Review
Judul : “Kentongan: Pusat Informasi Identitas dan Keharmonian pada
Masyarakat Jawa”
Halaman :28halaman
Tahun :2015
Penulis : Surono, M.A
Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang pernah berjaya pada masa lalu
yang mampu menyampaikan pesan secara cepat dan massal dan mampu menjadi sarana bagi
masyarakat untuk membangun kerukunan. Saat ini kentongan semakin terpinggirkan dengan
kehadiran alat komunikasi modern yang mampu menembus batas ruang dan waktu. Padahal,
teknologi informasi berdampak pada semakin menguatnya egoisme dan merusak semangat
kebersamaan masyarakat walaupun semakin memudahkan manusia untuk menjalani
kehidupannya dan memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Kentongan merupakan salah satu bentuk folklor, terutama folklor bukan lisan karena
termasuk dalam komunikasi rakyat. Selama folklor ini masih dianggap mampu memecahkan
permasalahan pada masyarakat pendukungnya maka folklor tersebut akan terus
dipertahankan. Demikian pula halnya dengan kentongan, benda yang note bene nya termasuk
alat komunikasi tradisional ternyata posisinya masih diakui di tengah-tengah semakin
canggihnya alat komunikasi dewasa ini. Fenomena ini tentunya menimbulkan sebuah tanda
tanya, apa dan bagaimana kentongan itu ada dan berfungsi. Pada penjelasan di bawah ini kita
akan melihat bagaimana kondisi fisik kentongan dan bagaimana kentongan berfungsi pada
masyarakat Jawa.
1. Fisik Kentongan
Ukuran dan bentuk
Secara fisik, kentongan yang dimiliki masyarakat Jawa tidak memiliki ukuran
dan bentuk yang baku. Dari sisi ukuran, pada umumnya sangat bergantung pada
fungsi dan kepemilikannya. Kentongan yang berfungsi dan dimiliki oleh perorangan
(rumah tangga) biasanya berukuran lebih kecil dari pada kentongan yang digunakan
untuk kepentingan umum maupun peribadatan. Bentuknya biasanya bulat untuk
kentongan bambu yang terbuat dari batang bambu sedangkan kentongan bongkol3
bambu biasanya berbentuk melengkung seperti bulan sabit. Sementara itu, Pemukul
kentongan terbuat dari potongan batang kayu, pada bagian ujung pemukul tersebut
diblebet (dilapisi) dengan bandalam motor/sepeda. Ketika tidak digunakan untuk
memukul maka alat pemukul tersebut disimpan di bagian atas kentongan yang
didesain berlubang. Dari segi penggunaan, kentongan yang terbuat dari bambu
biasanya digunakan di rumah-rumah penduduk atau untuk keperluan pribadi.
Sementara itu kentongan yang terbuat dari kayu umumnya digunakan di tempat-
tempat umum, masjid, cakruk, balai desa, kalurahan, dan sebagainya. Hal ini
sekaligus untuk membedakan suara (informasi/pesan) kentongan yang berasal dari
anggota masyarakat secara pribadi atau public.
Bahan dan keunikannya
Pada masyarakat Jawa ada beberapa pertimbangan khusus dalam memilih bahan baku
pembuatan kentongan. Pemilihan bambu maupun kayu tidak dilakukan secara
serampangan. Ada beberapa jenis bambu dan kayu yang menjadi pilihan utama dalam
membuat kentongan.
Dua bahan utama untuk membuat kentongan di atas yakni bambu dan kayu akan lebih
maksimal lagi kualitasnya jika dalam proses penebangannya menggunakan sistem
Brubuh. Sistem brubuh adalah sistem penebangan tradisional yang dimiliki
masyarakat Jawa untuk menebang bambu dan kayu. Di dalam sistem ini penebangan
kayu tradisional tidak dilakukan sembarang waktu namun pada musim tertentu yakni
mangsa tuwa (musim tua), yaitu mangsa Kasanga, Kasadasa, dan Dhesta. Mangsa
Kasanga (kesembilan: tanggal 1 Maret – 25 Maret), musim kesepuluh (Kasadasa:
tanggal 26 Maret hingga 18 April) dan mangsa Desta (kesebelas: tanggal 19 Apr – 11
Mei). Jika penebangan kayu-bambu dilakukan pada musim tua ini, maka kayu atau
bambu yang dihasilkan memiliki kandungan lignin yang paling rendah sehingga tidak
mudah dimakan serangga dan memiliki tingkat kelenturan-kekuatan paling tinggi
dibandingkan dengan jika ditebang pada mangsa-mangsa yang lain (Surono:2014).
Selain pemilihan jenis bahan kentongan, masyarakat Jawa juga memiliki keunikan
dalam membuat kentongan. Keunikan tersebut khususnya ketika menentukan panjang
lubang kentongan. Penentuan panjang lubang kentongan ditentukan dengan cara
mengukur keliling badan kentongan dengan benang ataupun benda lain yang bisa
dilingkarkan pada batang kentongan. Kemudian hasil pengukuran tersebut digunakan
untuk menentukan berapa panjang lubang kentongan. Panjang lubang kentongan
adalah sama dengan keliling kentongan.
2. Fungsi kentongan
Pada jurnal diatas penulis memberikan pengantar dari beberapa kajian penulis seperti
Yunus dan Sumiyati tentang apa itu kentongan, asal usul kentongan, kegunaan kentongan dan
penyebarannya. Penulis juga pada artikel hasil penelitian di atas mengkaji bagaimana
kentongan, sebagai salah satu wujud kebudayaan, berfungsi dan bermakna pada masyarakat
pendukungnya serta mengkaji kentongan yang pada awalnya berfungsi sebagai alat
komunikasi kemudian berkembang sebagai identitas khususnya pada masyarakat Jawa. Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang komprehensif maka peneliti melakukan menggabungkan
antara penelitian penelitian lapangan dan penelitian pustaka. Secara khusus penelitian
lapangan dilakukan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi untuk menambah
kekayaan data maka juga dilakukan wawancara terhadap beberapa informan (orang Jawa)
yang berada di wilayah lain di Jawa.