BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian morfem dan implementasinya.
2. Mengetahui implementasi alomorf, morf dan jenis-jenis morfem dalam
pembentukan kata.
3. Mengetahui implementasi morfem dasar, bentuk dasar, pangkalm akar dan
leksem dalam pembentukan kata.
4. Mengetahui pengertian morfem afiks dan implementasinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kajian morfologi, morf berarti bentuk yang belum diketahui statusnya, apakah
sebagai morfem atau sebagai alomorf. Wujud fisik morf adalah sama dengan wujud
fisik alomorf sedangkan morfem adalah “abstraksi”.
2. 3 Jenis Morfem
Bebas dasar
6
Morfem
Terikat dasar
afiks
Pertama, bentuk dasarterikat seperti gaul, juang, dan henti lazim juga disebut
bentuk prakategorial karena bentuk-bentuk tersebut belum memiliki kategori
sehingga tidak dapat digunakan dalam pertuturan.
disebut enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang dilekati,
seperti klitika –mu dan –nya pada bentuk nasibmu dan duduknya.
bebas
8
Dasar terikat
Morfem
afiks
Dikotomi morfem bermakna leksikal dan tidak bermakna lekisla ini, untuk
bahasa Indonesia timbul masalah. Morfem-morfem seperti {juang}, {henti}, dan
{gaul} memiliki makna leksikal tau tidak. Kalau dikatakan memiliki makna leksikal,
pada kenyataanya morfem-morfem itu belum mengalami proses morfologi. Kalau
dikatakan tidak bermakna leksikal, pada kenyataanya morfem-morfem tersebut bukan
afiks.
9
Dalam hal ini barangkali perlu dibedakan antara konsep atau kategori gramatika
dengan kategori semantik. Secara gramatikal bentuk-bentuk tersebut memang tidak
dapat langsung digunakan dalam sebuah peraturan. Namun, secara semantik bentuk-
bentuk tersebut tetap memiliki makna leksikal.
Ada satu masalah lagi berkenaan dengan morfem bermakna leksikal ini, yaitu
morfem-morfem yang berkategori gramatikal sebagai preposisi dan konjungsi.
Banyak pakar (seperti Keraf 1986 dan Parera 1988) yang menyatakan bahwa kelas-
kelas preposisi dan konjungsi tidak memiliki makna leksikal, dan hanya mempunyai
fungsi gramatikal. Sebenarnya sebagai morfem dasar, dan bukan afiks, semua
morfem preposisi dan konjungsi memiliki makna leksikal. Namun, kebebasannya
dalam pertututran memang terbatas. Meskipun keterbatasannya tidak seketat morfem
afiks. Alam morfologi morfem-morfem yang termasuk preposisi dan konjungsi
memiliki kebebasan seperti morfem bebas lainnya; hanya secara sintaksis keduanya
terikat pada satuan sintaksisnya.
2.4 Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), Akar, dan Leksem.
Morfem dasar, bentuk dasar (biasa disebut dasar [base]), pangkal (stem), akar,
dan leksem adalah lima istilah yang umum digunakan dalam kajian morfologi.
Namun, seringkali digunakan kurang cermat, malah serng kali berbeda.
Morfem dasar dapat menjadi bentuk dasar dalam suatu proses morfologi.
Artinya, dapat diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, dapat diulang dalam proses
reduplikasi, atau dapat digabung dengan morfem yang lain dalam suatu proses
komposisi atau pemajemukan. Contoh dari morfem dasar adalah {beli}, {pulang},
dan {kucing}. Tetapi ada juga yang termasuk morfem terkait, seperti {juang},
{henti}, dan {tempur}.
10
bebas
dasar
terkait
morfem
semuanya
afiks
terkait
Istilah bentuk dasar atau dasar (base) biasanya digunakan untuk menyebut
sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar dapat
berupa morfem tunggal dan gabungan morfem. Misalnya kata {berbicara} terdiri dari
morfem {ber-} dan morfem {bicara}; maka bentuk dasar dari kata {berbicara} adalah
morfem {bicara}. Pada kata dimengerti bentuk dasarnya adalah mengerti, pada
reduplikasi berlari-lari bentuk dasarnya adalah berlari, pada reduplikasi rumah-rumah
bentuk dasarnya adalah rumah, pada komposisi ayam betina bentuk dasarnya adalah
ayam, pada komposisi pasar induk bentuk dasarnya adalah pasar, dan pada komposisi
sate ayam bentuk dasarnya adalah sate. Jadi, bentuk dasar adalah bentuk yang
langsung menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Wujudnya dapat berupa
morfem tunggal dan dapat juga berupa bentuk polimorfemis.
Istilah pangkal atau stem digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam
proses pembentukan kata inflektf atau pembubuhan afiks inflektif, terutama pada
bahasa-bahasa flektif, seperti bahasa Arab, bahasa Itali, bahasa Jerman, dan bahasa
Prancis. Dalam bahasa Indonesia, proses pembentukan kata inflektif hanya dapat
terjadi pada proses pembentukan verba transitif, yakni verba yang berprefiks me-
(yang dapat diganti dengan di-, prefiks ter-, dan prefiks Zero). Contohnya, dalam kata
membeli pangkalnya adalah beli, pada kata mendaratkan pangkalnya adalah daratkan,
dan pada kata menangisi pangkalnya adalah tangisi.
Istilah akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat
dianalisa lebih jauh lagi. Artinya, akar adalah bentuk yang tersisa setelah seluruh
afiksnya ditanggalkan. Misalnya adalah kata memberlakukan setelah seluruh afiksnya
11
ditanggalkan, maka yang tersisa adalah akar laku. Contoh lainnya adalah kata
keberterimaan yang memiliki akar terima.
Istikah leksem digunakan dalam dua bidang kajian linguistik, yaotu bidang
morfologi dan bidang sematik. Dalam kajian morfologi, leksem digunakan untuk
mewadahi konsep “bentuk yang akan menjadi kata” melalui proses morfologi. Dalam
konvensi ‘morfologi’ lekse ditulis menggunakan huruf kapital. Misalnya bentuk
PUKUL adalah sebuah leksem yang akan menurunkan kata-kata seperti memukul,
dipukul, terpukul, pukulan, pemukul, dan pemukulan.
Sudah disebutkan di atas bahwa morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat
menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk
dalam proses afiksasi. Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya morfem afiks yang
disebut:
1. Prefiks, yaitu afiks yang dibubuhkan dikiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-,
prefiks me-, prefiks per-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-.
2. Infiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada suku awal
kata, yaitu infiks ─el-, infiks ─em-, dan infiks ─er-.
3. Sufiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks
─kan, sufiks ─i, sufiks ─an, dan sufiks ─nya.
4. Konfiks, yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara
bersamaan karena konfiks ini merupakan satu kesatuan afiks. Konfiks yang
ada dalam bahasa Indonesia adalah konfiks ke-an, konfiks ber-an, konfiks pe-
an, konfiks per-an, dan konfiks se-nya.
12
5. Dalam bahasa Indonesia ada bentuk yang berklofiks, yaitu kata yang dibubuhi
afiks pada kiri dan kanannya; tetapi pembubuhannya itu tidak sekaligus,
melainkan bertahap. Kata-kata berklofiks dalam bahasa Indonesia adalah yang
berbentuk me-kan, me-i, memper, memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, di-
i, diper, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ter-per, teper-kan, teper-i.
6. Dalam ragam nonbaku ada afiks nasal yang direalisasikan dengan nasal m-,
n-, ny-, ng-, dan nge-. Kridalaksana (1989) menyebut afiks nasal ini dengan
istilah simulfiks. Contoh: nulis, nyisir, ngambil, dan ngecat.
BAB III
SIMPULAN
Daftar Pustaka