Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yusuf Muharram

NIM : 21521011104

Kelas : Konversi C1

1. A. Menurut Tasmuji dkk (2011), budaya adalah seluruh cara kehidupan dari
masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang
dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. 

B. Menurut Keesing (1989), budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap


dan pola perilaku yang memrupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan
oleh anggota suatu masyarakat tertentu. 

C. Menurut Brisling (1990), budaya adalah cita-cita bersama secara luas, nilai,
pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan dan
kegiatan. 

D. Menurut Soerjono (2009), budaya adalah kompleks yang mencakup


pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat. 

E. Menurut Dewantara (1994), budaya adalah buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

a. Prof. Dr. Koentjoroningrat: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,


tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

b. K.H. Dewantara: kebudayaan berarti hasil yang diperoleh manusia dalam


mengkaji antara esensi alam dan jaman.

c. Malinowski: Kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem


kebutuhan manusia. Setiap tingkat kebutuhan itu menghasilkan corak budaya
yang khas. Seperti, untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan.

d. Moh. Hatta: Kebudayaan adalah sebuah kehidupan yang tercipta dari


kelompok bangsa.

e. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi: Kebudayaan sebagai bentuk,


karya, cipta, dan rasa.
2. Unsur unsur kebudayaan

A. Sistem bahasa unsur budaya yang pertama adalah sistem bahasa. Saat
berkomunikasi, tentu saja kita menggunakan bahasa baik dilakukan secara
tertulis maupun secara lisan. Bahasa merupakan sebuah lambang atau ciri-
ciri dari suatu suku atau adat tertentu, contohnya : Setiap daerah memiliki
bahasa yang berbeda beda misalnya bahasa daerah Luwu(tae), Bugis,
Toraja, konjo.

B. Sistem Pendidikan unsur kebudayaan yang kedua adalah unsur sistem


pendidikan. Dalam kebudayaan, pendidikan sama saja dengan pengetahuan
yang dijalankan oleh masyarakat, dan diwariskan secara turun temurun
terhadap generasinya. Contohnya : Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu
daerah atau tempat maka semakin berkembang pula kebudayaan daerah
tersebut misalnya perbandingan antara kota Makassar dan kabupaten Luwu
utara dari segi pendidikan Luwu utara masih tertinggal
C. Sistem kekerabatan atau organisasi dalam unsur kebudayaan, terdapat
sistem kekerabatan atau organisasi sosial, yang dilakukan oleh masyarakat
adat tersebut. Sistem kekerabatan atau organisasi sosial ini, dilakukan untuk
membentuk masyarakat yang menghasilkan suatu adat dan aturan tertentu.
Contohnya : tempat/daerah yang kekerabatannya masih sangat kental dapat
dilihat diToraja ketika ada upacara kematian, Palopo dengan tudang
sipulungnya, diBugis ada Mapalette bola
D. Sistem peralatan hidup dan teknologi unsur kebudayaan yang selanjutnya
adalah sistem peralatan dan teknologi. Dari adanya sistem peralatan dan
teknologi ini, kita jadi mengerti tentang alat yang digunakan di dalam
masyarakat adat tersebut, Contohnya : alat yang digunakan untuk
memasak(kompor gas dan dapur arang) alat persenjataan(bambu runcing
dan pistol) alat komunikasi(surat dan handphone) hingga alat
transportasi(Bentor dan gojek).
E. Sistem ekonomi dalam unsur kebudayaan, juga terdapat sistem ekonomi
yang merupakan mata pencaharian dari masyarakat adat tersebut. Sistem
ekonomi yang dilakukanoleh masyarakat tradisional, contohnya : berburu,
beternak, bercocok tanam, menangkap ikan danmenetap dengan sistem
irigasi untuk bertahan hidup.
F. Kesenian Unsur kebudayaan yang terakhir yaitu sistem kesenian. Kesenian
yang dilakukan oleh masyarakat adat memiliki beberapa unsur seni,
contohnya : patung tradisional, ukiran adat, hiasan, musik, tari-tarian dan
jenis kesenian lainnya.
3. Fungsi kebudayaan :
A. Sebagai Identitas fungsi budaya yang pertama yakni berfungsi sebagai
identitas. Budaya merupakan identitas yang menunjukkan pada peradaban
suatu masyarakat maupun sebuah negara. Identitas tersebut dapat dijadikan
sebagai pembeda antara bangsa atau kelompok masyarakat satu dengan
lainnya. Contohnya : Kapurung sebagai identitas masyarakat Luwu

B.Sebagai Batas fungsi budaya yang kedua yakni sebagai batas. Hal itu,
maksudnya bahwa budaya bisa menjadi penentu batas-batas yang
menciptakan adanya perbedaan antara kelompok masyarakat atau bangsa
satu dengan kelompok atau bangsa lain. Adanya budaya itulah membuat
sebuah negara menjadi unik atau khas. Contohnya : Budaya masyarakat
Jepang yang mengonsumsi gurita mini dan sebagainya secara hidup hidup,
diIndonesia kita tidak menemukan hal demikian

C.Pembentuk Perilaku dan Sikap fungsi budaya ketiga adalah sebagai


pembentuk Perilaku dan sikap. Dari pengertian budaya dikemukakan bahwa,
budaya adalah wujud dari struktur sosial yang berasal dari gagasan manusia
dan pemikiran. Contohnya : Budaya masyarakat Timur Indonesia yang sedikit
agak keras, dibanding masyararakat Jawa yang dominan halus lemah lembut

D. Sebagai Komitmen adanya budaya dalam sekelompok masyarakat berfungsi


sebagai sebuah komitmen. Hal itu artinya bahwa terdapat budaya yang akan
memfasilitasi adanya komitmen atas suatu hal dalam kelompok masyarakat
yang bernilai lebih besar dari kepentingan masing-masing individu. Sebab itu
diperlukannya budaya dalam peradaban sebuah kelompok masyarakat.
Contohnya : Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda beda dan komitmen
berbeda beda pula, seperti Toraja yang budayanya sangat kental sehingga
dapat meninggkat objek wisatanya.

E. Sebagai Media Komunikasi seperti yang telah dijelaskan diatas, didalam


budaya terdapat unsur bahasa, baik berupa bahasa lisan maupun tulisan,
yang merupakan sebuah sarana komunikasi bagi manusia. Hal itulah yang
menjadi fungsi dari budaya, yaitu sebagai media komunikasi. Contohnya :
Setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda seperti bahasa Bugis, Toraja,
Tae, dan konjo.
4. Unsur – unsur dan fungsi kebudayaan suku bugis Luwu!
A. Bahasa

Bahasa Tae' merupakan bahasa yang digunakan di Tanah Luwu, Sulawesi


Selatan. Bahasa Tae' ini digunakan empat kabupaten dan kota, masing-masing
kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan kota Palopo. Bahasa Tae’ paling
banyak digunakan di Kabupaten Luwu meliputi Kecamatan
Larompong, Kecamatan Suli, Kecamatan Belopa (Ibukota Kabupaten
Luwu), Kecamatan Bajo, Kecamatan Bupon (Bua Ponrang),  Kecamatan
Bastem (Basse Sangtempe’), Kecamatan Walenrang, dan Kota Palopo. Nama-
nama lain untuk bahasa Tae’ adalah Luwu, Toraja Timur, Sada, Toware,
Sangngalla’, Tae’-Tae’, dialek Rongkong, atau Rongkong Kanandede.

Masyarakat Luwu sekarang ini masih aktif berkomunikasi menggunakan bahasa


Tae’ (Garing, 2015: 1). Penggunaan Bahasa Tae’ terbanyak terdapat di
Kabupaten Luwu dan Kota Palopo. Sementara itu, bahasa Tae’ di Kabupaten
Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur, sudah jarang menggunakan bahasa ini
disebabkan oleh adanya bahasa daerah lain yang digunakan, seperti bahasa
Bugis, bahasa Wotu, bahasa Bali, bahasa Bawa, bahasa Sunda, dan lainnya.
Selain bahasa-bahasa daerah tersebut, mereka juga menggunakan bahasa
Indonesia dalam berkomunikasi.

B. Budaya Masyarakat
1.Mapacokkong ri baruga
Mappacokkong Ri Baruga adalah sebuah prosesi memasuki Baruga oleh Datu
Luwu. Ritual ini diawali dengan pengambilan air suci Pisimeuni di Sungai
Cerekang. Dalam konsep pemikiran tradisional Luwu, di Sungai Cerekang
inilah konon Batara Guru pertama kali menjejakkan kakinya di bumi atau
Latoge Langi`. Maka, air suci Pisimeuni menjadi syarat mutlak yang tak boleh
diabaikan dalam setiap prosesi besar di Kedatuan Luwu. Pengambilan air suci
harus melalui ritual yang hanya boleh dilakukan oleh para pendamping Puak
Cerekang. Bahkan, Puak Cerekang yang dianggap sebagai pemimpin spiritual
tak diperkenankan mengambilnya.

2. Maccera tasi

Kepercayaan masyarakat Luwu pada upacara maccera Tasi yaitu sebagai


bentuk syukuran atas hasil laut yang didapatkan oleh masyarakat nelayan,
perasaan suka cita karena limpahan rezeki yang telah diberikan Tuhan
kepada masyarakat nelayan.
Hakikinya, pelaksanaan upacara adat maccera tasi secara filosofis diyakini
masyarakat adat berfungsi untuk mengembalikan dan menguatkan semangat
pada tubuh kasar nelayan sehingga semangat yang telah pergi akan kembali
ke tubuh. Di sisi yang lain, upacara adat maccera tasi merupakan perwujudan
rasa kegembiraan, rasa syukur karena banyak hasil laut yang telah diberikan
Tuhan kepada mastrakat nelayan. Tradisi lisan maccera tasi adat memiliki
kearifan lokal, dan nilai-nilai yang diyakini sudah menyatu dan merupakan
perekat masyarakat adat, hal tersebut yang yang menjadi sumbangsih paling
tinggi dalam pelaksanaan upcara maccera tasi.

3. Ma’Balendo

Dalam bahasa Luwu, Ma’balendo merupakan perpaduan dua kata. ‘Ma’,


berarti memegang dan ‘balendo’ berarti menumbuk padi. Kesenian ini
merupakan ciri khas masyarakat Luwu. Kehadirannya untuk mempererat tali
persaudaraan di antara sesama masyarakat. Memang, kesenian ini lebih
banyak digelar saat pesta panen. Terakhir kali, kesenian dipentaskan awal
2000-an. “Sudah punah. Kalau masyarakat Luwu wilayah selatan, ma’balendo
populer di era 80-a, 90-an, hingga awal 2000-an,” kata penggiat seni di
Kabupaten Luwu, Rahmat.
Ma’balendo biasanya dipentaskan dengan membentuk beberapa kelompok.
Mereka yang terlibat akan mendapat peran, seperti; pa’tampe atau dikenal
orang berladang, pangindo (memimpin), pangana (menaikkan), pamanca,
pemusik, hingga ma’tuttu (penumbuk). Pemerannya, biasa menggunakan
gamis, celana panjang, dan penutup kepala. Kesenian ini selalu menjadi daya
tarik masyarakat dikarenakan ada banyak keunikan. Gerakannya
menggambarkan kegembiraan. Gerakan-gerakannya seperti pattangang dan
parrurang.

C. Adat Istiadat dan tarian

- Tarian lelenbau, tarian ini sudah tidak asing lagi di sulawsi selatan
terkhususnya luwu kota palopo tarian ini di pentaskan pada saat
penjemputan orang-orang tertentu dan acara tertentu hal ini menjadi
budaya dalam berbagai acara adat di sulawesi selatan, tarian ini biasanya
di pentaskan seperti acara kirab, fetival keraton, penjemputan datu maupun
gu bernur atau orang-orang yang berperan penting

- Tari Ma’kayanganni Tarian ini untuk melakukan pengobatan secara


tradisional terhadap orang yang sedang sakit. “Tarian ini diawali dengan
gerakan sando memohon kepada dewa, kiranya diridhoi dan diturunkan
ramuan obat-obatan yang digunakan dalam melakukan pengobatan, diiringi
dengan mantra-mantra untuk kesembuhan, sehingga yang diobati benar-
benar sembuh,” terangnya. Lalu sando menuntun untuk berdo’a bersama,
memegang jari jemari lalu melompat diatas bara api dengan wajah yang
sumringah, karena kesehatannya telah pulih.

- Tari majjaga kuranjen kambori bulan “Tarian ini mengenakan pakaian adat
Rongkong, lengkap dengan passapu di kepala dan selendang tenunan
tradisional kain Rongkong yang melingkar di leher dan pinggang. Tenunan
ini merupakan tenunan peninggalan para leluhur Rongkong yang diproduksi
dari tangan-tangan masyarakat Rongkong secara turun temurun hingga
sekarang,” terangnya. a menambahkan, tari majjaga kuranjen kambori
bulan ini juga diiringi syair-syair sastra daerah Rongkong, yang berisi doa-
doa keberkahan dan keselamatan serta perlindungan dari yang maha
kuasa. Pada zaman dahulu kala, tarian ini dilakukan untuk mengobarkan
semangat juang para panglima perang agar masyarakat Rongkong tetap
berjaga, tidak terlelap dalam tidur dan tidak terlena dalam mempertahankan
wilayah adat Rongkong dari serangan musuh.

Anda mungkin juga menyukai