Anda di halaman 1dari 12

DASAR DAN KAIDAH KEBAHASAAN MORFOLOGI BAHASA

INDONESIA
MAKALAH

Dibuat sebagai salah satu syarat mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia

Anggota Kelompok :

Rizky Mega Lestari 1401417106

Dian Perwitasari 1401417151

Ainun Nur Afidah 1401417154

Rombel 005

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
1. Pembuka
1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak tertulis.
Sehingga penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan
kata yang kaya dan lengkap. Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang
merupakan milik bangsa Indonesia merupakan alat komunikasi yang efektif dan
efisien dalam pemersatu bangsa ini.

Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaannya


sehingga dapat diterima oleh semua penggunanya yaitu tata bahasa yang baku.
Tata bahasa baku merupakan bahasa yang menjadi kelancaran dalam
penggunaannya dan tidak bersifat mengekang bagi bahasa yang bersangkutan.
Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata. Oleh karena
itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk kata
sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang
atas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dalam penulisan masalah
diatas dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud morfologi?
1.2.2 Bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata?
1.2.3 Apa yang dimaksud alomorf?
1.2.4 Apa yang dimaksud afiksasi?
1.2.5 Apa saja jenis-jenis kata ulang bahasa Indonesia
1.2.6 Apa makna kata ulang bahasa Indonesia?

2. Pembahasan
2.1 Pengertian Morfologi

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari
bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk
dan logos berarti ilmu. Bunyi yang terdapat diantara morphed dan logos ialah
bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang
bentuk.

Morfologi menurut Wikipedia adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi


satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah


bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul
serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga
menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural
objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan
kata pada tingkat tertinggi.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari


seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap makna (arti) dan kelas kata.

2.2 Morfem

Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan
dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari
pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa
Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua
morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan
morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

2.2.1 Morfem Bebas

Morfem bebas adalah bentuk kata yang bisa berdiri sendiri dengan artinya,
misalnya kata dasar. Contoh: buku, besar, jual. Kata dasar tersebut apabila tidak
mendapat imbuhan tetap memiliki arti.

2.2.2 Morfem Terikat


Morfem terikat adalah bentuk kata yang selalu bergabung dengan morfem
lain.

Morfem terikat terbagi menjadi dua yaitu:

a. Morfem Terikat Morfologis

Morfem terikat morfologis yaitu morfem yang terikat oleh bentuk kata, terikat
pada struktur kata, misalnya imbuhan. Contoh:ber- pada kata beranak berarti
menghasilkan anak. Jika ber- berdiri sendiri tidak memiliki arti.

b. Morfem Terikat Sintaksis

Morfem terikat sintaksis yaitu morfem yang mempunyai arti pada tataran kalimat,
misalnya kata sambung atau kata depan. Contoh: aku dan kamu pergi bersama.
Kata dan pada kalimat tersebut apabila berdiri sendiri tidak memiliki arti.

2.3 Alomorf

Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang
mempunyai fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang
membentuk verba aktif (Hasan Alwi, dkk, 2003: 28). Setiap morfem mempunyai
alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk alomorf dari beberapa
morfem yaitu:

1. Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.

a. Ber-

Contohnya : bertamasya

b. Be-

Contohnya : bepergian

c. Bel-

Contohnya : belajar

2. Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan
meny-.
a. Me-

Contohnya : mewajibkan, merajut

b. Mem-

Contohnya : membawa, mempunyai

c. Men-

Contohnya : mencangkul, menulis, menndapatkan

d.Meng-

Contohnya : menggulung, mengkaji

e. Menge-

Contohnya : mengecat

f. Meny-

Contohnya : menyapu, menyiram, menyingkir

2.4 Afiksasi

Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks


(imbuhan). Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata
dengan cara melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata
berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat
memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa
bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif. Afiks dapat
diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung
pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi Abdillah H. (2011), macam afiks dapat
ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta produktifnya, yaitu:

2.4.1 Afiks Ditinjau dari Letaknya

Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam
yaitu prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks
atau imbuhan gabungan.
a. Prefiks

Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar


(mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).

Contoh:

ber - + jalan = berjalan, nosi dari imbuhan ber- pada kata


berjalan adalah melakukan tindakan jalan.

pe- + malas = pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata


pemalas adalah bersifat malas.

ter- + pandai = terpandai, nosi dari imbuhan ter- pada kata


terpandai adalah paling pandai.

se- + kantor = sekantor, nosi dari imbuhan se- pada kata


sekantor adalah sama-sama dalam satu kantor.

b. Infiks

Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.

Contoh:

-el- + getar = geletar

-em- + getar = gemetar

-er- + gigi = gerigi

-in- + kerja = kinerja

c. Sufiks

Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata


atau dilekatkan pada akhir dasar.

Contoh:

-an + hukum = hukuman, nosi dari imbuhan -an


pada kata hukuman adalah cara menghukum.
-nya + buku = bukunya, nosi dari imbuhan -nya
pada kata bukunya adalah menunjukkan kepemilikan.

-man + seni = seniman, nosi dari imbuhan

-man pada kata seniman adalah orang yang ahli dalam bidang seni.

d. Konfiks

Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus


pada awal dan akhir dasar.

Contoh:

ber-an + datang = berdatangan, nosi dari


imbuhan ber-an pada kata berdatangan adalah menyatakan banyak pelaku.

ke-an + camat = kecamatan, nosi dari


imbuhan ke-an pada kata kecamatan adalah menyatakan tempat.

ber-kan + senjata = bersenjatakan, nosi dari


imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai
senjata.

meng-kan + kerja = mengerjakan, nosi dari


imbuhan meng-kan pada kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.

2.4.2 Afiks Ditinjau dari Asalnya

Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi


dua macam yaitu afiks asli dan afiks dari bahasa asing.

a. Afiks Asli

Afiks asli ialah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau


afiks dari bahasa Indonesia itu sendiri.

Contoh:

ke-an + adil = keadilan

ter- + jatuh = terjatuh


b. Afiks Asing

Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa
asing yang kini telah menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk
menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa
Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan
bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.

Contoh:

pra- + sejarah = prasejarah

-ik + patriot = patriotik

2.4.3 Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya

Dari produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan


menjadi dua macam yaitu afiks improduktif dan afiks produktif.

a. Afiks improduktif

Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-


kata atau morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk
membentuk kata-kata baru.

Contoh:

-is + nasional = nasionalis

-wi + manusia = manusiawi

b. Afiks produktif

Afiks produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar


untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana
tampak dalam distribusinya.
2.5 Jenis-Jenis Kata Ulang

a) Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal
dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah
menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.

b) Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk
dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah,
kejadian-kejadian.

c) Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk


dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau
lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.

d) Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada


lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-
menarik.

e) Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan
hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur,
kupu-kupu, empek-empek.

f) Kata ulang utuh. Contoh: anak-anak, jalan-jalan, makan-makan.

g) Kata ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata
yang dialami oleh sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata
hanya terjadi pada suku awal kata dasar, seperti: lelaki, tetua, seseorang. Di
dalam kata ulang sebagian juga sering ditemukan kata ulang yang mendapat
akhiran, seperti: pepohonan, rerumputan.

h) Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang mengalami perubahan
bunyi pada akhir kata perulangan. contoh: sayur-mayur, bolak-balik.

2.6 Makna Kata Ulang Bahasa Indonesia

2.6.1 Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.

2.6.2 Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.


2.6.3 Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-
mobilan, rumah-rumahan, kayu-kayuan.

2.6.4 Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-


sakitan.

2.6.5 Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-


kuda, mondar-mandir.

2.6.6 Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.

2.6.7 Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.

2.6.8 Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.

2.6.9 Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.

2.6.10 Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.

2.6.11 Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk,


tidur-tiduran, membaca-baca, berjalan-jalan.

2.6.12 Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.

2.6.13 Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.

2.6.14 himpunan. Contoh: berjam-jam.

2.6.15 Perbalasan (pekerjaan). Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh,


tolong-menolong.

3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai “dasar-dasar dan kaidah kebahasaan


morfologi bahasa indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa indonesia
yang baik dan benar” dapat disimpulkan, Tata bahasa Indonesia banyak
pendapat mengenai pengertian morfologi dan morfem. Alomorf dalam
beberapa morfem juga telah dijabarkan secara terperinci..Kategori morfologis
adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal
yang sama. Setiap kategori morfolog morfologi situ terbentuk oleh prosedur
morfologis tertentu.

Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh


perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain mempelajari bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik

3.2 Saran

Sebagai calon pendidik, pemahaman tentang morfologi dan jenis-jenis


kata Bahasa Indonesia perlu dipelajari secara luas supaya dapat menjadi bekal
dalam mengajar siswa dan bermanfaat dalam berkomunikasi di kehidupan
sehari-hari secara tepat dan benar.

Pembelajaran mengenai Bahasa Indonesia sangat penting diajarkan di


setiap jenjang sekolah untuk mengenalkan Bahasa Indonesia lebih dalam dan
menjadikan siswa memiliki rasa bangga terhadap bahasa nasionalnya yaitu
Bahasa Indonesia. Diharapkan siswa dapat berkomunikasi Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar sesuai kaidah Tata Bahasa yang telah ada.
Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2013/01/penggunaan-kata-ulang-di-
bahasa.html

http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Kata_ulang

http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Mata%20Kuliah%20Awal/
Kajian%20Bahasa%20Indonesia%20SD/BAC/Unit_4_0.pdf 

http://putryyanti.blogspot.com/2013/03/makna-kata-ulang_8071.html

Anda mungkin juga menyukai