( Leksision )
Proses Morfologis
Sebuah kegiatan yang terus menerus dan hasilnya akan diketahui pada akhir kegiatan.
Proses yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia bagaimana membentuk morfem-
morfem dari sebuah kata.
Morfem.
Satuan gramatikal terkicil. Morfem membentuk satuan yang lebih besar dan mempunyai makna.
Jenis Morfem
a. Morfem terikat
Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti maka morfem ini belum
mempunyai potensi sebagai kata. Morfem terkat dalam bahasa Indonesai ada 2 macam, yakni :
1. Morfem terikat morfologis yakni, morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar ; adalah
sebagai berikut.
a. Prefiks = awalan
b. Infiks = sisipan
c. Sufiks = akhiran
d. Konfiks = imbuhan gabungan senyawa ; per-an, ke-an, dll
Kata ( Leksision )
Adalah bentukan dari penggabungan bermacam-macam morfem. Kata memiliki arti yang
mendiri, makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan kamus. Karena itu sering disebut
Leksikografi, sedangkan ilmu perkamusan disebut leksikologi.
1. Kata Asal
Adalah kata dasar, missal : kursi, tangan, rumah
2. Kata Jadian atau kata bentukan atau kata turunan, kata ini dibentuk dari proses morfologis.
Homonimi
Polisemi
Sinonimi
Anonimi/Oposisi
Meronimi
http://aagsyugimbal.blogspot.com/2011/02/sistem-bentuk-morfologi-dan-kata.htmlvvvv
morfologi bahasa indonesia
LOGO WARNA
Selasa, 01 Maret 2011
AFIKSASI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
YOGIANTO
Kelas 111 E
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah. Sholawat dan salam kepada Rasulullah. Berkat limpahan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan…………………………………………………………………….1
II. Pembahasan…………………………………………………………………….2
II.1 Afiks……………………………………………………………………………2
II.2 Afiksasi…………………………………………………………………………2
II.3 Macam-macam Afiksasi ……………………………………………………….3
II.3.1 Prefiks………………………………………………………………………...3
II.3.2 Sufiks…………………………………………………………………………3
II.3.3 Infiks………………………………………………………………………….3
II.3.4 Konfiks……………………………………………………………………..…4
II.3.5 Gabungan Afiks……………………………………………………………....4
II.3.6 Simulfiks……………………………………………………………………...4
II.3.7 Superfiks……………………………………………………………………...5
II.3.8 Interfiks……………………………………………………………………….5
II.3.8 Transfiks……………………………………………………………………....5
III. Penutup………………………………………………………………………….6
III.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….6
III.2 Saran……………………………………………………………………...……6
Daftar Pustaka
I. PENDAHULUAN
Sebelum kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu Afiks? Afiks adalah morfem terikat
yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519). Pembahasan mengenai
afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan
pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat
disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih
mendalam mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun
kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morpologik, yang terdiri atas
afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
I.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui sedikit banyak mengenai tentang Afiks dan
proses pembubuhan Afiks ( Afiksasi ) serta contoh-contoh pembubuhan afiks tersebut.
Pemahaman tentang Afiks dan Afiksasi akan lebih baik apabila tidak mengabaikan bentuk dasarnya, baik
satuan tunggal maupun satuan kompleks.
1. Apa itu Afiks?
2. Apa Pengertian Afiksasi?
3. Apa saja macam-macam Afiksasi?
II. PEMBAHASAN
II.1 Afiks
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung,
yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya
mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek,
predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation). Imbuhan (afiks) adalah
Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran
(sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada
sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.
II.2 Afiksasi
Ialah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk
membentuk kata.
Contoh:
Ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata
kompleks/jadian).
Contoh:
ber - -berjalan, bermain
di- -ditulis, dibeli, dipukul
meN- -menulis, membaca, mempertahankan
ter- -terpilih, terbawa
Ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an -makanan, mainan
-kan -ambilkan
-man, -wati _seniman, seniwati
II.3.4 Konfiks
Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber – an -berdatangan, berhamburan
ke—an -keuangan, keahlian
per—an -perjuagan, pertemuan
se—nya -sebaik-baiknya, sebesar-besarnya
Ialah gabungan prefiks dan sufiks yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus.
Contoh:
ber—an -berpakaian
-pakai_pakaian berpakaian
member—kan -memberlakukan
laku_ berlaku_ berlakukan _memberlakukan
II.3.6 Simulfiks
Ialah afiks yang disamakan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada kata dasarnya. Biasanya di
samakan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk
verba atau memverbakan nomina, adjectiva atau kelas kata yang lain menjadi kata kerja.
Contoh:
Kopi → ngopi
Sate → nyate
Kebut → ngebut
Tulis → nulis
II.3.7 Superfiks atau suprafiks
Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks
yang berhubungan dengan morfem suprasegmental
Imbuhan superfiks dapat kita jumpai dalam bahasa-bahasa daerah, superfiks itu sama halnya dengan
bahasa dialek yang hanya di miliki oleh daerah tertentu.
Contoh :
Suwe → lama
Wedi → akut
Biti → kecil
Malampo → gemuk.
II.3.8 Interfiks
Interfiks yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia interfiks
terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya: interfiks –n-dan -o-.
Contoh:
indonesia-logi → indonesianologi
jawa-logi → jawanologi.
II.3.9 Transfiks
Transfiks yaitu jenis infiks yang menyebabkan kata dasar menjadi terbagi-bagi. Bentuk ini terdapat
dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain dalam bahasa arab.
Contoh:
dzhb-a-a → dzahaba.
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar, imbuhan (afiks) hanya
dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks).
Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks,
simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun
kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morpologik, yang terdiri atas
afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
III.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik & saran yang membangun guna kesempurnaan
pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.
http://morfologibahasaindonesia.blogspot.com/2011/03/afiksasi.html
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Sudarno, M. Ed. 1990. Morfofonemik Bahasa Indonesia . Jakarta : Arika Media Cipta.
Prof. Drs. M. Ramlan. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Suatau Tinjauan Deskriptik. Yogyakarta :
CV. Karyono.
Alwi hasan,dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Kridalaksana, harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia . Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Diposkan oleh Yogianto ( 09 - 201 - 195 ) STKIP MUHAMMADIYAH Pagar alam sumatera selatan di 05:51
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Beranda
Buku Tamu
About Us
Beranda > Ilmu Pengetahuan > [Bahasa Indonesia] Awalan, Akhiran dan Sisipan!!
7 Votes
Pengertian Imbuhan (Afiks)
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur
langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata
kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti
mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi
(affixation).
Imbuhan (afiks) adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Imbuhan
(afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi. Sedangkan definisi Morfologi adalah bagian dari
ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa
Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor,
yang masing-masing merupakan kata.
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata
dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu
tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-,
-an, -er-, dan ber-an.
Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata.
Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda
merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal.
Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata
berjalan termasuk golongan kata verbal.
Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai
arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan,
rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani,
menjalankan dan jalan raya.
Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk
kata. Karena itu, maka morfologi disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk-beluk
kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul
sebagai akibat perubahan bentuk kata.
Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem
terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga,
bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang
pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang ketiga
menghasilkan kata majemuk.
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks),
akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan
(afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks,
transfiks, dan kombinasi afiks.
Kata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau
pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata
minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut
makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan,
bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis)
selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara
imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai
arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya
dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan
afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempinyai sifat bebas. Demikian halnya
dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan
afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa
imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya
yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk
golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar
menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar.
Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan
dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang →
keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an.
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini
di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka
awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan
serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Awalan terdiri dari me, di, ke, ter,
pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.
Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe-
pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan me- menjadi
meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/,
/h/,/i/, /u/, /o/, /k/
Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali
memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali
memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali
memiliki bunyi: /s/
Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/
Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan
obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam
kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga
oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
1. a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau
‘tidak ber’.
2. anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya
‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’.
3. bi- misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
4. de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’
atau ‘menghilangkan’.
5. eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini
artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.
6. ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai
pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini
artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
7. hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau
‘sangat’.
8. in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
9. infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
10. intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
11. inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
12. ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-
sama’ atau ‘beserta’.
13. kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’
atau ‘menentang’.
14. makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’
atau ‘dalam arti luas’.
15. mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau
‘renik’.
16. multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan
ini artinya ‘banyak’.
17. neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.
18. non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya
‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan
kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi
(suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya
dalam contoh.
Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik.
-is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi, duniwi.
Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada
yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah. -i→abadi,
alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya. -in→muslimin,
mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor. -if→produktif, sportif.
Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti
berikut:
1. –al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini
tergolong kata sifat.
2. –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran
tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.
3. –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan
kata benda.
4. –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
5. –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’.
Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’.
6. .–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah,
unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.
7. –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
8. –ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’
dalam arti ‘bidang ilmu’.
9. -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
10. –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-kata
ini diganti dengan –al.
11. –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan
sifat.
12. –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang
yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam
bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar.
13. –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.
14. –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.
15. –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada
bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-.
16. –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang
bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar.
17. –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas
menyatakan agentif atau pelaku;
18. –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan
benda.
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak
produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak
mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang
memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata
tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
i. Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat
bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, artinya
terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat
bermacam-macam gunung.
iii. Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya.
Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau
sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan
warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah.
turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya
sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk.
Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan,
yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan
kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan sifat terus-
menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses
imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda.
Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier.
Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di pakai
sebagai kata dasar pertama dalam pembentukan kata jadian. Contoh:
dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari kata
dengar yang mendapat akhiran– kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata
dasar dengar yang mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang
sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap.
Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar
kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan,
dipikir→dipikirkan, main→bermain-main, merata→meratakan.
Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga
dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata
guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→ peringatkan→
diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.
Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa).
Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Hasil
pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat
terbatas.
Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan → semantan,
gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram → temaram, serbak →
semerbak .
REFERENSI:
http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/05/28/bahasa-indonesia-awalan-akhiran-dan-
sisipan/v
Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Semua benda
yang kita temui tersusun oleh materi. Makin besar massa suatu benda, makin banyak
materinya dan sebaliknya. Massa adalah jumlah zat atau materi yang terkandung dalam suatu
benda. Suatu materi apapun bentuknya ada 3 wujud, yaitu padat, cair, gas. Berdasarkan hasil
penelitian terbaru muncul wujud zat yang keempat yaitu plasma.
Sifat Materi
Ketiga wujud materi yang sudah kita bahas pada dasarnya memiliki sifat-sifat tertentu. Secara
umum sifat tersebut dapat kita bagi menjadi dua macam, yaitu sifat kimia dan sifat fisika,
lihat Gambar 1.4. Sifat fisika dari sebuah materi adalah sifat-sifat yang terkait dengan
perubahan fisika, yaitu sebuah sifat yang dapat diamati karena adanya perubahan fisika atau
perubahan yang tidak kekal.
Air sebagai zat cair memiliki sifat fisika seperti mendidih pada suhu 100 oC. Sedangkan logam
memiliki titik lebur yang cukup tinggi, misalnya besi melebur pada suhu 1500 oC.
Sifat Kimia dari sebuah materi merupakan sifat-sifat yang dapat diamati muncul pada saat
terjadi perubahan kimia. Untuk lebih mudahnya, kita dapat mengamati dua buah zat yang
berbeda misalnya minyak dan kayu. Jika kita melakukan pembakaran, maka minyak lebih
mudah terbakar dibandingkan kayu, sehingga mudah tidaknya sebuah zat terbakar merupakan
sifat kimia dari zat tersebut. Beberapa sifat kimia yang lain adalah bagaimana sebuah zat
dapat terurai, seperti Batu kapur yang mudah berubah menjadi kapur tohor yang sering
disebut dengan kapur sirih dan gas karbon dioksida.
Perubahan Materi
2. campuran
Unsur Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat lain dengan rekasi
kimia biasa.
Di alam terdapat 92 jenis unsur alami dan sisanya unsur buatan. Jumlah keseluruhan di alam
kira-kira terdapat 106 unsur.
Unsur dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
Senyawa
Senyawa adalah gabungan dari beberapa unsur yang terbentuk melalui rekasi kimia.
Campuran
Campuran adalah gabungan beberapa zat dengan perbandingan tidak tetap tanpa melalui
reaksi kimia.
http://affin-affin.blogspot.com/2011/04/pengertian-materi.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ruang-lingkup-ilmu-kimia/sifat-
dan-perubahan-materi/
http://rangkuman-pelajaran.blogspot.com/2009/10/kimia-klasifikasi-materi.html
http://alifatulazizah.blogspot.com/2012/05/pengertian-sifat-materi-perubahan.html
Klasifikasi Materi
Kata Kunci: campuran, Campuran heterogen, Campuran homogen, klasifikasi materi, senyawa
anorganik, senyawa organik, unsur bukan loga, unsur logam, zat tunggal
Ditulis oleh Zulfikar pada 19-02-2010
Klasifikasi materi
Zat-zat yang kita temukan di alam semesta ini hanya ada dua kemungkinan, yaitu adalah zat
tunggal dan campuran (Gambar 1.10).
Zat tunggal
Zat tunggal adalah materi yang memiliki susunan partikel yang tidak mudah dirubah dan
memilik komposisi yang tetap. Zat tunggal dapat diklasifikasikan sebagai unsur dan senyawa.
Zat tunggal berupa unsur didefinisikan sebagai zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain
yang lebih sederhana. Unsur besi tidak bisa diuraikan menjadi zat lain, jika ukuran besi ini
diperkecil, maka suatu saat akan didapatkan bagian terkecil yang tidak dapat dibagi lagi dan
disebut dengan atom besi.
Unsur di alam dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu unsur logam dan bukan logam (bukan
logam).
Unsur logam umumnya berbentuk padat kecuali unsur air raksa atau mercury (Hg),
menghantarkan arus listrik dan panas. Logam permukaannya mengkilat dapat ditempa menjadi
plat ataupun kawat. Saat ini kita lebih mengenal dengan nama aliasnya, seperti unsur Ferum
dengan lambang Fe yang kita kenal dengan Besi. Aurum dengan lambang Au adalah unsur
Emas, dan Argentum (Ag) untuk unsur Perak.
Unsur bukan logam memilki sifat yang berbeda seperti; tidak dapat menghantarkan arus listrik,
panas dan bersifat sebagai isolator. Permukaan atau penampang unsurnya tidak mengkilat
kecuali unsur Karbon. Wujud unsur ini berupa gas, sehingga tidak dapat ditempa. Secara umum
unsur bukan logam juga sudah kita kenal, seperti Oksigen dengan lambang O, Nitrogen dengan
lambang N, dan unsur Sulfur dengan lambng S, dalam istilah kita adalah Belerang.
Zat tunggal berupa senyawa didefinisikan sebagai zat yang dibentuk dari berbagai jenis unsur
yang saling terikat secara kimia dan memiliki komposisi yang tetap. Senyawa terdiri dari
beberapa unsur, maka senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya dengan proses tertentu.
Contoh senyawa yang paling mudah kita kenal adalah air. Senyawa air diberi lambang H2O.
Senyawa air terbentuk oleh dua jenis unsur yaitu unsur Hidrogen (H) dan unsur Oksigen (O),
dengan komposisi 2 unsur H dan satu unsur O. Gambar 1.11 menjelaskan perbedaan unsur dan
senyawa.
Di alam senyawa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu senyawa Organik dan senyawa
Anorganik, pengelompokkan didasari pada unsur-unsur pembentuknya, lihat Gambar 1.12.
Senyawa Organik didefinisikan sebagai senyawa yang dibangun oleh unsur karbon sebagai
kerangka utamanya. Senyawa-senyawa ini umumnya berasal dari makhluk hidup atau yang
terbentuk oleh makhluk hidup (organisme).
Senyawa ini mudah kita jumpai seperti ureum atau ure terdapat pada air seni (urin). Gula pasir
atau sakarosa yang banyak terdapat didalam tebu dan alkohol merupakan hasil fermentasi dari
lautan gula.
Senyawa Anorganik adalah senyawa-senyawa yang tidak disusun dari atom karbon, umumnya
senyawa ini ditemukan di alam, beberapa contoh senyawa ini seperti garam dapur (Natrium
klorida) dengan lambang NaCl, alumunium hdroksida yang dijumpai pada obat maagh, memiliki
lambang Al(OH)3. Demikian juga dengan gas yang terlibat dalam proses respirasi yaitu gas
oksigen dengan lambang O 2 dan gas karbon dioksida dengan lambang CO2. Asam juga
merupakan salah satu senyawa anorganik yang mudah kita kenal misalnya asam nitrat (HNO3),
asam klorida (HCl) dan lainnya.
Campuran
Campuran adalah materi yang disusun oleh beberapa zat tunggal baik berupa unsur atau senyawa
dengan komposisi yang tidak tetap. Dalam campuran sifat dari materi penyusunnya tidak
berubah.
Contoh sederhana dari campuran dapat kita jumpai di dapur misalnya saus tomat. Campuran ini
mengandung karbohidrat, protein, vitamin C dan masih banyak zat zat lainnya. Sifat karbohidrat,
protein dan vitamin C tidak berubah.
Campuran dapat kita bagi menjadi dua jenis, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen.
Campuran homogen adalah campuran serba sama yang materi-materi penyusunnya berinteraksi,
namun tidak membentuk zat baru. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contohnya larutan gula
dalam sebuah gelas
Larutan ini merupakan campuran air dengan gula, jika kita coba rasakan, maka rasa larutan
diseluruh bagian gelas adalah sama manisnya, baik yang dipermukaan ditengah maupun dibagian
bawah. Campuran homogen yang memiliki pelarut air sering disebut juga dengan larutan lihat
Gambar 1.13.
Campuran homogen dapat pula berbentuk sebagai campuran antara logam dengan logam, seperti
emas 23 karat merupakan campuran antara logam emas dan perak. Kedua logam tersebut
memadu sehingga tidak tampak lagi bagian emas atau bagian peraknya. Campuran logam lain
seperti perunggu, alloy, amalgam dan lain sebagainya.
Campuran heterogen tidak memerlukan komposisi yang tetap seperti halnya senyawa, jika kita
mencampurkan dua materi atau lebih maka akan terjadi campuran. Contoh yang paling mudah
kita amati dan kita lakukan adalah mencampur minyak dengan air, kita dapat menentukan bagian
minyak dan bagian air dengan indera mata kita. Perhatikan pula susu campuran yang kompleks,
terdiri dari berbagai macam zat seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan E dan mineral
(Gambar 1.13).
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ruang-lingkup-ilmu-kimia/klasifikasi-
materi/
Home
Geologi
Artikel
Corat-Coret
Download
selayang pandang
(saya)
jump to navigation
Pengertian & Perbedaan Atom, Molekul, Ion, Unsur, Senyawa, Campuran
Oktober 9, 2011
Posted by ahmad in Mineralogi, opini.
Tags: atom, campuran, ion, molekul, partikel, pengertian, perbedaan, senyawa
trackback
Ada yang tahu pengertian istilah2 diatas?, Mungkin beberapa dari kita, termasuk saya sendiri
begitu dan masih sangat bingung dengan berbagai per-istilahan dalam bidang kimia.
Istilah – istilah tersebut sebenarnya sering kita dengar. Saking seringnya mendengar, kita
anggap hal tersebut adalah hal lumrah, sehingga dianggap tidak perlu kita
pertanyakan/permasalahkan, bahkan mungkin kita anggap hal tersebut sebagai hal2 biasa/sepele.
Walaupun begitu, tidak jarang ketika kita ditanya pengertian istilah2 diatas, yang ada malah
“TINGTONG”, alias kebingungan, nah lho??.
Berikut pengertian & perbedaan Atom, Molekul, Ion, Unsur, Senyawa, Campuran, yang sy
rangkum, juga ta buat oret2annya, mudah2an jd ngerti. Maaf jika ada penjelasan yang
salah/kurang pas, nanti boleh ditanya ke guru/dosennya ya
1. Atom adalah: Satuan terkecil dari suatu materi yang terdiri atas inti, yang biasanya
mengandung proton (muatan+) dan neutron (netral), dan kulit yang berisi muatan negatif yaitu
elektron. Ada juga yang menyebutkan bahwa atom adalah partikel penyusun unsur.
- punya karekteristik tertentu, yaitu punya jumlah proton dan elektron yang sama (jika tdk sama
disebut ion)
Analogi sederhana: Setiap orang yang sering membaca, kita sebut sikutu buku, ceritanya kita
punya 4 teman yang punya hobi membaca, sehingga kita simpulkan keempat teman kita ini
sikutubuku karena punya kebiasaan yang sama. Jadi
sikutu buku=unsur
Anggapan yang salah
Yang benar: unsur adalah nama untuk kumpulan/himpunan atom yang punya karakter yang
sama. Gabungan/ikatan dari beberapa atom bukan membentuk unsur tapi membentuk molekul.
Bedakan himpunan dan ikatan..!
2. Molekul adalah: Gabungan dari beberapa atom unsur, bisa dua atau lebih. Artinya ketika
berbicara molekul maka yang dibayangkan adalah gabungan atom2 (bukan 1 atom). Molekul
adalah partikel terkecil dari suatu unsur/senyawa
- Jika gabungan dari atom unsur yang sama jenisnya maka disebut Molekul Unsur, Contohnya:
O2, H2, O3, S8
- Jika gabungan dari atom unsur yang berbeda jenisnya maka disebut Molekul Senyawa,
Contohnya: H2O, CO2, C2H5
3. Ion adalah: atom yang bermuatan listrik, ion yang bermuatan listrik disebut kation, dan ion
yang bermuatan negatif disebut anion. Kation dan anion dapat berupa ion tunggal hanya terdiri
dari satu jenis atom atau dapat pula berupa ion poliatom mengandung dua atau lebih atom yang
berbeda.
Beberapa Kesimpulan:
Unsur itu partikelnya bisa berupa atom/molekul unsur. Unsur2 yang partikelnya berupa atom,
berarti unsur tersebut bisa berdiri sendiri atau hanya mengandung satu atom saja, penulisannya
ditulis dengan lambang unsurnya, misalnya C (karbon), He (Helium). Bila partikelnya berupa
molekul maka artinya unsur tersebut dibentuk dari gabungan atom yang berjenis sama, dia tidak
bisa berdiri sendiri, unsur2 tersebut ditulis dengan lambang unsurnya disertai dengan jumlah
atom penyusunya. Contohnya: O2, H2. Makanya unsur oksigen tidak pernah ditulis hanya huruf
O saja, melainkan ditambah angka 2 sebagai arti bahwa Unsur ini dibentuk dari 2 atom oksigen.
JENIS-JENIS MATERI/ZAT
Materi/Zat secara umum dibagi menjadi 2 bagian yaitu zat tunggal dan campuran. Zat tunggal
dapat berupa unsur, atau berupa senyawa. Sedangkan campuran dapat berupa campuran
homogen atau berupa campuran heterogen.
1. Unsur adalah: Sekelompok atom yang memiliki jumlah proton yang sama pada intinya.
Jumlah ini disebut sebagai nomor atom unsur. Unsur didefinisikan pula sebagai zat tunggal yang
sudah tidak bisa dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Saya hanya ingin menekankan “unsur hanyalah sebutan saja untuk atom-atom yg yang punya
karakter sama (punya jumlah proton yg sama)”. Sebagai contoh, semua atom yang memiliki 6
proton pada intinya adalah atom dari unsur kimia karbon, dan semua atom yang memiliki 92
proton pada intinya adalah atom unsur uranium.
Bisa dibilang unsur adalah atom itu sendiri, contohnya: jika ada H2O, maka kita bisa bilang:
terdiri dari 2 atom hidrogen, dan 1 atom oksigen, padahal Hidrogen dan oksigen keduanya adalah
unsur.
2. Senyawa: Senyawa adalah zat tunggal yang terdiri atas beberapa unsur yang saling kait-
mengait. Senyawa dibentuk dari minimal 2 unsur yang berbeda. Walaupun dibentuk dari unsur
yang berbeda, namun senyawa tetap disebut zat tunggal, karena sifat-sifat unsur yang
membentuknya tidak dapat di temukan pada senyawa. Dengan kata lain
Contoh:
Reaksi antara Hidrogen(H) dan oksigen (O2), diperoleh zat baru yang disebut air, yaitu:
H + O2 ——–> H2O
Pada reaksi tersebut, dihasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari unsur-unsur penyusunnya.
Hidrogen adalah gas yang sangat ringan dan mudah terbakar, sedangkan oksigen adalah gas yang
terdapat di udara yang sangat diperlukan tubuh kita untuk pembakaran. Tampak jelas bahwa sifat
air berbeda dengan sifat hidrogen dan oksigen.
Ciri khas senyawa adalah dia mempunyai perbandingan massa penyusun yang tetap, air tersusun
dari oksigen dan hidrogen dengan perbandingan massa unsur oksigen banding hidrogen adalah
selalu 8 : 1
“setiap senyawa adalah molekul namun setiap molekul belum tentu senyawa”. Senyawa adalah
gabungan minimal 2 atom berbeda, sedangkan molekul gabungan minimal 2 atom bisa sama bisa
juga berbeda.
3. Campuran: Zat yang tersusun dari beberapa zat yang lain jenis dan tidak tetap susunannya
dari unsur dan senyawa. Campuran merupakan materi yang terdiri dari dua atau zat tunggal.
Materi yang kita jumpai sehari-hari hampir semuanya campuran. Bahkan kita sering membuat
campuran bahan, misalnya ketika kita membuat kopi atau teh manis.
3.1. Larutan adalah: campuran dua zat atau lebih yang terdiri dari zat terlarut dan pelarut.
Ukuran partikel larutan sangat kecil, kurang dari 1 nm, sehingga tidak dapat dilihat dengan
menggunakan microskop ultra sekalipun. dan tidak dapat dibedakan antara zat terlarut dan
medium pelarutnya. Zat dalam larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan.
Contoh larutan gula, kita tidak bisa membedakan mana gula mana air dalam larutan gula.
Beberapa contoh larutan adalah larutan garam, larutan asam basa dan lain-lain.
3.2. Suspensi adalah: Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Ukuran partikel
suspensi lebih dari 100 nm.
Contoh suspensi adalah campuran terigu dalam air, apakah masih tampak terigu tersebut ?
Jawabannya Ya, Masih. Campuran ini awalnya tampak seperti larutan yang keruh, tetapi lambat
laun terpisah karena pengaruh gravitasi (mengalami pengendapan). Suspensi dapat dipisahkan
melalui penyaringan. Contoh suspensi yang lain misalnya kapur dengan air, tanah dengan air,
es cendol, campuran batu kali dengan pasir dan lain-lain.
3.3. Koloid adalah: Koloid adalah campuran yang terdiri dari partikel terdispersi dan pertikel
pendispersi. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Atau dengan kata lain ukuran
partikel koloid keadaannya antara suspensi dan larutan.
Contoh koloid adalah air susu, santan, air sabun, dan cat. Koloid tampak keruh tetapi stabil
(tidak memisah/mengendap). Bahan dalam campuran koloid tidak dapat dipisahkan melalui
penyaringan biasa, melainkan dengan menggunakan penyaring ultra.
Beberapa contoh koloid yang lain adalah susu, buih, santan, agar-agar, mutiara, gelas berwarna
dan lain-lain
sumber:
http://www.e-dukasi.net
http://www.wikipedia.com
http://www.kimiadahsyat.blogspot.com
Please read:
a personal appeal from
Wikipedia founder Jimmy Wales
Baca sekarang
Larutan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam
atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara
gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan
mineral tertentu.
Daftar isi
1 Konsentrasi
2 Pelarutan
3 Larutan ideal
4 Sifat koligatif larutan
5 Jenis-jenis larutan
6 Referensi
7 Lihat pula
Konsentrasi
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan
jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per
million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer
(berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Pelarutan
Larutan ideal
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume
komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut
murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan.
Larutan cair encer menunjukkan sifat-sifat yang bergantung pada efek kolektif jumlah partikel
terlarut, disebut sifat koligatif (dari kata Latin colligare, "mengumpul bersama"). Sifat koligatif
meliputi penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan gejala
tekanan osmotik.
Jenis-jenis larutan
Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya. Tabel
berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase komponen-komponennya.
Zat terlarut
Contoh larutan
Gas Cairan Padatan
Pelarut Gas Udara (oksigen dan Uap air di udara Bau suatu zat padat yang timbul
gas-gas lain dalam (kelembapan) dari larutnya molekul padatan
nitrogen) tersebut di udara
Air terkarbonasi Etanol dalam air; campuran Sukrosa (gula) dalam air; natrium
Cairan (karbon dioksida berbagai hidrokarbon klorida (garam dapur) dalam air;
dalam air) (minyak bumi) amalgam emas dalam raksa
Referensi
(Indonesia) Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern. Edisi
ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga.
New
Home
Humaniora
Edukasi
Artikel
Ketut Juliantara
Jadikan Teman | Kirim Pesan
0inShare
Kimia Larutan (Kimia Dasar)
OPINI | 18 December 2009 | 07:28 Dibaca: 45409 Komentar: 0 Nihil
KIMIA LARUTAN
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada
bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat
pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun
molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat
yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan
demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya
adalah volume terbesar.
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran
reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan
tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh
( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat
jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh
terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75%?
Jawab:
a. Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
b. Dalam larutan alkohol 75% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, larutan dapat
dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan encer, massa larutan sama dengan
massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif,
larutan dibedakan berdasarkan satuan konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan),
yaitu:
a) Cairan- cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver like” maknanya zat- zat cair yang
memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan. Contohnya:
heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan C 2H5- OH.
Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap kelarutan.
Contohnya: CH3Cl (polar) dengan CCl4 (non- polar).Larutan ini terjadi karena terjadinya gaya antar aksi,
melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut di dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi
peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikel- partikel pelarut menyelimuti (mengurung) partikel terlarut.
Untuk kelarutan cairan- cairan dipengaruhi juga oleh ikatan Hydrogen.
b)Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar molekul zat
padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non- polar (sedikit polar) besar
kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah. Contohnya: DDT memiliki struktur mirip CCl 4
sehingga DDT mudah larut di dalam non- polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air
(polar).
c) Gas- cairan
Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya. Gas
dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat mirip
dengan yang dimiliki oleh suatu gas.
Titik didih gas mulia dari atas ke bawah dalam suatu sistem periodik, makin tinggi, dan kelarutannya
makin besar.
Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan, yaitu peningkatan temperatur
menguntungkan proses endotermis, sebaliknya penurunan temperatur menguntungkan proses
eksotermis. Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm akibatnya
kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan gas dalam cair berlangsung eksoterm
akibatnya kenaikan temparatur menurunkan kelarutan.
H = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan ini dijelaskan
dengan Hukum Henry, yaitu Cg = k . Pg (tekanan berbanding lurus dengan konsentrasi).
Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/ panas yang diserap atau dilepaskan jika suatu zat terlarut
dilarutkan dalam pelarut. Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat, yaitu:
Tahap 1, yaitu: Baik zat terlarut maupun zat pelarut masih tetap molekul-
molekulnya berikatan masing- masing.
Tahap 3, yaitu: Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan
molekul pada zat pelarut.
Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan satuan- satuan
konsentrasi:
Fraksi mol suatu zat adalah perbandingan jumlah mol suatu zat terhadap jumlah total mol seluruh zat
yang menyusun suatu larutan.
X= X pelarut + Xterlarut = 1
Persentase (%)
Persen b/b adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
%b/b = x100%
Contoh: Larutan cuka sebanyak 40 gram mengandung asam asetat sebanyak 2 gram.
Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam satuan % b/b?
Persentase b/v adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
%b/v= x100%
Satuan %b/v umumnya dipakai untuk zat terlarut padat dalam pelarut cair.
Contoh: Untuk membuat larutan infus glukosa, 45 gram glukosa murni dilarutkan dalam
akuades hingga volume larutan menjadi 500 ml. Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam
satuan %b/v?
%v/v= x100%
Satuan %v/v umumnya dipakai untuk zat terlarut cair dalam pelarut cair.
Contoh: Etanol sebanyak 150 ml dicampur dengan 350 ml akuades. Hitunglah konsentrasi
etanol dalam satuan %v/v?
Satuan ppm menyatakan satu gram zat terlarut dalam satu juta gram pelarut.
ppm = x100%
Dalam rumus di atas satu gram zat terlarut dibagi massa larutan karena massa jenis larutan sama
dengan massa jenis pelarutnya sehingga massa larutan = massa pelarutnya.
Kemolaran atau konsentrasi molar adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan atau jumlah
mmol zat terlarut dalam tiap ml larutan.
M= =
M= x
Kemolalan adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.
m= atau m = x
Asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion H + . Contoh asam: HCl, H2SO4, H3PO4. Sifat- sifat
larutan asam adalah sebagai berikut:
Jumlah ion H+ yang dapat dibebaskan oleh satu molekul asam disebut valensi atau martabat asam
tersebut. Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:
Jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh satu molekul basa disebut valensi atau martabat basa.
Berdasarkan valensinya basa dibedakan atas:
Jadi di sini ion H+ tidak berikatan dengan air, atau bebas di air tanpa adanya ikatan.
Asam adalah suatu zat yang dapat menyumbang proton (H +), sehingga disebut donor proton. Basa
adalah zat yang dapat menerima proton, sehingga disebut akseptor proton. Jadi di sini ion H + berikatan
dengan air.
Zat yang telah menerima proton disebut asam konjugasi, sedangkan yang telah memberi proton disebut
basa konjugasi. Dalam contoh reaksi di atas, H 3O+ adalah asam konjugasi, sedangkan Cl- adalah basa
konjugasi.
Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah, begitu pula basa. Reaksi ionisasi asam kuat,
secara umum dapat ditulis :
HxA(aq) xH+(aq) + Ax-(aq). Yang termasuk asam kuat, meliputi: HCl, HBr, HI, HNO 3, H2SO4, HClO4, dll.
Reaksi asam kuat bersifat satu arah karena asam kuat mudah terionisasi dalam air.
HzB(aq) zH+(aq) + B z- (aq). Yang termasuk asam lemah, meliputi: CH 3COOH, HF, HCN, H2CO3, dll. Reaksi
asam lemah bersifat reversibel karena asam lemah tidak terionisasi sempurna di dalam air.
Basa kuat meliputi senyawa- senyawa hidroksida alkali dan beberapa hidroksida alkali tanah. Selain
hidroksida- hidroksida tersebut semuanya tergolong basa lemah.
Asam kuat dan basa kuat dalam air mudah terionisasi , dengan derajat ionisasi ( ) 1, sehingga jumlah
ion- ionnya relatif banyak. Akibatnya, larutan asam kuat dan basa kuat mudah menghantarkan arus
listrik, sehingga disebut larutan elektrolit kuat. Sebaliknya, larutan basa lemah dan asam lemah sukar
terionisasi ( 1), sehingga tergolong larutan elektrolit lemah.
Senyawa- senyawa yang dapat bertindak sebagai asam (melepaskan H +) dan juga dapat bertindak
sebagai basa (melepaskan OH-) disebut senyawa amfoter. Senyawa- senyawa amfoter, meliputi:
Be(OH)2, Al(OH)3, Zn(OH)2,dll.
2.3.3 Indikator
Indikator asam basa adalah suatu zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah atau
larutan yang berisi indikator berubah pH. Atau dengan kata lain, suatu senyawa yang berbeda warnanya
dalam larutan asam dengan larutan basa.Dalam indikator terdapat dua warna dalam keadaan basa
(warna basa) dan sebaliknya
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan titrasi yaitu dengan menambahkan tetes
demi tetes larutan standar ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya.Pada saat banyaknya
zat penitrasi sebanding/ setara dengan zat yang ditetapkan konsentrasinya disebut titik ekuivalen/ titik
akhir titrasi yang ditunjukkan oleh perubahan warna indikator. Suatu analisis yang berkaitan dengan
volume larutan pereaksi disebut analisis volumetri. Analisis volumetri dilaksanakan melalui metode
titrasi. Salah satu larutan ditempatkan dalam buret yang merupakan larutan penitrasi. Larutan yang satu
lagi ditempatkan dalam labu titrasi atau Erlenmeyer, yang merupakan larutan yang dititrasi.
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dengan basa disebut titrasi asam- basa atau asidimetri dan
alkalimetri.
Air murni tergolong elektrolit yang sangat lemah. Reaksi ionisasi air adalah sebagai berikut: H 2O(l) = H+
(aq) + OH-(aq). Mengingat reaksinya tergolong reaksi kesetimbangan, maka berlaku hukum
kesetimbangan:
K=
Karena hampir tetap, maka dianggap sebagai tetapan, sehingga dapat dipindah ke ruas kiri.
ionisasi air dan ditulis Kw. Kw= . . Pada suhu 25C, harga Kw adalah 1,0 x 10-14. Karena
yang dihasilkan sama dengan , maka dan masing- masing dalam air murni
adalah = 10-7 M.
Asam lemah dan basa lemah dalam air tidak terionisasi sempurna, sehingga dari asam lemah
dan dari basa lemah, dihitung dari harga tetapan kesetimbangannya. Untuk asam lemah
bervalensi satu berlaku:
= =
Analog dengan asam lemah bervalensi satu, untuk basa lemah bervalensi satu berlaku =
= dengan =
Larutan Penyangga adalah campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah
dengan asam konjugasinya. Contoh CH3COOH dengan CH3COO- dan NH4OH dengan NH4+. Atau dengan
kata lain, campuran asam lemah dan garamnya, atau basa lemah dan garamnya.
Ka= = Ka .
Mengingat kesetimbangan di atas berlangsung dalam wadah yang sama, maka secara umum pH larutan
buffer yang terdiri atas asam lemah dan garamnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
pH = - log Ka .
Analog dengan larutan yang terdiri atas asam lemah dan garamnya; pOH larutan penyangga yang terdiri
atas basa lemah dan garamnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
pOH = - logKb .
1. Dalam tubuh manusia terdapat sistem penyangga yang berperan dalam mempertahankan pH,
seperti:
a. Buffer darah, pH darah berkisar 7,35- 7,45. pH darah < 7,35 disebut keadaan asidosis.
Jika pH darah lebih kecil dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8 ; maka akan menimbulkan
kematian. Untuk menjaga agar pH darah tidak banyak berubah, maka dalam darah
terdapat sistem penyangga H2CO3 / HCO3--.
b. Bffer cairan tubuh. Dalam cairan sel tubuh terdapat sistem penyangga H 2PO4- / HPO42-.
Campuran penyangga tersebut berperan juga dalam ekskresi ion H + pada ginjal
2. Dalam industri farmasi, larutan penyangga berperan dalam pembuatan obat- obatan, agar zat
aktif obat tersebut mempunyai pH tertentu Larutan penyangga yang umum digunakan dalam
industri farmasi adalah larutan asam basa konjugasi senyawa fosfat.
Garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah dalam air mengalami hidrolisis parsial (hidrolisis
terhadap anion), dan larutannya bersifat basa.
Kh = x
Kembali kepada kesetimbangan hdrolisis di atas, konsentrasi OH - yang dihasilkan sama dengan
konsentrasi CH3COOH, sehingga:
Kh =
==
pOH = - log
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air mengalami hidrolisis parsial (hidrolisis
terhadap kation), dan larutannya bersifat asam.
= dengan pH = - log
Garam yang berasal dari basa lemah dan asam lemah dalam air mengalami hidrolisis total
(hidrolisis terhadap kation dan anion), sifat larutannya tergantung pada harga Ka dan Kb. Jika Ka> Kb,
maka larutannya bersifat asam; sebaliknya jika Kb >Ka, maka larutannya bersifat basa.
pH = - log
pOH = - log
Koligatif artinya bersama- sama yang berasal dari kata koligeal yang berarti sifat bersama. Jadi sifat
koligatif larutan adalah sifat fisik larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel yang tidak
dipengaruhi oleh sifat zat.Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit hanya dikalikan faktor van t Hoff (i)
terhadap rumusan sifat koligatif larutan non elektrolitnya, kecuali pada penurunan tekanan uap ada
perbedaan perhitungan Xterlarut untuk elektrolit.
xi
2. Kenaikan titik didih (tb) tb= Kb . m tb= Kb . m. i
3. Penurunan titik beku tf = Kf . m tf = Kf . m. i
(tf)
4. Tekanan osmotik () = M. R.T = M. R.T. i
= derajat ionisasi
T= derajat Kelvin
M= molar= mol/liter
Untuk senyawa garam yang sangat encer, dengan konsentrasi zat terlarut jauh lebih kecil dari batas
kelarutannya, harga derajat ionisasi sama dengan satu (=1), sehingga harga i = n.
1. Penurunan tekanan uap (P), Kenaikan titik didih (tb) dan Penurunan titik beku (tf)
Menguap adalah peristiwa partikel- partikel zat cair meninggalkan permukaan. Mendidih adalah
temperatur titik didih dimana tekanan uap jenuh di dalam larutan sama dengan tekanan udara luar.
Ketika tekanan di dalam sama dengan tekanan di luar disebut temperatur didih.
Air + zat terlarut yang tidak Tekanan udara,1 atm= 76 cmHg berada di
Air mudah menguap permukaan laut laut. Jika kita naik 100 m di atas
permukaan air laut maka tekanan udara berkurang
(Pelarut murni) (2) sebesar 1 cmHg.
Tekanan osmosis adalah tekanan yang diperlukan untuk melawan terjadinya peristiwa osmosis. Osmosis
adalah peristiwa berpindahnya partikel- partikel dari larutan encer (hipotonik) ke larutan pekat
(hipertonik) melalui membran semi permiabel(bersifat selektif, hanya pelarut yang dapat masuk).
Larutan encer, berarti tekanan osmotiknya rendah.
Contoh tekanan osmosis, salak yang berada pada larutan gula. Jika larutan > salak maka salak akan
mengkerut. Jika larutan < salak maka sel salak pecah dan salah akan mengembung.
Pada infus, tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus karena mempertimbangkan
tekanan osmosis. Konsep ini penting dalam penggantian cairan tubuh/ bahan makanan yang tidak bisa
dimasukkan melalui pembuluh darah. Cairan infus harus bersifat isotonis dengan cairan darah. Jika tidak
maka terjadi kerusakan pada sel darah. Jika infus lebih tinggi, cairan dalam darah keluar sehingga
menyebabkan sel darah mengkerut (krenasi). Jika infus < darah, sel darah akan pecah (hemolisis).
a.Judul Praktikum
: Membedakan Campuran dan Senyawa
b.Tanggal Praktikum
: 30 Desember 2007
I . T u j u a n P r a k t i k u m .
Membedakan Campuran Homogen dan Heterogen.
I I . D a s a r T e o r i
2.1Jika beberapa zat bergabung / bercampur tanpa melakukan reaksi kimia,maka campuran zat-
zat tersebut adalah campuran.Dalam kehidupan sehari-hari banyak menjumpai contoh-contohnya
: airlaut, udara dan makanan.1.Perbedaan antara campuran dan senyawa
ialahCampurana . C a m p u r a n t a k t e r t e n t u t a n p a r e a k s i k i m i a . b.Perbandingan
komponen yang menyusun campuran tidak tentu dan dapat sembarang.c.Komponen-
komponen campuran tetap memiliki sifat masing- masing.d.Campuran dapat
dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan cara fisisSenyawaa . S e n y a w a
t e r b e n t u k m e l a l u i r e a k s i k i m i a b.Perbandingan komponen yang menyusun
senyawa melalui caratertentu dan tetap.c.Komponen-komponen senyawa kehilangan
sifat semulanya.d.Senyawa tidak dapat dipisahkan menjadi komponen-
komponendengan cara fisis, tetapi harus melalui cara reaksi kimia.a.Sebuah magnet yang
dilewatkan melalui campuran akan menarik serbuk besi tetapi tidak menarik serbuk
belerang.
b.Jika campuran itu dimasukkan kedalam air dalam tabung reaksi serbuk besi tenggelam
kedasar tabung (karena massa jenis lebihbesar). Sedangkan belerang mengambang dipermukaan
air (karenamassa jenisnya lebih kecil ).c.Jika campuran itu dimasukkan kedalam larutan asam
clorida, besiakan bereaksi dengan asam clorida menghasilkan gas hidrogen.Belerang tidak bereaksi dan
jumlahnya tidak berkurang.Mencampurkan serbuk besi dengan serbuk belerang
dalamperbandingan berat 7 : 4, lalu campuran ini dipanaskan kedua unsuritu akan bereaksi :
membentuk senyawa besi Sulfida. Zat batutersebut bisa memperlihatkan sifat yang berbeda dari
sifat besi danbelerang antara lain :a . S e n y a w a t i d a k t e r t a r i k m a g n e t . b.Dalam air
senyawa ini tenggelam kedasar wadah tidak terjadi pemisahan antara besi dan
belerang.c.Senyawa ini bereaksi dengan asam Clorida, menghasilkan gas hidrogen
Sulfida.Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1.FILTRASI
(Penyaringan)
Filtrasi adalah cara pemisahan zat padat dari cairan melalui saringan(filter) yang berpori-pori,
dilaboratorium kita dapat berexsperimenuntuk memisahkan pasir dari air dengan corong yang
dilapisi kertassaring. Pasir tinggal dikertas saring air turun kebawah menembuskertas saring,
cairan hasil saringan tersebut disebut Filter. Cara filtrat juga digunakan untuk memisahkan zat-
zat yang kelarutannya berbedamisalnya : gula yang dikotori pasir, gula tersebut dimasukkan
keairgula akan melarut kedalam air, sedangkan pasir tidak melaluipenyaringan akan memisahkan
air dengan pasir sedangkan gula yanglarut akan turun mengikuti air sebagai filtrat. Lalu filtrat
Sistem koloid (selanjutnya disingkat “koloid” saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem
dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 – 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fasa zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi
cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat
terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai,
sol sabun, sol detergen dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat
cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
SISTEM DISPERS
A. Dispersi kasar
(suspensi)
: partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm.
B. Dispersi koloid
: partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 nm – 100 nm.
C. Dispersi molekuler
(larutan sejati) : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm.
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.
JENIS KOLOID
Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Campuran heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang
memiliki fasa yang berbeda. Contohnya adalah pasir dimasukkan kedalam air, campuran ini
merupakan campuran heterogen karena terdiri dari bahan-bahan yang memiliki fase berbeda,
pasir dalam fase padatan dan air dalam fase cair.
Campuaran homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan atau lebih dalam fase yang
sama. Sebagai contoh sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan ke dalam air, garam perlahan
akan menghilang. Garam yang telah dimasukkan larut dalam air dank arena larutnya garam, air
dan garam pun membentuk suatu zat baru yang memiliki sifat yang berbeda dengan zat
murninya. Air pada saat murni tidak memiliki rasa.namun setelah ditambahkan garam,air akan
memiliki rasa asin begitu pula pada garam. Garam pada saat murni slalu berbentuk padatan
namun setelah dimasukkan dalam air garam berubah cair.
Karena larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal), biasanya molekul-
molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Hal ini
dimungkinkan karena adanya ion atau molekul zat lain yang memisahkan antara molekul pelarut
dengan pelarut lainnya. Kita gunakan contoh NaCl yang dimasukkan dalam air untuk
menjelaskan proses ini. NaCl yang dimasukkan ke dalam air akan larut dan tidak berbentuk
padatan lagi, hal ini dapat dijelaskan dengan sejelas-jelasnya. NaCl yang dimasukkan dalam air
akan terurai menjadi ion-ion yaitu ion Na positif dan ion Cl negative yang akan bersatu dengan
molekul air sehingga jarak antara molekul pelarut akan berubah sedikit lebih jauh karena terisi
oleh ion dari NaCl yang larut dalam air tersebut, dimungkinkan ini yang menyebabkan jarak
molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibandingkan dalam pelarut murni.
Dengan terurainya NaCl menjadi ion-ion tadi maka wujud dari NaCl tadi berubah menjadi cairan
karena telah menyatu dengan molekul air membentuk suatu larutan.
Daftar Pustaka
Suka
Maret 14, 2010 pada 7:39 am (kapita selekta kimia I, II dan III)
Campuran Homogen :
1. Setiap bagian dari campuran homogen adalah serba sama (warna, rasa, dan perbandingan zat-
zat tercampur sama).
2. Contoh : Sesendok gula dilarutkan dalam segelas air.
Campuran Heterogen :
1. setiap bagian dari campuran heterogen adalah tidak sama (tidak sama warna, perbandingan zat
tercampur dan konsentrasinya).
2. Contoh : Pasir yang dilarutkan dalam air.