Anda di halaman 1dari 9

Martha Ayu Anggraini (1621700003)

Morfologi Bahasa Indonesia


1. Pengertian Morfem

Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian


yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).

Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu
bahasa (Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep
satuan gramatik, maka unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam
satuan gramatik yang paling kecil.

Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat
berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan
/duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan
perubahan arti pada kata duga. ).

Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem


adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal
maupun makna gramatikal.

Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut


mem–perbesar
per-besar

Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai
makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat
berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat
pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat.
Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni
dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.

2. Morf dan Alomorf

Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang
sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya
(misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau
sudah diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem ber-
. Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi
yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata
lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem.
Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah.
Contohnya, morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan
menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar
yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk
dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi
pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk
dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge-
berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}= mengecat.
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut disebut
alomorf.

3. Klasifikasi Morfem

3.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan
morfem bebas karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak
dapat berdiri sendiri.

Misalnya:
Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.
Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.

3.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental


Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan
fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam
segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke
dalam fonem segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis
morfem segmental.

Morfem supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem


suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
bapak wartawan bapak//wartawan
ibu guru ibu//guru

3.3 Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal

Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya


kata. morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar
yzng setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem
gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.

Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti
{ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam
pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
3.4 Morfem Utuh dan Morfem Terbelah

Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya


bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.

Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak tergantung menjadi satu


keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem yang lain. Contoh: {kehabisan}
dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau
{ber….an}. contoh lain adalah morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem
memilki morf /g..igi/ dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak
terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi morf terbelah
jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada morfem {gigi} dan
sisipan {-em-} pada morfem {getar}.

3.5 Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis

Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam
bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau morfem{a}
dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.

Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat
fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa
Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.

3.6 Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif

Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata


yang mengalami afiksasi, seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut
merupakan kata-kata yang terbentuk dari morfem aditif itu.

mengaji 2. childhood

berbaju houses

Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian. dalam bahasa


Inggris, misalnya, terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut}
à {fi:t}.

Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil


pengurangan terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya
terdapat dalam bahasa Perancis.
Morfologi Bahasa Jepang
Bahasa yang digunakan oleh setiap bangsa memiliki keragaman tata bahasa.
Misalnya, bahasa Jepang, yang juga mempunyai keragaman tata bahasa sendiri.
Oleh karena itu, untuk mempermudah pemahaman tentang bahasa Jepang, maka
perlu untuk mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik bahasa Jepang
disebut dengan 日本語学 ‘ Nihon go- gaku’, artinya ilmu bahasa Jepang.

Dalam linguistik bahasa Jepang ( Nihon go-gaku ) mempunyai berbagai


cabang linguistik, diantaranya adalah Fonetik ( 音声学 ‘ onseigaku’ ), fonologi ( 音韻
論‘on-in-ron’ ), morfologi (形态 論 ‘keitairon’ ), sintaksis ( 統語論‘tougoron’ ), semantik
( 意味論‘imiron’ ), pragmatik ( 御用論 ‘goyouron’ ), sosio-linguistik ( 社会言語学
‘shakai gengogaku’ ) dan lain-lain ( Dedi Sutedi, 2003 : 6 ) . Selain itu, ada juga yang
disebut dengan morfofonemik. Morfofonemik adalah gabungan dua cabang linguistik,
yaitu morfologi dan fonologi.

Morfologi (keitairon / 意味論) merupakan salah satu cabang linguistik yang


mengkaji tentang kata dan Proses Pembentukannya. Objek kajian Morfologi yaitu
paling tinggi kata (go/ tango), yang paling rendah ialah morfem (keitairon).

Morfem (keitaiso) merupakan satuan bahasa terkecil yang dapat membentuk


kata atau dapat merubah arti. Sedangkan kata (tango) merupakan morfem bebas/
bentuk bebas yang memiliki makna, tidak terikat dan dapat berdiri sendiri. Morfem
terbagi dua yaitu: Morfem bebas (jiyuu keitaiso) dan morfem terikat (kousoku
keitaiso). Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berdiri sendiri misalnya
‘hon’, sedangkan morfem terikat ialah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, harus
diikat dengan morfem lainnya, misalnya ‘bako’ dalam ‘honbako’.

Dalam morfologi verba bahasa Jepang, terdapat ’gokan’ dan ’gobi’. Koizumi
(1993: 95) mengatakan ’gokan’ adalah morfem yang maknanya terpisah dengan
jelas. Sutedi (2003:43) menambahkan bahwa ’gokan’ adalah morfem yang
menunjukan makna aslinya. Sedangkan ’gobi’ menurut Sutedi (2003 :43) adalah
morfem yang menunjukan makna gramatikalnya. Murarki dalam Hasibuan (2003: 10)
mengatakan penanda akhir atau ’gobi’ disambung dibelakang kata dasar, adalah
bentuk yang sangat kuat bergabung dengan kata dasar, gobi merupakan penanda
waktu kala penegasan dan negasi.
Dalam Morfologi ada 3 hal penting yang dibahas yaitu:

Afiksasi (Setsuji), yaitu cara mengimbuhkan/ melekatkan ke dalam kata dasar,


menurut Koizumi (1993:95) dalam bahasa Jepang afiksasi terbagi atas 3, yaitu:

Awalan (Settouji), pengimbuhan dengan menambahkan di awal kata dasar


(Prefiks), contoh: * まー=まっ白、まっ赤 *おー=お名前、お元気

Akhiran (Setsubiji), pengimbuhan dengan menambahkan di belakang kata


dasar (Sufiks), gobi merupakan setsubiji sedangkan setsubiji belum tentu gobi.
contoh:
· ーさ=高さ、暑さ

ーする=勉強する、運動する

Sisipan (Setsuchuji), pengimbuhan dengan menambahkan di tengah kata


dasar (infiks), contoh: * みる=見える *きく=聞こえる

Reduplikasi (Jufuku), yaitu pengulangan kata. Dalam bahasa Jepang,


onomatope juga merupakan unsur yang mengalami proses ulangan (Tsujimura
dalam Hasibuan; 2003: 16). Kozumi (1993: 108-109) membagi reduplikasi menjadi
dua, yaitu :

– Reduplikasi kata dasar

Contoh: 人々’hitobito’、山々’yamayama’

– Reduplikasi afiksasi

Contoh : 若い /waka-i/ => 若々しい/waka-waka-shii/

Komposisi (Fukugo), yaitu penggabungan dua buah kata yang membentuk


satu kata baru. Dalam bahasa Jepang, menurut koizumi (1993:109) adalah
merupakan penggabungan beberapa morfem yang terbagi atas berbagai variasi.

Komposisi bahasa Jepang berdasarkan Kelas Kata yang Membentuknya:

meishi + meishi (N+N), contohnya: ‘tegami’ = surat


meishi + doushi (N+V), contohnya: ‘bonodori’ = tarian bon
meishi + keiyoushi (N+Adj), contohnya: ‘nakayoku’ = akrab
doushi + meishi (V+N), contohnya: ‘iriguchi’ = pintu masuk
doushi + doushi (V+V), contohnya: ‘hikidasi’ = laci
doushi + keiyoushi (V+Adj), contohnya: ‘torinikui’ = sulit diambil
keiyoushi + meishi (Adj+N), contohnya: ‘wakamono’ = anak muda
keiyoushi + doushi (Adj+V), contohnya: ‘yasuuri’ = Obral
keiyoushi + keiyoushi (Adj+Adj), contohnya: ‘kireizuki’ = suka kebersihan
Dalam bahasa Jepang, Nomura ( 1992 : 185 ) juga membagi komposisi
menjadi 3 pola berdasarkan hubungannya, yaitu :

hosokukanke ( hubungan pelengkap )


– Noun + Adjectiva. Contohnya : irojiro ‘warna putih’
– Noun + Verba. Contohnya : higure ‘ matahari terbenam ‘

shuushokukankei ( hubungan penerang )


– Adjectiva + Verba. Contohnya : hayaoki ‘bangun cepat’
– Verba + Verba. Contohnya : tachiyomi ‘membaca sambil berdiri ‘
– Adjectiva + Noun. Contohnya : marugao ‘ wajah bulat ‘
– Verba + Noun. Contohnya : uchikizu ‘ luka memar ‘
– Noun + Noun. Contohnya : hondana ‘ rak buku ‘

tairitsukankei ( hubungan perlawanan )


– Noun + Noun. Contohnya : ashikoshi ‘ kaki dan pinggang’
– Verba + Verba. Contohnya : urikai ‘ jual beli ‘
– Adjectiva + Adjectiva. Contohnya : sukikirai ‘ suka dan tidak suka’

Perubahan bentuk kata disebut konjugasi,, kanjugasi dalam bahasa jepang:

 Mizenkei, yaitu perubahan bentuk verba yang didalamnya bentuk maksud,


bentuk pasif, bentuk menyuruh.
 Renyokei, yaitu perubahan bentuk verba yang menyangkut bentuk formal
bentuk masu, bentuk –te, bentuk –ta.
 Shusikei, yaitu verba bentuk kamus yang digunakan di akhir kalimat.
 Rentaikei, yaitu verba bentuk kamus yang digunakan sebagai modifikator.
 Kateikei, yaitu perubahan verba ke dalam bentuk pengandaian.
 Meireikei, yaitu perubahan kata kerja dalam bentuk menyuruh.
接尾辞 (せつびじ/Sufiks/ Akhiran) Dalam Bahasa Jepang I

1. Sufiks yang digunakan untuk orang (seperti profesi, kewarganegaraan, dll)

Sufiks ー人 (じん dibaca jin) yang berarti orang. Sufiks ini digunakan untuk
menunjukkan kewarganegaraan, profesi, status, dll. Berikut contohnya.

インドネシア人 (orang Indonesia), 日本人 (orang Jepang), イギリス人 (orang Inggris), dll.

外国人 (がいこくじん): orang asing, 愛人 (あいじん): kekasih, 知人 (ちじん): kenalan, 痴人


(ちじん): orang bodoh, dll.

Sufiks -人 ( にん dibaca nin) yang berarti orang. Sufiks ini digunakan untuk
menunjukkan satuan orang atau jumlah orang dalam bahasa Jepang. Misalnya, 三人
(さんにん): 3 orang, 五人 (ごにん): 5 orang, tidak digunakan untuk penyebutan 1 orang
dan 2 oang, karena memiliki penyebutan tersendiri.

Sufiks -達 (たち dibaca tachi). Sufiks ini dikenal dengan sufiks jamak yang
digunakan untuk penyebutan orang dan hewan. Dulunya sufiks ini digunakan untuk
memberi sebutan kehormatan. Seperti: 子ども達 (こどもたち): anak-anak, 女達 (おんなた
ち): perempuan, dan penyebutan tersendiri untuk kata 友達 (ともだち): teman.

Sufiks -屋 (や dibaca ya). Sufiks ini biasanya khusus digunakan untuk profesi
yang berhubungan dengan penjualan, karena kanji sufiks ini merupakan kanji toko.
Contohnya, 花屋 (はなや): penjual bunga/florist, 肉屋 (にくや): penjual daging, 写真屋

(しゃしんや): fotografer, 床屋 (とこや): tukang cukur, dll.

Sufiks -さん, -さま, はん, -くん, dan -ちゃん. Sufiks ini khusus digunakan
dibelakang nama orang, dan penggunaannya pun berbeda-beda tergantung
seberapa dekat, jenis kelamin, atau bagaimanaa derajat orang lain bagi kita. Sufiks
ini tidak boleh digunakan untuk menyebut nama sendiri. Sufiks ini dapat diartikan
saudara, tuan, nyonya, nono, dan bisa juga tidak memiliki arti apa-apa. Contohnya,
ハルトノさま, リカさん, アリくん, フィヴィちゃん, dll. Khusus sufiks さま yang bisa ditempatkan
dibelakang profesi seseorang untuk memberikan penghormatan atau sebagai
tatakrama, seperti ぼくしさま、社長さま、dll

Sufiks 氏 (し dibaca shi). Yang berarti Bapak/Tuan. Sufiks ini sama


penggunaanya dengan sufiks di atas (d), namun lebih khusus digunakan untuk laki-
laki sebagi bentuk hormat. 本田氏.

Suffiks 師 (し), 者 (しゃ)、手 (しゅ)、員 (いん)、家 (か)、adalah sufiks yang khsus


digunakan untuk menunjukkan profesi atau pekerjaan seseorang yang sama dengan
sufiks 屋. Contohnya, 講師 (こうし): dosen, 学者: sarjana, 歌手: penyanyi, 銀行員:

pegawai bank, 作家: penulis, dll.

Sufiks 先生 (せんせい dibaca sense). 先生 ini berfungsi sebagai sufiks jika


diletakkan di belakang nama orang untuk menyebutkan guru, seperti: ラニ先生 yang
berarti guru Rani atau Bu Rani.

2. Sufiks yang digunakan untuk menunjukkan tempat


Sufiks 川 atau 河 (かわ dibaca kawa). Sufiks ini digunakan untuk menyebutkan

atau menunjukkan sungai. Seperti, ナイル川

Sufiks 山 ( dibaca yama). Sufiks ini digunakan untuk menyebutkan atau

menunjukkan gunung, seperti: 富士山 (ふじさん): gunung fuji.

Sufiks 校 (こう dibaca kou). Sufiks ini digunakan khusus untuk sekolah, dan
jika ia prefiks, maka jenis ini juga digunakan yang berhubungan dengan sekolah 校

長 (こうちょう): kepala sekolah, 校舎 (こうしゃ): gedung sekolah.

Sufiks 所 (しょ dibaca sho) adalah sufiks yang digunakan untuk penyebutan
tempat atau lokasi, seperti: 事務所 (じむしょ): kantor, 住所 (じゅうしょ): alamat, 場所 (ばし
ょ): tempat, 投票所 (とうひょうしょ): tempat pemungutan suara, dll.

Sufiks 寺 (じ dibaca ji) merupakan Sufiks yang digunakan untuk penyebutan


kuil khususnya kuil Buddha, seperti: 東大寺 (とうだいじ): kuil Todaiji, 国分寺 (こくぶん
じ), 金閣寺 (きんかくじ kuil yang terbuat dari emas; terletak di Kyoto), 銀閣寺 (ぎんかくじ
kuil yang terbuat dari perak; terletak di Kyoto), dll.

3. Sufiks untuk satuan hitung.

Sufiks 歳 (さい dibaca sai) adalah sufiks untuk menyatakan usia seseorang,

seperti: 21歳 (にじゅういっさい): 21 tahun.

Sufiks 回 (かい) merupakan sufiks untuk menyatakan satuan kejadian atau


kejadian yang berulang. Contoh: 三回 (さんかい): tiga kali. 一日にご飯を三回食べていま

す。: Saya makan tiga kali sehari.

Sufiks 台 (だい dibaca dai). Suffix ini digunakan untuk satuan hitung

kendaraan. Seperti: 二台 (にだい): dua kendaraan.

Sufiks 時 (じ dibaca ji) adalah sufiks untuk satuan waktu / jam, seperti: 一時

(いちじ): jam satu.


Sufiks 目/ 眼(め dibaca me untuk urutan ke…) merupakan sufiks yang

digunakan untuk bilangan tingkat atau nomor urut. Seperti: 二番目: kedua

Daftar Pustaka
https://usandi.wordpress.com/seputar-bahasa/morfologi-2/

https://gakuseicodes.wordpress.com/2016/02/14/morfologi-bahasa-jepang/

Anda mungkin juga menyukai