MAKALAH
OLEH :
ANITA : 20216011005
VENDRA : 20216011
BESSE: 20216011
PENDAHULUAN
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun lisan. Sehingga
penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya dan
lengkap. Begitu juga dengan Bahasa Indonesia yang merupakan milik bangsa Indonesia
merupakan alat komunikasi yang efektif dan efisien dalam pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaannya sehingga dapat
diterima oleh semua penggunanya yaitu tata bahasa yang baku. Tata bahasa baku merupakan
bahasa yang menjadi kelancaran dalam penggunaannya dan tidak bersifat mengekang bagi
bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah
kata. Oleh karena itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk kata
sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang atas.
I. 2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami susun meliputi:
1. Apa yang dimaksud dengan morfologi?
2. Apa yang dimaksud dengan morfem ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip mengenal morfen?
4. Apa sajaklasifikasi morfen?
5. Bagaimana morfem dalam pembentukan suatu kata ?
Menurut Bloomfield, morfem adalah satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak
mirip dengan bentuk lain manapun juga, baik bunyi maupun arti, adalah bentuk
tunggal atau morfem (dalam Jos Daniel Parera, 1988:14). Jadi, morfem adalah unit
terkecil dalam bahasa sebagai unsur pembentuk kata yang bersifat abstrak. Dalam
Bahasa Indonesia, morfem bisa berupa imbuhan atau kata yang bisa berdiri sendiri
tanpa adanya imbuhan. Namun, ada morfem yang harus bergandeng dengan imbuhan.
Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat digunakan tanpa adanya
bantuan dari morfem lain atau morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai
kata. Agar menjadi morfem bebas, maka morfem terikat harus didampingi
imbuhan.
Jadi, dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan
berbeda maknanya. Tetapi perhatikan jika imbuhannya sama. Morfem
dasarnya berbeda, apa yang dapat terjadi? Kita ambil contoh akhiran –an
pada morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk kata tepian, daratan,
lapangan, ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan, yaitu
tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda,
dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan yaitu jenis kata benda.
Selain itu yang perlu pula dicermati ialah, Imbuhan sama, melekat pada
morfem dasar yang sama, tetapi mengandung makna yang berbeda
perhatikan contoh berikut.
Berkaca: Jendela kamarnya berkaca. (mempunyai kaca)
Ia berkaca sambil berdandan. (menggunakan kaca)
Ketidaksamaan makna dari kata-kata di atas disebut makna struktural,
hal ini disebabkan karena pengaruh kata yang menjadi unsur dalam
kalimat tersebut. Untuk menentukan makna struktural dalam kata
berimbuhan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a) Menentukan morfem dasar dan satuan dasarnya
b) Menentukan apakah makna kata berimbuhan itu diturunkan langsung
dari morfem dasarnya
c) Menentukan hubungan makna morfem dasar dengan makna
berimbuhan
d) Menguji hasilnya melalui pemakaian kata itu dalam kalimat
Selanjutnya dalam konteksnya, kita jumpai ada morfem terikat
morfologis yang mengalami perubahan bentuk atau variasi,
misalnya:
ber- be- bel-
Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan
empat fonem (I.G.N. Oka, 1994:152). Contoh, dalam bahasa Inggris morfem
{un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu,
sama’. Tidak dalam jumlah fonem yang boleh membentuk sebuah morfem.