Anda di halaman 1dari 9

MORFOLOGI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah SatuTugas Mata Kuliah


Seminar Bahasa dan Indonesia
Dosen Pengampu:
Dr. Yessi Fitriani, M. Pd.,CIQnR
Dr. Hj. Misriani, M.Pd

OLEH :
ANITA : 20216011005
VENDRA : 20216011
BESSE: 20216011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun lisan. Sehingga
penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya dan
lengkap. Begitu juga dengan Bahasa Indonesia yang merupakan milik bangsa Indonesia
merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaannya sehingga dapat
diterima oleh semua penggunanya yaitu tata bahasa yang baku. Tata bahasa baku merupakan
bahasa yang menjadi kelancaran dalam penggunaannya dan tidak bersifat mengekang bagi
bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah
kata. Oleh karena itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk kata
sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang atas.

I. 2   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami susun meliputi:
1.  Apa yang dimaksud dengan morfologi?
2.   Apa yang dimaksud dengan morfem ?
3.   Bagaimana prinsip-prinsip mengenal morfen?
4.   Apa sajaklasifikasi morfen?
5.   Bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata ?

 I. 3   Tujuan Penulisan


Berdasar rumusan masalah di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian dari morfologi.
2.    Mengetahui pengertian dari morfem . 
3.    Mengetahui bagaimana prinsip-prinsip mengenal morfen
4.    Mengetahui apa saja klasifikasi morfen
5.    Mengetahui bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata.
 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik.
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari
bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan
dan logos berarti ilmu. Bunyi yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi
yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna
unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah
bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta
perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek
pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan
dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
2.2 Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang
mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan
gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong  ke dalam satuan
gramatik yang paling kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat
berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan
/duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan
perubahan arti pada kata duga.
Berdasarkan konsep-konsep di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan
gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal.
2.2.1 Klasifikasi Morfem

Menurut Bloomfield, morfem adalah satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak
mirip dengan bentuk lain manapun juga, baik bunyi maupun arti, adalah bentuk
tunggal atau morfem (dalam Jos Daniel Parera, 1988:14). Jadi, morfem adalah unit
terkecil dalam bahasa sebagai unsur pembentuk kata yang bersifat abstrak. Dalam
Bahasa Indonesia, morfem bisa berupa imbuhan atau kata yang bisa berdiri sendiri
tanpa adanya imbuhan. Namun, ada morfem yang harus bergandeng dengan imbuhan.

Dalam I.G.N. Oka (1994:149-162) morfem dapat diklasifikasikan menjadi 7


kategori.

a. Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem bebas adalah morfem yang dapat digunakan tanpa kehadiran


morfem lain. Artinya, morfem bebas dapat berdiri sendiri tanpa adanya
bantuan morfem lain. Contohnya, kata {pulang}, {makan}, {tidur}, {indah},
yang dapat digunakan tanpa harus dibantu oleh morfem lain.

Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat digunakan tanpa adanya
bantuan dari morfem lain atau morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai
kata. Agar menjadi morfem bebas, maka morfem terikat harus didampingi
imbuhan.

Dalam I.G.N. Oka (1994:151) dijelaskan bahwa morfem-morfem seperti


{lanjur}, {juang}, {lantar} merupakan beberapa morfem yang tidak pernah
diucapkan tanpa bantuan imbuhan/morfem lain. Kata {lanjur} dapat
disandingkan dengan imbuhan {ter-} yang menjadi {terlanjur}. Kata {juang}
dapat disandingkan dengan imbuhan {ber-}, {per-an}, {diper-kan} menjadi
kata {berjuang}, {perjuangan}, {diperjuangkan}. Sedangkan kata {lantar}
dapat disandingkan dengan imbuhan {ter-}, {men-kan} yang menjadi
{terlantar} dan {menelantarkan}. Dalam morfem terikat terdiri atas 2 bagian
yaitu :
1. Morfem Terikat Morfologi
Morfem terikat morfologi yakni morfem yang terikat pada sebuah
morfem dasar. Morfem itu sebagai berikut:
1) Prefiks = awalan:  me-, ber, pe-, per-, se-, ke-
2) Infiks = sisipan : -er-, -el-, -em-
3) Sufiks = akhiran : -i, -kan, -an
4) Konfiks = imbuhan gabungan senyawa : per-an, ke-an, dan lain-lain.
Morfem terikat morfologi  mempunyai fungsi yang bermacam-macam
yaitu,
a. Imbuhan yang berfungsi  membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, di-,
-kan, -i dsb.
b. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda yaitu: pe-, ke-, -an,
per-an, -man, wati, -wan, dsb.
c. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat, yaitu: ter-, -i, wiah,
iah.
d. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan, yaitu: ke-, se-.
e. Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas, misalnya: se- dan se-
nya.
Berdasarkan contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan
akan tergolong dalam satu jenis tertentu, tetapi hanya imbuhan yang
merupakan unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai
pembentuk jenis kata. Untuk itu, perhatikan unsur langsung pembentuk
kata dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Pakaian          ……………..    kata benda
Berpakaian   ……………..     kata  kerja
Berkemauan     ……………..   kata kerja
Kemauan      ……………..    kata benda
Ber-    ke-an     mau    ……………..    keterangan Imbuhan Pembentuk
Jenis Kata

Jadi,  dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan
berbeda maknanya. Tetapi perhatikan jika imbuhannya sama. Morfem 
dasarnya berbeda, apa yang dapat terjadi? Kita ambil contoh akhiran –an
pada morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk kata tepian, daratan,
lapangan, ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan, yaitu
tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda,
dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan  yaitu jenis kata benda.
Selain itu yang perlu pula dicermati ialah, Imbuhan sama, melekat pada
morfem dasar yang sama, tetapi mengandung makna yang berbeda
perhatikan contoh berikut.
Berkaca:       Jendela kamarnya berkaca. (mempunyai kaca)
                           Ia berkaca sambil berdandan. (menggunakan kaca)
Ketidaksamaan makna dari kata-kata di atas disebut makna struktural,
hal ini disebabkan karena pengaruh kata yang menjadi unsur dalam
kalimat tersebut. Untuk menentukan makna struktural dalam kata
berimbuhan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a) Menentukan morfem dasar dan satuan dasarnya
b) Menentukan apakah makna kata berimbuhan itu diturunkan langsung
dari morfem dasarnya
c) Menentukan hubungan makna morfem dasar dengan makna
berimbuhan
d) Menguji hasilnya melalui pemakaian kata itu dalam kalimat
Selanjutnya dalam konteksnya, kita jumpai ada morfem  terikat
morfologis yang mengalami perubahan bentuk atau variasi,
misalnya:
ber-    be-    bel-

Awalan yang mempunyai variasi bentuk seperti di atas adalah me-,


ber-, ter-, dan pe-. Perubahan bentuk seperti di atas, terjadi sebagai
akibat dari lingkungan kata yang dimasukinya, peristiwa seperti  ini
disebut alomorf. Jadi , Alomorf adalah variasi bentuk dari suatu
morfem yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
dimasukinya.
Selain menentukan jenis kata, morfem imbuhan juga menentukan
makna kata. Maka sebuah imbuhan yang menjadi unsur langsung
pembentuk sebuah kata, merupakan penentu makna bagi kata yang
dilekatinya.
2. Morfem Terikat Sintaksis
Morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri
sendiri sebagai kata. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat berikut.
Mereka yang membaca dan menjual buku itu. Dari deretan morfem yang
terjadi unsur kata dalam kalimat di atas, jika diklasifikasikan
berdasarkan morfemnya adalah sebagai berikut. Mereka, baca, jual,
buku, adalah morfem bebas. Me-, me- adalah morfem terikat morfologis.
yang, dan adalah morfem terikat sintaksis. Hal ini terjadi karena kata
yang, dan tidak mengandung makna  tersendiri.
b. Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

Morfem segmental adalah morfem-morfem yang terbentuk dari unsur-


unsur segmental (I.G.N. Oka, 1994:152). Maksudnya, morfem segmental
dapat dibagi ke dalam segmen-segmen/ bagian-bagian. Segmen-segmen itu
berciri linear, contohnya kata {tried} dalam bahasa Inggris memiliki dua
morfem yaitu {try} dan {-ed}.

Morfem suprasegmental adalah morfem yang berupa tekanan, yakni nada


turun, nada datar, nada turun naik, dan nada naik (I.G.N. Oka, 1994:154).
Morfem suprasegmental harus hadir bersama morfem segmental. Hal ini
merupakan syarat dalam pemakaian bahasa.

c. Morfem Bermakna Lesikal dan Morfem Tak Bermakna Lesikal

Morfem bermakna lesikal adalah morfem-morfem yang telah memiliki


makna dirinya sendiri, tanpa harus dipasangkan dengan morfem lain terlebih
dahulu. Morfem ini hampir sama dengan morfem bebas. Contohnya, morfem-
morfem seperti {tidur}, {kuda}, dan {minum} adalah beberapa morfem yang
bisa digunakan tanpa bantuan morfem lain.

Morfem tak bermakna lesikal adalah morfem-morfem yang tidak


mempunyai makna jika tidak diproses terlebih dahulu. Agar morfem tersebut
dapat digunakan, salah satunya adalah dengen menyematkan imbuhan pada
morfem tersebut. Misalnya, kata {sepeda} dapat digandengkan dengan
imbuhan {ber-} mejadi {bersepeda} yang berarti sedang memakai sepeda.

d. Morfem Utuh dan Morfem Terbelah


Menurut I.G.N. Oka (1994:156) morfem utuh adalah  morfem-morfem
yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan},
{tidur}, dan {pergi}. Morfem terbelah adalah morfem-morfem yang tidak
tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem
yang lain. Misalnya kata {kehujanan} dan {bertabrakan} terdapat imbuhan ke-
an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. I.G.N Oka (1994:156)
menjelaskan, contohnya adalah {gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing
morfem memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada
morfnya, tidak terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan
menjadi morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-}
pada morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.

e. Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis

Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem.


Dalam bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau
morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic (I.G.N.
Oka, 1994:152).

Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan
empat fonem (I.G.N. Oka, 1994:152). Contoh, dalam bahasa Inggris morfem
{un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu,
sama’. Tidak dalam jumlah fonem yang boleh membentuk sebuah morfem.

f. Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif

Menurut Samsuri (dalam I.G.N. Oka, 1994:158) morfem dapat dipilah


menjadi tiga kategori berdasarkan hubungan strukturnya.

Morfem aditif adalah morfem yang ditambah/ditambahkan Morfem-


morfem aditif itu memungkinkan terbentuknya sebuah konstruksi morfem
aditif. Morfem replasif adalah morfem yang bersifat penggantian. Sedangkan
morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dan hasil
pengurangan terhadap unsur ponen yang terdapat morf yang lain.

g. Morfem Terbuka dan Morfem Tertutup


Morfem terbuka adalah morfem yang masih terbuka dan dapat
menciptakan morfem lain. Dijelaskan dalam I.G.N. Oka (1994:160) contohnya
adalah kata {form}, kata tersebut masih morfem terbuka yang dapat dirubah
menjadi berbagai kata. Dapat dirubah menjadi {form}, {formal}, {formalize},
{formalizer}, {formalization}, {formalizers}, {formalization}.

Morfem tertutup adalah morfem bentukan hasil penambahan morfem pada


morfem. Morfem-morfem yang dicontohkan di atas merupakan morfem
terbuka yang menjadi tertutup ketika disandingkan dengan imbuhan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai