Anda di halaman 1dari 3

Nama : M FUTUH WANGSA DIREZA

NIM : 045064418
MATKUL : MORFOLOGI

Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan
biasa, atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya: bunga, cinta, sawah, kerbau.
Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya: di-,
ke-, -i, se, ke-an. Di samping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh
salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri
( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah
akar, bentuk-bentuk seperti di-ke-, -1, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan, dan juang,
gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984)berturut-turut dengan istilah dasar
afiks atau imbuhan dan akar Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang
masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa
dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem unik.
Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat pendek yang
mempunyai fungsi "memberikan fasilitas", yaitu melekatnya afiks atau bagi afiksasi
selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sangsekerta, satuan/wad/ 'menulis tidak akan dibubuhi
afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan satuan /a/ sehingga terjelma bentuk
sekunder atau bentuk kedua yakni satuan
/wada yang dapat yang dapat memperoleh akhiran seperti wadati, wadama Bentuk /a/ seperti
itu disebut pembentuk dasar
Sehubungan dengan distribusinya, afiks atau imbuhan dapat pula dibagi menjadi imbuhan
terbuka dan tertutup. Imbuhan terbuka yaitu imbuhan yang setelah melekat pada suatu benda
masih dapat menerima kehadiran imbuhan lain. Sebagai contoh afiks /por/ setelah
dibubuhkan pada satuan/bosar/ menjadi perbesar /perbesar. Satuan /porbosar/ masih
menerima afiks lain seperti /di/ sehingga menjadi /diperbosar/. Imbuhan /por/ dinamakan
imbuhan terbuka, karena masih dapat menerima kehadiran afiks /di/. Sedangkan yang
dimaksud dengan imbuhan tertutup ialah imbuhan atau afiks yang setelah melekat pada suatu
bentuk tidak dapat menerima kehadiran bentuk lain, misalnya afiks /di/ setelah melekat pada
satuan /baca/ menjadi /dibaca/ tidak dapat menerima kehadiran afiks lainnya. Afiks /di/ itulah
merupakan contoh afiks atau imbuhan tertutup
Jika di dalam sebuah kata dimungkinkan terdapat morfem lalu apa itu mor? Sebenarnya morf
dan alomorf adalah dua istilah untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah istilah untuk
sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya, sedangkan alomorf adalah istilah untuk
bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. Apakah sudah dimengerti penjelasan di atas!
Berikutnya timbul lagi pertanyaan: bagaimana kita mengenali sebuah morfem? Untuk
menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk
tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata
dapat hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain maka bentuk tersebut adalah sebuah
morfem.
Sekarang kita ambil bentuk (membuat) di atas. Ternyata bentuk [membuat] dapat
dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain sebagai berikut
membongkar
membual membeli
membantah
membantu
Lihatlah, ternyata semua bentuk mem-pada daftar di atas dapat dipotong potong sebagai
satuan tersendiri dan mempunyai makna yang sama yaitu melakukan perbuatan. Jadi, bentuk
mem- pada daftar di atas karena merupakan bentuk terkecil yang berulang-ulang dan
mempunyai makna yang sama maka disebut sebagai sebuah morfem. Begitulah cara
mengidentifikasi morfem.
Kalau Anda sudah dapat mengenali sebuah morfem maka di dalam bahasa Indonesia ada
berapa jenis morfem? Ya! Pada bagian terdahulu Anda telah mengetahui adanya morfem
bebas dan morfem terikat. Tapi apa hanya itu? Perhatikan kata pembibitan di atas. Pada kata
pembibitan tersebut ada morfem (bibit) dan ada morfem (pem-an). Nah morfem seperti
(bibit) itulah yang disebut dengan morfem utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan
yang utuh. Adapun morfem seperti (pem-an itulah yang disebut dengan morfem terbagi, yaitu
morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi karena disisipi oleh morfem
lain. Morfem lain yang termasuk ke dalam morfem terbagi di dalam bahasa Indonesia adalah
semua konfiks seperti (ke-an). (ber an). (per-an) dan (pe-an), serta kata yang telah berinfiks
seperti (-el-) pada geligi. (-em-) pada gemetar, dan (-er-) pada gerigi.
Kita kembali lagi pada kata memperkeruh di atas. Anda tahu bahwa memperkeruh dapat
dipotong-potong menjadi mem-perkeruh dan per-keruh Bentuk perkeruh tersebut adalah apa
yang disebut sebagai pangkal atau stem dari kata memperkeruh, sedangkan bentuk keruh itu
sendiri merupakan bentuk dasar dari kata memperkeruh. Jadi, pangkal adalah bentuk dasar
dalam proses infleksi atau proses pembubuhan afiks infleksi sedangkan bentuk dasar adalah
sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologi. Sekarang kita kembali lagi
kepada kata. Pada kalimat di atas, kita
menemukan ada tujuh kata, yaitu
jangan
memperkeruh
suasana
pembibitan
kita
sudah
gagal.
Kalau begitu apa sebenarnya kata itu? Kata dapat didefinisikan sebagai satuan gramatikal
bebas yang terkecil. Dalam kalimat di atas, ada kata yang berwujud dasar yaitu terdiri atas
satu morfem dan ada kata yang berafiks. Kata jangan, suasana, kita, sudah dan gagal adalah
termasuk kata dasar, sedangkan memperkeruh dan pembibitan termasuk ke dalam kata
berafiks.

Anda mungkin juga menyukai