DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS PAMULANG
Cover………………………………………………………………………………………… i
Daftar isi………………………………………………………………………………………ii
Kata pengantar……………………………………………………………………………….iii
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………………………4
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….5
Manfaat Makalah……………………………………………………………………………..5
Bab 2 Pembahasan……………………………………………………………………………6
Bab 3 Penutup………………………………………………………………………………..14
Simpulan………….………………………………………………………………………….14
Kata Pengantar
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
b. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan dengan
pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi dengan afiks,
pengulangan berubah bunyi.
rumah-rumah
perumahan-perumahan
berlari-lari
mengata-ngatakan
mengata-ngatai
kebarat-baratan
sayur-mayur
lauk-pauk
Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan merupakan pengulangan secara utuh,
artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan
c. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk dasar sehingga
menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat penggabungan tersebut ada
yang dapat ditelurusuri dari unsur yang membentuknya, ada yang maknya tidak berkaitan
dengan unsur pembentuknya, dan ada yang mempunyai makna unik.
Contoh masing-masing tipe dapat dilihat pada contoh berikut.
rumah makan
pisang goreng
matahari
kumis kucing
tua renta
muda belia
2. Pembentukan di luar Proses Morfologis
Pembentukan kata di luar proses morfologis dibentuk melalui beberapa cara, yaitu akronim,
abreviasi, abreviakronim, kontraksi, dan kliping.
a. Akronim; pemendekan dengan mengambil satu suku atau lebih kata-kata asalnya.
Misalnya:
krismon (krisis moneter)
sembako (sembilan bahan pokok)
kultum (kuliah tujuh menit)
sisdiknas (sistem pendidikan nasional)
sekwilda (sekretaris wilayah daerah)
b. Abreviasi; pemendekan dengan mengambil huruf pertama setiap kata asalnya.
o ABG (Anak Baru Gede; atas Bawah Gede)
o PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak)
o PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
o BLK (Balai Latihan Kerja)
c. Abreviakronim; gabungan dari abreviasi dan akronim.
AKABRI
PEMILU
d. Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan bentuk.
tidak – tak
saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa Tenggara).
e. Kliping; pemendekan dengan mengambil sebagian untuk mewakili seluruh.
influensa – flu
dokter –dok
profesor – prof
D. Penggunaan Afiks
Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan
kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa
Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia
berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar
kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk
masing-masing jenis afiks.
E. Aplikasi Afiks
ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti
(makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk
menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami
perbuatan dalam kalimat itu.
me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba
yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah
pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang
sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan
prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus
utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku.
pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan
perbuatan dalam kalimat. ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki prefiks ini.
se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering
dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu.
-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu
perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan
sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
sufiks ini.
-i : Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau
obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari
perbuatan tersebut .
-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab,
proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian.
-kah : menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan
sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks
ini jarang digunakan.
-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara
singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah,
untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.
ke-an : Konfiks ini adalah untuk:
1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian
umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya
perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil
suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering
menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba
dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-
an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata
dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang
dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).
-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi
hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini.
contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently
F. Prefiks
Dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks meN-, peN-, ber-, per, ter, di-, ke-, dan
se-.
G. infiks
Infiks merupakan bentuk terikat yang diimbuhkan pada bentuk dasar. Pengimbuhannya
ditempatkan ditengah atau diantara bentuk dasar. Infiks dalam bahasa Indonesia antara lain: -
el-, -em-, -er-, -in-.
Contoh:
sufiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Sufiks dalam bahasa
Indonesia adalah –an, -kan, -i. Sufiks tersebut tidak mengalami proses morfofonemik,
sehingga sufiks itu tidak mengalami perubahan apabila diimbuhkan pada bentuk dasar
dimanapun.
Contoh:
-i + khianat → khianati
Penggabungan awalan-akhiran dalam bahasa indonesia dapat dilakukan dengan dua cara.
Penggabungan/pengimbuhan yang dilakukan dengan bersamaan pada bentuk dasar, gabungan
awal itu dinamakan konfiks. Artinya bentuk dasar yang diimbuhkan awalan-akhiran secara
bersamaan itu tidak mempunyai tataran kata sebelumnya.
Contoh:
Sejumlah perubahan terjadi ketika adanya imbuhan dan menggabungkan dasar. Perubahan
suara yang terjadi mempengaruhi imbuhan walaupunwalaupun yang kecil dan yang berkaitan
dengan diskusi di masing-masing imbuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Morfologi tidak pernah lepas dari kata dan kalimat. Pemebentukan kata selalu memerlukan
kaidah morfofonemik. Kaidah morfofonemik yang terdapat dalam bahasa Indonesia terdiri
dari meN-, peN, ber-, per-, ter-.
Huruf kapital N mewakili suara perubahan yang tergantung pada suara dasar. N dapat muncul
sebagai salah satu nasal m, n, ny, ng, atau nol. Kadang-kadang sengau sebelum datang
pertama suara dasar dan kadang-kadang ia menggantikan suara pertama. Atruan-aturan yang
digambarkan meN- tetapi berlaku untuk peN- dan peN…-an.
Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /r/
dan suku pertama ditutup dengan /er/.Prefiksper- memiliki alomorf pe- dan pel-
Prefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal
/r/.prefiks ter- memiliki alomorf te-.Prefiks ter- berubah menjadi te- jika diimbuhkan pada
bertuk dasar yang berfonem awal /r/ atau suku pertama ditutup dengan /er/.
Terimakasih.