baik’.
Morfem -an. -di, me-, ter-, -lah jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata
makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda
dengan makna kata makan. Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau
bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut
dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam
studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({}) kata kedua
menjadi {ke} + {dua}.
Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya /i/ pada kata kenai
adalah morf. Morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya men- adalah ujud
konkret dari men- yang bersifat abstrak. Secara singkat bisa diartikan bahwa morf adalah nama untuk
sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya.
Alomorf adalah variasi bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
dimasukinya, atau bisa juga dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya.
Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi
setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua atau enam buah.
Dalam merumuskan alomorf ini, kita harus tahu lebih dulu morfem terikat apa yang melekat pada
kata dasarnya. Untuk merealisasikan masalah tersebut, maka harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah
yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh- contoh alomorf dibawah ini:
Ber-, ber- be- bel-
Berjalan Bekerja Belajar
Berlari Berenang -