Anda di halaman 1dari 3

Summary of: Dipindai dengan CamScanner

Kentongan, alat komunikasi tradisional dari Indonesia, telah mengalami evolusi peran dan
maknanya dalam masyarakat. Pada masa kejayaannya, kentongan digunakan sebagai sarana
penyampaian pesan massal dan cepat, bahkan memasuki lingkungan keluarga. Kentongan juga
memiliki peran dalam kegiatan komunal dan darurat serta memiliki beragam jenis dan makna,
seperti kentongan dewa, manusia, bhuta, dan hiasan. Penggunaan kentongan juga meluas ke
acara kenegaraan dan sebagai alat musik tradisional. Meskipun telah dilakukan berbagai penelitian
dan upaya revitalisasi, masih terdapat sisi yang belum terkaji secara mendalam, seperti fungsi dan
makna kentongan, serta aspek fisiknya. Sebuah penelitian terbaru telah dilakukan di Daerah
Istimewa Yogyakarta untuk menggali lebih jauh fungsi, makna, dan identitas kentongan, termasuk
upaya melestarikan kentongan sebagai alat komunikasi massal. Penelitian ini melibatkan penelitian
lapangan, wawancara, dan pengumpulan data kepustakaan untuk menganalisis secara deskriptif
kualitatif.

II. HASILANALISIS
Kentongan merupakan salah satu bentuk folklor bukan lisan yang termasuk dalam komunikasi
rakyat. Setiap folklor menjadi ciri khas masyarakat dan memiliki fungsi sebagai alat proyeksi,
pengesahan pranata kebudayaan, pendidikan anak, dan pengawas norma masyarakat. Meskipun
alat komunikasi modern berkembang, kentongan tetap diakui dan dipertahankan dalam
masyarakat Jawa. Secara fisik, kentongan tidak memiliki ukuran dan bentuk baku, bergantung
pada fungsi dan kepemilikannya. Ukuran kentongan untuk perorangan biasanya lebih kecil
daripada yang digunakan untuk kepentingan umum atau peribadatan. Kentongan memiliki pemukul
unik, terbuat dari bambu yang lebih pendek daripada lubang kentongan. Kentongan bambu
digunakan di rumah, sedangkan yang terbuat dari kayu digunakan di tempat umum, masjid, balai
desa, untuk membedakan suara pribadi dan publik.

b. Bahan dan Keunikannya


Kentongan, alat komunikasi tradisional Jawa, dibuat dari bambu atau kayu. Bambu dipilih
berdasarkan jenisnya, seperti bambu ori dan bambu petung yang memiliki bongkol unik dan kuat,
membutuhkan keahlian khusus untuk diproses. Sementara bambu apus dan wulung hanya
dimanfaatkan batangnya. Kayu umumnya digunakan untuk kepentingan umum. Masyarakat Jawa
memilih bahan baku kentongan dengan pertimbangan khusus, baik bambu maupun kayu, untuk
memastikan kualitas dan kecocokan dengan kebutuhan.

\.
Ringkasan makalah tersebut membahas tentang perbedaan antara kentongan yang terbuat dari
bongkol dan batang bambu serta penebangan kayu menggunakan sistem Brubuh. Kayu nangka
diidentifikasi sebagai jenis kayu unggul untuk berbagai keperluan konstruksi, meubel, dan alat
musik. Sistem penebangan tradisional Jawa, Brubuh, merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kualitas bambu dan kayu. Kentongan juga dikenal sebagai alat komunikasi
nonverbal yang digunakan dalam masyarakat Jawa, dengan irama yang memainkan peran penting
dalam penyampaian informasi. Kentongan juga berfungsi sebagai penanda waktu sholat di masjid
dan mushola, dengan aturan tertentu yang mengatur cara dan waktu pemukulannya. Meskipun
kentongan dianggap sebagai alat komunikasi tradisional, tetapi masih digunakan di beberapa
tempat ibadah dan dianggap lebih tahan lama daripada alat komunikasi modern.

b. Informasi Peristiwa Tertentu


Setiap kampung-desa umumnya memiliki satu kentongan umum yang diletakkan di pusat
kampung-desa. Kentongan ini memiliki aturan khusus untuk dibunyikan tergantung pada peristiwa
tertentu di lingkungan mereka, seperti kematian, pencurian, kebakaran, atau kondisi aman. Setiap
peristiwa memiliki irama pukulan yang berbeda, seperti satu pukulan berturut-turut untuk kematian
atau pembunuhan, dua pukulan untuk pencurian, dan empat pukulan untuk bencana alam. Bunyi
kentongan ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang kondisi wilayah mereka. Tabel
tersebut menunjukkan pola pukulan kentongan untuk setiap jenis peristiwa. Ini menunjukkan
bagaimana kentongan digunakan sebagai sistem peringatan dan komunikasi dalam masyarakat
Jawa untuk memberi tahu warga tentang kejadian penting di sekitar mereka.

Undangan
Kentongan digunakan sebagai sarana undangan untuk acara massal dan pribadi di masyarakat
Jawa. Untuk acara massal seperti kegiatan gotong-royong, kentongan dipukul berkali-kali sampai
semua anggota masyarakat hadir. Kentongan juga digunakan untuk memanggil anggota keluarga
yang sedang pergi atau bermain. Setiap rumah memiliki bunyi kentongan yang berbeda sehingga
dapat membedakan asal suara kentongan. Jika bunyi kentongan 6 kali terdengar, maka para tamu
tidak perlu membawa tempat nasi karena sudah disediakan tuan rumah. Kentongan tidak
digunakan untuk undangan kegiatan yang bersifat sangat pribadi, seperti pernikahan. Kentongan
memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan untuk
mempermudah interaksi dan komunikasi dalam masyarakat Jawa.

Fungsi lain
Kentongan, selain berfungsi sebagai pengirim pesan, memiliki peran ganda sebagai hiasan-
komoditas dan alat musik. Sebagai hiasan-komoditas, kentongan dihias secara menarik dan dijual
sebagai barang pajangan. Sebagai alat musik, kentongan digunakan dalam pertunjukkan
tradisional seperti ketoprak, maupun dalam pertunjukkan musik modern seperti marching band dan
orkestra. Peran kentongan dalam pertunjukkan musik sangat penting untuk harmonisasi musik
yang dimainkan. Selain itu, kentongan juga digunakan sebagai pembuka kegiatan, baik oleh
lembaga pemerintahan maupun non-pemerintahan, sebagai tanda dibukanya suatu acara. Pada
masa lalu, bunyi kentongan memiliki konotasi politis, digunakan oleh pejabat dari partai tertentu
untuk menandai asal-usul partai tersebut.

C. Makna Kentongan
Makna kentongan dalam kehidupan manusia terkait dengan penggunaan simbol sebagai cara
untuk menyederhanakan permasalahan kehidupan. Manusia dianggap sebagai makhluk yang
mengerti dan membentuk simbol, dan simbol diberi makna oleh manusia. Komunikasi manusia
melibatkan penggunaan tanda dan simbol, yang merupakan unsur kebudayaan penting.
Kentongan dalam masyarakat Jawa diisi dengan simbol-simbol yang penuh makna, dan
merupakan bagian dari sistem kepercayaan, pengetahuan, teknologi, mata pencaharian,
organisasi sosial, bahasa, dan kesenian. Simbol atau tanda dapat berupa hal abstrak, perilaku
manusia, atau hal kongkrit, semuanya merepresentasikan hasil perilaku manusia. Dengan
demikian, kentongan sebagai produk kebudayaan merupakan perwujudan simbol-simbol yang
penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Identitas
Identitas dalam masyarakat memiliki dimensi fisik dan non-fisik. Identitas non-fisik mungkin
disamarkan untuk tujuan tertentu. Pada masyarakat Jawa, kentongan adalah simbol identitas
budaya yang menunjukkan egaliter dan kebersamaan. Kentongan berperan sebagai sarana
komunikasi massal yang memperlakukan setiap anggota masyarakat sama, sementara perbedaan
suara kentongan di tingkat keluarga menjadi identitas unik masing-masing keluarga. Pada tingkat
RT, tiga orang ditugaskan untuk membeli kentongan dengan jenis suara yang berbeda untuk
identifikasi. Melalui pukulan kentongan, anggota keluarga dapat dipanggil pulang dan komunikasi
antar anggota keluarga terwujud. Namun, kehadiran teknologi modern telah mengurangi fungsi
kentongan sebagai identitas keluarga.

Status Sosial
Penelitian ini menyelidiki peran kentongan dalam menunjukkan status sosial di masyarakat Jawa.
Kentongan tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol status
sosial. Orang-orang tertentu menggunakan kentongan berukuran besar yang terbuat dari kayu
nangka untuk menunjukkan kekayaan dan status sosial mereka. Peneliti menemukan bahwa
penggunaan kentongan sebagai simbol status sosial ini dapat mengganggu sistem komunikasi
masyarakat dan memengaruhi penyampaian informasi, karena kentongan biasanya berfungsi
sebagai alat komunikasi yang diterima secara umum. Penelitian ini juga menyoroti peningkatan
penggunaan kentongan sebagai simbol status sosial, terutama di kalangan masyarakat Jawa yang
semakin mampu secara finansial. Contohnya adalah pengusaha yang membangun rumah Joglo
lengkap dengan kentongan besar sebagai pajangan untuk menunjukkan kekayaannya. Meskipun
tidak digunakan untuk tujuan komunikasi, kentongan tersebut tetap menjadi simbol status sosial
yang berkilauan dan nyaris tanpa bekas pemakaian.

Keharmonisan Sosial
Penelitian ini membahas konsep keharmonisan sosial masyarakat Jawa yang disebut sebagai
"Rukun Agawe Santosa" dan bagaimana konsep tersebut diwujudkan melalui penggunaan
kentongan. Konsep Rukun Agawe Santosa mengandung makna kebersamaan, kerukunan, dan
harmoni, serta menjadi prinsip masyarakat Jawa untuk menciptakan kondisi yang harmonis.
Masyarakat menggunakan kentongan sebagai alat komunikasi untuk menandai situasi tertentu,
seperti kondisi aman atau darurat, serta untuk saling memberi informasi dan menjaga keamanan.
Kentongan juga menjadi simbol keharmonisan sosial dan kesetaraan di dalam masyarakat Jawa.
Studi ini memperlihatkan bagaimana kentongan tidak hanya sebagai alat praktis, tetapi juga
memiliki nilai simbolis dan budaya yang penting dalam menjaga kebersamaan dan keharmonisan
di masyarakat Jawa.

Anda mungkin juga menyukai