Anda di halaman 1dari 14

PROSES AFIKSASI DALAM BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu :

Dr. Malan Lubis,. M.Hum.

OLEH :

Rahmat Andika

Resnanda Putri Kamalia Manik

Putri Lovian Manullang

Syarah Amaliyah Usman

Rinawasty Manullang

PRODI SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA & SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA & SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Proses Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr. Malan
Lubis,. M.Hum. pada mata kuliah Morfologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Proses Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Malan Lubis,. M.Hum , selaku  dosen mata kuliah
Morfologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 17 April 2020

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ______________________________________________ i

DAFTAR ISI _____________________________________________________ii

BAB I

PENDAHULUAN _________________________________________________1

A. Latar Belakang _________________________________________________1


B. Rumusan Masalah_______________________________________________1
C. Tujuan Penulisan_______________________________________________1
D. Manfaat Penulisan ______________________________________________2

BAB II

PEMBAHASAN __________________________________________________3

A. Pengertian Afiksasi _____________________________________________3


B. Ciri Ciri Afiksasi _______________________________________________3
C. Jenis Jenis Afiksasi _____________________________________________3
D. Proses Afiksasi ________________________________________________7

BAB III

PENUTUP _______________________________________________________9

A. Kesimpulan ___________________________________________________9
B. Saran ________________________________________________________9

DAFTAR PUSTAKA _____________________________________________10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Morfologi merupakan salah satu kajian llinguistik yang membahas tentang masalah
berbahasa yang ada di dalamnya terdapat berbagai bagian-bagian yang dikaji. Karena dalam
bahasan terdapat sub-sub yang membedakan jenis bahasa. Dari sini muncul gagasan untuk
lebih memfokuskan pada satu bahasan masalah dalam kajian morfologi tentang afiksasi.
Sebelum kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu Afiks? Afiks
adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman,
1998:519).
Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan
morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang
menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari
bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal
maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses
morpologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi dan Proses Pemajemukkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Afiksasi ?
2. Apa itu jenis jenis Afiksasi ?
3. Apa itu Ciri ciri Afiksasi ?
4. Apa itu proses Afiksasi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Afiksasi !
2. Untuk mengetahui jenis jenis Afiksasi !
3. Untuk mengetahui ciri ciri Afiksasi !
4. Untuk mengetahui proses Afiksasi !

1
D. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada
bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan
menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.
Menurut Richards, 1992. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam
pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan
pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks
merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata.
Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut
terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi.  Sistem aglutinasi
adalah proses dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan
atau menambahkan unsur selainnya.
Contoh :
ber- , pada lari = berlari
me- , pada runcing = meruncing
-an , pada pakai = pakaian

B. Ciri Ciri Afiksasi


1. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini terdiri atas lebih dari satu morfem
(polimorfemis) dan salah satu atau lebih morfemnya berupa afiks.
2. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini mempunyai makna gramatikal atau makna
gramatis.
3. Kata berimbuhan ialah bahwa dalam proses terjadinya kata-kata itu terjadi pula
perubahan kelas kata dari bentuk dasarnya.

C. Jenis Jenis Afiksasi


Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis afiksasi, terdiri atas:

3
1. Prefiks (Awalan)
Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk
dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara
membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya.
Contoh prefiks atau awalan, yaitu di-, ter-, ke-, se-, meN-, peN-, pra-, a-, per-, ber-, dan
sebagainya.

2. Infiks
Proses pembentukan kata dengan menambah afik atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya.
Afik-afik yang ditambahkan tersebut disebut infik atau sisipan. Proses pembentukan kata
telinjuk, gemetar, dan gerigi, dilakukan dengan menambahkan infik di tengah bentuk
dasarnya. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan -in-.
Dalam bahasa Indonesia, jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3 infiks yang sudah
disebutkan di atas. Lalu kita juga menemukan infiks –in- yang seperti digunakan pada kata
sinambung. Selain sinambung kata lain yang seakan-akan dibentuk dengan infiks –in-, yaitu
kata kinerja padanan kata Performance dalam bahasa Inggris. Sebenarnya –in- memang
merupakan infiks, tetapi digunakan aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks
–in- belum dapat menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam pembentukan kata baru
dalam bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan infiks –in- bukan infiks dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia menyerap kata sinambung dan kinerja secara
utuh dari bahasa Jawa.

3. Sufiks
Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan
afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini
juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks asli dalam
bahasa Indonesia juga sangat terbatas. Masih banyak akhiran-akhiran asing lain yang
dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu –isasi, -er, -is, dan sebagainya. Sehingga
beberapa akhiran-akhiran asing tersebut disebut sufiks serapan dari bahasa lain.

4
Sebuah afiks, termasuk sufiks, dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa Indonesia jika
sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia sehingga afiks itu secara
potensial dapat digunakan untuk membentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia hanya melakukan penyesuaian pelafalan dan atau penulisan yang
dianggap perlu. Contoh : -an, -kan, -i.

4. Konfiks
Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang berfungsi
mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu itulah maka konfiks tidak
dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap
sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan
komposit bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua
morfem (Sumadi, 2008).
Konfiks disebut juga simulfiks karena konfiks itu merupakan merupakan gabungan afiks
yang secara simultan mendukung makna tertentu. Konsep dasar konfiks atau simulfiks tidak
sama karena sudut pandang penamaan konfiks dan simulfiks memang berbeda. Konfiks
dilihat dari kebersamaannya mendukung satu makna atau satu pengertian, sedangkan
simulfiks didasarkan kebersamaannya atau simultannya satuan gramatik itu dalam
membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa
indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
 Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya, meN-, ber-
ter-, -el-, -em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya.
 Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah.
Misalnya, -man, -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.
5. Interfiks
Bauer(1988: 23-24) menyebut interfiks sebagai afiks yang muncul di antara dua elemen
yang membentuk kata majemuk. Kata interfiks berasal dari bahasa Latin inter yang berarti
berada di antara, dan fixus yang berarti melekat. Dengan demikian, dapat dibedakan dengan
infiks yang berarti melekat di dalam. Contoh interfiks dapat dilihat dalam bahasa Arab.

5
Interfiks -ul- muncul di antara kata birr dan walad, sehingga menjadi birr-ul-walad ‘bakti
anak’. Penulis tidak menemukan interfiks dalam bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris,
penulis berpendapat bahwa bahasa Inggris dapat dianggap memiliki interfiks karena
pengaruh bahasa Latin.
Contohnya interfiks -o- dalam kata morphology. Morph dan logy memiliki lema tersendiri
dalam kamus Webster’s New World. Gabungan kedua kata ini memerlukan interfiks -o-
sehingga gabungannya bukan morphlogy melainkan morphology. Istilah morfologi dalam
bahasa Indonesia tidak dapat dianggap memiliki interfiks -o- karena hanya kata morf yang
ada dalam lema KBBI, tidak ada lema logi.

6. Simulfiks
Definisi simulfiks dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin simulatus ‘bersamaan,
membentuk’ dan fixus ‘melekat’. Menurut Kridalaksana dll (1985: 20), simulfiks adalah
afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar.
Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama
suatu bentuk dasar. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak
baku, contoh: kopi à ngopi. Bahasa Arab dan bahasa Inggris tidak memiliki simulfiks.

7. Superfiks
Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental
atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental (Kridalaksana dll, 1985: 21).
Bauer (1988:29) menyamakan istilah superfiks dengan simulfiks. Dari asal kata bahasa
Latin, supra berarti di atas (above) atau di luar (beyond), sedangkan simulatus berarti
bersamaan.
Dari contoh suprafiks dalam bahasa Inggris, ‘discount (n) à dis’count (v), dapat kita lihat
bahwa suprafiks berada pada tataran suprasegmental sehingga istilah suprafiks lebih tepat
dari pada simulfiks. Bahasa Arab dan bahasa Indonesia tidak memiliki suprafiks.

8. Transfiks

6
Transfiks adalah afiks yang muncul dikeseluruhan dasar (throughout the base). Dalam
bahasa Latin trans berarti disepanjang (across) atau di atas (over). Bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris tidak memiliki transfiks. Afiks yang termasuk transfiks dapat ditemukan
dalam bahasa Arab.

D. Proses Afiksasi
Proses terjadinya akfiksasi khusus untuk me –, terdiri atas:

1. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “t” akan digantikan menjadi
huruf “n”.
Contoh : me – + tulis = menulis
me – + tali = menali
me – + tari = menari

2. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “s” akan digantikan menjadi
huruf “ny”.
1. Contoh : me – + sapu = menyapu
2. me – + santap = menyantap
3. me – + salin = menyalin

3. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “k” akan digantikan menjadi
huruf “ng”.
Contoh : me – + kaji = mengaji
me – + kunci = mengunci
*namun berbeda dengan kata asing (non-EYD) yang belum dibakukan dalam bahasa
Indonesia, huruf /k/ tetap.
 me – + konversi = mengkonversi

4. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “p” akan digantikan menjadi
huruf “m”.

7
Contoh : me – + pesona = memesona
me – + paku = memaku

5. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “c” akan digantikan menjadi
huruf “ c”.
Contoh : me – + cuci = mencuci
me – + cari = mencari
me – + curi = mencuri

Contoh Afiksasi
Berikut ini terdapat beberapa contoh dari afiksasi, terdiri atas:

 Contoh Prefiks
Bahasa Arab: s-g-l  ‘sibuk’ +  a- à asyghal ‘menyibukkan.’
Bahasa Inggris: tangible ‘kasat mata’ + in- à intangible ‘tidak kasat mata’
Bahasa Indonesia: ajar + meng- à mengajar

 Contoh Sufiks
Bahasa Arab: b-sy-r  ‘manuasia’ +  -i à basyari ‘manusiawi’
Bahasa Inggris: amaze  ‘kagum’ + -ment à amazement ‘kekaguman’
Bahasa Indonesia: beli + -kan à belikan

 Contoh Konfiks
Bahasa Arab: dh-r-b  ‘memukul’+ ma- dan –un à madharabun ‘tempat memukul’
Bahasa Inggris: accept  ‘menerima’ + un- dan -able à unacceptable ‘tidak berterima’

 Contoh Transfiks
f-r-h ‘senang’ + a-a-a à farraha ‘menyenangkan’
m-d-d ‘memanjangkan’ + a-a-a à maddada ‘memanjang-manjangkan’
k-f-r ‘mengkafiri’ + a-a-a à kaffara ‘menisbatkan kekafiran’.

8
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam bahasa Indonesia hanya ada lima afiksasi yaitu prefiks, sufiks, infiks, konfiks, dan
klofiks. Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu
prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi
afiks(klofiks).
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal
maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi juga berpengaruh dalam penurunan
verba, nomina dan adjektiva yang dapat menghasilkan makna baru.
B. Saran
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu saya masih
perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama dari Dosen.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutama bagi kita semua
yang mengambil mata kuliah Morfologi ini. Amin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agnes, Michael (Ed). 2001 (1999). Webster’s New World College Dictionary (Edisi ke-4).
Cleveland: IDG Books Worldwide, Inc.
Ali, Attabik dan Ahmad Zuhdi Muhdar. 1996. Kamus Al-‘Ashri. Yogyakarta: Yayasan Ali
Maksum.
Alwi, Hasan dll. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai
Pustaka.
Alwi, Hasan (Ed). 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai
Pustaka.
http//berkas-berkas-kuliah.blogspot.in/2013/02/pengertian-ciri-dan-jenis-afiks-dan.html
http//kmbsi.blogspot.in/2013/05/kata-berimbuhan-afiksasi-html
http//morfologibahasaindonesia.blogspot.in/2011/03/afiksasi.html

11

Anda mungkin juga menyukai