Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 3

MORFOLOGI

Oleh :

Dyni Arrisky Pradipta (22129028)

Chandatya Azzahra (22129253)

Fajri Agustio (22129273)

Hamdi Al Khairi (22129297)

Dosen Pengampuh :

Dr. Nur Azmi Alwi

M. Habibi S.S, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Yang telah
membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keIslaman,
sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kebahasaan dengan judul
makalah “Morfologi“. Dalam penulisan makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan baik isi maupun teknik penulisan yang disebabkan oleh keterbatasan
penulis sendiri.

Kami ingin menyampaikan banyak terimakasih semua pihak yang telah memberikan
bantuannya kepada terutama yang terhormat Ibu Dr. Nur Azmi Alwi dan Bapak M. Habibi S.S,,
M.Pd selaku Dosen Pengampu Kajian Kebahasaan . Tidak ada yang dapat diberikan kepada
mereka selain iringan do'a yang tulus dan ikhlas semoga amal baik mereka diterima dan
mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Tidak lupa kritik dan saran yang konstruktif
sangat diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Padang, 17 September 2022

Kelompok 03

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................i

Daftar Isi ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

A. Pengertian Morfologi ............................................................................................3


B. Morfem .................................................................................................................4
C. Kata .......................................................................................................................5
D. Proses Murfomis ...................................................................................................6
E. Murfofonemik .......................................................................................................8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................11

Kesimpulan .....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi.
Bahasa Indonesia adalah bahasa kebangsaan Indonesia, kemampuan berbahasa Indonesia adalah
salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali murid sekolah
dasar. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar, bahasa Indonesia merupakan
mata pelajaran pokok. Salah satu tujuan pokoknya adalah murid mampu dan terampil berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses belajar mengajar di sekolah.
Keterampilan berbahasa itu meliputi kemampuan membaca, menulis, mendengarkan
(menyimak), dan berbicara. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya, keterampilan
berbahasa tersebut saling berkaitan (tidak terpisah satu sama lain).
Salah satu bidang pengkajian Bahasa Indonesia yang cukup emnarik adalah bidang tata
bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru
yang muncul dalam pemakaian Bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada
bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu, perlu dikaji ruang lingkkup tata bentukan ini agar
ketidak sesuaian anatar kata-kata yang digunakan oleh para pemakai Bahasa dengan kaidah
tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan pada
tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan
pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama Bahasa yaitu sebagai alat komunikasi.
Hal ini tidak boleh terjadi.
Seringbtimbul pertanyaan dari pemakai Bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan
kaidah morfologi dan yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli Bahasa
yang satu dengan ahli Bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk
melakukan pengajian dan memaparkan masalah tentang morfologi dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai berikut :
1. Apa pengertian morfologi?
2. Bagaimana identifikasi morfem?
3. Apa yang dimaksud dengan morf dan alomorf?
4. Bagaimana klasifikasi morfem?
5. Apa jenis-jenis dari morfem?
6. Bagaimana proses morfofonemik?
7. Apa pengertian kata beserta klasifikasinya?
8. Bagaimana proses pembentukan kata?

1
9. Bagaimana proses morfemis
10. Apa yang dimaksud dengan morfofonemik?

C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini didapatkan tujuan penulisan yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari morfologi
2. Untuk mengetahui identifikasi dari morfem
3. Untuk mengetahui pengertian morf dan alomorf
4. Untuk mengetahui klasifikasi morfem
5. Untuk mengetahui jenis-jenis morfem
6. Untuk mengetahui bagaimana proses marfofonemik
7. Untuk mengetahui pengertian kata beserta klasifikasinya
8. Untuk mengetahui proses pembentukan kata
9. Untuk mengetahui proses morfemis
10. Untuk mengetahui pengertian morfofonemik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MORFOLOGI
Morfologi ialah satu bidang ilmu yang mengkaji bentuk perkataan. Kata Morfologi berasal
dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan
dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara
morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul di antara dua kata yang digabungkan. Jadi,
berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Menurut O’Grady (1993- 113) “Morphology is the system of categories and rules involved in
word formation and interpretation”, yang berarti bahwa morfologi adalah sistem kategori dan
aturan yang digunakan dalam pembentukan kata serta interpretasi kata tersebut. Menurut
Bloomfield (1993- 207): “By the morphology of a language we mean the constructions in which
bound forms or words, but never phrases. Accordingly, we may say that morphology includes
the constructions of words and parts of words, ...” Pengertian morfologi yang tertulis sebelumnya
bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata, pembentukan ini akan
menghasilkan bentukan atau morfem, tetapi bukan frasa.
McManis, dkk (1987: 117) mengemukakan bahwa “morphology is the study of how words
are structured and how they are put together from smaller part”. Sedangkan Trask (1999: 194)
berpendapat bahwa “morphology is an approach which aims to describe and explain universal
tendencies in word formation (such as the preference to derive nouns from verbs, rather than the
reserve)”.
Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa atau linguistik. Menurut Payne (1997: 20-21),
definisi dari morfologi adalah “morphology is the study of the internal structure of words”.
Senada dengan Payne, Menurut Verhaar (1986: 52) morfologi adalah bidang kajian linguistic
yang mempelajari susunan bagian- bagian kata secara gramatikal.
Menurut Tarigan (1988: 4) morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan
arti kata.
Secara etimologis, istilah morfologi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata morphology
dalam bahasa Inggris. Istilah itu terbentuk dari dua buah morfem, yaitu morph ‘bentuk’ dan logy
‘ilmu’. Istilah morfologi dijelaskan oleh Chaer (2008: 3) merujuk kepada ‘Ilmu yang mengenai
bentuk’ Di dalam linguistik, morfologi adalah mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses
pembentukan kata. Artinya setiap bentuk bahasa (linguistic form) yang berupa seluk beluk kata,
menjadi objek sasaran untuk dikaji, misalnya, selain kata desain, terdapat kata mendesain,
mendesainkan, terdesain, banyak desain, desain-desain, desain rumah, pendesainan bersusun,
tampilan desain, hasil desain imaging, rancangan desain; di samping kata ekstensi terdapat kata
diekstensikan, mengekstensi, pengekstensian; selain kata kontraksi terdapat kata berkontraksi,

3
kontraksi otot, mengkontraksi, dikontraksikan, terkontraksi, otot berkontraksi; di sisi kata
telepon, terdapat kata bertelepon, menelepon, meneleponkan, diteleponkan, telepon genggam,
telepon pintar, telepon seluler, telepon-telepon, telepon-teleponan, bertelepon-teleponan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dari bahasa inggris maupun dalam bahasa
Indonesia morfologi pada dasarnya adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari
pembentukan kata baik penyusunannya dalam kata maupun penentuan kelas kata untuk tiap-tiap
kata dalam suatu bahasa.

B. MORFEM
Morfem menurut Payne (1997: 20-21) adalah “Morpheme is the smallest meaningful unit in
the grammar of a language.” Maksud dari pernyataan tersebut bahwa, “morfem adalah unit
terkecil yang memiliki makna dalam bahasa dari suatu bahasa.” Menurut Robins (1970: 191-3)
morfem merupakan unit gramatikal terkecil yang dibentuk dan dibatasi dalam suatu bahasa
dengan cara membandingkan bentuk-bentuk kata yang satu dengan kata yang lain.
Menurut Bloomfield (1974: 6) morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung
bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun makna. Dengan demikian
pengertian morfem secara umum adalah satuan atau unit terkecil dalam suatu bahasa yang
memiliki makna dan merupakan bagian dari atau bentuk kata dalam tata bahasa dari suatu
bahasa. Morfologi mempelajari morfem, dan morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari
pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa.
Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil. Misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian itu
tidak dapat dipisah lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna.
Dalam bahasa inggris maupun bahasa Indonesia morfem memiliki dua jenis, yaitu morfem
bebas (free morpheme), dan morfem terikat (bound morpheme).
Morfem Terikat (Bound Morpheme) Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri
dari segi makna. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan
morfem lainnya. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran)
tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur kecil seperti klitika, partikel, dan
bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
Kridalaksana (1993: 142) mengemukakan bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak
mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan selalu terikat dengan morfem lain untuk
membentuk ujaran. Senada dengan Kridalaksana, O’Grady (1997: 134) “Bound morpheme is a
morpheme that must be attached to another element”. Maksud dari pendapat itu adalah morfem
terikat adalah suatu morfem yang harus dihubungkan dengan unsur lain.
Morfem Bebas (Free Morpheme) Salah seorang linguist yakni Yule (2006), menerangkan
bahwa “Free morpheme that can stand by themselves as single words, whereas „bound
morphemes are those forms that „cannot normally stand alone and are typically attached to

4
another form”. Ide yang muncul dari pernyataan tersebut mengenai freemorpheme adalah
morfemyang dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata.
Pendapat lain dikemukakan oleh Crystal (1997), yang menyebutkan bahwa “Free morpheme
can occur as separated words”. Pengertian tersebut menerangkan bahwa free morpheme dapat
berlaku sebagai kata yang terpisah dengan kata lain adalah kata tunggal yang dapat berdiri
sebagai kata yang utuh. Seperti pada contoh: Eat memiliki makna leksikalnya yaitu memasukkan
sesuatu ke dalam mulut sehingga dikategorikan sebagai free morpheme karena kata tersebut
dapat berdiri sendiri. Dengan demikian, free morpheme ialah morpheme yang dapat berdiri
sendiri sebagai kata dan memiliki makna leksikal.

C. KATA
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti
dan ortografi. Menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau
kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Dalam
kajian bahasa Arab malah dikatakan “kata-kata dalam bahasa Arab biasanya terdiri dari tiga
huruf”. Pendekatan arti dan ortografi dari tata bahasa tradisional ini banyak menimbulkan
masalah. Kata-kata seperti sikat, kucing, dan spidol memang bisa dipahami sebagai satu kata;
tetapi bentuk-bentuk seperti matahari dan luar negeri apakah sebuah kata, ataukah dua buah kata,
bisa diperdebatkan orang. Pendekatan ortografi untuk bahasa-bahasa yang menggunakan huruf
Latin, bisa dengan mudah dipahami, meskipun masih timbul persoalan tetapi pendekatan
ortografi ini agak sukar diterapkan untuk bahasa yang tidak menggunakan huruf Latin, misalnya,
bagaimana kita harus menentukan spasi pada aksara Cina, Jepang, dan Arab.
Dalam pembuatan kata juga terdapat proses yang ditentukan yaitu seperti
a. Inflektif
Kata-kata dalam bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan bahasa Sansekerta,
untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-
kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu. Perubahan atau penyesuaian bentuk pada
verba disebut konjugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifadisebut
deklinasi.
Verba bentuk infinitive bahasa Latin amare ‟mencintai‟ untuk persona pertama tunggal,
modus indikatif aktif, bentuknya untuk kala (tense) yang berbeda adalah sebagai berikut:

Kata Bentuk Arti


Presen amo aku mencintaimu
Imperfekta amabam aku (dulu sedang) mencintaimu
Futura amabo aku akan mencintaimu

5
b. Deviratif
Pembentukan kata secara inflektif tidak membentuk kata baru atau kata lain yang berbeda
identitasnya dengan bentuk dasarnya; sedangkan pembentukan kata secara deviratif membentuk
kata baru atau kata yang bentuk leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya, dari
kata Inggris sing ‟menyanyi‟ terbentuk kata singer ‟penyanyi‟. Antara sing dan singer berbeda
identitas leksikalnya, sebab selain maknanya berbeda, kelasnya juga berbeda; sing berkelas verba
sedangkan singer berkelas nomina.

D. PROSES MURFOMIS
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat
unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Afiks adalah
sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam
proses pembentukan kata. Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan adanya
prefiks, infiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.
Afiks dapat digolongkan atas 2, yakni :
a. Afiks Produktif Afiks produktif ini disebut juga afiks hidup, yaitu memiliki kesanggupan
yang besar untuk melekat pada kata atau morfem. Contoh : afiks –wan dalam kata hartawan,
bangsawan, jutawan.
b. Afiks Improdiktif Afiks improduktif yaitu afiks yang sudah usang, atau kata-katanya
terbatas. Jadi distribusinya terbatas pada beberapa kata saja. Dalam bahasa Indonesia afiksasi
meliputi :
1) Prefiks, yaitu imbuhan di awal kata dasar
2) Infiks, yaitu imbuhan di tengah kata dasar
3) Sufiks, yaitu imbuhan di akhir kata dasar
4) Konfiks/Simulfiks, yaitu imbuhan tunggal yang terbelah di awal dan akhir kata dasar
berurutan, misal : memper-an, memper-i, diper-kan, diper-i.
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara sebagian
maupun dengan perubahan bunyi. pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun
sebagian dengan perubahan bunyi (Chaer, 2009:182). Oleh karena itu lazim dibedakan adanya
reduplikasi penuh, seperti meja-meja, reduplikasi Sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan
reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolakbalik (dari dasar balik). Di samping itu, dalam
bahasa Indonesia masih ada reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata
yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang

6
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatic (infleksional) dan dapat pula bersifat
derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya
member makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti banyak meja, dan kecil-kecil berarti
banyak yang kecil. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas
leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Misalnya, kata laba-laba dan pura-pura.
Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi ada beberapa, yakni:
1) bentuk dasar reduplikasi dapat berupa morfem dasar seperti meja yang menjadi meja-
meja, bentu berimbuhan seperti pembangunan yang menjadi pembangunan-
pembangunan, dan bisa juga berupa bentuk gabungan kata seperti surat kabar yang
menjadi surat-surat-surat kabar atau surrat kabar-surat kabar.
2) bentuk reduplikasi yang diserati afiks prosesnya mungkin (1) proses reduplikasi dan
proses afiksasi itu terjadi bersamaan seperti pada bentuk berton-ton dan bermeter-
meter; (2) proses reduplikasi terjadi lebih dahulu, baru disusul oleh proses afiksasi,
seperti pada berlari-lari, dan mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingatingat), (3)
proses afiksasi terjadi lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh proses reduplikasi,
seperti pada kesatuan-kesatuan dan memukul-memukul (dasarnya kesatuan dan
memukul).
3) pada dasarnya yang berupa gabungan kata, proses reduplikasi mungkin harus
reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa reduplikasi parsial. Misalnya,
ayam itik ayam itik dan sawah ladang-sawah ladang (dasar ayam itik dan sawah
ladang) untuk contoh reduplikasi penuh, dan surat-surat kabar serta rumahrumah sakit
(dasarnya surat kabar dan rumah sakit) untuk contoh reduplikasi parsial.
4) banyak yang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa Indonesia hanya bersifat
paradigmatic dan hanya member makna jamak atau kevariasian. Namun, sebenarnya
reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga bersifat derivasional. Oleh karena itu,
munculnya bentuk-bnetuk seperti mereka-mereka, kita-kita, kamu-kamu, dan diadia
yang tidak dianggap menyalahi kaidah bahasa Indonesia.
5) ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantic, yakni dua buah kata yang
maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal. Misalnya, ilmu,
pengetahuan, hancur, dan alim ulama.
6) dalam bahasa Indonesia ada bentuk-bentuk seperti kering kerontang, tua renta, dan
segar bugar disatu pihak; dan seperti mondar-mandir, tunggang-langgang, yang wujud
bentuknya perlu dipersoalkan apakah hasil reduplikasi atau bukan.

3. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik
yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas
leksikal yang berbeda. Misalnya lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit.

7
Kata majemuk ialah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan dari
makna unsur-unsurnya. Misalnya, kumis kucing “sejenis tumbuhan”, mata sapi “telur yang
digoreng tanpa dihancurkan”, dan mata hati

4. Konversi, modifikasi internal dan suplesi


Konversi sering juga disebut devirasi zero, transmutasi, dan transposisi, adalah proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
Misalnya, kata cangkul dalam kalimat Ayah membeli cangkul baru adalah nomina; sedangkan
dalam kalimat Cangkul dulu baik-baik baru ditanami adalah sebuah verba.
Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur
(biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (biasanya berupa konsonan).
Misalnya, dalam bahasa Arab morfem dasar dengan kerangka k-t-b ‟tulis‟.
Dalam proses suplesi perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar hampir atau
tidak tampak lagi. Misalnya, kata Inggris goyang menjadi went; atau verba manjadi was atau
were.

5. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem
sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi maknanya tetap sama. Misalnya, bentuk lab
(utuhnya laboratorium), hlm (halaman), dan SD (Sekolah Dasar). Pemendekan ini mengahsilkan
singkatan. Selain singkatan, ada akronim, yaitu hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat
dilafalkan sebagai kata. Misalnya, ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), inpres
(instruksi presiden), dan wagub (wakil gurbernur).

E. MORFOFONEMIK
Proses morfofonemik merupakan proses yang terjadi pada suatu morfem akibat pertemuan
morfem dengan morfem lainnya. Ada juga yang mengartikan sebagai gejala berubahnya fonem
sebagai akibat bergabungnya beberapa morfem (biasanya afiks dan morfem dasar).
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, adalah peristiwa
berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi. Misalnya, prefiks me- berubah
menjadi mem-, men-, meny-, meng-,dan menge-.
Perubahan morfofonemik dapat dibedakan menjadi tiga proses, yaitu
1. Proses perubahan fonem
8
Proses perubahan fonem merubah suatu fonem pada morfem aibat bertemu dengan morfem
lainnya. Contoh:
a) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /m/, jika
bertemu dengan morfem-morfem yang diawali dengan fonem (p, b dan f).
Misalnya :
 meN- + pinjam = meminjam
 meN- + fatwakan = memfatwa
 peN- + batik = pembatik
b) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /n/, jika
bertemu dengan morfem-morfem yang diawali dengan fonem (t, d dan s).
Misalnya :
 peN- + tutup = penutup
c) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /n/, jika
bertemu dengan morfem yang diawali fonem (s, c dan j). Misalnya :
 meN- + sapu= menyapu
 peN- + sapu= penyapu
 meN- + cari = mencari
 meN- + jauh= menjauh
d) Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- akan berubah menjadi fonem /ŋ/, jika
bertemu dengan morfem yang diawali dengan fonem (k, g, kh, dan h, serta vokal).
e) Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- akan berubah menjadi fonem /l/, jika
bertemu dengan morfem-morfem seperti ajar. Misalnya:
 ber- + ajar= belajar
 per- + ajar= pelajar
f) Fonem /?/ akan berubah menjadi fonem /k/, akibat bertemu dengan morfem ke-
an. Misalnya:
1. ke-an + duduk/dudu?/ = kedudukan
2. ke-an + rusak/rusa?/ = kerusakan

2. Proses penambahan fonem


Proses penambahan fonem merupakan proses penambahan fonem pada suatu morfem akibat
pertemuan suatu morfem dengan morfem lainnya. Biasanya fonem yang ditambahkan yaitu
fonem /ə/. Jadi morfem meN- akan menjadi menge- dan morfem peN- akan menjadi penge-.
Misalnya:
 meN- + cat=mengecat
 meN- + las= mengelas
 peN- + cat= pengecat
 peN- + las= pengelas
 per-an + tikai = pertikaian/pertikaiyan/
 ke-an + pulau= kepulauan/kepulawan/

9
3. Proses penghilangan fonem
a) Hilangnya fonem /n/ pada morfem meN- dan peN- akibat bertemu dengan bentuk
dasar yang berawalan fonem /l, r, y, w, dan nasal/. Misalnya:
 meN- + lerai = melerai
 meN- + rumuskan= merumuskan
 meN- + yakinkan= meyakinkan
 meN- + warnai= mewarnai
 peN- + lupa= pelupa
b) Hilangnya fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- akibat bertemu dengan
bentuk dasar yang berawalan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya
berakhir dengan /ə r/. Misalnya:
 ber- + rapat= berapat
 ber- +kerja= bekerja
 per- + ragakan= peragakan
 ter- + rasa= terasa
c) Fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat bertemu morfem meN-
dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu. Misalnya:
 meN- + paksa= memaksa
 meN- + tulis= menulis
 peN- + paksa= pemaksa

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Morfologi adalah salah satu cabang ilmu linguistikyang mempelajari pembentukan kata
baik penyusunannya dalam kata maupun penentuan kelas kata untuk tiap-tiap kata dalam
suatu bahasa.
2. Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil.
3. Kata adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki satu pengertian,atau bisa juga kata
adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi dan mempunyai satu arti.Dalam
pembentukan kata terdapat dua proses yaitu:Inflektif dan Deviratif.
4. Proses Morfomis terbagi menjadi 5 proses yaitu:
a. Afiksasi
b. Reduplikasi
c. Komposisi
d. Konversi,modifikasi internal dan suplesi.
e. Pemendekan
5. Morfofonemik disebut juga sebagai morfonemik,morfonologi,atau morfofonologi,adalah
peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam satu proses morfologi.

B. Saran

Semoga dengan mengetahui dan membaca materi tentang morfologi ini dapat membuat
kita lebih memahami dan mengerti tentang morfologi yang merupakan cabang dari ilmu
lingistik ini. Semoga makalah yang Kami susun ini bisa menjadi penambah ilmu
pengetahuan kita terutama bagi pembaca dan bisa menjadi acuan pembelajaran.

11
Tentunya makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dar kesempurnaan
untuk itu kami sebaga penulis meminta teman-teman dan dosen yang membaca makalah ini
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rieneka Cipta.


Depdikbud. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H., G. (2009). Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.
Verharr, J., W., M. (2008). Azas-Asaz Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press.
Amperiyanto, Tri. 2014. Tips Ampuh Android. Cara Tepat dan Bijak Mendayagunakan
Perangkat Android. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta
Cruze, D.A. 2013. “The Lexicon” in The Handbook of Linguistics. Mark Aronoff-Miller (ed).
Oxford:
Blackwell.
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Suhardi. 2012. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kusumah, Encep. Pertemuan X – Morfofonemik. Diakses dari:

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/19

502101991121-ENCEP_KUSUMAH/HANDOUT/Pertemuan_10-Morfofonemik.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai