Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PEMBENTUKAN KATA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen pengampu: Yenny Merinatul Hasanah S.Pd.i.,m.Pd

DISUSUN OLEH :

Qiara Vidya Amanda Putri 221010550842

Erina Miftahul Zanah 221010550789

Alifah putri isnaini 221010550053

Febry Eby Alpuji 221010550057

Ibnu Ari Prasetya221010551094

Intan indriyani 221010551117

Rey Aditya Pratama 221010550070

UNIVERSITAS PAMULANG

FAKULTAS BAHASA INDONESIA


DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………………… i

Daftar isi………………………………………………………………………………………ii

Kata pengantar……………………………………………………………………………….iii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………………………4

Latar Belakang Masalah………………………………………………………………………4

Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….5

Manfaat Makalah……………………………………………………………………………..5

Bab 2 Pembahasan……………………………………………………………………………6

Bab 3 Penutup………………………………………………………………………………..14

Simpulan………….………………………………………………………………………….14
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun panjatkan ke hadirat


Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembentukan Kata”. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Adapun isi dari makalah yaitu
menjelaskan tentang pembentukan kata, proses-proses pembentukan kata. Penyusun
berterima kasih kepada ibu Yenny Merinatul Hasanah S.Pd.i.,M.PD selaku dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada
semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
makalah ini. Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan
kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
berdaya guna di masa yang akan datang.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak
disertai oleh bahasa. Salah satu di antara kelebihan manusia adalah penguasaan
bahasa. Bahasa itu sendiri sebagai alat komunikasi antar manusia di dalam kehidupan
bermasyarakat. Menurut Kridalaksana (dalam Chaer, 2007: 32) “Bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”. Proses afiksasi
sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata.
Proses afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar sehingga hasilnya
menjadi sebuah kata. Pembentukan kata dalam proses morfologis adalah (1) afiks
dalam proses afiksasi, (2) penggabungan dalam proses komposisi, (3) penggabungan
dalam proses reduplikasi, (4) pemendekan dan penyingkatan dalam proses
akrominisasi, dan (5) pengubahan status dalam proses konversi. Berkenaan dengan
jenis afiksnya, proses afiksasi itu dibedakan atas prefiks, konfiks, sufiks, dan infiks
(Chaer, 2008: 27).
Surat kabar dipilih karena keberadaan surat kabar tersebut selalu memberikan tajuk
rencana yang bersifat nasional dan bahasa mengkritik yang 2 digunakan cenderung
lebih berani dan terbuka. Untuk itu, betapa pentingnya penguasaan materi kata yang
bersufiks bagi peserta didik. Peserta didik perlu memahami lebih dalam tentang seluk
beluk bentuk kata. Salah satu pembelajaran bahasa Indonesia yang terkait dengan
penelitian ini tertuang dalam silabus kurikulum 2013 untuk SMA kelas XII semester
ganjil, yakni pada Kompetensi Dasar 4.2, memproduksi teks berita yang koheren
sesuai dengan karakteristik teks baik secara lisan maupun tulisan.
Menurut Putrayasa (2008:27) “Sufiks atau akhiran adalah morfem terikat yang
dilekatkan di belakang suatu bentuk dasar dalam kata”. Kata dasar yang bergabung
dengan sufiks akan terbentuk kata yang memiliki makna. Jumlah sufiks dalam bahasa
Indonesia yaitu, {-an}, {-i}, {-kan}, {-nya}, {-man, - wan, -wati}, {-a, -i}, {-in/-at},
{-ani}, {-iah}, {-i}, {-is}, dan {-isme}. sufiks (akhiran) itu melekat di belakang kata
dasar. Penggunaan sufiks dalam pembentukan kata ada yang produktif dan tidak
produktif. Dikatakan produktif, jika pembentukan kata dalam bahasa Indonesia
membentuk kata kerja maupun kata benda. Tetapi berbeda dengan pembentukan kata
yang tidak produktif disebabkan unsur serapan dalam bahasa Arab.
Morfologi menjadi penting dalam pembelajaran bahasa, karena memiliki
peran penting dalam pembentukan morfem dan kata sebagai dasar pembentukan frase,
klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Kemampuan menguasai bahasa yang baik
dapat dilakukan oleh peserta didik dengan cara mempelajarinya. Berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti mengkaji kata bersufiks pada tajuk rencana surat kabar
Suara Merdeka. Hasil penelitian ini 3 diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
siswa mengenai sufiks. Oleh karena itu, peneliti memilih dan menetapkan judul
“Analisis Kata Bersufiks pada Tajuk Rencana Surat Kabar Suara Merdeka dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Muhammadiyah 2
Gemolong.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut.
1.Pengertian kata dasar dalam pembentukan kata dan ciri ciri?
2.Contoh kalimat pembentukan kata dan kata turunan?
3.Ciri-ciri serta contoh kata imbuhan
4. Contoh proses pembentukan kata
5. perbedaan kata dasar dan kata turunan imbuhan

C. Manfaat yang bisa diambil dari makalah ini sebagai berikut:


1. Bagi Guru Bahasa Indonesia Memberikan informasi mengenai kata yang bersufiks
dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Peneliti Dapat menambah pemahaman tentang seluk beluk kata yang
bersufiks.
3. Bagi Pihak Lain Sebagai pedoman bagi penelitian yang sejenis terkait dengan kata
yang bersufiks.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Morf, Alomorf, Morfem, dan Kata


Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami
cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa
konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini.
Untuk memahami ketiga konsep tersebut, marilah kita cermati contoh kalimat berikut.
“Mahasiswa PGSD berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen dengan terus
belajar tanpa mengenal lelah.”
Kalimat tersebut terdiri atas 12 kata.
Ada kata yang terdiri atas satu morfem, ada pula kata-kata yang terdiri atas lebih dari satu
morfem. Kata mahasiswa, PGSD, tugas, yang, oleh, dosen, dengan, terus, tanpa, dan
lelah merupakan kata yang terdiri atas satu morfem,
sedangkan kata berusaha, menyelesaikan, diberikan, belajar, dan mengenal terdiri atas lebih
dari satu morfem.
• Kata berusaha terdiri atas morfem ber- dan usaha;
• kata menyelesaikan terdiri atas morfem konfiks meN-kan dan selesai;
• kata diberikan terdiri atas tiga morfem, yaitu di-, beri, dan akhiran –kan;
• kata belajar terdiri atas dua morfem yaitu ber- dan ajar;
• kata mengenal terdiri atas dua morfem yaitu morfem meN- dan kenal.
Dari contoh tersebut dapat dibedakan konsep kata dan morfem. Sebuah kata dapat terdiri
atas sebuah morfem, tetapi dapat pula terdiri atas lebih dari satu morfem. Sebaliknya sebuah
morfem dapat menjadi sebuah kata tetapi dapat pula bukan merupakan sebuah kata. Hal ini
sangat bergantung pada jenis morfemnya.
Dengan demikian, apakah yang dimaksud dengan morfem dan apa yang dimaksud dengan
kata? Morfem merupakan satuan gramatik yang paling kecil, yang tidak mempunyai
satuan lain sebagai unsurnya. Sedangkan kata merupakan satuan gramatik bebas
terkecil yang bermakna.
B. Jenis Kata
Penjenisan kata dapat dilihat dari berbagai aspek dan sudut pandang. Berdasarkan
strukturnya kita dapat membedakan kata asal dan kata jadian, sedangkan berdasarkan
kategorisasinya kata dapat dibedakan menjadi nomina, verba, ajektiva, dan lain
sebagainya.Masing-masing jenis akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Kata Asal dan Kata Jadian/Turunan
Kata asal adalah kata yang menjadi asal dari suatu bentukan atau kata yang belum mengalami
proses morfologis (proses pembentukan kata).
Kata Jadian/turunan adalah kata yang telah mengalami proses morfologis, baik melalui
afiksasi (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks), reduplikasi, maupun komposisi.
Contoh:
- kata asal: rumah
- kata jadian: perumahan, dirumahkan, rumah-rumah, rumah tangga, rumah sakit
Pada contoh di atas, kata asal rumah dapat berubah menjadi kata jadian,
kata asal: kata perumahan dan dirumahkan melalui proses afiksasi; berubah
menjadi rumah-rumah melalui proses reduplikasi; dan berubah menjadi rumah
tangga dan rumah sakit melalui proses komposisi.

2. Kategori Kata Bahasa Indonesia


Kategori kata merupakan masalah yang cukup rumit. Pandangan satu ahli dengan ahli lain
sangat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut. Kategori kata di
bawah ini dipilih berdasarkan penguasaan kata untuk anak usia Sekolah Dasar. Kata-kata
tersebut yaitu:
a. Kata benda (nomina): ibu, rumah, mainan, kecantikan, Surabaya
b. Kata kerja (verba): lari, tidur, kehujanan, meletus
c. Kata sifat (adjektiva): pandai, cantik, tinggi
d. Kata bilangan (numeralia): satu, kedua, beberapa, banyak
e. Kata ganti (pronomina): aku (ku), engkau (kau), kamu, dia, mereka, ini, itu
f. Kata depan (preposisi): di, ke, dari, pada
g. Kata sambung (konjungsi): dan, atau, tetapi, ketika, yang
Sebagai contoh kata benda (nomina). Secara semantis, nomina diartikan sebagai kata yang
melabeli suatu benda baik secara konkret maupun abstrak. Misalnya ayah, malaikat, dan
cinta. Kata ayah merupakan kata yang konkret, tetapi malaikat dan cinta merupakan kata
yang abstrak. Secara morfologis, nomina dapat berupa bentuk asal, tetapi dapat pula berupa
kata jadian baik melalui proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

C. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia


Definisi Istilah
kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga
dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi
perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.
afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada
kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri
dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar.
Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.
kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat
imbuhan.
keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar
dan memiliki afiks yang berbeda.
Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di luar proses
morfologis. Proses morfologis yaitu proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya. Terdapat tiga cara pembentukan kata melalui proses morfologis,
yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
1. Proses Morfologis
a. Afiksasi
Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk dasar. Afiks tersebut
dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks dan simulfiks
(imbuhan gabung). Contoh masing-masing adalah sebagai berikut.
• prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-
• Infiks: er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar
• sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
Sufiks: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan, budiman
• konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat
di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama
mendukung satu fungsi.
konfiks: ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya
Konfiks: ke-an, per-an; kemanusiaan, perlakuan, perbuatan
* Simulfiks: memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan, diperlakukan.

b. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan dengan
pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi dengan afiks,
pengulangan berubah bunyi.
rumah-rumah
perumahan-perumahan
berlari-lari
mengata-ngatakan
mengata-ngatai
kebarat-baratan
sayur-mayur
lauk-pauk
Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan merupakan pengulangan secara utuh,
artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan
c. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk dasar sehingga
menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat penggabungan tersebut ada
yang dapat ditelurusuri dari unsur yang membentuknya, ada yang maknya tidak berkaitan
dengan unsur pembentuknya, dan ada yang mempunyai makna unik.
Contoh masing-masing tipe dapat dilihat pada contoh berikut.
rumah makan
pisang goreng
matahari
kumis kucing
tua renta
muda belia
2. Pembentukan di luar Proses Morfologis
Pembentukan kata di luar proses morfologis dibentuk melalui beberapa cara, yaitu akronim,
abreviasi, abreviakronim, kontraksi, dan kliping.
a. Akronim; pemendekan dengan mengambil satu suku atau lebih kata-kata asalnya.
Misalnya:
krismon (krisis moneter)
sembako (sembilan bahan pokok)
kultum (kuliah tujuh menit)
sisdiknas (sistem pendidikan nasional)
sekwilda (sekretaris wilayah daerah)
b. Abreviasi; pemendekan dengan mengambil huruf pertama setiap kata asalnya.
o ABG (Anak Baru Gede; atas Bawah Gede)
o PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak)
o PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
o BLK (Balai Latihan Kerja)
c. Abreviakronim; gabungan dari abreviasi dan akronim.
AKABRI
PEMILU
d. Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan bentuk.
tidak – tak
saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa Tenggara).
e. Kliping; pemendekan dengan mengambil sebagian untuk mewakili seluruh.
influensa – flu
dokter –dok
profesor – prof

D. Penggunaan Afiks
Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan
kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa
Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia
berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar
kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk
masing-masing jenis afiks.
E. Aplikasi Afiks
ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti
(makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk
menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami
perbuatan dalam kalimat itu.
me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba
yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah
pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang
sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan
prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus
utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku.
pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan
perbuatan dalam kalimat. ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa
Indonesia memiliki prefiks ini.
se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering
dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu.
-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu
perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan
sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki
sufiks ini.
-i : Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau
obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari
perbuatan tersebut .
-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab,
proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian.
-kah : menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan
sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks
ini jarang digunakan.
-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara
singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah,
untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.
ke-an : Konfiks ini adalah untuk:
1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian
umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya
perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis
dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil
suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering
menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba
dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-
an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108
kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata
dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang
dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).
-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi
hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini.
contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently

F. Prefiks
Dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks meN-, peN-, ber-, per, ter, di-, ke-, dan
se-.
G. infiks

Infiks merupakan bentuk terikat yang diimbuhkan pada bentuk dasar. Pengimbuhannya
ditempatkan ditengah atau diantara bentuk dasar. Infiks dalam bahasa Indonesia antara lain: -
el-, -em-, -er-, -in-.

Contoh:

-el- + tunjuk → telunjuk

-er- + gigi → gerigi

-em- + guruh → gemuruh

-in- + kerja → kinerja


H. sufiks

sufiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Sufiks dalam bahasa
Indonesia adalah –an, -kan, -i. Sufiks tersebut tidak mengalami proses morfofonemik,
sehingga sufiks itu tidak mengalami perubahan apabila diimbuhkan pada bentuk dasar
dimanapun.

Contoh:

-an + pikir → pikiran

-kan + bersih → bersihkan

-i + khianat → khianati

I. Gabungan awalan-akhiran (konfiks/simulfiks)

Penggabungan awalan-akhiran dalam bahasa indonesia dapat dilakukan dengan dua cara.
Penggabungan/pengimbuhan yang dilakukan dengan bersamaan pada bentuk dasar, gabungan
awal itu dinamakan konfiks. Artinya bentuk dasar yang diimbuhkan awalan-akhiran secara
bersamaan itu tidak mempunyai tataran kata sebelumnya.

Contoh:

Per-an + tani → pertanian

Ke-an + rajin → kerajinan

di-kan + kerja → dikerjakan

ber-an + lanjut → berkelanjutan

J. Perubahan Suara dalam kata kompleks

Sejumlah perubahan terjadi ketika adanya imbuhan dan menggabungkan dasar. Perubahan
suara yang terjadi mempengaruhi imbuhan walaupunwalaupun yang kecil dan yang berkaitan
dengan diskusi di masing-masing imbuhan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Morfologi tidak pernah lepas dari kata dan kalimat. Pemebentukan kata selalu memerlukan
kaidah morfofonemik. Kaidah morfofonemik yang terdapat dalam bahasa Indonesia terdiri
dari meN-, peN, ber-, per-, ter-.

Huruf kapital N mewakili suara perubahan yang tergantung pada suara dasar. N dapat muncul
sebagai salah satu nasal m, n, ny, ng, atau nol. Kadang-kadang sengau sebelum datang
pertama suara dasar dan kadang-kadang ia menggantikan suara pertama. Atruan-aturan yang
digambarkan meN- tetapi berlaku untuk peN- dan peN…-an.

meN- memiliki alomorf me-, men-, mem-, meny-, menge-, meng-.

Prefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel- .

Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /r/
dan suku pertama ditutup dengan /er/.Prefiksper- memiliki alomorf pe- dan pel-

Prefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal
/r/.prefiks ter- memiliki alomorf te-.Prefiks ter- berubah menjadi te- jika diimbuhkan pada
bertuk dasar yang berfonem awal /r/ atau suku pertama ditutup dengan /er/.

Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai