Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MORFOLOGI

Diajukan untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Bahasa Indonesia.


Dosen Pengampu : Monica Theresia M.Pd,
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Riska Fadhilah Tarihohan
Kezia Blees Simanjuntak
Ikhwan Alawih
Ditani Zalma Sanjaya
Fadhilah Khairani
Indah Permata Daulay
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
KATA PENGANTAR

1
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah – nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Proses Morfofonemik”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
morfologi Bahasa Indonesia.Dalam penulisan makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Monica Theresia M.Pd,Selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Dasar Bahasa Indonesia.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan jika mengenai Morfologi Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, Penulis
berharap adanya kritik dan saran sangatlah membantu demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak adanya yang sempurna tanpa saran yang membangun. Harapan
penyusun, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumber pegetahuan
bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.

06 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................1

Kata Pengantar .....................................................................................................2

Daftar Isi ...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Morfolgi ..................................................................................5


2.2 Morfem dan jenis-jenisnya....................................................................7
2.3 Morf dan Alomorf ................................................................................10
2.4 Klasifikasi Morfem................................................................................11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ...........................................................................13


3.2. Saran........................................................................................... 13

DAFTAR PUSAKA ..............................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang Masalah
Dengan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis
beragam, dan manusiawi ( Abdul Chaer, 1995: 14-18). Sebagai sebuah system, Bahasa pada
dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian, Bahasa pada gilirannya
pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukan
sebuah pengkajian.
Salah satu bidang pengkajian Bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata
bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk di kaji karena perkembangan kata kata
baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang
ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan
ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai Bahasa dengan
kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi
kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang
berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama
bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah ketentuan kata yeng sesuai
dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari
ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami
untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah tentang morfologi dalam makalah ini.
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, antara lain :

1. Apa definisi dari morfologi ?


2. Apa pengertian morfem beserta jenis-jenisnya ?
3. Apa pengertian morf ?
4. Apa pengertian Alomorf ?
5. Apa saja hal-hal yang terkait dengan morfem?
1.3. Tujuan Penulisan

4
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami pengertian dari
morfologi,morfem beserta jenis-jenisnya,morf,alomorf,dan hal-hal yang terkait dengan
morfem.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Morfologi

A. Morfologi

Dalam berbahasa biasanya para pengguna bahasa hanya menggunakan kata-kata yang
telah ada atau yang telah diketahui sebelumnya tanpa mengetahui bagaimana proses kata
tersebut dapat terbentuk dan faktor yang mempengaruhi. Morfologi adalah cabang ilmu
linguistik yang membahas tentang kata. Terdapat beberapa pendapat dari beberapa linguis
mengenai arti dari morfologi. (McCarthy, 16) mengatakan bahwa, “The area of grammar
concerned with the structure of words and with relationships between words involving the
morphemes that compose them is technically called morphology”. Morfologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang struktur kata dan hubungan antar kata meliputi morfem-morfem
yang membentuknya. Pendapat lain diungkapkan oleh Lieber, menurut (Lieber 2009:8)
“morphology is the study of word formation, including the ways new words are coined in the
languages of the world, and the way forms of words are varied depending on how they‟re
used in sentences.” Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan kata
meliputi bagaimana suatu kata baru terbentuk dalam suatu bahasa dan bagaimana struktur
kata tersebut berubah-ubah bergantung pada bagaimana kata tersebut digunakan dalam suatu
kalimat. Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang bagaimana suatu kata dapat dibentuk dari satuan terkecil sebuah
kata yang disebut dengan morfem.

B. Pembentukan Kata

Seperti yang telah disebutkan dalam subbab 2.1 bahwa Morfologi adalah sebuah ilmu
yang mempelajari tentang pembentukan kata atau word formation. Menurut (Lieber, 6) “One
reason for having morphology is to form new lexemes from old ones. We will refer to this as
lexeme formation.” satu alasan kegunaan ilmu morfologi adalah untuk membuat bentukan
baru sebuah leksem. Proses ini disebut dengan lexeme formation atau dapat disebut juga

5
sebagai word formation. (Lieber, 6) menyatakan bahwa lexeme formation atau word
formation dapat mengubah kelas kata dari sebuah kata, contohnya merubah kelas kata verba
menjadi sebuah nomina, contoh pada kata amuse yang memiliki kelas kata verba yang
memiliki arti menghibur bila ditambahkan morfem terikat –ment, maka kata tersebut akan
berubah kelas katanya menjadi nomina atau kata benda. Perubahan kelas kata tersebut
berpengaruh terhadap arti dari kata tersebut. Maka kata amusement memiliki arti hiburan.
Word formation atau pembentukan kata tersebut disebut dengan pembentukan kata melalui
proses affixation atau afiksasi. Menurut (Yule, 53) dalam bahasa inggris terdapat beberapa
proses pembentukan kata yang meliputi; Coinage, borrowing, compounding, blending,
clipping, backformation, conversion, acronym dan derivation.

C. Compounding

Compounding atau penggabungan kata adalah salah satu proses pembentukan kata dalam
bahasa inggris (Noun, Verb, Adjective). Compounding merupakan proses pembentukan kata
yang paling produktif dalam membentuk sebuah kata baru. Kata baru yang dihasilkan dari
proses compounding disebut dengan compound word. Terdapat pendapat dari beberapa ahli
tentang compound word. Menurut (Lieber, 43) ”Compounds are words that are composed of
two (or more) bases, roots, or stems”. Compounds adalah sebuah kata yang terdiri dari dua
atau lebih akar kata. (McCarthy, 59) berpendapat bahwa compounds adalah kata yang
terbentuk dari bentuk dasar sebuah kata tersebut dan memiliki struktur kata seperti frasa
tetapi berfungsi secara sintaksis sebagai kata. Dari kedua penjelaskan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa compounds adalah sebuah kata baru yang terbentuk dari kombinasi dua
atau lebih kata dasar yang memiliki struktur seperti frasa tetapi berfungsi secara sintaksis
sebagai sebuah kata. Karena compound word memiliki struktur seperti frasa, maka terkadang
sulit untuk menentukan apakah kata tersebut merupakan sebuah compound word atau sebuah
frasa. Struktur dari compound word yang sering sulit dibedakan dengan frasa adalah struktur
dari compound noun. Menurut (Lieber, 43) terdapat dua cara untuk membedakan compound
word dengan frasa. Cara pertama yang digunakan dalam membedakan compound word dan
frasa adalah melihat dari penekanan kata atau stress pada struktur compound word tersebut.
(Lieber, 43) menjelaskan bahwa compound word dalam bahasa inggris memiliki penekanan
kata atau stress pada kata dasar pertama atau kata dasar yang berada di sebelah kiri dari
compound word tersebut, sedangkan frasa memiliki penekanan kata atau stress yang berada
di sebelah kanan. Contohnya pada kata greenhouse. Kata greenhouse yang memiliki
penekanan kata di 9 sebelah kiri atau pada kata green merupakan sebuah compound yang

6
memiliki arti rumah untuk menanam tumbuh-tumbuhan. Sedangkan jika penekanan kata
terdapat pada kata kedua atau kata yang berada di sebelah kanan maka, kata tersebut
merupakan sebuah frasa nomina yang memiliki arti rumah yang berwarna hijau.

2.2 Morfem dan jenis-jenisnya

A. Morfem

Kita sudah tahu, bahwa morfem merupakan satuan yang paling kecil yang dapat
dipelajari oleh morfologi. Namun, apa yang dimaksud dengan morfem belum dijelaskan.
Berikut adalah definisi-definisi morfem menurut para ahli.

A. Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain
selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26).
B. Morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti (Alwasilah, 1983 : 10).
C. Morfem ialah kesatuan gramatik yang terkecil yang mengandung arti, yang tidak
mempunyai kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk
yang lain (Sitindoan, 1984 : 64).
D. Morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke
dalam bentuk terkecil yang mengandung arti (Bloch dan Trager dalam
Prawirasumantri, 1985 : 127).
E. Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang
berulang (Samsuri, 1982 : 170). Yang dimaksud berulang disini yaitu kehadirannya
berkali-kali dalam tuturan.
F. Bloomfield (1933 : 161) mendefinisikan morfem sebagai “a linguistic from wich
bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or
morpheme”. (Maksud pernyataan itu, “satu bentuk lingual yang sebagiannya tidak
mirip dengan bentuk lain mana pun secara bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal
atau morfem).

Dari beberapa definisi yang telah dikutip di atas, tergambar adanya persamaan
konsep. Pada dasarnya, morfem merupakan satuan gramatik terkecil baik bebas maupun ikat
yang memiliki arti, baik secara leksikal maupun gramatikal.

Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut

 mem-perbesar

7
 per-besar

Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna.
Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri,
seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti
mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata
yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per-serta satu morfem
bebas, besar.

B. Jenis-jenis morfem

A. Jenis-jenis morfem berdasarkan bentuknya

Berdasarkan kebebasan atau keterikatannya, morfem dibedakan menjadi dua, yaitu


morfem bebas dan morfem terikat.

1. Morfem bebas

Morfem bebas adalah morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu
bangun kalimat, misalnya {saya}, {duduk}, {kursi}. Morfem-morfem tersebut bisa
berdiri sendiri tanpa harus digabung dengan morfem lain.

2. Morfem terikat

Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan selalu terikat dengan
morfem lain untuk membentuk ujaran, misalnya {ber}, {meng}, {kan}.

Morfem-morfem tersebut harus terikat dengan morfem lain agar bisa berdiri dalam
sebuah kalimat, misalnya berteduh, menganalisis, dan sebutkan.

Contoh lain misalnya, morfem {baur}. Morfem tersebut tidak bisa berdiri sendiri,
melainkan harus bersama morfem lain. Contoh: berbaur, membaur, campur baur, dan
lain-lain.

B. Jenis-jenis morfem berdasarkan keutuhannya

Berdasarkan keutuhannya morfem dibedakan menjadi dua, yaitu morfem utuh dan
morfem terbagi.

1. Morfem utuh

8
Morfem utuh adalah morfem yang susunannya utuh atau tidak terbagi. Contoh: {lari),
{pergi}, {angkat}, {lantai}. Morfem-morfem tersebut utuh susunannya dan tidak terbagi
atau terpisah.

2. Morfem terbagi

Morfem terbagi adalah morfem yang perwujudannya dalam bentuk morfem diantarai oleh
unsur lain. Misalnya morfem {ke-an}, morfem tersebut bentuknya tidak utuh atau unsur-
unsurnya terpisah.

Di antara ke- dan -an ada unsur lain misalnya unsur {satu} menjadi kesatuan. Jadi, ke-
dan -an pada {keC. Jenis-jenis morfem berdasarkan maknanya Berdasarkan maknanya,
morfem dibedakan menjadi dua, yaitu morfem bermakna leksikal dan morfem tidak
bermakna leksikal.

1. Morfem bermakna leksikal

Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang mempunyai makna leksikal. Makna
leksikal adalah makna kata atau leksem sebagai lambang benda, peristiwa, objek, dan
lain-lain. Contohnya morfem {ikan}, {ku}, {jalan}, {dwi}, {rumah}, {buku}, dan {mu}.
Morfem bermakna leksikal tidak sama dengan morfem bebas. Morfem bermakna leksikal
bisa berbentuk morfem bebas bisa juga berbentuk morfem terikat.

Morfem {dwi} termasuk morfem terikat karena harus digabung dengan morfem lain
misalnya dwibahasa, morfem {dwi} juga termasuk morfem bermakna leksikal karena
morfem {dwi} mempunyai makna leksikal, yaitu dua.

2. Morfem tidak bermakna leksikal

Morfem tidak bermakna leksikal adalah morfem yang tidak mempunyai makna leksikal,
tetapi mempunyai makna gramatikal.

Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur-
unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar. Misalnya, hubungan morfem
dan morfem dalam kata, kata dan kata lain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam
klausa atau kalimat.

Contoh morfem bermakna leksikal bisa berupa afiks seperti {me}, {di}, {ter}, {ber}. Bisa
pula berupa partikel seperti {dari}, {ke}, {dan}, {wah}.

9
D. Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

1. Morfem Segmental

Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem segmental atau atau dapat
dibagi. Contoh morfem {meja}, bunyi morfem tersebut dapat dibagi menjadi me-ja atau
m-e-j-a.

2. Morfem Suprasegmental

Morfem suprasegmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Fonem
suprasegmental adalah satuan bunyi yang berupa tekanan, nada, atau jeda yang fonemis.
Morfem suprasegmental tidak ada dalam bahasa Indonesia.-an} adalah satu morfem,
meski terpisah.

2.3 Morf dan Alomorf

Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf
adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai);
sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Atau
biasa dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai
fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah
perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu
mempunyai alomorf, entah satu, dua, atau enam buah.

Contohnya, morfem meN- (dibaca: me-nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan
menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang
fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang
fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang
fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain
konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku,
contohnya [menge]+[cat]= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem
yang sama tersebut disebut alomorf.

10
2.4. Klasifikasi Morfem

Morfem dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Menurut Keraf (1987:51) morfem dibedakan menjadi dua yaitu morfem bebas dan
morfem terikat.

Morfem bebas berarti morfem tersebut dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata.
Contoh : laptop, mandi

Morfem terikat tentu memiliki sifat yang berbanding terbalik dari morfem bebas, jika
dalam morfem bebas dapat berdiri sendiri dalam pembentukan kata maka dalam
morfem terikat tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan morfem bebas dalam
pembentukan kata. Contoh : ber-usia

2. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Morfem utuh merupakan morfem yang terdiri dari satu kesatuan kata, maksudnya dalam
morfem utuh ini susunanya utuh dan tidak terbagi-bagi. Contoh : Cincin, patah.
Sedangkan morfem terbagi merupakan Morfem yang terdiri dari beberapa bagian dan
susunanya terpisah atau tidak utuh serta terdapat kata imbuhan. Contoh : [ke]-jahat-[an]

3. Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

Morfem segmental adalah morfem yang berbentuk bunyi, bunyi tersebut kemudian
dibentuk oleh fonem-fonem segmental. Fonem segmental terdiri dari vokal dan konsonan.
Contoh : kata {bucin} menjadi [b-u-c-i-n]. Sedangkan morfem suprasegmental adalah
morfem yang terbentuknya dari unsur suprasegmental. Unsur segmental meliputi tekanan,
nada, dan durasi. Contoh : Tutup pintu itu sekarang!

4. Morfem Beralomorf Zero

Morfem ini bersifat sebagai penanda kata jamak didalam Bahasa inggris, namun tidak
berlaku dalam Bahasa Indonesia. Contoh :

Bentuk tunggal : I have a pen

Bentuk jamak : I have two cats

11
5. Morfem Leksikal dan Morfem Nonleksikal

Morfem leksikal adalah morfem yang dalam katanya telah mengandung makna sehingga
tidak perlu lagi diproses dengan morfem yang lain. Oleh karena itu morfem leksikal
memiliki jumlah yang tidak terbatas. Contoh : Lukman beradu acting denganya.
Sedangkan morfem nonleksikal berarti kebalikan dari morfem leksikal, yang mana
morfem nonleksikal membutuhkan morfem yang lain karena tidak memiliki arti ketika
berdiri sendiri. Contohnya : Tugas (suatu pekerjaan yang diberikan guru kepada murid
demi kepentingan nilai di sekolah).

6. Morfem Dasar, Morfem Pangkal serta Morfem Akar

Morfem dasar adalah morfem yang menjadi dasar dalam pembentukan kata didalam
proses morfologi. Contoh : ber-adu

Morfem pangkal adalah suatu bentuk morfem yang menjadi bentuk dasar proses
pembentukan kata infleksi. Contoh : bertaut, “taut”.

Morfem akar sama seperti morfem bebas, yang mana morfem bebas dan morfem akar
sama-sama menjadi bentuk dasar dalam pembentukan kata. Contoh : memperjuangkan
yang berasal dari kata “berjuang”.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Morfologi berasal dari bahasa inggris morphology yang terdiri dari kata Morpheme +
logos. Morph artinya bentuk, logos artinya ilmu. Dalam morfologi meliputi unsure morfem
(termasuk morfem terikat dan morfem bebas) dan morfo-fonemik. Jadi morfologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata dan pembentukan kata. Sedangkan morfem
berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan
arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.

Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan kita harus
membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau
bentuk tersebut bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, bentuk tersebut adalah
morfem.

Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya, alomorf adalah
variasi bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya,
atau bisa juga dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya dan kata
adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas.

B. Saran
1. Dosen
Struktur morfologi sangat penting untuk pengajaran mahasiswa nanti setelah
turun dimasyarakat , oleh karena itu saat perkuliahan berlangsung di harapkan
dosen memberikan materi secara lebih mendalam.
2. Mahasiswa
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus tentang susunan
bagian-bagian kata, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini dan rajin
melatih diri untuk mempelajari morfologi agar dapat memahaminya . Seorang
mahasiswa mampu berbicara dengan baik dikerenakan pendidik yang baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aliana, Z.A., dkk. 1984. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bilide Dialek Lembak. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Azis, Abdul. 2007. Morfologi Bahasa Indonesia.Makassar: Badan Penerbit UNM

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

http://bahasa%20indonesia/Kumpulan%20Makalah%20Ilmu%20Bahasa%20%20Deretan
%20Morfologik.htm

http://bahasa%20indonesia/Morfologi%20%20Identifikasi%20Morfem,%20Jenis-jenis
%20Morfem.htm

http://bahasa%20indonesia/Morfologi%20_%20Desi%20Zulinarti.htm

http://teuku-asrul.blogspot.co.id/2011/02/morvem.html

14

Anda mungkin juga menyukai