Anda di halaman 1dari 6

TRADISI HEROIC DALAM

BUDAYA KELISANAN

KELOMPOK 7 :
Herlis agusti_200511502008
Muh ivan fadila idris_200511502023
 Ikram ibnu hanif_200511501017
1. KELISANAN
Kelisanan sekunder adalah sebuah konsep kelisanan yang dikemukakan oleh P. Water
Ong(1982).
Untuk membayangkan masyarakat yang sama sekali tak tersentuh oleh
tulisan,ong mengajak kita untuk memahami suara. Suara selalu bergerak hingga tak punya
jejak,sementara masyarakat kebudayaan kelisanan hanya punya telinga sebagai alat mengingat.
Masyarakat kelisanan akhirnya mengembangkan pikiran dengan pola mnemonic;segala teknik
yangbermaksud mengembalikan ingatan. Sesuatu akhirnya, dikisahkan dengan “formula”
tertentu; bisa jadi dengan penggunaan pola cerita yang sama,atau bahkan menceritakan sesuatu
dengan rima yang indah di telinga. Misalnya sebuah kejadian diceritakan dengan menggunakan
sebuah “cerita besar” menjadi dasarnya. Tujuannya ,supaya gampang diingat. Kisah raja-raja
jawa yang selalu “meminjam” kisah Ramayana dan mahabarata barangkali adalah salah satu
contohnya.
Resitasi(menghapal lisan) menjadi penting. Kitab weda misalnya, adalah contoh bagaimana
resitasi dalam kebudayaan lisan ini bekerja dalam mengabadikan ingatan. Teks weda sendiri
diklarifikasi sebagai sruti yang artinya “dipelajari melalui pendengaran”. Yang meneguhkan ia
adalah produk kebudayaan lisan.
2. KEAKSARAAN
Dengan menunjuk kelisanan sebagai salah satu “bentuk peradaban”,arah pendefinisian keaksaraan
dalam pemikiran ong barangkali bisa ditebak. Keaksaraan baginya adalah rekamanlisan yang
merubah teknik ingatan, dan kemudian merubah pula bentuk peradapan. Jadi yang penting dalam
keaksaraan adalah “penghentian suara”
Awalnya, tulisan tidak “dibaca” sebagaimana kita membaca sekarang. Ia kerap dianggap sebagai
instrument kekuatan magic dan rahasia, sebuah hal yang merupakan kebudayaan kelisanan.
Dokumen tertulis “ingatan”, bahkan dalam bidang yuridis. Saksi lisan lebih menjamin kebenaran
ketimbang bukti tertulis.
Hal ini berbeda dengan masyarakat kelisanan yang cenderung komunal atau berkelompok. Lebih
jauh, rezim keaksaraan ini kemudian diperkuat oleh computer dan teknologi elektronik yang
membawa manusia pada apa yang disebut ong sebagai “kelisanan sekunder”. Kelisanan sekunder
adalah peristiwa kelisanan (karena mempergunakan suara) tapi terjadi dalam alat-alat komunikasi
(media modern). Ong tampaknya menganggap bahwa media modern/teknologi elektronik seperti
telepon,televise dan lain-lain,adalah perpanjang”jejak” tulisan ,oleh karenanya peristiwa kelisanan
di dalam tersebut berbeda dengan kelisanan primer.
3. TRADISI HEROIC DALAM
MASYARAKAT
Kebudayaan kelisanan selalu punya tradisi “heroic” karena tokoh-tokoh selalu
digambarkan dengan hiperbolik,monumental,mengesankan dan biasanya bersifat
publik. Selain itu masyarakat kelisanan mengedepankan keaksaraan (ritualistik)
daripada rasioanal.
Ketiadaan “mediun” menjadikan masyarakat kelisanan lebih berkelompok, karena
mereka berkomunikasi dengan lisan. Namun, kebudayaan kelisanan primer di jaman
sekarang hamper tidak ada. Menurut Ong, setiap kebudayaan kini tak lagi buta pada
aksara.
4. DEFINISI ONG MENGENAI
BUDAYA KELISANAN
1. Ong berkeyakinan bahwa pola piker kelisanan masih berjeja dalam budaya dan
subkultur hari ini dan bahkan dalam teknologi
2. Dengan mengenai kelisanan,keaksaraan tulisan dan cetakan dapat di ulang
3. Dalam budaya dominan lisan,peribahasa(dikenal sebagai maksim) adalah kendaraan
yang nyaman untuk menyampaikan keyakinan sedrhana dan sikap budaya.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai