Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai
dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang
dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian
terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih
kecil.
1. Kata Dasar
Dalam istilah linguistik, kata dasar diartikan sebagai dasar dari pembentukan kata
yang lebih besar. Kata dasar merupakan jenis kata yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun atas morfem atau gabungan morfem. Kata dasar juga mempunyai sejumlah
ciri, yaitu:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki imbuhan
atau yamg merupakan kata turunan.
c. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan mengalami
perbedaan makna.
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa perlu
dibubuhi imbuhan.

Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar kompleks.
Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar yang hanya terdiri atas
stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks adalah kata dasar yang mempunyai
dua morfem atau lebih. Kata dasar kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami
beberapa proses, seperti pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi
(perulangan kata).

Contoh Kata Dasar Tunggal:

1) Api
2) Air
3) Rumah
4) Badai
5) Tahu
6) Bulan
7) Puisi
8) Aksara
9) Mobil
10) Radio

Contoh Kata Dasar Kompleks:

1) Bersantai
2) Memakai
3) Melarang
4) Berkemah
5) Berkemas
6) Main-main
7) Dedaunan
8) Kupu-kupu
9) Bolak-balik
10) Melihat-lihat

1. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata
dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri
sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. istilah afiks termasuk,
prefiks, sufiks, dan konfiks.
b. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda.
c. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru
dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
d. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di
belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks
adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks
bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal. Dalam
bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an,
per-…-an, dan ber-…-an. Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan,
bertolongan.
e. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara
kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks: me-
kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi,
seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar
laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik).
Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya
sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula
bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas
leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti
“banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang kecil”. Yang bersifat
derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda
dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba
dan pura-pura dari dasar pura.
3. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem
dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi
yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini dapat
dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali
memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya
atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi itu dalam
bahasa Indonesia menimbulkan berbagai masalah dan berbagai pendapat karena
komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu
antara lain masalah kata majemuk.
Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
a. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
b. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari
salah pengertian. Contoh: orang-tua muda.
c. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima
kasih.
d. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh:
menyebarluaskan.
e. Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan. Contohnya:
manakala, kilometer.
1. A.    Afiksasi
Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:

1. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-.

2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya:  -el-, -er-, -em-, -in-,

3. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -kan, -i.

4. Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar kata dan
mempunyai fungsi membentuk verba atau memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain. Contoh:  kopi-
ngopi, soto-nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.

5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata dan satu dibelakang bentuk
dasar kata. Contoh: ke-an (keadaan), per-an (persahabatan).
 

6. Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang
berhubungan dengan morfem suprasegmental, afiks ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya kata
superfiks atau suprafiks dapat dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh:  suwe (lama)  menjadi  suwi (lama sekali).
7. Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa indonesia interfiks terdapat pada
kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan  -o-, Pada gabungan indonesia dan logi menjadi indonesianologi.
8. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi bentuk ini terdapat dalam bahasa-
bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i, dsb.
Menjadi katab (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar kata.
Contoh: memperkatakan, mempercayakan.
B. Reduplikasi

Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:

1. Reduplikasi Fonologis
Yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna, karena pengulangannya bersifat fonologis yang
artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.

1. Reduplikasi Morfemis
Yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah
satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres  menjadi kata beres-beres.
1. Reduplikasi Sintaktis
Yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa (berada di luar cakupan
morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.

Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa bagian lagi, diantaranya:

1. Dwipurwa
Yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contohnya: tetangga, lelaki, sesama.

1. Dwilingga
Yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.

1. Dwilingga salin swara


Pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contohnya: mondar-mandir, pontang-panting.

1. Dwiwasana
Yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya: pertama-tama, sekali-kali.

1. Trilingga
Yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Conthnya: cas-cis-cus, dag-dig-dug,
dar-der-dor.

C. Komposisi

Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih  yang membentuk kata. Deskripsi tersebut jelas
menempatkan majemuk sebagai satuan yang berbeda dari frase (gabungan kata, bukan gabungan leksem).

Ciri-ciri perbedaan kompositum atau paduan leksem

1. Ketaktersisipan yaitu diantara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apapun. Contoh:

buta warna, tuna susila.


2. Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau

dimodifikasikan perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus.

Contoh: kereta api menjadi perkeretaapian.

3. Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Contoh: pulang pergi, bumi

hangus.
 

D. Abreviasi

Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk
baru yang berstatus kata istilah lain ini untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut
kependekan. Contohnya : ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Jenis-jenis kependekan:

1. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik yang

dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).

2. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Contoh : Prof

(Profesor).

3. Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang

ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik indonesia.

Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/, /i/, /pe/

4. Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Contoh :

tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.

5. Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggabarkan

konsep dasar kuantitas satuan atau unsur. Contoh : g (gram), cm ( senti meter).
Sinonim Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau
pengertian yang sama atau hampir sama (Munirah, 2016 : 20). Sinonim atau sinonimi adalah hubungan
semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran
lainnya. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dan frase duduk-perut; dan
antara kalimat dika menendang bola dengan bola ditendang dika. Contoh dalam bahasa inggris, antara
kata fall dengan kata autumn, antara kata freedom dengan kata liberty, dan antara kata wide dengan
kata broad (Chaer, 2012: 297). Sinonim digunakan untuk sameness of meaning (kesamaan arti). Hal
tersebut dilihat dari kenyataan bahwa para penyusun kamus menunjukkan sejumlah perangkat kata
yang memiliki makna sama, semua bersifat sinonim atau satu sama lain sama makna, atau hubungan di
antara kata-kata yang dianggap mirip maknanya. (Djajasudarma, 2016: 55). Sinonimi adalah hubungan
atau relasi persamaan makna. Jadi, bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan
bentuk kebahasaan yang lain. Bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki kesamaan makna disebut
bersinonim. Dalam bahasa Indonesia, kata ayah bersinonim dengan bapak, papa, papi, dan babe. Kata
melihat bersinonim dengan kata memandang, menonton, memeriksa, mengintip, mengintai, menengok,
membesuk, dsb. Walaupun kata-kata bersinonim tersebut memiliki kesamaan makna, tetapi makna itu
tidak bersifat menyeluruh (total).

b. Antonim Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang
maknannya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.
Misalnya kata buruk berantonim dengan kata baik, kata mati berantonim dengan kata hidup, kata guru
berantoni dengan kata murid, dan kata membeli berantonim dengan kata menjual (Chaer, 2012: 299).
Kridalaksana (Djajasudarma, 2016: 73) Istilah antonimi (bahasa inggris: antonymy) berasal dari kata
yunani kuno, onoma yang berarti nama dan anti yang berarti melawan. Secara harfiah adalah nama lain
untuk benda yang lain, atau ada yang mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna dalam
pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan. Sinonim, homonimi, hiponimi dan polisemi adalah hubungan
makna yang memiliki kesamaan. Sedangkan antonimi sebaliknya, dipakai untu menyebut makna
berlawanan. Jadi, antonimi merupakan lawan makna.

c. Homonim Homonim adalah dua kata atau lebih yang ejaan dan lafalnya sama, tetapi maknanya
berbeda (Munirah, 2016: 20). Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya
“kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk
ujaran yang berlainan. Umpamanya, antara kata pacar yang bermakna (inai) dan kata pacar yang
bermakna „kekasih‟; antara kata bisa yang berarti „racun ular‟ dan kata bisa yang berarti „sanggup‟;dan
juga antara kata mengurus yang berarti „mengatur‟ dan kata mengurus yang berarti „menjadi kurus‟
(Chaer, 2012: 302)
http://tugas-rianti.blogspot.com/2015/11/relasi-makna.html

Anda mungkin juga menyukai