I. ANALISIS REDUPLIKASI
Reduplikasi disebut juga bentuk ulang atau kata ulang. Keraf (1991:149) mendefinisikan
bentuk ulang sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau
seluruh bentuk dasar sebuah kata. Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam
bentuk ulang. Pengulangan dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun
kata gabung.
Macam-Macam Kata Ulang
1. Kata Ulang Dwipurwa
yaitu ulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami
pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.
contoh:
Tatanaman > tetanaman
Tatangga > tetangga
Luluhur >leluhur
Lalaki > lelaki
Luluasa > leluasa
Titirah > tetirah
JENIS AFIKS
Berdasarkan posisinya dalam proses pembentukan kata :
1. Prefiks (Awalan)
Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan
bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara
membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk
dasarnya. Contoh prefiks atau awalan, yaitu di-, ter-, ke-, se-, meN-, peN-, pra-, a-, per-
, ber-, dan sebagainya.
terbuang
2. Infiks
Proses pembentukan kata dengan menambah afik atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya.
Afik-afik yang ditambahkan tersebut disebut infik atau sisipan. Proses pembentukan
kata telinjuk, gemetar, dan gerigi, dilakukan dengan menambahkan infik di tengah bentuk
dasarnya. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan -in-.
2
Proses pembentukanya: infiks + bentuk dasar kata
infiks -el- + tunjuk telunjuk
infiks -em- + getar gemetar
infiks -er- + gigi gerigi
Dalam bahasa Indonesia, jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3 infiks yang sudah
disebutkan di atas. Lalu kita juga menemukan infiks –in- yang seperti digunakan pada
katasinambung. Selain sinambung kata lain yang seakan-akan dibentuk dengan infiks –in-,
yaitu kata kinerja padanan kata Performancedalam bahasa Inggris. Sebenarnya –in- memang
merupakan infiks, tetapi digunakan aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks
–in- belum dapat menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam pembentukan kata baru
dalam bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan infiks –in- bukan infiks dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia menyerap kata sinambung dankinerja secara
utuh dari bahasa Jawa.
3. Sufiks
Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan
afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini juga
berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks asli dalam
bahasa Indonesia juga sangat terbatas.Masih banyak akhiran-akhiran asing lain yang
dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu –isasi, -er, -is, dan sebagainya. Sehingga
beberapa akhiran-akhiran asing tersebut disebut sufiks serapan dari bahasa lain.
Sebuah afiks, termasuk sufiks, dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa Indonesia jika
sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia sehingga
3
afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk membentuk kata-kata baru dalam bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia hanya melakukan penyesuaian pelafalan dan atau penulisan
yang dianggap perlu. Contoh : -an, -kan, -i.
Contohnya seperti berikut :
4. Konfiks
Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang berfungsi
mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu itulah maka konfiks tidak
dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap
sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan
komposit bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua
morfem (Sumadi, 2008).
Konfiks disebut juga simulfiks karena konfiks itu merupakan merupakan gabungan afiks
yang secara simultan mendukung makna tertentu. Konsep dasar konfiks atau simulfiks tidak
sama karena sudut pandang penamaan konfiks dan simulfiks memang berbeda. Konfiks
dilihat dari kebersamaannya mendukung satu makna atau satu pengertian, sedangkan
simulfiks didasarkan kebersamaannya atau
4
simultannya satuan gramatik itu dalam membentuk satuan gramatik yang lebih besar.
Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya, meN-, ber-ter-, -el-, -em-, -er-, -
I, -kan, dan lainnya.
2. Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah. Misalnya, -man, -
wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.