Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN SINGKAT HAKIKAT, ISTILAH, DAN

PRINSIP MORFOLOGI

1. Hakikat Morfologi
Hakikat Morfologi Menurut (Ramlan, 1983:16-17) dalam bukunya mengatakan
bahwa morfologi adalah salah satu ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kata
dan perubahan-perubahan arti kata, serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata dari
segi gramatik maupun fungsi semantik. Sebagai contoh, di bidang arti, kata jalan,
berjalan-jalan, menjalani, perjalanan, mempunyai arti yang berbeda. Perubahan-
perubahan arti tersebut disebabkan oleh perubahan bentuk kata yang nantinya akan
dipelajari dalam bidang morfologi. Dalam pembentukan kata, tidak terlepas dengan
yang namanya morfem. Morfem sendiri merupakan satuan gramatikal terkecil yang
memiliki makna. Kata terkecil menunjukkan bahwasanya, sebuah morfem tidak bisa
dibagi menjadi lebih kecil lagi, atau dengan kata lain, jika dipaksa untuk dibagi menjadi
kecil, tidak akan mempunyai makna.
Morfem dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan kebebasan,
keutuhan, makna, dan sebagainya.
A. Berdasarkan kebebasannya, morfem dibedakan menjadi morfem bebas dan morfem
terikat. Morfem bebas mempunyai pengertian morfem yang dapat langsung digunakan
dalam sebuah penuturan, contohnya seperti morfem {pulang}, {merah}, dan {pergi}.
Morfem bebas ini dikatan juga sebagai morfem dasar jika nantinya mendahan imbuhan.
Berbeda dengan morfem bebas, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat
digunakan secara langsung dalam penuturan sebelum bergabung dengan morfem lain.
Semua afiks dikatakan sebagai morfem terikat karena sebelum membentuk kata, haru
bergabung dengan morfem lain. Selain itu contoh kata dasar yang termasuk ke dalam
morfem terikat yaitu {henti}, {juang}, dan {geletak}. Ketiga morfem tersebut perlu yang
namanya penggabungan untuk bisa diterima dalam sebuah penuturan. Misalnya {juang}
menjadi berjuang, pejuang, dan daya juang.
B. Berdasarkan keutuhan bentuknya, morfem dibedakan menjadi morfem utuh dan
morfem terbagi. Morfem utuh yaitu morfem yang utuh secara fisik. Semua morfem
dasar, prfefiks, infiks, sufiks, termasuk ke dalam morfem utuh. Sedang morfem terbagi,
adalah morfem yang fisiknya terbagi atau disisipi morfem lain. Semua lonfiks {per-an},
{ke-an}, {per-an} termasuk ke dalam morfem terbagi. Contoh morfem {ber-an} pada kata
bermunculan.
C. Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata, morfem
dibedakan menjadi morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adalah morfem yang
bisa menjadi pembentukan dalam proses morfologis. Misalnya morfem {beli}, {makan},
dan {merah}. Bisa dikatakan, bahwasanya morfem dasar ini bisa berupa morfem bebas
maupun terikat. Sedangngkan pengertian dari morfem afiks adalah morfe yang menjadi
pembentuk dalam proses afiksasi seperti morfem {me}, {-kan}, dan {pe-an}.
2. Istilah-istilah dalam Morfologi
Morf, Morfem, dan Alomorf
Dalam proses morfologi melibatkan unsur yang berupa morf dan alomorf.
1. Morf merupakan unsur terkecil dari morfem yang secara struktur fonologik berbeda
akan tetapi merupakan realisasi dari morfem yang sama.variasi morfem yang sama
disebut alomorf.
2. Lyons (1968:80) menyatakan bahwa morfem adalah unit analisis gramatikal yang
terkecil. Katamba(1993:24) menjelaskan bahwa morfem adalah perbedaan terkecil
mengenai makna kata atau makna kalimat atau dalam struktur gramatikal.
3. Samsuri(1992:170) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia men – adalah sebuah
bentuk atau morf.
4. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3)
makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula
bersifat derivatif ( Abdul Chaer, 2003: 177).
5. Afiksasi adalah bentuk( morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata ( Anton
Moeliono, 26-27).
6. Infleksi adalah pembentukan kata yang berkaitan dengan perilaku sintaksis, atau
berkaitan dengan ketentuan proses afiksasi secara sintaktikal; sedangkan derivasi adalah
proses pembentukan kata yang digunakan untuk membentuk item leksikal baru.
Verhaar (2004:143) menjelaskan bahwa infleksi adalah perubahan morfemis dengan
mempertahankan identitas leksikal dari kata yang bersangkutan, dan derivasi adalah
perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain.
7. Leksikologi Bagian atau cabang ilmu bahasa yang mempelajari komponenbahasa yang
memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa (leksikon).
8. Sintaksis merupakan bagian atau cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan
kata dengan kata dalam satuan yang lebih besar (frase,klausa,kalimat).
9. Semantik merupakan semiotika (ilmu lambang-lambang) yang mempelajari hubungan
lambang dengan referensinya.
10. Fonetik merupakan cabang ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa beserta
fungsinya.
11. Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat
pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1985:75).
12. prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar.
13. Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata.
14. Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan dan akhiran
yang membentuk satu kesatuan.
15. Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata
(Chaer,2008:7).
3. Prinsip-prinsip Morfologi
A. Prinsip 1
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna
yang sama merupakan satu morfem. contoh: baju:berbaju, menjahit baju, baju
merah, baju batik baca:membaca, dibaca, membacakan, dibacakan, bacaan,
ruang baca

B. Prinsip 2
satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda
merupakan satu morfem apabila satuan- satuan itu mempunyai arti atau makna
yang sama, dan perbedaan perbedaan struktur struktur fonologiknya
fonologiknya dapat dijelaskan dijelaskan secara fonologik. Contoh: membawa,
mendukung, menyuruh, menggali, mengebom, melerai : me(N) + ( bawa,
dukung, suruh, gali, bom, lerai) : mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me-
C. Prinsip 3
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda,
sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat
dianggap sebagai sebagai satu morfem apabila apabila mempunyai mempunyai
arti atau makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Contoh: Morfem bel dan ber (belajar, berjalan)
D. Prinsip 4
Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu
kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem
zero.
Contoh:
1. Ia membeli sepeda.
2. Ia menjahit baju. verbal transitif (meN-)
3. Ia membaca buku.
4. Ia menulis surat.
E. Ia makan roti. verbal transitif (kekosongan/
6. Ia minum es. zero)
F. Prinsip 5
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin
merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.
Apabila Apabila satuan yang mempunyai mempunyai struktur struktur fonologik
fonologik yang sama itu berbeda artinya, tentu saja merupakan morfem yang
berbeda. Contoh: Kata buku dalam “Ia membaca buku” (kitab) dan dalam “buku
tebu” (sendi)
G. Prinsip 6
Setiap satuan dari sebuah kata yang dapat dipisahkan merupakan
morfem.
Contoh:
1. bersandar bersandar : ber- dan sandar
2. sandaran : sandar dan –an
3. menduduki : me(N)-, duduk, dan –i

Anda mungkin juga menyukai