Anda di halaman 1dari 192

PLAGIAT

PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN


DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI DEMAM OLEH IBU-IBU DI
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
Yosephine Marreta Adikuntati
NIM : 048114011

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN


DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI DEMAM OLEH IBU-IBU DI
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :
Yosephine Marreta Adikuntati
NIM : 048114011

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008

i
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-
keluhan yang tidak terucapkan.
(Rom.8 : 26)

Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKu lah pengusahanya. Setiap ranting padaKu
yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya
ia lebih banyak berbuah.
(Yoh.15 : 1-2)

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja
yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
(Yoh.15 : 7)

Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabatnya. Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan
padamu.
(Yoh.15 : 13-14)

Kupersembahkan untuk :
Ayah Fransiskus Asisi di surga
Ibu Fransiska Xaveria tercinta
Kakak Yohana Kuncup
Kakek dan nenekku
Sahabat-sahabatku
Mikael Tirta terkasih

iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala

berkat dan bimbinganNya dalam penyusunan skripsi berjudul “Hubungan Tingkat

Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-

Ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sains pada Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, sekaligus sebagai wujud harapan dan cita-cita penulis untuk selalu

belajar tanpa batas.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa

adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Pada kesempatan ini,

dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta dan segenap civitas akademika.

2. Ibu Aris Widayati M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji.

3. Bapak dr. Harimat Hendarwan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu.

4. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si, Apt selaku Dosen Penguji.

5. Penyandang hibah A3 atas kerjasamanya.

6. Ayah Fransiskus Asisi di surga, terima kasih atas segala yang diberikan selama

ini.

vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

7. Ibuku Francisca Xaveria untuk kasih sayang dan doa-doa yang tulus.

8. Bulik Duwi, Kakek, Nenek, Nining, dan seluruh keluarga di Klaten terima kasih

untuk dukungan yang tiada henti.

9. Romo Antonius Karyono CM atas doa dan bantuannya selama ini.

10. Kakakku Yohana Kuncup untuk dukungan dan segala hal yang diberikan tiada

habisnya.

11. Liza, Tika, dan Filisia untuk doa, semangat dan persahabatan yang telah terjalin

di kos.

12. Mikael Tirta Dwi Kurniawan atas doa-doa yang telah tulus diberikan, atas

segala kata-kata yang telah banyak menguatkan sebagai hamba Allah, untuk

segala kasih sayang dan cinta yang diberikan.

13. Keluarga Tirta di Ngawi untuk doa yang telah diberikan menjelang ujian.

14. Teman-teman sekelompok penelitian payung : Kartika, Rissa, Anna, Limdra,

Heny, Fandy dan Ari yang telah banyak membantu selama pengambilan data

dan penyusunan skripsi.

15. Feri DS, Felisitas, Dito, Mahes, dan Edy yang telah banyak membantu selama

sampling frame.

16. Andy Novianto, Hendrik, Agie, Coki, dan seluruh teman-teman tehnik mesin

yang telah mendukung selama ini.

17. Teddy, Yani, Felisitas, Bellarmino, Wening, Joko dan teman-teman

Mekatronika yang telah banyak membantu dan menghibur saat sedih.

18. Felix Yanuar untuk segala nasehat-nasehatnya.

vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

19. Teman-teman Kos Dewi untuk bantuan dan semangatnya.

20. Teman-teman Tirta di kos 127 atas segala bantuannya.

21. Melky yang selalu menemani di saat sedih dan patah semangat.

22. Teman-teman di Klinis Komunitas angkatan 2004 atas kekompakan yang telah

dijaga selama ini.

23. Teman-teman Vanilla Sky, Cicy, Neta, dan Fathonah untuk persahabatan yang

indah selama SMA.

24. Teman-teman Poallest SMA Negeri I Klaten atas dukungan dan semangat yang

diberikan.

25. Pejabat di pemerintah daerah Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang telah

banyak membantu dalam kelengkapan data selama pengambilan data.

26. Semua responden baik di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo yang

bersedia mengisi kuesioner dan diwawancara.

27. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi

pembaca semua.

Penulis

viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

INTISARI

Swamedikasi lebih dipilih masyarakat daripada pergi ke dokter atau


puskesmas karena memiliki beberapa keuntungan antara lain menghemat biaya dan
waktu walaupun disadari bahwa keberhasilan pengobatan memiliki keterbatasan.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh melebihi suhu
normal (37,6ºC), biasanya dianggap sebagai gejala suatu penyakit atau pertanda
adanya gangguan kesehatan. Sebuah penelitian di Yogyakarta menemukan bahwa
sebanyak 74,5% wanita melakukan swamedikasi menggunakan obat demam bagi
anak mereka untuk mengatasi demam pada anak, sehingga diperlukan penelitian
untuk meningkatkan appropriateness perilaku swamedikasi demam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam perilaku
swamedikasi demam dan mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat
pendapatan dengan perilaku swamedikasi demam oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini mencakup 2 sub penelitian yaitu non eksperimental deskriptif
dan non eksperimental analitik. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
cross sectional (studi potong lintang). Penelitian dilakukan di 16 dusun, 8 desa, 4
kecamatan masing-masing di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo yang
didapatkan dengan metode acak sederhana. Instrumen penelitian adalah kuesioner
dan pedoman wawancara. Data kuantitatif yang didapatkan dianalisis dengan dengan
menggunakan chi square sedangkan data kualitatif diidentifikasi permasalahan yang
timbul.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat permasalahan dalam pengetahuan
swamedikasi, pengenalan demam, dan tindakan penanganan dan pemilihan obat
demam. Dari hasil analisis data kuantitatif diperoleh hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan swamedikasi demam, tidak terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dengan sikap dan tindakan swamedikasi demam, tidak terdapat
hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan dan tindakan swamedikasi
demam, dan terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi
demam.

Kata kunci : swamedikasi, demam, pengetahuan, sikap, perilaku, pendidikan, dan


pendapatan.

ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Self Medication is more preferable than going to the doctor due to the
efficiency of the cost and money, even though it is realized that the success of the self
medication itself has some limitation. Fever refers to a condition in which the rise of
the body temperature above normal temperature (37,6ºC) is considered as a symptom
of a disease. A research in Yogyakarta discovered a fact that 74,5% women
conducted self medication using fever drug to their children to heal fever. Therefore,
it needs to conduct a study about appropriate self medication behavior.
This research aims at identifying the problems of fever self medication
behavior and knowing the relationship between the level of education and economy
with fever self medication behavior of the women in Daerah Istimewa Yogyakarta.
This study consists of descriptive non experimental and analitic non
experimental with cross sectional design. This study was conducted in Yogyakarta
and Kulonprogo using the simple random method. The main instrument of this study
were questionaire and interview guide. Quantitative data were analyzed using chi
square and for the qualitative data were identified about the problem..
This study shows that there were problem about self medication knowledge,
fever recognition, and fever drug choice.The quantitative results that there is
relationship between level of education with fever self medication knowledge, no
relationship between level of education with fever self medication attitude and action,
no relationship between level of income with fever self medication knowledge and
action, and relationship between level of income with fever self medication attitude.

Key words : self medication, fever, knowledge, attitude, behavior, education, and
income.

x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ................................................ v

PRAKATA.............................................................................................. vi

INTISARI................................................................................................ ix

ABSTRACT................................................................................................ x

DAFTAR ISI........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xx

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1

1. Permasalahan ......................................................................... 4

2. Keaslian Penelitian................................................................. 5

3. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA..................................................... 8

A. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh .................................................. 8

xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

B. Demam ........................................................................................ 10

1. Definisi.................................................................................... 10

2. Penyebab ................................................................................. 11

3. Patofisiologi ............................................................................ 11

4. Gejala dan Tanda Klinis.......................................................... 15

5. Deteksi .................................................................................... 16

6. Pendekatan Diagnostik............................................................ 17

7. Penatalaksanaan Terapi Demam ............................................. 17

a. Tujuan Terapi Demam....................................................... 18

b. Sasaran Terapi Demam ..................................................... 18

c. Strategi Terapi Demam ..................................................... 19

8. Zat Aktif Obat Demam ........................................................... 21

C. Swamedikasi................................................................................ 21

1. Definisi.................................................................................... 21

2. Perilaku Swamedikasi ............................................................. 22

3. Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi ................................ 23

4. Swamedikasi Demam.............................................................. 23

5. Penyakit Ringan ...................................................................... 25

7. Pengobatan Rasional ............................................................... 27

8. Peran Apoteker dalam Pengobatan Sendiri............................. 25

9. Penggolongan Obat untuk Swamedikasi................................. 28

a. Obat Bebas ........................................................................ 29

xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

b. Obat Bebas Terbatas ......................................................... 29

c. Obat Wajib Apotek............................................................ 30

D. Perilaku ....................................................................................... 31

1. Pengetahuan ............................................................................ 31

a. Tahu................................................................................... 32

b. Memahami ........................................................................ 32

c. Aplikasi ............................................................................. 32

d. Analisis.............................................................................. 33

e. Sintesis .............................................................................. 33

f. Evaluasi.............................................................................. 33

2. Sikap....................................................................................... 33

3. Tindakan................................................................................. 34

E. Pendidikan ................................................................................... 35

F. Pendapatan ................................................................................... 36

G. Landasan Teori............................................................................ 36

H. Hipotesis...................................................................................... 37

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ 40

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 40

B. Variabel Penelitian ...................................................................... 41

C. Definisi Operasional.................................................................... 42

D. Subyek Penelitian........................................................................ 43

E. Populasi dan Sampel.................................................................... 43

xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

F. Waktu Penelitian.......................................................................... . 44

G. Besar Sampel............................................................................... 44

H. Tempat Penelitian........................................................................ 48

I. Instrumen Penelitian ................................................................... 49

1. Kuesioner ................................................................................ 49

2. Pedoman Wawancara .............................................................. 50

J. Tata Cara Penelitian ..................................................................... 53

1. Analisis Situasi........................................................................ 53

a. Penentuan Masalah............................................................... 53

b. Penentuan Lokasi Penelitian ................................................ 53

c. Perizinan............................................................................... . 53

d. Perhitungan Besar Sampel ................................................... 53

2. Pembuatan Instrumen Penelitian............................................. 54

a. Pedoman Wawancara ........................................................... 54

1. Pembuatan Pedoman Wawancara ..................................... 54

2. Uji Validitas ...................................................................... 54

b. Kuesioner ............................................................................. 55

1. Pembuatan Kuesioner ....................................................... 55

2. Uji Pemahaman Bahasa .................................................... 56

3. Uji Validitas ...................................................................... 56

4. Uji Reliabilitas .................................................................. 57

K. Pengambilan Data ....................................................................... 58

xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

a. Data Kuantitatif .................................................................... 58

b. Data Kualitatif...................................................................... 59

L. Tata Cara Pengolahan Data ......................................................... 59

a. Analisis Data Kualitatif ........................................................ 60

b. Analisis Data Kuantitatif...................................................... 60

1. Analisis Univariat ............................................................ 60

2. Analisis Bivariat............................................................... 60

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 62

A. Karakteristik Responden .............................................................. 62

1. Usia Responden.................................................................... 62

2. Tingkat Pendidikan Responden............................................ 63

3. Jenis Pekerjaan Responden .................................................. 64

4. Tingkat Pendapatan Responden ........................................... 65

5. Status Pernikahan Responden .............................................. 67

B. Identifikasi Permasalahan dalam Swamedikasi Demam............. 67

1. Permasalahan Pengetahuan Mengenai Swamedikasi........... 67

2. Permasalahan Kesesuaian Pengenalan Demam ................... 72

3. Permasalahan Penanganan dan Pemilihan Obat Demam.... 77

C. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku

Swamedikasi Demam.................................................................. 78

1. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan

Perilaku Swamedikasi Demam .......................................... 78

xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Swamedikasi Demam79

A. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Swamedikasi

Demam ......................................................................... 79

B. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Swamedikasi

Demam ......................................................................... 81

C. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Swamedikasi

Demam ......................................................................... 82

3. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi

Demam ............................................................................ 84

A. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pengetahuan Swamedikasi

Demam ......................................................................... 84

B. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Sikap Swamedikasi

Demam ......................................................................... 86

C. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Swamedikasi

Demam ......................................................................... 88

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 91

A. Kesimpulan ................................................................................. 91

B. Saran ............................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 94

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 160

xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel I.Pengukuran Suhu Tubuh Menggunakan Termometer................... 16

Tabel II.Rekomendasi Dosis Antipiretik .................................................... 20

Tabel III.Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi. .................................... 23

Tabel IV.Jumlah dan Distribusi Sampel ..................................................... 45

Tabel V.Jumlah dan Distribusi Sampel di Kota Yogayakarta .................... 45

Tabel VI.Jumlah dan Distribusi Sampel di Kecamatan Gondokusuman.... 46

Tabel VII.Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Demangan............ 46

Tabel VIII.Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Baciro ................. 46

Tabel IX. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kecamatan Wirobrajan .......... 46

Tabel X. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Wirobrajan............. 46

Tabel XI. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Pakuncen .............. 46

Tabel XII. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kabupaten Kulonprogo ........ 47

Tabel XIII. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kecamatan Nanggulan. ....... 47

Tabel XIV. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Banyuroto.......... 47

Tabel XV. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Donomulyo......... 47

Tabel XVI. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kecamatan Wates ............... 47

Tabel XVII. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Sogan ............... 47

Tabel XVIII. Jumlah dan Distribusi Sampel di Kelurahan Wates .............. 48

xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XIX. Jumlah dan Distribusi Sampel yang bersedia mengisi

kuesioner dan diwawancara ........................................ ......... 48

Tabel XX. Bagian Kuesioner ...................................................................... 50

Tabel XXI. Bagian Pedoman Wawancara .................................................. 51

Tabel XXII. Permasalahan Pengetahuan Mengenai Swamedikasi ............. 69

Tabel XXIII. Permasalahan Kesesuaian Pengenalan Demam ................... 72

Tabel XXIV. Permasalahan Penanganan dan Pemilihan Obat Demam..... 77

Tabel XXV. Hasil Uji Normalitas.............................................................. 79

Tabel XXVI. Tabel Krostabulasi Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan... 79

Tabel XXVII. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan dan

Pengetahuan ................................................................. 80

Tabel XXVIII. Uji Chi Square Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan ...... 80

Tabel XXIX. Tabel Krostabulasi Tingkat Pendidikan dan Sikap .............. 81

Tabel XXX. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan dan Sikap 81

Tabel XXXI. Uji Chi Square Tingkat Pendidikan dan Sikap .................... 82

Tabel XXXII. Tabel Krostabulasi Tingkat Pendidikan dan Tindakan....... 83

Tabel XXXIII. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan dan

Tindakan................................................................................ 83

Tabel XXXIV. Uji Chi Square Tingkat Pendidikan dan Tindakan ........... 83

Tabel XXXV. Tabel Krostabulasi Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan. 85

Tabel XXXVI. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan dan

Pengetahuan .......................................................................... 85

xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXXVII. Uji Chi Square Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan .... 85

Tabel XXXVIII. Tabel Krostabulasi Tingkat Pendapatan dan Sikap ........ 86

Tabel XXXIX. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan dan Sikap 87

Tabel XL. Uji Chi Square Tingkat Pendapatan dan Sikap ........................ 87

Tabel XLI. Tabel Krostabulasi Tingkat Pendapatan dan Tindakan........... 88

Tabel XLII. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan dan Tindakan 88

Tabel XLIII. Uji Chi Square Tingkat Pendapatan dan Tindakan............... 89

xix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Mekanisme Fisiologis Pengaturan Suhu .................................. . 10

Gambar 2. Demam dan Infeksi .................................................................. 13

Gambar 3. Skema Terjadinya Demam ....................................................... 14

Gambar 4. Flow Chart Swamedikasi Demam............................................ 24

Gambar 5. Langkah-langkah dalam Pengembangan Intervensi................. 27

Gambar 6. Perubahan Permasalahan Penggunaan Obat ........................... 28

Gambar 7. Skema Teori Aksi menurut Weber........................................... 35

Gambar 8. Skema Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat

Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi .............................. 37

Gambar 8. Bagan Tempat Penelitian ........................................................ 49

Gambar 10. Bagan Tata Cara Penelitian .................................................... 58

Gambar 11. Karakteristik Usia Responden................................................ 63

Gambar 12. Karakteristik Pendidikan Responden ..................................... 63

Gambar 13. Kategorisasi Tingkat Pendidikan ........................................... 64

Gambar 14. Karakteristik Jenis Pekerjaan Responden .............................. 65

Gambar 15. Karakteristik Tingkat Pendapatan Responden ....................... 66

Gambar 16. Kategorisasi Tingkat Pendapatan Responden ........................ 66

Gambar 17. Status Pernikahan Responden ................................................ 67

xx
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ...................................................... 99

Lampiran 2. Kuesioner...................................................................... 117

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ................................................... 120

Lampiran 4. Nilai Reliabilitas Kuesioner.......................................... 128

Lampiran 5. Nilai Uji Normalitas ..................................................... 130

Lampiran 6. Nilai Uji Chi Square ..................................................... 133

Lampiran 7. Karakteristik Responden............................................... 137

Lampiran 8. Data Hasil Wawancara ................................................. 141

xxi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah kegiatan mengobati diri

sendiri dan keluarga dengan menggunakan obat tanpa resep yang dilakukan secara

tepat dan bertanggungjawab, khususnya ditujukan untuk minor illness (Holt dan

Hall, 1990).

Berdasarkan penelitian perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala

penyakit dari Riset Rumah Tangga tahun 1993 yang dilaksanakan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan data mengenai penanganan

kesehatan oleh masyarakat terhadap penyakit yang diderita, yaitu dibiarkan saja

5%, diobati dengan cara sendiri 5%, diobati dengan jamu 9%, memakai obat

bebas 63%, dan pergi ke dokter atau puskesmas 18%. Sedangkan hasil yang

diperoleh di Amerika Serikat tidak jauh berbeda, sebesar 75% dari jumlah

penduduknya merasa menderita sakit. Maka dari jumlah tersebut diketahui bahwa

masyarakat yang mengobati diri sendiri sebesar 65%, pergi ke dokter 25%, dan

yang tidak berbuat apa-apa sebesar 10% (Sartono, 1993). Berdasarkan data

tersebut didapat fakta bahwa persentase penderita sakit yang melakukan

swamedikasi cukup besar.

Swamedikasi lebih dipilih masyarakat daripada pergi ke dokter atau

puskesmas karena memiliki beberapa keuntungan antara lain menghemat biaya

1
2
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dan waktu (Sihvo, 2000), walaupun disadari bahwa keberhasilan pengobatan

memiliki keterbatasan. Agar pelaksanaan pengobatan sendiri atau swamedikasi

dapat berjalan rasional maka diperlukan informasi yang benar dan obyektif serta

mudah dipahami di masyarakat segala lapisan pendidikan. Perilaku pengobatan

sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan, banyak

tidaknya pengalaman seseorang, sikap perilaku masyarakat (doctor minded), ciri

demografi, pertimbangan kemudahan ketersediaan pelayanan kesehatan, sifat dan

ketersediaan produk obat tanpa resep, dan sosial ekonomi (Holt and Hall, 1990).

Beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan tindakan swamedikasi

yaitu: pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta

pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit

ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan

obat – obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter atau OTR / Obat Tanpa

Resep (OTC / Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi

penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional

sebagai bagian dari sistem kesehatan (WHO, 1998).

Suatu penelitian oleh Consumers Healthcare Products Association di

Amerika Serikat menunjukkan populasi wanita dewasa lebih banyak daripada pria

dalam melakukan pengobatan sendiri dan persentase tersebut semakin bertambah

pada wanita dengan semakin bertambahnya usia. Sebanyak 66% wanita saling

memberikan motivasi diantara mereka untuk memahami persoalan kesehatan dan

masalah pengobatannya, hal ini ditemukan pada kelompok pria hanya sebesar

58%. Sebanyak 82% wanita dan 71% pria mengakui menggunakan OTR untuk
3
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

mengobati penyakit ringan yang sering mereka alami. Fakta lain di Amerika

Serikat mengungkapkan bahwa 60% wanita dan 46% pria menggunakan suplemen

makanan, dan masing – masing sebanyak 30% dan 23% menyatakan

menggunakannya sebagai salah satu metode pengobatan bagi penyakit ringan

yang biasa dialami. Sebanyak 35% wanita melakukan swamedikasi dengan

suplemen makanan untuk mengatasi masalah terkait dengan menopause (Pal,

2002).

Beberapa faktor terkait dengan peningkatan perilaku swamedikasi adalah

perkembangan teknologi kesehatan, populasi kelompok geriatrik, harga obat yang

semakin tinggi. Tindakan swamedikasi seperti fenomena “iceberg”. Permasalahan

seputar swamedikasi relatif banyak yang tidak muncul ke permukaan karena

sesuai dengan konsep swamedikasi bahwa tindakan pengobatan dilakukan sendiri

oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan dari tenaga kesehatan.

Demam merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh

melebihi suhu normal (37ºC), biasanya dianggap sebagai gejala suatu penyakit

atau pertanda adanya gangguan kesehatan. Demam umumnya tidak berbahaya jika

tidak terjadi demam tinggi yaitu hingga suhu 40ºC. Demam lebih sering terjadi

pada anak-anak daripada orang dewasa, biasanya demam pada anak disertai

dengan kejang (Depkes, 1997).

Demam adalah salahsatu alasan paling umum yang menyebabkan

orangtua mencari usaha pengobatan untuk anak mereka. Satu dari lima ruang

gawat darurat telah didatangi untuk pengobatan anak-anak yang berhubungan

dengan demam, dan lebih dari 10% anak-anak berusia antara 1 bulan hingga 24
4
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

bulan yang terlihat di ruang dokter spesialis anak telah mengalami demam

(Lipman and Jackson, 2000).

Sebuah penelitian di Yogyakarta menemukan bahwa sebanyak 74,5%

wanita melakukan swamedikasi menggunakan obat demam bagi anak mereka

untuk mengatasi demam pada anak (Rinukti dan Widayati, 2005). Dengan melihat

angka kejadian penyakit demam dan jumlah masyarakat yang cenderung

melakukan swamedikasi untuk mengobati penyakit ringan, termasuk demam,

maka diperlukan adanya peningkatan appropriateness perilaku swamedikasi

demam. Salah satu caranya adalah dengan menyusun suatu modul edukasi untuk

swamedikasi demam.

Penelitian yang dilakukan berada pada tahap penggambaran masalah,

pemrioritasan masalah, dan penganalisisan masalah. Selain itu pada penelitian ini

juga telah dilakukan pre-test yang akan berguna untuk pembuatan modul edukasi

untuk peningkatan appropriateness perilaku swamedikasi demam.

Selain itu dalam penelitian ini juga mencari hubungan antara tingkat

pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi terhadap

demam. Penelitian ini dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Permasalahan

a. Seperti apa karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi demam di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta?

b. Seperti apa permasalahan yang timbul dalam swamedikasi demam oleh

ibu-ibu pelaku swamedikasi demam di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta?
5
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

c. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi demam oleh ibu-ibu di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

d. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan,

sikap, dan tindakan swamedikasi demam oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian ”Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pendapatan

Dengan Perilaku Swamedikasi Demam Oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta” menyerupai beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya,

yaitu :

1. Pola Pemilihan Obat Demam oleh Orang Tua Untuk Anak-anak SD di

Kecamatan Ambarawa (Cahyo, 2003). Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengetahui jumlah persentase obat demam apa saja yang biasa digunakan

oleh orangtua di lingkungan SD di kecamatan Ambarawa pada saat anak

terkena demam.

2. Hubungan Antara Motivasi dan Pengetahuan Orang Tua Dengan Tindakan

Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep Untuk Anak-anak RW V

di Kelurahan Terban Tahun 2004 (Rinukti, 2004). Penelitian tersebut

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dan pengetahuan

orang tua dengan tindakan penggunaan produk obat demam tanpa resep

dan mengetahui karakteristik orang tua yang menggunakan produk obat

demam tanpa resep untuk anak-anak.


6
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

3. Pola Pemilihan dan Penggunaan Obat Demam Tanpa Resep oleh Orangtua

untuk Anak-anak di sekitar Sungai Gadjah Wong (Widowati, 2004).

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui jumlah persentase obat

demam apa saja yang biasa digunakan oleh orangtua pada saat anak

terkena demam.

Perbedaan dengan penelitian di atas adalah penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran permasalahan yang terjadi pada swamedikasi demam dan

mencari hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan terhadap

pengetahuan, sikap, tindakan pada swamedikasi demam di Daerah Istimewa

Yogyakarta, sedangkan dari penelitian-penelitian yang telah disebutkan belum ada

yang membahas mengenai masalah ini.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian

mengenai permasalahan-permasalahan yang terkait dengan swamedikasi serta

mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan

perilaku swamedikasi demam oleh ibu-ibu khususnya di Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini akan dijadikan sebagai dasar/baseline survey untuk

mendesain modul edukasi swamedikasi penyakit ringan khususnya demam.

Modul edukasi yang dihasilkan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai

panduan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi secara tepat dan


7
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

benar untuk meningkatkan appropriateness perilaku swamedikasi demam.

A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui permasalahan pada perilaku swamedikasi demam oleh ibu-

ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta mengetahui hubungan antara

tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi

demam oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang pada akhirnya

akan digunakan dasar/baseline survey untuk mendesain modul edukasi

swamedikasi penyakit ringan khususnya demam.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi demam di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam swamedikasi demam oleh

ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap

dan tindakan swamedikasi demam oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

d. Mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap

dan tindakan swamedikasi demam oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Suhu inti mengarah pada suhu darah yang terdapat di sekitar

hipotalamus, berbeda dengan suhu di sekitar tubuh atau kulit. Suhu inti diatur oleh

sistem feedback yang melibatkan informasi yang ditransmisi antara pusat pengatur

suhu (termoregulator) yang terletak di anterior hipotalamus dan neuron

termosensitif yang terletak di kulit dan sistem kerja otot pusat. Mekanisme

fisiologi dan tingkah laku distimulasi untuk menjaga suhu tubuh dalam jangkauan

normal. Contoh adaptasi tingkah laku terhadap perubahan suhu termasuk

menggunakan baju tambahan, menggosok-gosok kedua tangan, menyesuaikan diri

dengan AC, mencari tempat teduh untuk menghindari panas matahari. Mekanisme

fisiologis pengganti seperti misalnya penghilangan panas (berkeringat, vasodilasi,

hiperventilasi) dalam merespon panas dan juga produksi panas atau konservasi

(gemetar, meringis, vasokonstriksi) dalam merespon dingin dimediasikan oleh

perubahan tingkat sekresi dari berbagai hormon seperti tiroksin, aldosteron,

serotonin, dan katekolamin (Takiya, 2004).

Suhu tubuh rata-rata berkisar 97,5ºF dan 98,9ºF (36,4ºC dan 37,2ºC).

Suhu tubuh yang normal berbeda-beda tiap hari, suhu tubuh puncak tiap hari

antara jam 17.00-19.00, dan mencapai titik terendah antara jam 03.00-05.00 pagi.

Irama yang konsisten terjadi pada umur lebih dari 2 tahun dan lebih sering terjadi

pada anak daripada dewasa. Suhu tubuh dapat berbeda-beda sebesar 1,8°F (1°C)

8
9
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

pada orang dewasa dan 2,58ºF (1,48ºC) pada anak-anak tiap hari tergantung pada

irama circadian normal dan tingkat aktivitas. Anak-anak dan dewasa memiliki

suhu yang naik setelah aktivitas atau olahraga (Takiya, 2004).

Tubuh kita dilengkapi dengan berbagai mekanisme pengaturan termasuk

pengaturan suhu tubuh. Pusat pengaturan suhu adalah hipotalamus (termostat),

suatu bagian kecil pada otak kita, dan pengaturan suhu tubuh disebut dengan set

point. Mekanisme pengaturan ini mempertahankan suhu tubuh agar senantiasa

konstan, berkisar pada suhu 37°C (homotermal). Termostat hipotalamus bekerja

berdasarkan asupan dari ujung saraf dan dari suhu darah yang beredar di tubuh.

Apabila suhu di luar dingin, hipotalamus akan membuat suatu program agar tubuh

tidak merasa kedinginan dengan cara menaikkan set pointnya atau menaikkan

suhu tubuh dengan menggigil atau dengan mengerutkan pembuluh darah,

sehingga pada musim dingin, kita akan menggigil dan tampak pucat. Apabila suhu

di luar panas, hipotalamus harus menurunkan suhu tubuh untuk mencegah heat

stroke dengan mengeluarkan panas tubuh melalui upaya penguapan seperti

berkeringat, pelebaran pembuluh darah, dan pernafasan yang lebih cepat sehingga

pada saat kita merasa panas, tubuh akan berkeringat dan tampak “merah/flushing”

(Pujiarto, 2007).

Mekanisme otak untuk pengaturan panas ditemukan dalam dua bagian

dari hipotalamus yaitu pada (2) preoptic area (POA) dan (2) anterior

hypothalamus (AH). Preoptic Area (POA) dan Anterior Hipotalamus (AH)

memonitor suhu sendiri dan menerima input dari reseptor pada kulit dan spinal
10
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

cord, kemudian mengirim sinyal kepada tubuh untuk melakukan aktivitas seperti

menggigil, peningkatan metabolisme tubuh (Anonim, 2002).

Gambar 1. Mekanisme Fisiologis Pengaturan Suhu (Anonim, 2002)

A. Demam

1. Definisi

Demam didefinisikan sebagai temperatur/suhu tubuh yang lebih tinggi

dari suhu normal 100 F (37,8˚C). Menurut Kadang (2000), demam adalah keadaan

dimana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga 38˚C atau lebih, adapula yang

mengambil batasan lebih dari 37,8˚C. Anak-anak dianggap demam jika

temperatur rektal 38ºC (100,4ºF) atau lebih tinggi dan bila temperatur oral lebih

besar dari 37,6ºC (99,7ºF). Meskipun masih dipertentangkan, temperatur aksila

sebesar 37,3ºC didefinisikan sebagai demam (Barkin, 1993). Demam mulai

menimbulkan ketidaknyamanan fisik saat mencapai 39,5ºC (103ºF). Menurut


11
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Oswari (1995), demam umumnya memang tidak berbahaya tetapi bila demam

tinggi dapat membahayakan anak karena dapat menimbulkan kejang.

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus.

Hal ini mengakibatkan hipotalamus mengirim sinyal untuk meningkatkan suhu

tubuh dan tubuh berespons dengan menggigil (Corwin, 1996).

2. Penyebab

Sebagian besar kasus demam pada anak disebabkan oleh infeksi akut

yang dapat bersifat lokal maupun sistemik (Barkin, 1993).

Demam dapat disebabkan karena infeksi dan non infeksi. Penyebab

inifeksi antara lain kuman, virus, parasit atau mikroorganisme lain. Penyebab non

infeksi antara lain tirototiroksis, dehidrasi pada anak, alergi, stress, trauma,

kelainan kulit yang luas, penyakit keganasan atau kanker dan sebagainya (Depkes,

1997). Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29-52%,

sedangkan 11-20% berhubungan dengan penyakit kolagen, 6-8% dengan

keganasan, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain.

Penyakit infeksi yang paling banyak menimbulkan demam adalah infeksi saluran

nafas akut (ISPA), demam berdarah dengue, dan demam tifoid (terutama pada

daerah endemik). Demam yang terjadi tiba-tiba dan sangat tinggi biasanya

disebabkan oleh virus (Kadang, 2000).

3. Patofisiologi

Manusia adalah makhluk yang dapat mempertahankan suhu tubuhnya

walaupun suhu di sekitarnya berubah, artinya suhu tubuh relatif tetap sekitar

37°C. Pengaturan suhu tubuh ada di susunan saraf pusat yaitu set point
12
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

hipotalamus yang terjadi keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran

panas. Di tempat dingin pembentukan panas bertambah dan pengeluaran panas

berkurang, sebaliknya di tempat panas, pengeluaran panas akan ditingkatkan.

Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada

peninggian suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai

peningkatan set point seperti pada penderita gondongan. Demam adalah gejala

yang menyertai hampir semua infeksi. Infeksi menimbulkan demam karena

endotoksin bakteri merangsang sel lekosit membuat pirogen endogen (PE) yang

bekerja di hipotalamus membentuk prostaglandin yang akan meningkatkan set

point (Kadang, 2000).

Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin-1 yang

disebut pirogen endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag,

dan sel-sel yang mengalami cedera. Interleukin-1 menyebabkan panas dengan

menghasilkan prostaglandin yang merangsang hipotalamus. Apabila sumber

interleukin-1 dihilangkan (misalnya, setelah sistem imun berhasil mengatasi

mikroorganisme) maka kadarnya turun. Hal ini akan mengembalikan titik patokan

suhu ke normal. Dalam jangka waktu yang singkat, suhu tubuh akan tertinggal

dari pengembalian titik patokan tersebut dan hipotalamus akan menganggap

bahwa suhu tubuh terlalu tinggi. Sebagai responnya hipotalamus akan merangsang

berbagai respon misalnya berkeringat untuk mendinginkan tubuh. Aspirin dan

obat antiinflamasi non steroid lainnya menghambat demam dengan menghambat

pembentukan prostaglandin (Corwin,1996).


13
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Gambar 2. Demam dan Infeksi : Infeksi Leukosit interleukin-1


(sitokin) Prostaglandin POA/AH suhu tubuh
meningkat (Anonim, 2002)

Bakteri dan virus dapat menyebabkan demam, biasa disebut dengan

demam pirogen eksogen (Mutschler, 1986). Pirogen merupakan substansi

penyebab demam yang aktif terhadap pertahanan tubuh seseorang sehingga

menyebabkan peningkatan pengaturan panas pada hipotalamus. Pirogen dapat

bersifat eksogen (berasal dari luar tubuh) atau endogen (berasal dari dalam tubuh).

Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, virus, dan produk-produk yang

dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misal, endotoksin). Kerusakan jaringan oleh

sebab apapun dapat menyebabkan demam. Faktor-faktor imunologik seperti


14
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

kompleks imun dan limfokin menimbulkan demam pada penyakit vaskular

kolagen dan keadaan hipersensitivitas. Seluruh substansi di atas menyebabkan sel-

sel fagosit mononuklear membuat pirogen endogen (Amlot, 1989).

Pirogen eksogen
Kompleks imun
5 β steroid
Limfokin Limfosit
merangsang

Sel fagosit mononuklear Sel-sel tumor


menghasikan

Pirogen endogen
melepaskan
Sawar darah otak

Asam arakidonat
diubah menjadi
Prostaglandin

Kadar serotonin dan norepinefrin meningkat di area pre-optik hipotalamus


anterior

Penyimpanan panas Pelepasan panas

Gambar 3. Skema terjadinya demam menurut Amlot (1989)

Endogenous pyrogen adalah suatu protein kecil yang mirip interleukin-1,

yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. Endogenous

pyrogen menginduksi demam melalui pengaruhnya pada area pre-optik di

hipotalamus anterior. Endogenous pyrogen melepaskan asam arakidonat di


15
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

hipotalamus selanjutnya diubah menjadi prostaglandin. Hipotalamus anterior

mengandung banyak neuron termosensitif. Area ini juga kaya dengan serotonin

dan norepinefrin yang memperantarai terjadinya; EP meningkatkan konsentrasi

mediator tersebut. Selanjutnya, kedua mono-amina ini akan meningkatkan

adenosin monosfat siklik (AMP siklik) dan prostaglandin di susunan saraf pusat

(Amlot, 1989).

4. Gejala dan Tanda-tanda Klinis

Demam merupakan sebuah gejala dari suatu proses yang lebih besar,

seperti infeksi, metabolisme abnormal, atau induksi obat (Takiya,2004). Gejala-

gejala terjadinya demam adalah kepala, leher, dan tubuh akan terasa panas, sedang

tangan dan kaki dingin (Soejonoes, Tresnaningsih, Chua, Himawan, dan Kardjito,

1996).

Gejala seperti berkeringat, takikardia, dan kedinginan secara langsung

berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh selama demam, sedangkan gejala

seperti mialgia dan arthalgia lebih berhubungan dengan pelepasan pirogen

endogen. Karena gejala demam tidak spesifik dan tidak terjadi pada semua pasien,

sehingga penting untuk menentukan lebih dahulu etiologi demam dari

simptomatologi (Takiya,2004).

Demam yang tinggi, jika terjadi pada anak dapat terjadi kejang demam

dengan gejala-gejala antara lain tangan dan kaki kejang, mata melirik ke atas, gigi

dan mulut menutup rapat, kesadaran menurun. Pada demam karena infeksi

kemungkinan dapat disertai menggigil. Namun demam yang disertai menggigil

tidak selalu merupakan suatu gejala infeksi karena menggigil dapat juga terjadi
16
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

karena demam yang disebabkan alergi. Keringat yang berlebihan umumnya terjadi

pada saat temperatur turun secara tiba-tiba dan sering terjadi pada dini hari

(Depkes, 1997).

5. Deteksi Demam

Deteksi demam bersifat subyektif tergantung apa yang dirasakan,

misalnya seperti dahi terasa hangat. Pengukuran suhu dengan menggunakan

termometer dapat diambil beberapa patokan.

a. Jangan menduga demam dengan menggunakan perasaan. Bacalah suhu

tubuh dengan menggunakan termometer yang tepat.

b. Untuk anak-anak di atas 6 bulan, metode pengukuran suhu rektal

direkomendasikan. Berhubungan dengan ukuran dan bentuk saluran

telinga bayi; penggunaan termometer timpanik tidak direkomendasikan.

c. Untuk anak-anak 6 bulan sampai 5 tahun, timpanik temporal atau metode

pengukuran oral dapat digunakan. Meskipun terkadang metode

pengukuran rektal dirasakan tidak nyaman, metode lain dapat

direkomendasikan.

d. Untuk anak diatas 5 tahun, metode pengukuran suhu oral, timpanik atau

temporal, dijinkan (Takiya, 2004).

Tabel I. Pengukuran Suhu Tubuh Menggunakan Termometer


(Takiya, 2004)
Bagian tubuh Normal Demam
Rektal 36,6˚C-38˚C 38,8˚C
Oral 35,5˚C-37,5˚C 37,8˚C
Ketiak 34,7˚C-37,2˚C 37,2˚C
Telinga 35,8˚C-38˚C 38,0˚C
17
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

6. Pendekatan Diagnostik

Pendekatan diagnosis yang dilakukan pertama kali adalah anamnesis

riwayat penyakit, orangtua biasanya menceritakan tentang hasil pengamatan yang

tidak spesifik mengenai perilaku anak serta tanda dan gejala yang menyertai

demam. Pendekatan diagnostik kedua dilakukan dengan pemeriksaan fisik untuk

menilai reaksi penderita, hal ini sebaiknya dilakukan secara sistematis.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memusatkan pengamatam pada saat anak

bermain atau meminta anak melihat cahaya, benda bersinar yang digerakkan atau

mengikuti orangtuanya. Jika kesadaran anak menurun (letargi), maka anak

tersebut terserang demam. Pendekatan diagnosis terakhir adalah dengan

memberikan antipiretik awal untuk mempermudah pemeriksaan, sehingga dapat

diperoleh hasil yang lebih akurat. Banyak anak yang semula cengeng dan tidak

tertarik pada hal-hal di sekitarnya akan menjadi tenang setelah pemberian

antipiretik. Respon terhadap antipiretik tidak dapat digunakan untuk

memperkirakan prevalensi kasus bakteremia (Barkin,1993).

7. Penatalaksanaan Terapi

Tidak semua demam perlu diberikan terapi dengan obat (misalnya

sesudah imunisasi), mungkin hanya tindakan berupa kompres saja bahkan tidak

perlu menggunakan air es. Perlu juga diketahui peranan demam terhadap penyakit

apakah menguntungkan atau merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan

bagian dari pertahanan tubuh, sedangkan penurunan suhu dengan obat-obatan

justru dapat mengaburkan gejala, pemberian obat yang relatif tidak aman lebih
18
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

berbahaya dari demamnya sendiri, misalnya resiko alergi atau keracunan (Lipman

dan Jackson, 2000).

Penatalaksanaan demam bertujuan untuk memberi kenyamanan pada

penderita dengan menurunkan suhu tubuh (Amlot, 1989). Demam pada anak

dapat diobati dengan cara nir obat maupun menggunakan obat. Jika

pengobatannya melalui nir obat dapat dilakukan dengan kompres menggunakan

air hangat karena uap air dari badan dapat mengurangi suhu tubuh (Anonim,

2004). Air es tidak boleh digunakan untuk mengompres, karena es akan membuat

pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Hal ini mengakibatkan

suhu badan semakin tinggi (Theophilus, 2004).

a. Tujuan terapi demam

Terapi demam dimaksudkan untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat

demam dengan cara menurunkan suhu tubuh ke kisaran normal (Takiya, 2004).

b. Sasaran terapi demam

Prostaglandin E merupakan sasaran terapi demam karena berperan

penting pada mekanisme terjadinya demam, AMP siklik juga memiliki peran

sentral pada terjadinya demam. Prostaglandin E diproduksi ketika terjadi sirkulasi

pirogen-pirogen dan bereaksi terhadap hipotalamus anterior untuk meningkatkan

panas. Dalam reaksinya terhadap prostaglandin dan untuk mengubah konsentrasi

monoamin, hipotalamus mulai mengatur suhu tubuh untuk menyesuaikan dengan

kenaikan suhu tubuh (Amlot, 1989).


19
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

c. Strategi terapi demam

Penatalaksanaan demam dapat dilakukan dengan obat (farmakologi) dan

non obat (non farmakologi) atau kombinasi kedua-duanya.

1. Terapi Non Farmakologi

Langkah-langkah penanggulangan demam tanpa obat antara lain:

menggunakan pakaian yang tidak panas, tidak menggunakan selimut tebal,

memperhatikan aliran udara dalam ruangan, minum yang cukup untuk mengganti

kehilangan cairan tubuh, tidur yang cukup agar metabolisme berkurang,

melakukan kompres dengan air hangat dan tidak dianjurkan dengan alkohol

karena bau alkohol menyebabkan ketidaknyamanan bagi anak. Alkohol tidak

direkomendasikan untuk mengompres karena dapat menyebabkan iritasi mata dan

keracunan (Theophilus, 2004). Selain itu, Pengompresan dengan alkohol dapat

menyebabkan depresi susunan saraf pusat (Darwis dan Ismail, 1982).

Segala strategi terapi demam harus memperhitungkan penyebab dari

demam yang bersangkutan (Skach dan Fitz, 1988).

2. Terapi Farmakologi

Jika pengobatannya menggunakan obat, dapat dipilih parasetamol

sebagai antipiretik (Oswari, 1995). Penggunaan aspirin pada anak harus dihindari

karena terkait dengan dengan terjadinya sindrom Reye (Amlot, 1989). Anak yang

terserang demam harus pergi ke dokter jika anak tersebut berumur dibawah 6

bulan, demam disertai kejang-kejang, diare atau muntah-muntah, anak baru

dioperasi atau menderita penyakit kronis seperti ginjal, kanker, diabetes, dan
20
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

mempunyai sejarah kejang karena demam, ada tanda-tanda dehidrasi, suhu anak

lebih dari 40ºC, demam berlangsung lebih dari 3 hari (Anonim, 2003).

Antipiretik mencegah sintesis prostaglandin yang menurunkan feedback

antara neuron pengatur suhu dan hipothalamus, mengurangi set point

hipothalamik selama demam. Semua antipiretik menurunkan produksi PGE2

dengan menghambat enzim siklo oksigenase. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

dan aspirin juga dapat menghambat enzim siklo oksigenase, enzim pada periphery

dan Central Nervous System (CNS), dimana asetaminofen dapat menghambat

enzim siklo oksigenase pada CNS. Pada studi klinis, ibuprofen dan aspirin

menunjukkan kecepatan efikasi yang lebih tinggi daripada asetaminofen dalam

menurunkan suhu saat digunakan pada dosis normal. Akan tetapi, banyak obat

analgesik/antipiretik tanpa resep (contohnya : asetaminofen, aspirin, ibuprofen,

naproxen sodium, ketoprofen) dinilai tepat dan diindikasikan untuk terapi demam

(Takiya,2004)

Tabel II. Rekomendasi dosis untuk antipiretik tanpa resep (Takiya, 2004)
Nama generik dan Dosis dewasa (maksimum Dosis pediatrik (maksimum
nama dagang dosis per hari) dosis per hari)

Parasetamol 325-650 mg tiap 4 jam (4000 10-15 mg/kg tiap 4-6 jam
(Feverall, Tempra, mg) 160-180 mg tiap 4 jam
Tylenol) (2400 mg)
Aspirin (Ascription, 650 mg tiap 4 jam (4000 mg) 10-15 mg/kg tiap 4-6 jam
Bayer, Half-Prin, St. 162-486 mg tiap 4 jam (80
Joseph) mg/kg)
Ibuprofen (Advil, 200-400 mg tiap 4-6 jam 5-10 mg/kg tiap 6-8 jam (40
Motrin IB) (1200 mg) mg/kg)
Naproxen sodium 220-440 mg tiap 8-12 jam 2.5-10 mg/kg tiap 12 jam
(660 mg) (10 mg/kg)
Ketoprofen (Orudis 12.5-25 mg tiap 6-8 jam (75 Tidak diijinkan untuk anak-
KT) mg) anak di bawah 16 th
21
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

8. Zat Aktif Obat Demam

Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya

panas. Alat pengatur suhu tubuh ada di hipotalamus. Pada keadaan demam

keseimabangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip

aspirin. Peningkatan suhu tubuh diawali dengan pelepasan suatu pirogen atau

sitokin seperti interleukin-1 yang memacu pelepasan prostaglandin yang

berlebihan di daerah optik hipotalamus. Obat mirip aspirin menekan efek zat

pirogen endogen dengan menghambat sintesis prostaglandin (Wilmana, 1995).

Obat analgetik-antipiretik adalah obat-obat yang menghilangkan atau

mengurangi rasa sakit, sekaligus menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Obat

analgetik-antipiretik mempengaruhi pusat-pusat pengatur kalor dari sistem saraf

pusat (SSP) yang terletak di hipotalamus. Reaksi yang timbul adalah vasodilatasi

pada kulit yang mengakibatkan pengeluaran kalor bertambah. Menurut Sartono

(1993), obat analgetik-antipiretik dapat digolongkan antara lain turunan salisilat

(asetosal dan salisilamid), turunan para-aminofenol (asetaminofen), turunan

pirazolon (metampiron dan fenilbutazon), turunan asam antharanilat (asam

mefenamat), turunan indene (indometasin), golongan feniramidol (feniramidol

HCl).

B. Swamedikasi

1. Definisi

Swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat –

obatan (termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu untuk mengobati

penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri (WHO, 1998).


22
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Perilaku Swamedikasi

Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam

mengatasi masalah kesehatan (doctor minded), demografi dan epidemiologi,

ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan

faktor sosial ekonomi (Holt and Hall, 1990). Suatu survei yang pernah dilakukan

di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terjadi peningkatan perilaku swamedikasi

di kalangan masyarakat dengan beberapa parameter yaitu: 1) tingkat kepuasan

konsumen terhadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi masalah

kesehatannya, 2) kecenderungan melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa

resep untuk mengatasi simptom yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum

diderita, 3) keyakinan bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai

sesuai petunjuk, 4) keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh

dengan resep dokter, diubah menjadi tanpa resep, 5) kesadaran membaca label

sebelum memilih dan menggunakan obat tanpa resep, terutama mengenai aturan

pakai dan cara pakai serta efek samping obat (Pal, 2002). Penggunaan obat tanpa

resep untuk swamedikasi menuntut kepastian bahwa obat tersebut terbukti aman,

berkualitas dan memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt and Hall, 1990).

3. Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi

Swamedikasi untuk gejala atau penyakit ringan dirasakan oleh penderita

memberikan keuntungan, antara lain kepraktisan dan kemudahan melakukan

tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997).

Beberapa keuntungan dan kerugian sehubungan dengan peningkatan perilaku


23
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

swamedikasi terhadap penderita, dokter / pelayanan kesehatan, farmasis,

pengambil kebijakan dan industri farmasi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini

(Sihvo, 2000).

Tabel III. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi


(Sihvo, 200b)
Obyek Keuntungan Kerugian
Pasien Kenyamanan dan Diagnosis tidak sesuai /
kemudahan akses tertunda
Tanpa biaya periksa/ Pengobatan berlebihan /
konsultasi tidak sesuai
Hemat waktu Kebiasaan menggunakan
OTR
Empowerment Adverse Drug Reaction
Ada indikasi yang tak
terobati
Kenaikan biaya berobat
Dokter/sarana Penurunan beban kerja Tidak dapat melakukan
pelayanan kesehatan monitoring terapi
Lebih banyak waktu untuk Kehilangan kesempatan
menangani kasus penyakit untuk konseling dengan
berat pasien
Berkurangnya peran
Berkurangnya pendapatan
Farmasis Perannya akan lebih Adanya konflik
dibutuhkan di Apotek kepentingan antara bisnis
dan etika profesi
Pengambil Menghemat biaya kesehatan -
kebijakan masyarakat
Industri Farmasi Meningkatkan profit pada
penjualan obat bebas

4. Swamedikasi Demam

Pengobatan demam meliputi pengobatan dengan menggunakan

antipiretik yang digunakan berlanjut selama 24 jam disertai dengan terapi non

farmakologis. Swamedikasi demam dinilai tepat untuk sebagian besar pasien;

akan tetapi evaluasi medis diperlukan untuk pasien dengan kondisi tertentu seperti

kriteria eksklusi untuk swamedikasi demam (Takiya, 2004).


24
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Swamedikasi Demam

Pasien yang dicurigai demam

Bagaimana pasien mengukur suhu


tubuh?

Apakah suhu tubuh telah diukur


dengan tepat? Pengukuran suhu tubuh yang tepat.
Tidak

Ya
Carilah informasi gejala, riwayat
pengobatan, informasi alergi.

Keputusan untuk pengobatan sendiri


tidak dilakukan untuk :
1. Pasien berumur >3bulan dengan suhu
anus >104ºF (40ºC)
2. Anak-anak berumur <3 bulan dengan
suhu anus >101ºF (38.3ºC)
3. Gejala infeksi
4. Resiko hiperthermia
5. Kekurangan oksigen (gagal nafas,
serangan jantung) Pengobatan medis
6. Reaksi imun (kanker, HIV)
Ya
7. Kerusakan saraf pusat (trauma, stroke)
8. Anak-anak dengan riwayat febrile
seizure atau seizure

Tidak
Suhu oral >101ºF (38.3ºC) atau setara Ya Terapi tanpa obat dan pengobatan dengan
antipiretik tergantung faktor pasien.
Tidak
Terapi tanpa obat dan pengobatan
dengan antipiretik jika pasien merasa
tidak nyaman atau atas permintaan
dokter.

Tidak
Demam membaik setelah 3 hari Dirujuk ke dokter
pengobatan

Ya
Hentikan terapi

Gambar 4. Flow Chart Swamedikasi Demam (Takiya, 2004)


25
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

5. Penyakit Ringan

Terdapat bermacam – macam pengertian minor ailments, namun secara

umum didefinisikan sebagai kondisi klinis yang relatif ringan dan hanya

membutuhkan sedikit intervensi atau bahkan tidak sama sekali (self-limited

disease). Beberapa contoh penyakit ringan antara lain infeksi saluran napas atas

karena virus, pusing, demam, batuk, gusi bengkak, dermatitis kontak, dan diare

(Colin-Thome, 2001).

6. Peran Apoteker dalam Pengobatan Sendiri

Dalam pengobatan sendiri apoteker berperan dalam hal pemberian

informasi, saran dan konseling. Peran ini dapat membantu masyarakat memilih

produk obat yang efektif dan aman. Apoteker yang bekerja di apotek tidak hanya

memberikan informasi obat namun bisa pula membantu dalam merekomendasikan

obat apa yang sebaiknya dipilih untuk pasien. Apoteker tidak hanya bertugas

untuk menyediakan, menyiapkan dan menyerahkan obat saja, namun harus

menjamin bahwa obat yang diberikan efektif, aman, dan bermutu baik serta sesuai

dengan kebutuhan pasien. Dalam pengobatan sendiri, apoteker juga berperan

dalam dalam hal pemberian informasi penggunaan obat dengan tepat dan

menyarankan agar pasien patuh pada peraturan pemakaian obat. Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:922/MENKES/PER/X/1993 pasal 15 ayat 4 disebutkan bahwa upaya

penggunaan obat yang benar oleh masyarakat, apoteker wajib memberikan

informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan

rasional atas permintaan masyarakat (DepKes R.I., 1996a).


26
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Apoteker sebagai garis depan dari pelayanan kesehatan berkewajiban

untuk membantu pasien dalam mengevaluasi kondisinya. Sebagai langkah awal

apoteker dapat menyarankan salah satu diantaranya yaitu tanpa menggunakan obat

apapun, perawatan sendiri atau menyarankan untuk pergi ke tenaga medis lain

seperti dokter sesuai dengan kondisi yang dialami penderita (Issets dan Brown,

2004).

7. Pengobatan Rasional

World Health Organization (WHO) merekomendasikan enam langkah

dalam pengobatan rasional, yaitu: menentukan masalah pasien; menetapkan tujuan

pengobatan; memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih serta meneliti

efektivitas dan keamanannya; memulai pengobatan dengan membuat resep;

memberi informasi, instruksi dan hal-hal yang perlu diwaspadai; dan terakhir

melakukan monitoring (WHO, 1994).

Apabila keputusan untuk memberikan obat telah diambil maka

pertanyaan yang harus dijawab adalah efek klinis apa yang diharapkan dari obat

yang akan diberikan. Pengobatan diupayakan dapat memberikan manfaat yang

maksimal dan resiko yang sekecil-kecilnya; diantara beberapa alternatif yang ada

hendaknya dipilih obat yang paling terjangkau oleh pasien dan memberikan

manfaat klinik yang setara; mutu terjamin; serta merupakan obat yang benar-benar

dibutuhkan dan mudah didapat (Nasution dan Lubis, 1993).

8. Upaya Peningkatan Kerasionalan Perilaku Swamedikasi

Langkah-langkah pengembangan intervensi oleh Hubley (1993) terdiri

dari 4 tahapan. Tahapan tersebut kemudian digunakan oleh World Health


27
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Organization (2004) untuk meningkatkan perilaku swamedikasi yang rasional

oleh masyarakat. Salah satu bentuk intervensi adalah edukasi kepada masyarakat.

Berikut ini langkah-langkah dalam pengembangan suatu intervensi yang

efektif pada penggunaan obat yang rasional oleh konsumen dijabarkan pada

gambar berikut :

Langkah 1
Mendeskripsikan penggunaan obat dan
mengidentifikasi permasalahan

Langkah 2
Memprioritaskan permasalahan

Langkah 3
Menganalisis permasalahan dan
Meningkatkan mengidentifikasi solusi/penyelesaian
analisis

Meningkatkan intervensi
Langkah 7 Langkah 4
Memonitor dan mengevaluasi intervensi Memilih dan mengembangkan intervensi

Meningkatkan intervensi

Langkah 6 Langkah 5
Menerapkan/mengimplementasikan Pre-test intervensi
intervensi

Gambar 5. Langkah-langkah pengembangan suatu intervensi (WHO, 2004).


28
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

1. Pengukuran
Measure Existing Practices
(Studi Kuantitatif Deskriptif)

4. Follow Up 2. Diagnosa
Pengukuran Perubahan Meningkatkan Diagnosis Identifikasi Problem Spesifik
Outcome dan Penyebab
(Evaluasi Kuantitatif (Studi Kualitatif dan
dan Kualitatif) Kuantitatif Mendalam)
Peningkatan Intervensi

3. Perlakuan
Membuat rancangan dan melaksanakan
intervensi
(mengumpulkan data)

Gambar 6. Langkah-langkah pengembangan intervensi (Hubley, 1993)

8. Penggolongan Obat untuk Swamedikasi

Penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 6 golongan yaitu: 1) obat

bebas, 2) obat bebas terbatas, 3) obat wajib apotek (OWA), 4) obat keras, 5)

psikotropika, dan 6) narkotika (DepKes RI, 1996b). Golongan obat yang dapat

diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas dan OWA, khusus

untuk yang disebut terakhir adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep

dokter hanya oleh Apoteker di Apotek dan terbatas pada obat keras yang

tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Obat Wajib

Apotek (DepKes RI, 1996c).

Golongan obat bebas dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter,

baik di apotek maupun di toko – toko atau warung. Obat bebas terbatas juga dapat
29
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dibeli tanpa resep dokter, dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah

ditentukan dan disertai tanda peringatan (Depkes RI, 1997).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

949/MENKES/PER/VI/2000 tentang Registrasi obat jadi pasal 1 ayat 1 obat jadi

adalah sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi dan kontrasepsi

yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan dan peningkatan kesehatan.

a. Obat bebas

Salah satu jenis obat yang beredar di pasaran adalah obat tanpa resep.

Obat tanpa resep adalah obat-obat yang oleh FDA dinyatakan efektif dan aman

jika digunakan tanpa resep apabila mengikuti petunjuk yang tertera pada kemasan

(Pal, 2002).

b. Obat bebas terbatas

Pada jaman Belanda, kelompok obat ini juga disebut daftar W (W=

waarschuwing= peringatan). Obat kelompok ini diperjualbelikan secara bebas

dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai dengan

tanda peringatan. Tanda peringatan ditulis dengan huruf putih di atas kertas yang

umumnya berwarna hitam (Widjajanti, 1989).

Menurut SK Menteri Kesehatan RI nomor 6355/Dirjen/SK/1969, ada

enam macam tanda peringatan yang dicantumkan dalam kemasan obat bebas

terbatas sesuai dengan obatnya, yaitu:


30
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

1) P.No.1.Awas ! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam, contoh:

Procold, Antimo.

2) P.No.2.Awas ! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan, contoh:

Betadine kumur.

3) P.No.3.Awas ! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan, contoh:

Betadine untuk antiseptik lokal dan Desinfektan.

4) P.No.4.Awas ! Obat keras. Hanya untuk dibakar, contoh: Rokok anti asma.

5) P.No.5.Awas ! Obat keras. Tidak boleh ditelan, contoh: Suppositoria

Dulcolax.

6) P.No.6.Awas ! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan, contoh: Anusol

Suppositoria untuk wasir.

c. Obat Wajib Apotik

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh

apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Dalam melayani pasien yang

memerlukan obat wajib apotek, apoteker diwajibkan untuk memenuhi ketentuan

dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam obat wajib apotek

yang bersangkutan. Apoteker di apotek juga diwajibkan membuat catatan pasien

serta obat yang telah diserahkan dan memberikan informasi meliputi dosis dan

aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan hal lain yang perlu

diperhatikan oleh pasien (DepKes R.I., 1996b). Pertimbangan kebijaksanaan obat

wajib apotik, yaitu:

a) bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya

sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dirasa perlu ditunjang dengan


31
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan

rasional;

b) bahwa peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional dapat

dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk

pengobatan sendiri yang sekailgus menjamin penggunaan obat secara tepat,

aman, dan rasional;

c) bahwa oleh karena itu, peran apoteker di apotik dalam pelayanan KIE

(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada

masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri.

d) bahwa untuk itu perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Obat

Keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek.

Termasuk obat wajib apotik, yaitu :

a) obat wajib apotik nomor 1 misal: salep gentamisin, tablet metoklorpramid

b) obat wajib apotik nomor 2 misal: salep deksametason, salep bacitrasin

c) obat wajib apotik nomor 3 misal: tablet allupurinol, tablet piroksikam

C. Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan)

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah

informasi yang disimpan dalam ingatan seseorang sehingga menimbulkan

persepsi tentang suatu obyek (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,


32
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

penciuman, rasa,dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan, meliputi tahu (know), paham

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),

dan evaluasi (evaluation).

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai kegiatan mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

dapat menjelaskan dan menyebutkan contoh terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.


33
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi barui dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu matei atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, tau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

2. Sikap

Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan

yang menguntungkan atau tidak menguntungkan yang bertahan lama dari

seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan (Kotler, 1997). Sikap seseorang

terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)

maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek

tersebut (Azwar, 1988).


34
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak

sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam

interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang

satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi

pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut,

interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik

maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam interaksi sosialnya,

individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu tehadap berbagai objek

psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, serta faktor

emosi dalam diri individu (Azwar, 1988).

3. Tindakan

Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan

berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu

obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu merupakan tindakan sosial

yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang

paling tepat (Sarwono, 1997).

Kondisi obyektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu

nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Menurut Parson

bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi tiga sistem, yaitu sistem
35
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian masing-masing individu (Sarwono,

1997).

(a) Teori Weber :

INDIVIDU

STIMULUS Pengalaman TINDAKAN


Persepsi
Pemahaman
Penafsiran
(b) Teori Parsons :

Sistem Sosial

Sistem Budaya INDIVIDU PERILAKU

Sistem Kepribadian

Gambar 7. (a) Skema teori aksi menurut Weber; (b) Skema teori aksi
menurut Parson (Sarwono, 1997)

D. Pendidikan

Terkait erat dengan pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan

didefinisikan sebagai serangkaian proses belajar yang ditandai dengan

penyampaian materi dan pendidik terhadap anak didik dan bermaksud untuk

menghasilkan perubahan tingkah laku (Andersen, 1975).

Menurut Andersen (1975), perbedaan tingkat pendidikan dapat

menyebabkan perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan oleh individu berkaitan

dengan pengetahuan kesehatan, nilai, dan sikap. Studi yang dilakukan oleh Wilder

dalam Andersen (1975) menunjukkan bahwa untuk pengobatan pada dokter

terdapat hubungan langsung yang lemah antara pendidikan dari kepala keluarga

dengan penggunaan pelayanan kesehatan.


36
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

E. Pendapatan

Pendapatan berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Bagi

masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah, biaya pengobatan menjadi

pertimbangan utama dalam mencari pengobatan. Biaya pengobatan menjadi

pertimbangan penting bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah,

sehingga mereka akan cenderung mencari pertolongan kesehatan disesuaikan

dengan kemampuan keuangannya. Bukan tidak mustahil, apabila mereka tidak

memiliki keterbatasan dalam keuangan, maka mereka akan menggunakan

pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas (Greenley, 1980).

F. Landasan Teori

Perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan adalah

informasi yang disimpan dalam ingatan seseorang sehingga menimbulkan

persepsi tentang suatu obyek (Dharmmesta dan Handoko, 2000). Sikap adalah

evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan

atau tidak menguntunkan yang bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa

obyek atau gagasan (Kotler, 1997). Tindakan individu dilakukan berdasarkan atas

pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu obyek stimulus atau

situasi tertentu (Sarwono, 1997).

Pengetahuan
Perilaku
Tingkat Sikap
Pendidikan
Tindakan
37
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Pengetahuan
Perilaku
Tingkat Sikap
Pendapatan
Tindakan

Gambar 8. Skema Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan


dengan Perilaku Swamedikasi

Menurut Andersen (1975), perbedaan tingkat pendidikan dapat

menyebabkan perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan oleh individu berkaitan

dengan pengetahuan kesehatan, nilai, dan sikap.

Tingkat pendapatan berhubungan dengan tindakan dalam menggunakan

pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah,

biaya pengobatan menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan. Biaya

pengobatan menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat dengan tingkat

ekonomi yang rendah, sehingga mereka akan cenderung mencari pertolongan

kesehatan disesuaikan dengan kemampuan keuangannya (Hendarwan, 2003).

G. Hipotesis

1. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Perilaku Swamedikasi Demam

a. Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai swamedikasi


demam

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan

mengenai swamedikasi demam

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai

swamedikasi demam
38
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

b. Hubungan tingkat pendidikan dan sikap terhadap swamedikasi demam

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap

swamedikasi demam

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap

swamedikasi demam

c. Hubungan tingkat pendidikan dan tindakan dalam swamedikasi demam

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan dalam

swamedikasi demam

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan dalam

swamedikasi demam

2. Hubungan Tingkat Pendapatan dan Perilaku Swamedikasi Demam

a. Hubungan tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai swamedikasi


demam

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dan pengetahuan

mengenai swamedikasi demam

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan pengetahuan mengenai

swamedikasi demam

b. Hubungan tingkat pendapatan dan sikap terhadap swamedikasi demam

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dan sikap terhadap

swamedikasi demam

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan sikap terhadap

swamedikasi demam
39
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

c. Hubungan tingkat pendapatan dan tindakan dalam swamedikasi demam

H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dan tindakan dalam

swamedikasi demam

H1 = Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan tindakan dalam

swamedikasi demam

Apabila r hitung lebih kecil dari nilai r tabel dengan taraf signifikansi 0,05

maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Demikian sebaliknya, apabila r

hitung lebih besar daripada nilai r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 maka H0

akan diterima.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ”Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan

Dengan Perilaku Swamedikasi Demam Oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah Istimewa

Yogayakarta meliputi 2 sub penelitian yaitu penelitian non eksperimental

deskriptik yang menggambarkan permasalahan pada perilaku swamedikasi

demam oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan non

eksperimental analitik yaitu hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat

pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pada perilaku swamedikasi

demam oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian analitik

yaitu penelitian yang melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomena, baik

antar faktor resiko dengan efek, antar faktor resiko, maupun antar efek

(Praktiknya, 2003). Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggunakan, menggambarkan, atau

melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga, atau

masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya (Nawawi, 2005).

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional (studi

potong lintang). Penelitian cross sectional merupakan penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek, dengan model

40
41
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

pendekatan atau observasi pada suatu saat (point time approach), atau dengan

model pendekatan (Pratiknya, 2003).

A. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan tingkat

pendapatan ibu rumah tangga yang melakukan swamedikasi demam.

2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan

tindakan ibu rumah tangga pada perilaku swamedikasi demam.

B. Definisi Operasional

1. Swamedikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemilihan dan

penggunaan obat tanpa resep dokter, obat herbal dan obat tradisional yang

dilakukan oleh ibu rumah tangga untuk mengobati demam dan

menghilangkan gejalanya.

2. Demam merupakan keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh melebihi

normal.

3. Obat demam adalah obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat tradisional

yang dapat digunakan untuk menghilangkan demam.

4. Responden adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di Daerah Istimewa

Yogyakarta yang pernah melakukan, menangani, dan mendengar

pengobatan sendiri atau swamedikasi demam.


42
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

5. Ibu-ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wanita yang pernah

menikah dan tercantum dalam kartu keluarga sebagai istri atau sebagai

kepala keluarga.

6. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diakui oleh responden.

Tingkat pendidikan tinggi apabila pendidikan terakhir SMA,Perguruan

Tinggi atau Akademi yang sederajat, sedangkan tingkat pendidikan rendah

apabila pendidikan terakhir yang ditempuh SLTP, SD, dan tidak sekolah.

7. Tingkat pendapatan adalah pendapatan bapak dan atau ibu per bulan.

Tingkat pendapatan tinggi apabila penghasilan per bulan lebih dari Rp.

1.500.000,-, sedangkan tingkat pendapatan rendah apabila penghasilan per

bulan kurang dari Rp. 1.500.000,-.

8. Identifikasi Permasalahan dalam penelitian ini meliputi permasalahan pada

pengetahuan mengenai swamedikasi, permasalahan pada kesesuaian

pengenalan demam, dan permasalahan dalam penanganan dan pemilihan

obat demam.

9. Perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang diketahui dan atau

dilakukan dalam swamedikasi demam.

10. Pengetahuan adalah sejauh mana responden mengetahui dan memahami

swamedikasi demam. Pengetahuan responden dikategorikan tinggi apabila

nilai pengetahuan lebih besar dari nilai median pengetahuan seluruh

responden, sedangkan rendah jika nilai pengetahuan lebih kecil atau sama

dengan nilai median pengetahuan seluruh responden.


43
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

11. Sikap adalah respon dan penilaian responden mengenai swamedikasi

demam. Sikap responden dikategorikan positif apabila nilai sikap responden

lebih besar dari nilai median sikap seluruh responden, sedangkan

dikategorikan negatif apabila nilai sikap lebih kecil atau sama dengan nilai

median sikap seluruh responden.

12. Tindakan adalah hal yang akan dilakukan responden sebagai salah satu

wujud swamedikasi demam. Tindakan responden dikategorikan positif

apabila nilai tindakan lebih besar dari nilai median tindakan seluruh

responden, sedangkan dikategorikan negatif apabila nilai tindakan lebih

kecil atau sama dengan nilai median tindakan seluruh responden.

C. Subyek Penelitian

Kriteria inklusi penelitian ini adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di

Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang pernah melakukan

swamedikasi demam baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, sehat

rohani dan jasmani, dan berumur kurang dari sama dengan 60 tahun.

D. Populasi dan Sampel

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah ibu-ibu di Kabupaten

Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang pernah melakukan swamedikasi demam.

Populasi aktual (populasi sumber) penelitian ini adalah ibu-ibu di 8

dusun di 4 desa dan 2 kecamatan masing-masing di Kabupaten Kulonprogo dan

Kota Yogyakarta yang pernah melakukan swamedikasi demam.


44
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Populasi studi (sampel) adalah ibu rumah tangga di 8 dusun di 4 desa di

2 kecamatan masing-masing di Kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang

pernah melakukan swamedikasi demam yang terpilih secara acak (random).

E. Waktu Penelitian

Penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat

Pendapatan Dengan Perilaku Swamedikasi Demam Oleh Ibu-Ibu di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta” dilakukan mulai dari Bulan Mei – Bulan Oktober

2007. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Juni – September 2007.

F. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan rumus multistage random sampling.

Pada penelitian ini ditetapkan kesalahan maksimum terhadap perilaku

swamedikasi di populasi adalah 8 % dengan tingkat kepercayaan 95 %, sehingga

besar sampel untuk perkiraan proporsi populasi 0,5 % adalah 151 sampel.

Proporsi populasi yang ditetapkan berdasarkan Iwan Ariawan (1998) karena tidak

terdapatnya penelitian sebelumnya yang digunakan untuk menetapkan proporsi

penduduk di Yogyakarta yang memiliki perilaku swamedikasi untuk demam.

Sebanyak 151 sampel dinaikkan 10% sehingga jumlah sampel menjadi 166,1

orang dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

responden meninggal dunia. Sebanyak 166,1 sampel dibulatkan menjadi 165

sampel.
45
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Selanjutnya, 165 sampel ini didistribusikan secara proporsional sebagai

berikut :

1. Jumlah responden di Kabupaten Kulonprogo adalah 457.779 dibagi

979.278, kemudian dikalikan 165 didapatkan sejumlah 77 responden.

2. Jumlah responden di Kota Yogyakarta adalah 521.499 dibagi 979.278,

kemudian dikalikan 165 didapatkan sejumlah 88 responden.

Tabel IV. Jumlah dan distribusi sampel


Jumlah Jumlah
No Kabupaten/Kota penduduk *) sampel
1 Kota Yogyakarta 521.499 88
2 Kulonprogo 457.779 77
Total 979.278 165
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Dengan cara yang sama (jumlah penduduk di suatu tempat dibagi dengan

jumlah total penduduk di kabupaten atau kota terpilih dan dikalikan dengan

jumlah responden yang akan diambil dari kabupaten atau kota tersebut) dilakukan

distribusi sampel secara proporsional untuk tiap kecamatan, desa, dan dusun/RW

sebagai berikut:

Tabel V. Jumlah dan distribusi sampel di Kota Yogyakarta


Jumlah Jumlah
No Kecamatan penduduk *) sampel
1 Gondokusuman 13664 58
2 Wirobrajan 7123 30
Total 20787 88
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta
46
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel VI. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Gondokusuman


Jumlah Jumlah
No Kelurahan penduduk *) sampel
1 Demangan 2696 22
2 Baciro 4392 36
Total 7088 58
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel VII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Demangan


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 RW 02 134 7
2 RW 08 263 15
Total 397 22
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel VIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Baciro


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 RW 02 91 18
2 RW 08 87 18
Total 178 36
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel IX. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wirobrajan


Jumlah Jumlah
No Kelurahan penduduk *) sampel
1 Wirobrajan 2256 14
2 pakuncen 2600 16
Total 4856 30
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

abel X. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wirobrajan


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 RW 02 140 7
2 RW 08 125 7
Total 256 14
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel XI. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Pakuncen


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 RW 02 269 10
2 RW 08 149 6
Total 418 16
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta
47
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XII. Jumlah dan distribusi sampel di Kabupaten Kulonprogo


Jumlah Jumlah
No Kecamatan penduduk *) sampel
1 Nanggulan 6384 29
2 Wates 10500 48
Total 16884 77
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel XIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Nanggulan


Jumlah Jumlah
No Kelurahan penduduk *) sampel
1 Banyuroto 806 12
2 Donomulyo+ 1102 17
Total 1908 29
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel XIV. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Banyuroto


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 Dlingo 158 6
2 Ngangin-Ngangin 152 6
Total 310 12
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakart

Tabel XV. Jumlah dan distribusi sampel di kelurahan Donomulyo


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 Penjalin 143 9
2 Dukuh 113 8
Total 256 17
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel XVI. Jumlah dan distribusi sampel di Kecamatan Wates


Jumlah Jumlah
No Kelurahan penduduk *) sampel
1 Sogan 434 6
2 Wates 3328 42
Total 3762 48
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Tabel XVII. Jumlah dan distribusi sampel di kelurahan Sogan


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 Sogan 1 70 3
2 Sogan 2 67 3
Total 137 6
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta
48
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XVIII. Jumlah dan distribusi sampel di Kelurahan Wates


Jumlah Jumlah
No Dusun/RW Kepala Keluarga sampel
1 Durungan 221 24
2 Beji 173 18
Total 394 42
Keterangan : *) Jumlah penduduk tahun 2006, Sumber : Pemda DI Yogyakarta

Dari 165 sampel bersedia mengisi kuesioner dan diwawancarai sebesar

153 responden yang kemudian digunakan sebagai data penelitian.

Tabel XIX. Jumlah dan distribusi sampel di Kota Yogyakarta yang


bersedia mengisi kuesioner dan diwawancara.
Jumlah sampel Jumlah
No Kelurahan responden
1 Demangan RW 02 7 7
2 Demangan RW 08 15 15
3 Baciro RW 02 18 14
4 Baciro RW 08 18 10
5 Wirobrajan RW 02 7 7
6 Wirobrajan RW 08 7 7
7 Pakuncen RW 02 10 10
8 Pakuncen RW 08 6 6
9 Dlingo 6 6
10 Ngangin-Ngangin 6 6
11 Penjalin 9 9
12 Dukuh 8 8
13 Sogan 1 3 3
14 Sogan 2 3 3
15 Durungan 24 24
16 Beji 18 18
Total 165 153

G. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di 2 (dua) kabupaten/kota di Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Pembatasan lokasi penelitian yang hanya dilakukan di 2

kabupaten/kota dari 5 kabupaten/kota yang ada di Propinsi DIY disebabkan oleh

adanya keterbatasan dana dan waktu untuk melakukan studi ini.


49
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

DIY

Kabupaten Kulonprogo Kota Yogyakarta

Wates Nanggulan Wirobrajan Gondokusuma

Wates Banyuroto Wirobrajan Demangan

Durungan RW 02 RW 02 RW 02

Beji RW 08 RW 08 RW 08

Sogan Donomulyo Pakuncen Baciro

Sogan 1 RW 02 RW 02 RW 02

Sogan 2 RW 08 RW 08 RW 08

Gambar 9. Bagan Tempat Penelitian Yang Terpilih dari Metode Acak


Sederhana

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan

pedoman wawancara.

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data dengan

menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan mereka akan

memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2003). Kuesioner

berisi butir-butir pertanyaan singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh responden

untuk mengetahui gambaran perilaku swamedikasi demam melalui studi PST


50
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

(pengetahuan, sikap, tindakan), kemudian data kuantitatif yang didapatkan

digunakan untuk mencari hubungan antara tingkat ekonomi dan tingkat

pendidikan responden dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi

demam. Kuesioner disusun dengan lima tingkat jawaban mengenai kesetujuan

responden terhadap pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban yang

disediakan, disebut dengan skala Likert (Hadi, 1991).

Kuesioner berisi 4 (empat) bagian. Bagian pertama berisi karakteristik

responden, bagian kedua berisi mengenai pengetahuan demam, bagian ketiga

berisi sikap responden terhadap demam dan bagian keempat berisi tindakan yang

diambil responden dalam menangani demam.

Tabel XX. Bagian Kuesioner


Bagian Inti Isi
I Pernyataan tentang pengetahuan definisi, penyebab, gejala penyakit demam dan
demam. obat yang digunakan dalam menangani demam.
II Pernyataan mengenai sikap dalam Sikap responden dalam menanggapi demam.
menanggapi demam
III Pernyataan mengenai tindakan Tindakan yang diambil oleh responden dalam
dalam menangani demam menangani demam.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada

responden secara langsung dengan tujuan untuk menggali lebih dalam mengenai

perilaku swamedikasi demam. Pedoman wawancara ini digunakan untuk

mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi secara jelas dalam perilaku

swamedikasi demam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pedoman wawancara juga berisi 4 bagian yaitu karakteristik responden,

swamedikasi, pengenalan demam, dan kesesuaian pemilihan obat demam.


51
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXI. Bagian Pedoman Wawancara


Bagian Inti Isi
I Karakteristik responden nama responden, umur responden, alamat
responden, status pernikahan responden, jumlah
anak responden, jumlah anggota rumah tangga,
pendidikan terakhir responden, pekerjaan
responden dan pendapatan keluarga per bulan
II Pertanyaan tentang swamedikasi Pendapat mengenai swamedikasi, pertimbangan-
pertimbangan yang mendasari untuk melakukan
swamedikasi, frekuensi melakukan swamedikasi
selama sebulan, keuntungan dan kerugian dalam
melakukan swamedikasi, efektivitas
swamedikasi dan tindakan apa yang dilakukan
jika penyakit tidak kunjung sembuh
III Pertanyaan mengenai kesesuaian Pengertian demam, frekuensi demam yang
pengenalan demam dialami, apa yang dilakukan jika terjadi demam
pada salahsatu anggota keluarga, bagaimana
responden mengenali demam menyangkut
gejala-gejalanya apakah responden mampu
membedakan dengan tajam keluhan yang dialami
apakah demam atau gejala penyakit lain,
keputusan yang diambil jika terjadi demam,
pengetahuan tentang demam didapat darimana,
dan informasi mengenai demam apakah sudah
cukup lengkap.
IV Pernyataan mengenai tindakan Tindakan apa yang dipilih saat terkena demam,
dalam menangani dan memilih obat demam yang digunakan, informasi
obat demam mengenai obat demam, pertimbangan dalam
memilih obat demam, merk obat demam, tempat
pembelian obat demam, pernahkah mendapatkan
informasi saat membeli obat, kemasan obat yang
dibeli, batasan demam dibawa ke dokter,
penyimpanan obat demam dan informasi apa saja
yang harus diketahui sebelum menggunakan obat
demam.

Pertanyaan di bagian pertama mengenai karakteristik responden.

Pertanyaan bagian ini meliputi nama dan alamat responden, umur responden,

alamat, status pernikahan, jumlah anak, jumlah anggota keluarga yang menempati

rumah, pendidikan terakhir responden, pekerjaan responden, dan pendapatan

keluarga per bulan.

Pertanyaan di bagian kedua adalah mengenai swamedikasi. Pertanyaan

pada bagian ini meliputi pendapat mengenai swamedikasi, pertimbangan-


52
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

pertimbangan yang mendasari untuk melakukan swamedikasi, frekuensi

melakukan swamedikasi selama sebulan, keuntungan dan kerugian dalam

melakukan swamedikasi, efektivitas swamedikasi dan tindakan apa yang

dilakukan jika penyakit tidak kunjung sembuh.

Pertanyaan di bagian ketiga adalah mengenai kesesuaian pengenalan

demam. Pertanyaan pada bagian ini meliputi pengertian demam, frekuensi demam

yang dialami, apa yang dilakukan jika terjadi demam pada salahsatu anggota

keluarga, bagaimana responden mengenali demam menyangkut gejala-gejalanya

apakah responden mampu membedakan dengan tajam keluhan yang dialami

apakah demam atau gejala penyakit lain, keputusan yang diambil jika terjadi

demam, pengetahuan tentang demam didapat darimana, dan informasi mengenai

demam apakah sudah cukup lengkap.

Pertanyaan di bagian keempat memuat kesesuaian tindakan penanganan

dan pemilihan obat demam. Pertanyaan bagian ini meliputi tindakan apa yang

dipilih saat terkena demam, obat demam yang digunakan termasuk modern atau

tradisional, darimana mendapatkan informasi mengenai obat demam yang

digunakan, pertimbangan dalam memilih obat demam, merk obat demam yang

digunakan, tempat pembelian obat demam, pernahkah mendapatkan informasi

saat membeli obat, kemasan obat yang dibeli utuh/eceran kemudian apakah

responden selalu membaca label, batasan demam dibawa ke dokter, penyimpanan

obat demam dan informasi apa saja yang harus diketahui sebelum menggunakan

obat demam.
53
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

I. Tata Cara Penelitian

1. Analisis Situasi

a. Penentuan Masalah

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti menentukan masalah yang

berhubungan dengan penelitian dan berusaha memperoleh informasi dari

penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai swamedikasi

khususnya swamedikasi demam.

b. Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan dengan melakukan pemilihan lokasi

penelitan secara random pada tingkat kabupaten (1), tingkat kecamatan (2),

tingkat desa (3), tingkat dusun (4) dan tingkat sampel (5).

c. Perizinan

Sebelum dilakukan penelitian dilakukan perizinan. Perizinan dimulai

dari tingkat propinsi yaitu ke bagian perizinan Bappeda Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, hingga ke tingkat dusun maupun RW kepada pihak yang

bersangkutan. Disamping melakukan perizinan, peneliti juga mencari informasi

mengenai data penduduk untuk memperoleh data kartu keluarga pada lokasi yang

terpilih sebagai tempat penelitian.

d. Perhitungan Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sampel

klaster. Pemilihan sampel dilakukan secara random pada tingkat kabupaten (1),

tingkat kecamatan (2), tingkat desa (3), tingkat dusun (4) dan tingkat sampel (5).
54
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Pembuatan Instrumen Penelitian

Penyusunan instrumen penelitian dan uji instrumen penelitian baik

kuesioner maupun pedoman wawancara, masing-masing melalui beberapa

langkah. Kuesioner meliputi pembuatan kuesioner, uji pemahaman bahasa, uji

validitas, dan uji reliabilitas. Sedangkan untuk pedoman wawancara meliputi

pembuatan pedoman wawancara dan uji validitas.

a. Pedoman Wawancara

1) Pembuatan Pedoman Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengidentifikasi problem swamedikasi

demam terhadap sampel ibu-ibu pada bulan Juli 2007 di 8 dusun, di 4 desa, di 2

kecamatan, di kabupaten Kulonprogo dan Kota Yogyakarta yang penah

melakukan swamedikasi demam. Waktu wawancara disesuaikan kesepakatan

dengan setiap responden.

Pedoman wawancara harus dapat merangkum item-item pertanyaan

mengenai problem swamedikasi demam. Pedoman wawancara berisi prosedur

dalam wawancara dan semua pertanyaan yang berhubungan dengan tujuan yang

hendak dicapai pada penelitian ini. Semua pertanyaan yang telah disusun oleh

pewawancara ditulis sedemikian rupa sehingga setiap pertanyaan mempunyai

kolom jawaban tersendiri. Hal ini untuk mempermudah peneliti membaca hasil

wawancara.

2) Uji Validitas

Pengujian validitas pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengetahui

kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana
55
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

item-item pertanyaan dapat mencakup seluruh kawasan isi obyek yang hendak

diukur.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content

validity), yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional atau lewat professional judgment, untuk melihat sejauh mana tes

mencerminkan atribut yang hendak diukur (Azwar,2002). Uji validitas isi

wawancara ini dilakukan analisis rasional terhadap item-item yang telah disusun

yaitu dengan menanyakan kelayakan pertanyaan kepada dosen pembimbing

sebagai profesional, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara item

dengan aspek yang bersangkutan.

Kemudian peneliti melihat apakah semua jawaban telah memenuhi aspek

yang diinginkan peneliti dan sesuai dengan tujuan wawancara. Jika belum

terpenuhi dan sesuai, peneliti harus merevisi ulang pertanyaan yang belum tepat.

Tetapi bila sudah sesuai harapan maka harus dilanjutkan ke langkah berikutnnya

yaitu wawancara kepada responden.

b. Kuesioner

1) Pembuatan Kuesioner

Kuesioner sebagai data kuantitatif digunakan untuk mengetahui

gambaran pola swamedikasi demam melalui studi PST (pengetahuan, sikap,

tindakan), dan digunakan untuk mencari hubungan antara tingkat pendapatan dan

tingkat pendidikan responden terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan

swamedikasi demam di kabupaten Kulonprogo dan kota Yogyakarta. Kuesioner

ini mengacu pada metode skala Likert.


56
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Informasi yang diperoleh peneliti merupakan dasar pengambilan

kesimpulan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga diperlukan

instrumen yang mampu mengungkap secara cermat atau valid dan konsisten atau

reliable (Azwar, 2003). Pembuatan kuesioner ini telah dikonsultasikan dengan

dosen pembimbing. Dalam penelitian ini dilakukan uji coba kuesioner yaitu uji

pemahaman bahasa, uji validitas, dan uji reliabilitas. Uji coba untuk responden

dilakukan terhadap 17 ibu-ibu di luar sampel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2) Uji Pemahaman Bahasa

Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui apakah bahasa yang

digunakan dalam kuesioner mudah dipahami atau tidak oleh responden. Melalui

hasil uji coba pemahaman bahasa, dapat diketahui bagaimana pertanyaan maupun

pernyataan dapat dimengerti oleh responden dalam memberikan jawaban. Setelah

itu dapat dilakukan perubahan kalimat dalam kuesioner agar responden dapat

memahami maksud pernyataan sehingga responden memberikan jawaban yang

diharapkan oleh peneliti.

3) Uji Validitas

Suatu instrumen mempunyai validitas tinggi jika instrumen dapat

mengungkap secara tepat sasaran yang dimaksud dalam pengukuran (Hadi, 1991).

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kejelasan tujuan dan lingkup informasi

yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana item-item pertanyaan dapat mencakup

seluruh kawasan isi obyek yang hendak diukur. Pengujian validitas ini dilakukan

terhadap butir-butir pertanyaan (Azwar, 2003). Uji validitas dalam penelitian ini

menggunakan validitas isi (content validity), yaitu validitas yang diestimasi lewat
57
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional

judgment, untuk melihat sejauh mana tes mencerminkan atribut yang hendak

diukur (Azwar, 2002), jumlah responden untuk menguji validitas (pre-test) adalah

sebanyak 10% dari jumlah responden yang sesungguhnya dan dipilih responden

yang memiliki keadaan kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya.

Pengujian validitas kuesioner ini dilakukan dengan mengujikan kepada ibu-ibu

yang bertempat tinggal di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

4) Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur diperlukan untuk melihat sejauh mana

pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan

pengukuran pada subyek yang sama (Hadi, 1991). Koefisien reliabilitas

menunjukkan besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas berarti semakin reliabel instrumen tersebut. Reliabilitas

dinyatakan dengan koefisisen reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang

dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi reliabilitasnya mendekati angka 1,00 berarti

semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang semakin rendah

mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2002).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi

internal dengan sekali tes melalui teknik Alpha Cronbach. Hasil pengujian

reliabilitas dalam penelitian ini diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,711.

Nilai Alpha Cronbach yang mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya.
58
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

1. Analisis Situasi
a. Penentuan masalah
b. Penentuan lokasi penelitian
c. Perizinan
d. Perhitungan besar sampel
2. Pembuatan Instrumen Penelitian

Sampling Frame

1. Kuesioner 1. Pedoman Wawancara


a. Pembuatan Kuesioner a. Pembuatan pedoman wawancara
Sampel
b. Uji pemahaman bahasa b. Uji validitas
c. Uji validitas
d. Uji reliabilitas

Data Kuantitatif Data Kualitatif

Pengolahan Data dengan Editing, Processing,


Cleaning, dan Analisis data

Analisis data kuantitatif Analisis data kualitatif


Analitik Deskriptif

Gambar 10. Bagan Tata Cara Penelitian

K. Pengambilan Data

a. Data Kuantitatif

Penyebaran kuesioner terhadap sampel ibu rumah tangga dilakukan pada

bulan Juli 2007 di 8 dusun, di 4 desa, di 2 kecamatan, di Kabupaten Kulonprogo


59
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dan Kota Yogyakarta. Peneliti mendampingi responden selama pengisian

kuisioner dengan tujuan jika responden mengalami kesulitan dapat bertanya

langsung.

a. Data Kualitatif

Wawancara dilakukan oleh 2 orang, satu orang berperan sebagai

pewawancara sedangkan yang lain berperan sebagai raportur. Wawancara

dilakukan terhadap 153 responden masing-masing di Kabupaten Kulonprogo

sebanyak 77 dan di Kota Yogyakarta sebanyak 76 responden. Data yang didapat

melalui wawancara ini bersifat subyektif. Semua jawaban dianggap benar.

Prosedur dan semua pertanyaan tercantum pada transkrip wawancara. Data yang

terkumpul adalah hasil wawancara yang berupa tulisan yang dicatat oleh raportur

sesuai hasil wawancara dan telah dikonfirmasikan kembali kepada setiap

responden.

L. Tata Cara Pengolahan Data

Sebelum dilakukan pengolahan data menggunakan program paket

komputer, terlebih dahulu dilakukan penyuntingan (editing), entry, dan cleaning

untuk menjamin keakuratan data. Editing dilakukan untuk memeriksa jawaban

kuesioner maupun wawancara hasil penelitian apakah sudah lengkap isi jawaban

dan keakuratan datanya. Data yang sudah lengkap kemudian dientry atau

dipindahkan isi datanya dari kuesioner atau hasil wawancara ke paket program

komputer dan data yang sudah dimasukkan ke paket program komputer


60
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dicek/diperiksa kembali kebenarannya (cleaning). Data yang sudah akurat

kemudian di analisis.

a. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh melalui wawancara. Data kualitatif yang

diperoleh kemudian dibuat persentase dan disajikan dalam bentuk tabel dan

diagram. Data disesuaikan dengan teori yang ada, dengan demikian dapat

diketahui apakah swamedikasi yang dilakukan oleh ibu-ibu sudah sesuai dengan

teori yang ada dan dapat mengetahui problem swamedikasi demam oleh ibu-ibu di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Analisis Data Kuantitatif

1) Analisis Univariat

Analisis ini untuk mengetahui gambaran deskriptif pada variabel

karakteristik individu (umur, pendidikan, tingkat ekonomi dan pekerjaan),

pengetahuan, sikap dan tindakan. Bentuk analisis berupa analisis distribusi

frekuensi, mean, dan standar deviasi.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui keterkaitan/ hubungan

variabel karakteristik individu (tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi)

dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam analisis ini untuk

membuktikan hubungannya secara statistik bermakna atau tidak, digunakan uji

statitik. Uji statistik yang digunakan adalah chi square (kai kuadrat), dengan

derajat kepercayaan 95%. Bila nilai p value < 0,05 berarti hasil perhitungan
61
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

statistik bermakna, dan bila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan

statistik tidak bermakna.


PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan

Dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta” membahas mengenai karakteristik responden, gambaran

permasalahan swamedikasi demam, dan mengetahui hubungan antara tingkat

pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi demam.

A. Karakteristik Responden

Orangtua, khususnya ibu-ibu merupakan bagian dari anggota keluarga

yang sangat peduli dengan kesehatan seluruh anggota keluarga. Sebagai orang

yang terdekat dengan anak ataupun anggota keluarga lain, seorang ibu mempunyai

pengaruh yang besar dalam perilaku swamedikasi, khususnya demam. Berikut ini

akan dijelaskan latar belakang responden, meliputi usia responden, pendidikan

responden, tingkat pendapatan responden, jenis pekerjaan responden dan status

pernikahan responden.

1. Usia Responden

Usia dalam hubungannya dengan perilaku swamedikasi berpengaruh

dalam pengalaman seseorang dalam menangani suatu penyakit dan pengobatan

berdasarkan studi yang dilakukan Andersen dkk (1975). Orang yang berusia

produktif biasanya memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam pengobatan,

sehingga mereka lebih dapat memperhatikan adanya permasalahan yang terjadi

62
63
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

selama pengobatan sendiri. Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 52,9%

responden berusia lebih dari 40 tahun.

60
50
40 <25
Persentase 30 25-30
20 31-35
36-40
10
>40
0
Usia Responden

Gambar 11. Karakteristik Usia Responden

2. Tingkat Pendidikan Responden

40
35
30 tidak sekolah
25 lulus SD
pendidikan 20 lulus SLTP
15 lulus SMA
10
perguruan tinggi
5
0
persentase

Gambar 12. Karakteristik Pendidikan Responden

Dari 153 responden, sebanyak 5,2% tidak sekolah, 26,1% lulus SD, 19,6%

lulus SLTP, 35,3% lulus SMA, dan 13,7% lulus perguruan tinggi. Karena

distribusi dari pendidikan responden tidak merata, sehingga dilakukan


64
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

pengelompokan pendidikan yaitu pendidikan tinggi dan pendidikan rendah.

Responden yang termasuk pendidikan rendah yaitu responden yang lulus SLTP,

lulus SD, dan tidak sekolah. Responden yang termasuk pendidikan tinggi yaitu

responden yang lulus SMA dan tamat perguruan tinggi.

51
50.5
50
persentase 49.5 pendidikan tinggi
49 pendidikan rendah
48.5
48
tingkat pendidikan

Gambar 13. Kategorisasi Tingkat Pendidikan

Setelah dilakukan pengelompokan tingkat pendidikan didapatkan hasil

berupa 50,9% responden berpendidikan rendah dan 49,1% responden

berpendidikan tinggi. Menurut Andersen (1975), perbedaan tingkat pendidikan

dapat menyebabkan perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan oleh individu

yang berkaitan dengan pengetahuan kesehatan, nilai dan sikap.

3. Jenis Pekerjaan Responden

Jenis pekerjaan berpengaruh pada perilaku kesehatan masyarakat. Jenis

pekerjaan akan menentukan besarnya pendapatan yang dihasilkan responden.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 49,6% responden adalah ibu rumah

tangga, 21,5% sebagai wiraswasta, 12,4% sebagai petani, 5,8% sebagai Pegawai

Swasta, 1,9% sebagai Pegawai Negeri, Lain-lain 4,5%, dan 3,9% bekerja sebagai

buruh.
65
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

50 IRT
40 wiraswasta
petani
30
persentase pegawai swasta
20 pegawai negeri
10 buruh
lain-lain
0
pekerjaan responden

Gambar 14. Karakteristik Jenis Pekerjaan Responden

Rinukti (2004) mengungkapkan bahwa jenis pekerjaan berkorelasi positif

dengan besarnya pendapatan dalam satu bulan. Jenis pekerjaan berpengaruh pada

pola konsumsi seseorang, sehingga dapat diartikan bahwa jenis pekerjaan

berpengaruh pula terhadap cara pandang serta minat seseorang terhadap obat

demam tanpa resep yang digunakan dalam swamedikasi.

4. Tingkat Pendapatan Responden

Tingkat pendapatan responden berpengaruh pada usaha seseorang dalam

mewujudkan status kesehatan yang baik. Jumlah penghasilan dalam setiap bulan

berpengaruh terhadap faktor sosial ekonomi yang pada akhirnya akan

mempengaruhi tingkat perhatian seseorang terhadap masalah kesehatan. Dari hasil

penelitian diperoleh sebanyak 77,1% responden berpendapatan Rp 1.500.000,-,

15,6% responden berpendapatan Rp 1.500.000-Rp 2.500.000, 3,9% responden

berpendapatan Rp 2.500.000-Rp 3.500.000, dan 3,4% responden berpendapatan

lebih dari Rp 3.500.000.


66
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Dari data tersebut untuk keperluan analisis selanjutnya, tingkat pendapatan

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pendapatan tinggi

meliputi responden yang memiliki penghasilan lebih dari Rp 1.500.000 sedangkan

kelompok pendapatan rendah meliputi responden yang memiliki penghasilan

kurang dari Rp 1.500.000.

80

60 <1.5juta
1.5-2.5juta
persentase 40
2.5-3.5 juta
20 >3.5 juta

0
tingkat pendapatan

Gambar 15. Karakteristik Tingkat Pendapatan Responden

Dari hasil kategorisasi tingkat pendapatan diperoleh kategori pendapatan

tinggi sebanyak 77,1% dan pendapatan rendah 22,9% dari 153 responden.

80

60

persentase 40 ekonomi rendah


ekonomi tinggi
20

0
tingkat pendapatan

Gambar 16. Kategorisasi Tingkat Pendapatan Responden

Menurut Hendarwan (2003) pendapatan berhubungan dengan penggunaan

pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah,

biaya pengobatan menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan.


67
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah menjadikan biaya suatu

pertimbangan penting dalam mencari suatu pengobatan sehingga mereka akan

cenderung mencari pertolongan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan

keuangannya.

5. Status Pernikahan Responden

Status pernikahan responden meliputi kawin dan janda. Hasil penelitian

menunjukkan sebanyak 98,0% berstatus kawin dan 2,0% berstatus janda.

100

80

60
persentase kawin
40 janda
20

0
status pernikahan

Gambar 17. Status Pernikahan Responden

B. Identifikasi Permasalahan Yang Timbul Dalam Swamedikasi Demam

1. Permasalahan Mengenai Pengetahuan Swamedikasi

Swamedikasi termasuk dalam upaya untuk memberikan pengobatan atas

penyakit yang diderita secara mandiri dan pengobatan ini bersifat sementara.

Berkaitan dengan penyakitnya, maka yang termasuk dalam lingkup swamedikasi

adalah minor illness atau gejala yang dapat dikenali sendiri oleh penderita.
68
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXII. Permasalahan Mengenai Pengetahuan Swamedikasi Menurut Responden


No. Problem Persentasi (%)
1. Responden mengganggap swamedikasi tidak
memiliki kerugian 71,8
2. Pertimbangan melakukan swamedikasi karena
tidak ada efek samping. 70,5
3. Pilihan pengobatan ke bidan apabila swamedikasi
tidak berhasil. 2,6
4. Swamedikasi memiliki keuntungan yaitu dosisnya
ringan, alami, dan tidak menggunakan bahan kimia 1,3
5. Responden kurang paham mengenai swamedikasi 1,3

Dari seluruh jawaban responden disimpulkan bahwa apabila responden

mengalami penyakit ringan, mereka cenderung melakukan swamedikasi. Penyakit

ringan atau minor ailment merupakan kondisi yang dapat ditangani sendiri atau

biasanya merupakan penyakit self limiting disease.

Dari tabel XXII nomor 1 dapat dilihat sebanyak 71,8% responden

menganggap bahwa swamedikasi tidak memiliki kerugian. Kerugian swamedikasi

menurut Sihvo (2000b) meliputi diagnosis tidak sesuai, pengobatan

berlebihan/tidak sesuai, kebiasaan menggunakan Obat Tanpa Resep (OTR),

Adverse Drug Reaction, dan ada indikasi yang tidak terobati. Menurut Sartono

(1993) masyarakat menganggap bahwa pengobatan sendiri cukup aman sehingga

pada waktu memerlukan pertolongan dokter sudah dalam keadaan terlambat.

Pendapat masyarakat yang menganggap swamedikasi tidak memiliki kerugian

dapat menyesatkan masyarakat dalam menggunakan obat dan tidak adanya usaha

masyarakat untuk mencari informasi mengenai obat dan penyakitnya.

Dalam melakukan swamedikasi, responden cenderung mempertimbangkan

hal-hal tertentu. Dari tabel XXII nomor 2 sebanyak 70,5% responden

mengganggap bahwa pengobatan sendiri tidak memiliki efek samping, padahal


69
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

setiap obat disamping memiliki khasiat menyembuhkan atau meningkatkan taraf

sehat, juga memberikan resiko efek samping terhadap orang yang

menggunakannya. Efek samping obat bisa saja ringan ataupun berat tergantung

bagaimana kita menggunakan obat-obat tanpa resep dan obat tradisional yang

tersedia dengan mempertimbangkan dosis, aturan pakai dan sebagainya.

Dari tabel XXII nomor 3 sebanyak 2,6% responden mencari pengobatan

ke bidan apabila swamedikasi tidak memberikan hasil atau kesembuhan. Pilihan

pengobatan dilakukan jika pengobatan sendiri tidak memberikan hasil atau tidak

sembuh. Pilihan pengobatan dapat mencakup mencari pengobatan di rumah sakit,

ke dokter, Puskesmas atau pengobatan lain yang memungkinkan terjadinya

kesembuhan. Pilihan pengobatan ke bidan dapat menimbulkan kesalahan dalam

diagnosis penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan pemberian informasi kepada

pasien karena cakupan seorang bidan adalah penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan kandungan. Bidan juga tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam

mengenai patofisiologi penyakit, profil obat yang meliputi farmakologi maupun

farmakokinetika obat. Sehingga pilihan pengobatan yang dilakukan dengan

berobat ke bidan dianggap sebagai permasalahan dalam swamedikasi karena dapat

menyebabkan kesalahan dalam diagnosis penyakit yang berujung pada kesalahan

pemberian terapi.

Dari tabel XXII nomor 4 sebanyak 1,3% responden menganggap

swamedikasi memiliki keuntungan bahwa dosisnya ringan, lebih alami dan tidak

menggunakan bahan kimia. Pendapat yang menyatakan bahwa keuntungan

swamedikasi adalah dosis obat yang ringan dianggap permasalahan dalam


70
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

melakukan swamedikasi karena dosis obat ditentukan berdasarkan penggunaan

ditujukan untuk orang dewasa atau anak-anak, berat badan, dan usia.

Dari tabel XXII nomor 2 sebanyak 1,3% responden kurang paham

mengenai swamedikasi. Menurut WHO, swamedikasi merupakan pemilihan dan

penggunaan obat – obatan (termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu

untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri.

2. Permasalahan Kesesuaian Pengenalan Demam

Pemahaman responden mengenai demam menyangkut bagaimana

pendapat responden mengenai demam seperti definisi demam itu sendiri. Demam

merupakan peningkatan suhu tubuh melebihi suhu tubuh normal (37,8°C) dan

merupakan gejala terjadinya suatu penyakit.

Tabel XXIII. Permasalahan Pengenalan Demam


No. Problem Persentase (%)
1. Responden tidak mempunyai termometer sehingga 81,6
untuk mendeteksi demam dengan meraba dahi atau
bagian tubuh lain yang terasa panas
2. Responden tidak paham dan tidak bisa membedakan 35,9
demam yang diderita dengan demam lain seperti
demam berdarah dan demam tipus karena selama ini
belum pernah mengalami.
3. Responden merasa informasi mengenai penyakit 24,1
demam yang didapatkan selama ini belum jelas,
lengkap, dan terpercaya.
4. Batasan lamanya demam sembuh seminggu/7 hari 3,9
5. Responden tidak dapat mengenali demam secara 1,3
pasti
6. Demam merupakan penyakit yang ditandai badan
panas dan kejang 0,6
7. Responden tidak melakukan apapun dalam 0,6
mengenali demam (tanpa meraba bagian tubuh yang
terasa panas dan menggunakan termometer)

Pada tabel XXIII nomor 1 diperoleh bahwa 81,6% responden tidak

memiliki termometer sehingga responden mengenali demam berdasarkan rabaan


71
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

tangan bukan dengan menggunakan termometer, padahal termometer merupakan

alat pengukur suhu tubuh yang digunakan untuk mendeteksi demam secara pasti.

Sebaiknya penentuan suhu tubuh yang termasuk demam tidak berdasarkan

perabaan tangan karena tidak tertutup kemungkinan perabaan tangan bisa

menyesatkan. Suhu tubuh bisa saja meningkat pada saat suhu di luar tinggi atau

anak bermain dengan aktivitas fisik yang tinggi. Menurut Takiya (2004)

pengukuran suhu dengan menggunakan termometer yang diukur dengan posisi

tubuh yang berlainan juga akan memberikan hasil yang berbeda, misalnya suhu

normal pada bagian bawah lidah berbeda dengan suhu normal pada bagian rektum

(anus).

Untuk menentukan pengobatan pada swamedikasi demam diperlukan

adanya pengenalan pada demam dan diidentifikasi apakah demam yang terjadi

merupakan gejala awal suatu penyakit dan bukanlah demam yang tidak dapat

diterapi dengan swamedikasi. Demam yang tergolong bukan demam ringan dan

bukan merupakan gejala suatu penyakit diantaranya adalah demam berdarah,

demam tifus dan demam chikungunya. Pada tabel XXIII nomor 2 dapat dilihat

sebanyak 35,9% responden tidak paham dan tidak bisa membedakan antara

demam biasa dengan demam lain yang lebih parah seperti demam berdarah

ataupun demam tifus karena selama ini belum pernah mengalami. Responden

tidak dapat membedakan demam yang diderita tergolong demam ringan atau

demam berdarah atau demam tifus pada saat munculnya gejala awal yang berupa

peningkatan suhu tubuh tanpa disertai gejala lain yang lebih spesifik. Gejala awal

dari demam berdarah maupun demam tifus diawali dengan demam, sehingga
72
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

responden merasa sulit membedakan pada saat munculnya gejala awal. Patokan

mengenai diagnosa demam berdarah yaitu manifestasi klinik berupa demam tinggi

dan mendadak yang terus menerus selama 2-7 hari serta manifestasi perdarahan.

Sedangkan untuk demam tifus mempunyai gejala demam, badan terasa tidak enak,

sakit perut, pembesaran limpa, jumlah sel darah putih normal atau rendah.

Sehingga masyarakat perlu mewaspadai jika terjadi demam tinggi dan tidak

dianjurkan melakukan swamedikasi karena demam berdarah dan demam tifus

memerlukan penanganan dokter dan diagnosa lebih lanjut.

Informasi mengenai demam meliputi apa saja yang ingin diketahui oleh

responden. Informasi dapat diperoleh responden dari tenaga kesehatan, media

cetak dan elektronik, dan lingkungan sekitar. Pada tabel XXIII nomor 3 sebanyak

24,1% responden berpendapat bahwa informasi tentang demam yang diperoleh

selama ini belum cukup jelas dan terpercaya. Informasi yang dianggap belum jelas

menurut responden adalah infomasi mengenai gejala-gejala demam yang

membahayakan, pencegahan penyakit, obat-obat yang sebaiknya digunakan saat

demam, penyebab demam, dan macam-macam demam beserta terapi yang sesuai.

Sebanyak 0,6% responden memperoleh sumber pengetahuan mengenai demam

berasal dari iklan televisi padahal berdasarkan Sartono (1993) mengungkapkan

bahwa perkembangan pesat pada bidang periklanan baik melalui media cetak

maupun media elektronika, sehingga menyebabkan sebagian besar masyarakat

akan mendapatkan keterangan, saran, anjuran atau bujukan dari iklan yang

mungkin tidak jelas dan menyesatkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa selama

ini informasi mengenai demam belumlah jelas dan terpercaya.


73
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Lamanya demam dapat sembuh tergantung penyebab demam itu sendiri,

pengobatan dan perawatan yang dilakukan. Penting untuk mengetahui penyebab

demam sehingga dapat ditentukan jenis pengobatan/terapi yang sesuai.

Pengobatan yang dilakukan dihubungkan dengan peranan demam termasuk

menguntungkan atau merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan

mekanisme pertahanan tubuh, sehingga demam dapat hilang dengan sendirinya

tanpa adanya pengobatan. Pada tabel XXIII nomor 4 dapat dilihat sebanyak 3,9%

responden berpendapat bahwa demam dapat sembuh setelah seminggu atau 7 hari.

Menurut Suririnah (2007) beberapa keadaan demam yang memerlukan

pertolongan medis atau berkonsultasi ke dokter apabila terdapat demam yang

tidak sembuh setelah 3 hari.

Pada tabel XXIII nomor 5 sebanyak 1,3% responden tidak dapat

mengenali demam secara pasti. Pengenalan demam dengan menggunakan rabaan

tangan atau tidak menggunakan termometer tidak dianjurkan karena pengukuran

demam bersifat subyektif sehingga hasil yang diperoleh tidaklah tepat.

Pada tabel XXIII nomor 6 diketahui bahwa sebanyak 0,6% responden

mengatakan bahwa demam ditandai dengan badan terasa panas dan kejang,

padahal kejang demam terjadi jika suhu tubuh (temperatur rektal) diatas 40ºC, dan

tidak semua demam disertai dengan kejang. Menurut DepKes R.I. (1997)

mengungkapkan bahwa kejang demam terjadi jika demam tinggi dengan gejala

tangan dan kaki kejang, mata melirik ke atas, gigi dan mulut menutup rapat serta

kesadaran menurun.
74
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Pada tabel XXIII nomor 8 diperoleh sebanyak 0,6% responden tidak

pernah melakukan tindakan apa-apa dalam mengenali demam baik dengan meraba

bagian tubuh ataupun dengan menggunakan termometer.

3. Permasalahan Kesesuaian Tindakan Menangani dan Memilih Obat


Demam

Kesesuaian pemilihan obat demam ataupun tindakan yang dilakukan

dalam menangani demam akan berpengaruh terhadap kelanjutan penyakit yang

diderita. Apabila pemilihan obat demam dan tindakan dalam menangani demam

sudah tepat, maka demam yang terjadi akan sembuh, namun apabila pengobatan

yang dilakukan tidak tepat cenderung akan memperparah keadaan pasien.

Tabel XXIV. Problem Kesesuaian Tindakan dalam Menangani dan Memilih Obat
Demam
No. Problem Persentase (%)
1. Responden tidak pernah diberi informasi pada saat 72,5
pembelian obat demam.
2. Responden membeli obat demam di warung 49,0
3. Responden menggunakan air dingin, air es, es batu atau 29,4
alkohol dalam mengompres bagian tubuh yang demam
karena cepat menurunkan demam.
4. Responden tidak mempunyai tempat penyimpanan obat 2,6
secara khusus, obat biasanya diletakkan sembarang
tempat.
5. Responden tidak mempertimbangkan apapun dalam 1,3
memilih obat demam, responden beranggapan asal
sembuh pakai apapun bisa
6. Responden menggunakan Komix untuk mengobati 0,6
demam.
7. Responden menggunakan minyak tanah untuk mengatasi 0,6
demam

Pada tabel XXIV nomor 1 sebanyak 72,5% responden tidak pernah

mendapatkan informasi pada saat pembelian obat demam baik di apotek maupun

warung. Sebagian besar responden berpendapat bahwa informasi mengenai obat

yang dibeli, akan diberikan oleh apoteker apabila responden bertanya lebih lanjut
75
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

mengenai obat yang dibeli. Hal ini tidak sesuai karena berdasarkan Permenkes

No.922/MENKES/PER/X/1993 menyebutkan bahwa dalam upaya penggunaan

obat yang benar, apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan

penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional. Dalam melakukan

swamedikasi, apoteker berperan dalam melakukan intervensi yaitu memberikan

informasi, saran, dan konseling. Sehingga dengan peran tersebut, apoteker dapat

membantu masyarakat dalam memilih obat yang sesuai dan merekomendasikan

obat yang sebaiknya dipilih pasien. Apoteker di apotek juga diwajibkan membuat

catatan pasien serta obat yang diserahkan dan memberikan informasi meliputi

dosis, aturan apakai, kontraindikasi, efek samping, dan hal lain yang perlu

diperhatikan pasien.

Tempat pembelian obat akan mempengaruhi kualitas obat yang diterima

responden dan juga informasi mengenai obat yang akan dibeli oleh responden.

Dari tabel XXIV nomor 2 sebanyak 49,0% responden membeli obat di warung

dengan alasan lebih dekat dengan rumah. Berdasarkan Ikhsan (1999) menyatakan

bahwa semakin jauh jarak rumah dengan fasilitas kesehatan maka semakin sedikit

pula penggunaan fasilitas tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat responden yang

berusaha mencari pengobatan dengan cara pembelian obat di tempat terdekat

dengan rumah yaitu warung. Namun pembelian obat di warung tidak dapat

dibenarkan karena responden tidak akan mendapatkan informasi mengenai obat

yang dibeli dari pihak yang mengerti mengenai obat (apoteker di apotek).

Pembelian obat di warung yang menjual eceran akan mempengaruhi responden


76
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

dalam hal informasi yang ada pada label obat mengenai indikasi, kontraindikasi,

efek samping, dan komposisi.

Pada tabel XXIV nomor 3 sebanyak 29,4% responden mengompres

dengan menggunakan air dingin, air es, atau alkohol. Tidak semua demam perlu

diterapi dengan obat, mungkin hanya dengan tindakan mengompres dapat

menurunkan suhu tubuh yang panas hingga normal. Mengompres dengan

menggunakan air hangat direkomendasikan karena uap air dari badan dapat

mengurangi suhu tubuh. Menurut Darwis dan Ismail (1982) pengompresan

dengan menggunakan alkohol tidak direkomendasikan untuk terapi non

farmakologi demam karena alkohol menyebabkan ketidaknyamanan pada anak

dan dapat menyebabkan iritasi mata dan keracunan. Pengompresan dengan

menggunakan air es akan menyebabkan pembuluh darah menyempit dan panas

tidak dapat keluar sehingga mengakibatkan suhu badan semakin tinggi.

Penggunaan daun dadap serep, jeruk nipis, garam, ataupun sirih yang

dicampurkan dengan air hangat yang digunakan untuk mengompres belum dapat

dibuktikan secara ilmiah dapat menurunkan demam, namun penggunaannya telah

dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun.

Problem perilaku swamedikasi tidak terlepas dari penyimpanan obat yang

selama ini dilakukan oleh responden. Pada tabel XXIV nomor 4 sebanyak 2,6%

responden tidak mengetahui penyimpanan obat yang baik. Responden cenderung

meletakkan obat pada sembarang tempat tanpa memperhatikan wadah tempat

penyimpanan obat, suhu yang sesuai untuk penyimpanan obat, jauh dari

jangkauan anak-anak, dan tidak terkena sinar matahari. Penyimpanan obat


77
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

tergantung dari obat yang disimpan dalam bentuk padat atau cair. Selain itu juga

mempertimbangkan wadah tempat menyimpan apakah berinteraksi dengan obat

yang disimpan, dan suhu yang sesuai dengan obat yang disimpan

Pada tabel XXIV nomor 5 dapat diketahui sebanyak 1,3% responden tidak

mempertimbangkan apapun dalam memilih obat demam. Responden menganggap

dengan menggunakan obat jenis apapun dapat menghilangkan demam. Hal ini

dianggap sebagai permasalahan dalam pemilihan obat demam karena menurut

Nasution dan Lubis (1993) dalam menggunakan obat demam perlu

mempertimbangkan efek terapi apa yang diperlukan, kelas terapi yang sebaiknya

diberikan untuk memperoleh efek terapi yang spesifik, dan jika dipilih salah satu

obat dengan kelas terapi yang sesuai, apakah diyakini dapat memberi manfaat

maksimal dengan resiko yang sekecil-kecilnya, dari segi keamanan obat yang

digunakan termasuk kontraindikasinya, dan harganya yang disesuaikan dengan

kondisi keuangan pasien.

Pada tabel XXIV nomor 6 sebanyak 0,6% responden menggunakan Komix

untuk mengobati demam. Penggunaan Komix sebagai obat demam tidak tepat

karena obat tersebut diindikasikan sebagai obat batuk. Komix mempunyai

komposisi Dekstrometorfan HBr, klorfeniramina maleat, dan ammonium klorida

yang diindikasikan untuk antitusif dan ekspektoran pada batuk produktif maupun

non produktif. Secara farmakoterapi menurut Mutschler (1986), obat-obat yang

dapat digunakan untuk menurunkan demam adalah antipiretik yang dapat

mencegah pembentukan prostaglandin sehingga set point hipotalamus


78
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

direndahkan kembali ke normal, sebagai contoh untuk menghilangkan demam

dapat digunakan parasetamol.

Pada tabel XXIV nomor 7 sebanyak 0,6% responden menggunakan

minyak tanah untuk mengatasi demam. Penggunaan minyak tanah dicampurkan

dengan seledri kemudian diminum. Minyak tanah tidak direkomendasikan untuk

mengobati demam karena minyak tanah hanya digunakan untuk penggunaan luar.

A. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan


Perilaku Swamedikasi Demam

1. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Dengan


Perilaku Swamedikasi Demam

Hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan

perilaku swamedikasi demam yang mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan

dianalisis dengan menggunakan chi square dengan taraf kepercayaan sebesar

95%. Sebelumnya dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data

normal atau tidak. Distribusi data tidak normal apabila didapatkan angka

signifikansi untuk masing-masing pengetahuan, sikap, dan tindakan lebih kecil

dari 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan bahwa distribusi data tidak

normal sehingga digunakan median dalam mengelompokkkan variabel-variabel.

Nilai variabel yang lebih kecil atau sama dengan nilai median dikategorikan

menjadi tingkat rendah sedangkan nilai variabel yang lebih tinggi atau sama

dengan nilai median maka dikategorikan menjadi tinggi.


79
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXV. Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic df Sig.
pengetahuan .111 153 .000
sikap .148 153 .000
tindakan .095 153 .002

Dari tabel normalitas Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi

untuk pengetahuan 0.000, sikap 0.000, dan tindakan 0.002, sehingga distribusi

data tidak normal, sehingga digunakan nilai median.

2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Swamedikasi Demam

A. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Swamedikasi


Demam

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan swamedikasi

demam dapat dilihat dengan hipotesis nol (H0) yang digunakan yaitu tidak

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan swamedikasi

demam, dan hipotesis alternatifnya (H1) terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan pengetahuan swamedikasi demam.

Tabel XXVI. Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan


pengetahuan
Pengetahuan Total
tinggi rendah
Tingkat 1.00 Count
48 27 75
pendidikan
Expected Count 34.3 40.7 75.0
2.00 Count 22 56 78
Expected Count 35.7 42.3 78.0
Total Count 70 83 153
Expected Count 70.0 83.0 153.0
80
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXVII. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan


pengetahuan swamedikasi demam
Pendidikan Pengetahuan tinggi Pengetahuan rendah Total
Pendidikan tinggi 48 (64%) 27 (36%) 75 (100%)
Pendidikan rendah 22 (28,2%) 56 (71,8%) 78(100%)
Total 70 (45,7%) 83 (54,3%) 153(100%)

Hasil penelitian diperoleh dari 75 responden yang berpendidikan tinggi

sebanyak 48 (64,0%) responden memiliki pengetahuan tinggi dan 27 (36%)

responden memiliki pengetahuan rendah, sedangkan dari 78 responden

berpendidikan rendah sebanyak 22 (28,2%) berpengetahuan tinggi dan 56 (71,8%)

berpengetahuan rendah.

Dari hasil analisis data, dengan melihat angka signifikansi yang

diperoleh dapat dikatakan bahwa Ho ditolak, dan berarti terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan dengan pengetahuan responden mengenai swamedikasi

demam.

Tabel XXVIII. Uji Chi Square antara tingkat pendidikan dan


pengetahuan

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 19.738(b) 1 .000
Continuity Correction(a) 18.323 1 .000
Likelihood Ratio 20.183 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
19.609 1 .000
Association
N of Valid Cases 153 1
a. Komputasi untuk tabel 2x2
b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling
rendah adalah 34.31.

Hasil yang diperoleh sesuai karena berdasarkan Hendarwan (2003)

mengungkapkan bahwa ibu yang memiliki latar belakang pendidikan formal lebih
81
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

tinggi diharapkan lebih mudah menerima suatu pengetahuan kesehatan yang

disampaikan padanya.

B. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Swamedikasi Demam

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap swamedikasi demam

dapat dilihat dengan hipotesis nol (H0) yang digunakan yaitu tidak terdapat

hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap swamedikasi demam, dan

hipotesis alternatif (H1) terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap

swamedikasi demam.

Tabel XXIX. Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan sikap


Sikap Total
positif negatif
Tingkat 1.00 Count
48 27 75
pendidikan
Expected Count 39.2 35.8 75.0
2.00 Count 32 46 78
Expected Count 40.8 37.2 78.0
Total Count 80 73 153
Expected Count 80.0 73.0 153.0

Tabel XXX. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan sikap


swamedikasi demam
Pendidikan Sikap positif Sikap Negatif Total
Pendidikan tinggi 48 (64%) 27 (36%) 75 (100%)
Pendidikan rendah 32 (41%) 46 (59%) 78(100%)
Total 80 (52,2%) 73 (47,8%) 153(100%)

Hasil penelitian diperoleh dari 75 responden yang berpendidikan tinggi

sebanyak 48 (64,0%) responden memiliki sikap positif dan 27 (36%) responden

memiliki sikap negatif, sedangkan dari 78 responden berpendidikan rendah

sebanyak 32 (41%) memiliki sikap positif dan 56 (59%) memiliki sikap negatif.
82
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXXI. Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendidikan dan sikap
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.089(b) 1 .004
Continuity Correction(a) 7.195 1 .007
Likelihood Ratio 8.165 1 .004
Fisher's Exact Test .006 .004
Linear-by-Linear
8.037 1 .005
Association
N of Valid Cases 153
a. Komputasi untuk tabel 2x2
b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah
adalah 35.78.

Dari hasil analisis data, dengan melihat angka signifikansi yang

diperoleh dapat dikatakan bahwa Ho diterima, dan berarti tidak terdapat hubungan

antara tingkat pendidikan dengan sikap responden mengenai swamedikasi demam.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan sikap responden mengenai swamedikasi demam karena

berdasarkan Notoadmojo (2003) mengungkapkan bahwa seseorang yang

berpendidikan tinggi belum tentu memiliki sikap yang baik karena sikap masih

dipengaruhi oleh faktor keyakinan, emosi dan pikiran. Pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting dalam penentuan sikap yang

utuh. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku.

C. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Swamedikasi


Demam

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan swamedikasi

demam dapat dilihat dengan hipotesis nol (H0) yang digunakan yaitu tidak

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan swamedikasi


83
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

demam, dan hipotesis alternatif (H1) terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dengan tindakan swamedikasi demam.

Tabel XXXII. Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan tindakan


Tindakan Total
positif negatif positif
Tingkat 1.00 Count
40 35 75
pendidikan
Expected Count 31.4 43.6 75.0
2.00 Count 24 54 78
Expected Count 32.6 45.4 78.0
Total Count 64 89 153
Expected Count 64.0 89.0 153.0

Tabel XXXIII. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan dan


tindakan swamedikasi demam
Pendidikan Tindakan positif Tindakan Negatif Total
Pendidikan tinggi 40 (53,3%) 35 (46,7%) 75 (100%)
Pendidikan rendah 24 (35,8%) 46 (64,2%) 78(100%)
Total 64 (52,2%) 73 (47,8%) 153(100%)

Hasil penelitian diperoleh dari 75 responden yang berpendidikan tinggi

sebanyak 40 (53,3%) responden memiliki tindakan positif dan 35 (46,7%)

responden memiliki tindakan negatif, sedangkan dari 78 responden berpendidikan

rendah sebanyak 24 (35,8%) memiliki tindakan positif dan 46 (64,2%) memiliki

tindakan negatif.

Tabel XXXIV. Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendidikan dan
tindakan
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .848(b) 1 .357
Continuity Correction(a) .526 1 .468
Likelihood Ratio .841 1 .359
Fisher's Exact Test .436 .233
Linear-by-Linear
.842 1 .359
Association
N of Valid Cases 153

a. Komputasi untuk tabel 2x2


b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah
adalah 14.64.
84
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Dari hasil analisis data, dengan melihat angka signifikansi yang

diperoleh dapat dikatakan bahwa Ho diterima, dan berarti tidak terdapat hubungan

antara tingkat pendidikan dengan tindakan responden mengenai swamedikasi

demam.

Menurut teori Weber dalam Sarwono (1997), individu melakukan suatu

tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya

atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Setiap individu mempunyai cara

yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan dan pencegahan,

meskipun memiliki gangguan kesehatan yang sama. Pada umumnya tindakan

yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain

terhadap gangguan tersebut. Dengan demikian faktor pendidikan memiliki

hubungan dengan tindakan yang diambil responden, karena semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka ia akan lebih berdaya dalam mengambil tindakan

yang tepat dalam perilaku swamedikasi demam.

3. Hubungan Tingkat Pendapatan Pada Perilaku Swamedikasi Demam

A. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pengetahuan Swamedikasi


Demam

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan swamedikasi

demam dapat dilihat dengan hipotesis nol (H0) yang digunakan yaitu tidak

terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan swamedikasi

demam, dan hipotesis alternatif (H1) terdapat hubungan antara tingkat pendapatan

dengan pengetahuan swamedikasi demam.


85
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXXV. Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan


pengetahuan
Pengetahuan Total
tinggi rendah
Tingkat 1.00 Count
18 17 35
pendapatan
Expected Count 16.0 19.0 35.0
2.00 Count 52 66 118
Expected Count 54.0 64.0 118.0
Total Count 70 83 153
Expected Count 70.0 83.0 153.0

Tabel XXXVI. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan


pengetahuan swamedikasi demam
Pendapatan Pengetahuan tinggi Pengetahuan rendah Total
Pendapatan tinggi 18 (51,4%) 17 (48,6%) 35 (100%)
Pendapatan rendah 52 (44,0%) 66 (56,0%) 118(100%)
Total 70 (45,7%) 83 (54,3%) 153(100%)

Hasil penelitian diperoleh dari 35 responden yang berpendapatan tinggi

sebanyak 18 (51,4%) responden memiliki pengetahuan tinggi dan 17 (48,6%)

responden memiliki pengetahuan rendah, sedangkan dari 118 responden

berpendapatan rendah sebanyak 52 (44,0%) memiliki pengetahuan tinggi dan 66

(56,0%) memiliki pengetahuan rendah.

Tabel XXXVII. Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendapatan dan
pengetahuan
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .589(b) 1 .443
Continuity Correction(a) .330 1 .566
Likelihood Ratio .588 1 .443
Fisher's Exact Test .448 .282
Linear-by-Linear
.585 1 .444
Association
N of Valid Cases 153
a. Komputasi untuk tabel 2x2
b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah
adalah 16.01.
86
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Dari hasil analisis data, dengan melihat angka signifikansi yang

diperoleh dapat dikatakan bahwa H0 diterima, dan berarti tidak terdapat hubungan

antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan responden mengenai swamedikasi

demam.

Menurut Hendarwan (2003) pengetahuan mengenai penyakit yang

diderita berhubungan dengan status sosioekonomi, sedangkan menurut

Notoatmodjo (2003) pendapatan keluarga berhubungan dengan penggunaan

pelayanan kesehatan. Apabila dilihat dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori

yang disebutkan di atas.

B. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Sikap Swamedikasi Demam

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi demam

dapat dilihat dengan hipotesis nol (H0) yang digunakan yaitu tidak terdapat

hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi demam, dan

hipotesis alternatif (H1) terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap

swamedikasi demam.

Tabel XXXVIII. Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan sikap


Sikap Total
positif negatif
Tingkat 1.00 Count
26 9 35
pendapatan
Expected Count 18.3 16.7 35.0
2.00 Count 54 64 118
Expected Count 61.7 56.3 118.0
Total Count 80 73 153
Expected Count 80.0 73.0 153.0
87
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

Tabel XXXIX. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan


sikap swamedikasi demam
Pendapatan Sikap positif Sikap negatif Total
Pendapatan tinggi 26 (74,2%) 9 (25,8%) 35 (100%)
Pendapatan rendah 54 (45,7%) 64 (54,3%) 118(100%)
Total 80 (52,3%) 73 (47,8%) 153(100%)

Hasil penelitian diperoleh dari 35 responden yang berpendapatan tinggi

sebanyak 26 (74,2%) responden memiliki sikap positif dan 9 (25,8%) responden

memiliki sikap negatif, sedangkan dari 118 responden berpendapatan rendah

sebanyak 54 (45,7%) memiliki memiliki sikap positif dan 64 (54,3%) memiliki

sikap negatif.

Tabel XL. Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendapatan dan sikap
Exact
Asymp. Sig. Exact Sig.
Nilai df Sig. (1-
(2-sided) (2-sided)
sided)
Pearson Chi-Square 8.803(b) 1 .003
Continuity Correction(a) 7.697 1 .006
Likelihood Ratio 9.145 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
8.745 1 .003
Association
N of Valid Cases 153

a. Komputasi untuk tabel 2x2


b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah
adalah 16.70.

Dari hasil analisis data, dengan melihat angka signifikansi yang

diperoleh dapat dikatakan bahwa H0 ditolak, dan berarti terdapat hubungan antara

tingkat pendapatan dengan sikap responden mengenai swamedikasi demam

Berdasarkan Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa seseorang

yang memiliki tingkat pendapatan tinggi belum tentu memiliki sikap yang baik

karena sikap masih dipengaruhi oleh faktor keyakinan, emosi dan pikiran,

sehingga dapat dikatakan bahwa sikap tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat
88
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

ekonomi. Telah disebutkan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Dengan

demikian seseorang yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi belum tentu

memiliki sikap yang baik karena sikap masih dipengaruhi oleh faktor

pengetahuan, keyakinan, emosi dan pikiran.

C. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Swamedikasi


Demam

Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi

demam dapat dilihat dengan hipotesis nol (H0) yang digunakan yaitu tidak

terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi

demam, dan hipotesis alternatif (H1) terdapat hubungan antara tingkat pendapatan

dengan tindakan swamedikasi demam.

Tabel XLI. Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan tindakan


Tindakan Total
positif negatif positif
Tingkat 1.00 Count
17 18 35
pendapatan
Expected Count 14.6 20.4 35.0
2.00 Count 47 71 118
Expected Count 49.4 68.6 118.0
Total Count 64 89 153
Expected Count 64.0 89.0 153.0

Tabel XLII. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan dan


tindakan swamedikasi demam
Pendapatan Tindakan positif Tindakan negatif Total
Pendapatan tinggi 17 (48,5%) 18 (51,5%) 35 (100%)
Pendapatan rendah 47 (39,8%) 71 (60,2%) 118(100%)
Total 64 (41,8%) 89 (58,2%) 153(100%)

Hasil penelitian diperoleh dari 35 responden yang berpendapatan tinggi

sebanyak 17 (48,5%) responden memiliki tindakan positif dan18 (51,5%)


89
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

responden memiliki tindakan negatif, sedangkan dari 118 responden

berpendapatan rendah sebanyak 47 (39,8%) memiliki tindakan positif dan 71

(60,2%) memiliki tindakan negatif.

Tabel XLIII. Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendapatan dan tindakan
Exact
Asymp. Sig. Exact Sig.
Nilai df Sig. (1-
(2-sided) (2-sided)
sided)
Pearson Chi-Square .848(b) 1 .357
Continuity Correction(a) .526 1 .468
Likelihood Ratio .841 1 .359
Fisher's Exact Test .436 .233
Linear-by-Linear
.842 1 .359
Association
N of Valid Cases 153 .357

a. Komputasi untuk tabel 2x2


b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah
adalah 14.64.

Dari hasil analisis data dengan melihat angka signifikansi yang diperoleh

dapat dikatakan bahwa H0 diterima, dan berarti tidak terdapat hubungan antara

tingkat pendapatan dengan tindakan responden mengenai swamedikasi demam.

Menurut Hendarwan (2003) biaya pengobatan menjadi pertimbangan

penting bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah, sehingga mereka

akan cenderung mencari pertolongan kesehatan berdasarkan kemampuan

keuangannya. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Anderson dan

Sheatsley dalam Greenley (1980) yang menyebutkan sebanyak 3% pasien

menunda pengobatan dengan alasan pertimbangan biaya. Pada beberapa individu

akan menunda tindakan pengobatan karena tingkat pendapatan yang rendah,

sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan akan mempengaruhi tindakan

individu dalam pengobatan. Hasil penelitian yang diperoleh tidak terdapat


90
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

hubungan tingkat pendapatan dengan tindakan swamedikasi demam dimana hasil

ini tidak sesuai dengan teori yang disebutkan di atas.


PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Karakteristik sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah

responden berusia >40 tahun sebanyak 52,9%, tingkat pendidikan responden lulus

SMA sebanyak 35,3%, jenis pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga

sebanyak 49,6%, jumlah penghasilan responden < Rp.1.500.000,- sebanyak

77,1%, dam status pernikahan kawin sebanyak 98,0%.

Permasalahan pengetahuan mengenai swamedikasi antara lain

swamedikasi tidak memiliki kerugian sebanyak 71,8%, swamedikasi karena tidak

ada efek samping sebanyak 70,5%, pilihan pengobatan ke bidan sebanyak 2,6%,

swamedikasi memiliki keuntungan yaitu dosis yang ringan, alami, dan tidak

menggunakan bahan kimia, responden kurang paham mengenai swamedikasi

sebanyak 1,3%.

Permasalahan pengenalan demam meliputi responden tidak mempunyai

termometer sebanyak 81,6%, responden tidak paham dan tidak bisa membedakan

demam yang diderita dengan demam lain karena belum pernah mengalami 35,9%,

responden merasa informasi mengenai demam belum jelas 24,1%, lamanya

demam sembuh setelah seminggu sebanyak 3,9%, responden tidak dapat

mengenali demam secara pasti sebanyak 1,3%, responden berpendapat bahwa

demam merupakan penyakit yang ditandai badan panas dan kejang sebanyak

91
92
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

0,6%, demam ditandai kepala terasa sakit, ngilu, dan tidak bisa tidur 0,6%,

responden tidak melakukan apapun dalam mengenali demam sebanyak 0,6%.

Permasalahan tindakan dalam menangani dan memilih obat demam

meliputi responden tidak pernah diberi informasi pada saat pembelian obat

demam sebanyak 72,5%, pembelian obat di warung sebanyak 49,0%, penggunaan

air dingin, air es, es batu atau alkohol dalam mengompres sebanyak 29,4%,

responden tidak mempunyai tempat penyimpanan obat secara khusus sebanyak

2,6%, responden tidak mempertimbangkan apapun dalam memilih obat demam

sebanyak 1,3%, penggunaan Komix sebagai obat demam sebanyak 0,6%,

penggunaan minyak tanah untuk mengobati demam sebanyak 0,6%.

Dari hasil analisis diperoleh terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

dengan pengetahuan responden mengenai swamedikasi demam, tidak terdapat

hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap responden mengenai

swamedikasi demam, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

tindakan responden mengenai swamedikasi demam.

Dari hasil analisis diperoleh tidak terdapat hubungan antara tingkat

pendapatan dengan pengetahuan responden mengenai swamedikasi demam,

terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap responden mengenai

swamedikasi demam, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan

tindakan responden mengenai swamedikasi demam.


93
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

A. Saran

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian meliputi

diperlukan adanya modul edukasi bagi masyarakat mengenai swamedikasi secara

umum untuk penyakit ringan, batasan-batasan penyakit yang dapat ditangani

dengan swamedikasi, pengenalan demam, pemilihan obat demam untuk mengatasi

permasalahan yang timbul dalam melakukan swamedikasi penyakit demam.

Selain itu dapat pula dicari hubungan antara karakteristik responden seperti jenis

pekerjaan dan umur dengan perilaku swamedikasi demam.

Selain itu juga diperlukan adanya penelitian pengembangan intervensi

yang sesuai untuk apoteker sehingga dapat menghasilkan guideline untuk apoteker

untuk meningkatkan kerasionalan penggunaan obat.


94
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA

Amlot, P., 1989, Demam dan Berkeringat, Dalam Walsh T.D., Symptom Kontrol,
diterjemahkan oleh Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 195-201

Andersen, 1975, Equity in Health Services, Ballinger Publishing Company, USA, 295

Anonim, 2002, Functional Role of The Preoptic Area and Anterior Hypotalamus in
Thermoregulation, http://www.lemoyne.edu.hevern.psy340.fever

Anonim, 2003, Demam, http://www.asuransicigna.com/demam

Anonim, 2004, Pertolongan Pertama Pada Anak yang Terserang Kejang Demam,
http://www.glorianet.org/keluarga/kesehatan

Ariawan, I, 1998, Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan, Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok

Azwar, S., 1988, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, edisi I, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta

Azwar, S., 2003, Reliabilitas dan Validitas, 4-8, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Barkin, R.M., 1993, Problem-Oriented Pediatric Diagnosis, diterjemahkan oleh


Kisworo B, Cetakan I, Binapura Aksara, Jakarta, 39-44, 46-47

Cahyo, Y.B.A., 2003, Pola Pemilihan Obat Demam oleh Orang Tua untuk Anak-anak
Sekolah Dasar Di Kecamatan Ambarawa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta

Colin-Thome, D., 2001, Better Management of Minor Ailments : Using The Pharmacist,
Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London

Corwin, E.J., 1996, Handbook of Pathophisiology, diterjemahkan oleh Brahm U.Pendit,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, 69-70

Darwis, D., dan Ismail, H.S., 1982, Penatalaksanaan Hiperpireksia pada Anak,
Penatalaksanaan Demam, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia dan IDI Cabang Jakarta Pusat, Jakarta, 63-70

Dharmmesta, B.S., dan Handoko, H., 2000, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku
Konsumen, Edisi I, Cetakan I, BPFE, Yogyakarta

DepKes RI, 1996a, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


922/MENKES/PER/X/1993/ tanggal 23 Oktober 1993 tentang Ketentuan dan
95
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tata Cara Pemberian Ijin Apotek, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan
Bidang Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

DepKes RI, 1996b, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


347/MENKES/SK/VII/1990/ tanggal 16 Juli 1990 tentang Obat Wajib Apotek,
Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Obat, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta

DepKes RI, 1996c, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


347/MENKES/SK/VII/1990/ tanggal 16 Juli 1990 tentang Obat Wajib Apotek,
Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Obat, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta

DepKes RI, 1997, Kompendia Obat Bebas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Dwiwiranti, B., 2007, Demam pada Anak, http://www.rustamadji.net

Greenley, J.R., 1980, Cultural and Psychological Aspect of The Utilization of Health
Services. Dalam Brenner, H.M. et all (eds), Assesing The Contribution of The
Social Sciences to Health, Westview, Inc, Colorado, hal. 169-207

Ikhsan, H., 1999, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Pelayanan


Kesehatan Pada Balita Penderita ISPA di Kodya Semarang, Pascasarjana UI,
Depok, 790

Guyton, A.C., 1987, Human Physiology and Mechanism of Disease, Ed.III,


diterjemahkan oleh Petrus Adrianto, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 467

Hadi, S., 1991, Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan
Basica, 1-3, Andi Offset, Yogyakarta

Handayani, dkk, Pola Pencarian Pengobatan di Indonesia, Bulletin Penelitian


Kesehatan, Volume 31, No. 1, 2003

Hendarwan, H., 2003, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Balita
Dalam Pencarian Pengobatan Pada Kasus-Kasus Balita Dengan Gejala
Pneumonia di Kabupaten Serang, Banten Tahun 2003, Tesis, Universitas
Indonesia, Jakarta

Holt G.A, and Hall, E.L., 1990, The Self Care Movement in Feldmann, E.G., (Editor),
Hand Book of Nonprescription Drugs, 9th Edition, APhA, New York, 1-10, 25-26

Hubley, J., 1993, Communicating Health : An Action Guide To Health Education And
Health Promotion, Macmillian Education, London
96
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Ikhsan, H., 1999, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Pelayanan
Kesehatan Pada Balita Penderita ISPA di Kodya Sabang, Pascasarjana UI,
Depok, 790

Issets, B.J., and Brown,L.M., 2004, Petient Assesment and Consultation, Handbook of
Nonprescription Drugs, 14 th, edition.AphA, New York, 16-28

Kadang, J.K., 2000, Metode Tepat Mengatasi Demam, Makalah Dalam Temu Muka dan
Konsultasi Metode Tepat Mengatasi Demam dan Pengenalan Dini Demam
Berdarah dan Tifoid, Bekasi

Kotler, P., 1997, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan


Kontrol, Jilid I, Prenhallindo, Jakarta, hal. 152-179

Lipman, A.G., and Jackson, K.C., 2000, Fever, in Young, L.L., (Editor), Handbook Of
Non Prescription Drugs, 12th Edition, American Pharmaceutical Association,
Washington, hal. 77-82, 85-86

Lumenta, B., 1993, Pasien : Citra Peran dan Perilaku, Tinjauan Fenomena Sosial,
Cetakan I, Kanisius, Yogyakarta

Mutschler, E.A., 1986, Arzneimittelwirkungen, diterjemahkan oleh Widianto, M.B., dan


Ranti, S.A., Edisi V, ITB, Bandung, hal. 77-84, 97

Nasution, H. dan Lubis, Y., 1993, Pengantar Farmakologi, Edisi II, PT Pustaka
Widyatarana, Medan, 65-69, 77-79

Nawawi, H., 2005, Metode Penelitian Bidang Sosial, cetakan ke-11, 63, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan,
Andi Offset, Yogyakarta, hal. 93-107

Oswari, 1995, Penyakit dan Penanggulangannya, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta, 59

Pal, S., 2002, Self Care and Nonprescription Pharmacotherapy, in:Berardi, R.R.,
Handbook of Nonprescription Drugs, 13th Edition, APhA, New York, 4-20

Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,


Edisi V, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.10-18

Pujiarto, P.S., 2007, Demam Pada Anak : Fever is Functional,


http://www.infosehat.com/content

Rantucci, M.J., 1997, Pharmacist Talking With Patients A Guide to Patient Counseling,
Williams & Wilkins, Baltimore, 30
97
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Rinukti, M.C.R.K., 2004, Hubungan Antara Motivasi dan Pengetahuan Orang Tua
Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep Untuk Anak-
anak RW V di Kelurahan Terban Tahun 2004, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Rinukti, Widayati, 2005, Hubungan Antara Motivasi Dan Pengetahuan Orang Tua
Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep Untuk Anak –
Anak RW V Di Kelurahan Terban Tahun 2004, Sigma Jurnal Sains dan Teknologi,
Vol.8, No. 1, Januari 2005, hal.25-33

Sartono, 1993, Obat Wajib Apotek, Edisi I, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1-2,
44-45

Sarwono, L., 1997, Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta

Setiadji, R., 1996, Pemberian Informasi Obat Kepada Pasien Menuju Penggunaan Obat
Yang Rasional, Medika, No.5, Jakarta, 384-386

Sihvo, S., 2000b, Utilization and Appropriateness of Self-medication in Finland,


Academic Dissertation, University of Helsinki, Finland

Skach, W., and Fitz, G., 1988, Kasus Umum Pelayanan Medis, Handbook of Medical
Treatment, Cetakan I, diterjemahkan oleh Indraty Secilia, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 1-2

Soejoenoes, A., Tresnaningsih, E., Chua, I., Himawan, dan Kadjito, T., 1996, Panduan
Kesehatan Keluarga, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta, hal. 253-254

Sukasediati, 1996, Peningkatan Mutu Pengobatan Sendiri Menuju Kesehatan Untuk


Semua, Buletin Ditjen POM, Vol XVIII, 21-27

Takiya, L., 2004, Fever, Hand Book of Nonprescription Drugs,14 Edition, APhA, New
York, 111-129

Theophilus, 2004. Apa Yang Perlu Diperhatikan Bila Anak Demam,


http://www.infokes.com

Umar, H., 2003, Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Cetakan I, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta, hal.74

Widjajanti, N., 1989, Obat-obatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 15-17

Widowati, C.T.E, 2004, Pola Pemilihan dan Penggunaan Obat Demam Tanpa Resep oleh
Orang Tua untuk Anak-anak di Sekitar Sungai Gadjah Wong (RT 18 RW 02
Dusun Papringan Sleman), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
98
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Wilmana, Y., 1995, Analgesik-Antipiretik, Analgesik-Anti Inflamasi Non Steroid dan
Obat Pirai, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Editor Ganiswara, S.G., Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 207-221

World Health Organization, 1994, Guide To Good Prescribing, Geneva: WHO


(unpublished document WHO/PHARM/DAP/94.II)

World Health Organization, 1998, The Role of Pharmacist to Self-care and Self-
medication, Geneva, available at: www.who.int

World Health Organization, 2004, How To Investigate The Use Of Medicine By


Consumers, World Health Organization and University of Amsterdam,
Amsterdam
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
117
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
KUESIONER PENGETAHUAN, SIKAP dan TINDAKAN SWAMEDIKASI IBU RUMAH
TANGGA PADA DEMAM

Identitas Responden :

Nama :_____________________________________________

Desa / Kelurahan/RT/RW :_____________________________________________

Berikut ini pernyataan yang berkaitan dengan swamedikasi penyakit DEMAM.


Berilah tanda silang (X) untuk jawaban dari pernyataan yang Anda anggap paling
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju R : Ragu TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan Jawaban


A. PENGETAHUAN
1. Demam adalah keadaan dimana suhu tubuh SS S R TS STS
lebih tinggi dari suhu tubuh normal (37,6˚C)
2. Demam merupakan gejala awal suatu SS S R TS STS
penyakit
3. Demam dapat dikenali dengan meraba dahi, SS S R TS STS
leher dan ketiak yang terasa panas.
4. Infeksi adalah satu-satunya penyebab SS S R TS STS
demam.
5. Termometer merupakan alat yang digunakan SS S R TS STS
untuk mengukur suhu tubuh saat demam
dengan meletakkannya pada mulut, ketiak,
atau anus.
6. Gejala lain yang menyertai demam antara SS S R TS STS
lain hilangnya nafsu makan atau sakit kepala.
7. Demam dianggap berbahaya jika terjadi SS S R TS STS
demam tinggi atau suhu tubuh mencapai
40˚C.
8. Demam yang tidak membaik setelah 3 hari SS S R TS STS
sebaiknya dibawa ke dokter.
9. Mengompres dengan air es lebih baik SS S R TS STS
daripada dengan air hangat atau alkohol.
10. Terapi demam dimaksudkan untuk SS S R TS STS
mengurangi rasa yang tidak nyaman akibat
demam dengan cara menurunkan suhu tubuh
ke kisaran normal.
11. Obat demam dapat menghilangkan gejala flu SS S R TS STS
seperti sakit kepala, bersin-bersin dan hidung
tersumbat.
12. Dalam mengobati demam dapat digunakan SS S R TS STS
118
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
parasetamol.
13. Setiap demam perlu diberikan terapi dengan SS S R TS STS
obat karena demam tidak dapat hilang
dengan sendirinya.
14. Penggunaan aspirin untuk mengobati demam SS S R TS STS
pada anak-anak lebih tepat daripada
parasetamol.
15. Walaupun suhu tubuh kembali normal, obat SS S R TS STS
demam tetap harus diberikan.
16. Obat demam dapat membunuh kuman SS S R TS STS
penyebab demam
B. SIKAP
17. Menurut saya, demam dapat dikenali dengan SS S R TS STS
meraba dahi, leher atau ketiak yang terasa
panas atau mendeteksi dengan termometer.
18. Menurut saya, semua demam meskipun SS S R TS STS
ringan haruslah dibawa ke dokter.
19. Menurut saya, penggunaan aspirin untuk SS S R TS STS
mengatasi demam pada anak-anak lebih
aman daripada parasetamol
20. Menurut saya, warung tidak mungkin menjual SS S R TS STS
obat yang sudah kadaluarsa atau rusak.
21. Saya tidak perlu menggunakan obat demam SS S R TS STS
biarpun saya mengalami demam karena
badan merasa nyaman.
22. Menurut saya, semua demam harus diobati SS S R TS STS
dengan obat turun panas seperti parasetamol
atau aspirin.
23. Menurut saya, demam yang tidak hilang SS S R TS STS
hingga lebih dari 3 hari sebaiknya dibawa ke
dokter.
24. Menurut saya, biaya melakukan pengobatan SS S R TS STS
sendiri untuk demam lebih murah daripada
harus ke dokter.
C. TINDAKAN
25. Saya mengenali demam dengan meraba SS S R TS STS
dahi,leher, dan ketiak yang terasa panas atau
menggunakan termometer.
26. Saya menyimpulkan terjadinya demam SS S R TS STS
dengan adanya peningkatan suhu tubuh
yang melebihi normal.
27. Ketika saya atau anggota keluarga saya SS S R TS STS
menderita demam, saya selalu mengompres
dengan air es.
28. Ketika saya atau anggota keluarga saya SS S R TS STS
menderita demam, saya langsung membeli
sendiri obat turun panas.
29. Saya selalu memperhatikan kandungan dari SS S R TS STS
obat demam yang digunakan.
30. Saya tidak terlalu memperhatikan SS S R TS STS
kontraindikasi atau efek samping dari obat
119
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
demam yang digunakan.
31. Saya tidak pernah membaca label obat SS S R TS STS
demam karena semua obat demam diminum
3 kali sehari sebelum makan.
32. Saya akan ke dokter apabila demam yang SS S R TS STS
terjadi tidak kunjung membaik (suhu tidak
kembali normal).
33. Sebelum menggunakan obat demam, saya SS S R TS STS
akan selalu melihat apakah obat demam
tersebut masih layak untuk diminum atau
tidak
34. Bila demam saya tidak kunjung hilang lebih SS S R TS STS
dari 3 hari, saya akan menambah dosis obat
yang saya minum.
120
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

PEDOMAN TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN IBU RUMAH TANGGA


TENTANG SWAMEDIKASI PENYAKIT DEMAM

Petunjuk Bagi Raportur


1. Catat semua jawaban responden sesuai dengan kolom-kolom yang terdeia
2. Pengisian tidak selalu urut, karena itu usahakan anda dapat mengisi sesuai dengan
jalannya wawancara
3. Ingatkan pewawancara jika ada butir pertanyaan yang terlewat atau belum jelas.

a. Karakteristik Responden
Pertanyaan :
1. Nama : ________________________________________
2. Umur : ________________________________________
3. Alamat (Desa/Kelurahan tempat tinggal) : ____________________________
4. Status pernikahan :( ) Kawin
( ) Janda
5. Jumlah anak : ________________________________________
6. Jumlah anggota rumah tangga (semua yang tinggal di rumah tersebut) :
______________________________________________________________
7. Pendidikan terakhir :( ) Tamat SD
( ) Tamat SLTP
( ) Tamat SLTA
( ) Tamat Perguruan Tinggi
( ) Ibu rumah tangga/tidak bekerja
( ) Petani/nelayan
Lain-lain.............................
8. Pendapatan keluarga per bulan
( ) < Rp.1.500.000,00
( ) Rp. 1.500.000,00 sampai Rp. 2.500.000,00
( ) Rp. 2.500.000,00 sampai Rp. 3.500.000,00
( ) > Rp.3.500.000,00
121
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
b. Swamedikasi
(Sebelum memulai wawancara, pewawancara sebaiknya menjelaskan istilah
swamedikasi).
Pertanyaan Jawaban
1. Apa yang ibu lakukan jika ibu
atau anggota keluarga ibu
mengalami sakit ringan (contoh:
flu, batuk, sakit kepala,dst)?

2. Apa yang ibu ketahui mengenai


Swamedikasi atau pengobatan
sendiri? Jelaskan?

3. Mengapa ibu melakukan


pengobatan sendiri?
Pertimbangan-pertimbangan apa
saja yang mendasari ibu untuk
melakukan pengobatan sendiri?
4. Menurut ibu penyakit seperti
apakah yang dapat dilakukan
dengan pengobatan sendiri?

5. Berapa kali dalam 1 bulan


terakhir, ibu melakukan
pengobatan sendiri?
6. Biasanya ibu melakukan
pengobatan sendiri untuk siapa?
7. Apakah keuntungan melakukan
pengobatan sendiri?
8. Apakah kerugian dalam
melakukan pengobatan sendiri?
122
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
9. Menurut ibu, apakah pengobatan
sendiri yang selama ini dilakukan
sudah cukup efektif atau
memuaskan hasilnya?
10.Apabila ibu memilih pengobatan
sendiri, apa yang ibu lakukan jika
penyakit tidak kunjung sembuh?

c. Kesesuaian Pengenalan Penyakit Demam


Pertanyaan Jawaban
11. Apa yang ibu ketahui mengenai
demam?
12. Bagaimana frekuensi rata-rata
ibu atau anggota keluarga ibu
terkena demam (seberapa
seringkah selama 1 bulan)?
13. Menurut ibu, apa yang biasanya
menyebabkan demam?
14. Bagaimana ibu mengetahui
bahwa ibu atau anggota
keluarga ibu terkena demam
(misal dari rabaan dahi, ketiak
dan leher yang terasa panas atau
diukur dengan menggunakan
termometer)?
15. Apakah ibu memiliki
termometer di rumah? Jika
punya, biasanya pengukuran
suhu dengan termometer
diletakkan dimana (mulut,
123
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ketiak atau rektal)?Jika ibu
tidak memiliki termometer,
bagaimana cara mendeteksi
terjadinya demam?
16. Biasanya gejala apa saja yang
menyertai demam? (misalnya,
hilangnya nafsu makan atau
batuk/pilek/diare)
17. Biasanya berapa lama demam
dianggap sembuh atau sudah
turun?
18. Bagaimana ibu membedakan
antara demam biasa dengan
demam lain seperti DBD
(Demam Berdarah Dengue),
demam chikungunya, demam
karena tifus?
19. Darimana ibu mendapatkan
pengetahuan mengenai penyakit
demam baik gejala maupun
penyebab (tenaga kesehatan,
teman, tetangga, media cetak
maupun elektronik atau yang
lain)? Jika dari buku, buku apa?
20. Menurut ibu, selama ini apakah
informasi tentang demam yang
didapat sudah lengkap dan
dapat dipercaya? Jika belum,
informasi apa saja yang
diharapkan?

d. Kesesuaian Pemilihan Obat Demam


124
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Pertanyaan Jawaban
21. Jika ibu atau anggota keluarga
ibu menderita “demam”,
tindakan apa yang ibu lakukan
pertama kali? Apa alasan ibu
melakukan tindakan tersebut?
22. Apa yang biasanya yang
digunakan untuk mengompres
(air es, air biasa atau air
hangat)? Apakah suhu tubuh
yang panas dapat turun dengan
mengompres?
23. Jika memilih swamedikasi
dengan menggunakan obat,
obat-obat apa saja yang
digunakan selama ini (obat
tradisional atau obat modern)?
24. Pertimbangan apa saja yang ibu
lakukan dalam memilih obat
demam?
25. Apakah ibu atau anggota
keluarga ibu menderita penyakit
lain, (bila punya penyakit lain,
obat apa yang sedang
digunakan, apa efek
sampingnya)
26. Darimana ibu memperoleh
informasi mengenai obat
demam? Apakah informasi yang
didapatkan sudah cukup jelas?
Jika belum, informasi apa saja
125
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
yang seharusnya diberikan?
27. Merk obat demam apa yang
sering ibu gunakan? Mengapa
obat tersebut sering ibu
gunakan? Apa saja yang ibu
ketahui mengenai obat tersebut
(kandungan, dosis, cara pakai,
kontraindikasi, efek samping)?
28. Dimana ibu biasa membeli obat
demam? Apa alasan ibu
membeli obat di tempat
tersebut?

Jika jawaban ibu tesebut di Apotek/warung/supermarket, ada pertanyaan tambahan:


Pertanyaan Jawaban
29. Ketika ibu membeli di tempat
tersebut, pernahkah ibu
mendapatkan bantuan dalam
memilih obat demam yang
sesuai untuk ibu atau anggota
keluarga dari petugas/penjual?
30. Informasi apa saja yang
diberikan?
31. Apakah informasi produk obat
demam yang ibu beli sesuai
dengan apa yang ibu harapkan?
32. Apakah ibu paham mengenai
informasi yang diberikan?
33. Jika ibu tidak paham atas
informasi yang diberikan,
tindakan apa yang ibu lakukan?
126
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
34. Apakah ibu membeli obat
tersebut dalam kemasan utuh?
35. (Jika membeli kemasan utuh)
Apakah ibu selalu
memperhatikan informasi pada
label obat/kemasan obat tentang
obat yang ibu gunakan? Apa
saja yang diperhatikan :
kandungan, indikasi, dosis,
aturan pakai, kontraindikasi,
efek samping, waktu
kadaluarsa, cara penyimpanan?
Apakah informasi tersebut
cukup jelas?
36. Sepanjang pengalaman ibu,
apakah swamedikasi dengan
menggunakan obat demam
cukup efektif menghilangkan
demam?
37. Apa yang ibu lakukan jika
demam ibu atau anggota
keluarga ibu belum juga hilang
(suhu tubuh belum normal)
walaupun sudah menggunakan
obat demam?
38. Apakah ibu mengetahui batasan
waktu penggunaan obat demam
(batasan bahwa obat tersebut
tidak menghilangkan demam)?
Kapan sebaiknya demam
dibawa ke dokter?
127
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
39. Apakah ibu menyimpan obat
demam di rumah? Bagaimana
penyimpanan obat di rumah
ibu?
40. Menurut ibu, informasi apa saja
yang harus diketahui sebelum
menggunakan obat demam?
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
133
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

HASIL UJI CHI SQUARE

Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan pengetahuan


Pengetahuan Total
tinggi rendah
Tingkat 1.00 Count
48 27 75
pendidikan
Expected Count 34.3 40.7 75.0
2.00 Count 22 56 78
Expected Count 35.7 42.3 78.0
Total Count 70 83 153
Expected Count 70.0 83.0 153.0

Uji Chi Square antara tingkat pendidikan dan pengetahuan

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 19.738(b) 1 .000
Continuity Correction(a) 18.323 1 .000
Likelihood Ratio 20.183 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
19.609 1 .000
Association
N of Valid Cases 153 1
a. Komputasi untuk tabel 2x2
b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah
adalah 34.31.

Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan sikap


Sikap Total
positif negatif
Tingkat 1.00 Count
48 27 75
pendidikan
Expected Count 39.2 35.8 75.0
2.00 Count 32 46 78
Expected Count 40.8 37.2 78.0
Total Count 80 73 153
Expected Count 80.0 73.0 153.0
134
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendidikan dan sikap
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.089(b) 1 .004
Continuity Correction(a) 7.195 1 .007
Likelihood Ratio 8.165 1 .004
Fisher's Exact Test .006 .004
Linear-by-Linear
8.037 1 .005
Association
N of Valid Cases 153
a. Komputasi untuk tabel 2x2
b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah
35.78.

Tabel krostabulasi antara tingkat pendidikan dan tindakan


Tindakan Total
positif negatif positif
Tingkat 1.00 Count
40 35 75
pendidikan
Expected Count 31.4 43.6 75.0
2.00 Count 24 54 78
Expected Count 32.6 45.4 78.0
Total Count 64 89 153
Expected Count 64.0 89.0 153.0

Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendidikan dan tindakan


Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .848(b) 1 .357
Continuity Correction(a) .526 1 .468
Likelihood Ratio .841 1 .359
Fisher's Exact Test .436 .233
Linear-by-Linear
.842 1 .359
Association
N of Valid Cases 153

a. Komputasi untuk tabel 2x2


b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah
14.64.
135
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan pengetahuan
Pengetahuan Total
tinggi rendah
Tingkat 1.00 Count
18 17 35
pendapatan
Expected Count 16.0 19.0 35.0
2.00 Count 52 66 118
Expected Count 54.0 64.0 118.0
Total Count 70 83 153
Expected Count 70.0 83.0 153.0

Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendapatan dan pengetahuan


Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Nilai df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .589(b) 1 .443
Continuity Correction(a) .330 1 .566
Likelihood Ratio .588 1 .443
Fisher's Exact Test .448 .282
Linear-by-Linear
.585 1 .444
Association
N of Valid Cases 153
a. Komputasi untuk tabel 2x2
b. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah
16.01.

Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan sikap


Sikap Total
positif negatif
Tingkat 1.00 Count
26 9 35
pendapatan
Expected Count 18.3 16.7 35.0
2.00 Count 54 64 118
Expected Count 61.7 56.3 118.0
Total Count 80 73 153
Expected Count 80.0 73.0 153.0
136
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendapatan dan sikap
Exact
Asymp. Sig. Exact Sig.
Nilai df Sig. (1-
(2-sided) (2-sided)
sided)
Pearson Chi-Square 8.803(b) 1 .003
Continuity Correction(a) 7.697 1 .006
Likelihood Ratio 9.145 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
8.745 1 .003
Association
N of Valid Cases 153

c. Komputasi untuk tabel 2x2


d. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah
16.70.

Tabel krostabulasi antara tingkat pendapatan dan tindakan


Tindakan Total
positif negatif positif
Tingkat 1.00 Count
17 18 35
pendapatan
Expected Count 14.6 20.4 35.0
2.00 Count 47 71 118
Expected Count 49.4 68.6 118.0
Total Count 64 89 153
Expected Count 64.0 89.0 153.0

Tabel Uji Chi Square antara tingkat pendapatan dan tindakan


Exact
Asymp. Sig. Exact Sig.
Nilai df Sig. (1-
(2-sided) (2-sided)
sided)
Pearson Chi-Square .848(b) 1 .357
Continuity Correction(a) .526 1 .468
Likelihood Ratio .841 1 .359
Fisher's Exact Test .436 .233
Linear-by-Linear
.842 1 .359
Association
N of Valid Cases 153 .357

e. Komputasi untuk tabel 2x2


f. Tidak ada sel yang mempunyai expected count kurang dari 5. Expected count yang paling rendah adalah
14.64.
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 137

Karakteristik Responden

Nama Umur Alamat Status Jumlah Jumlah Pendidikan Pekerjaan Pendapatan


pernikahan anak anggota terakhir
keluarga
X 48 Durungan RT Kawin 4 4 Tamat SD Buruh < Rp 1.500.000
47
X 39 Durungan RT Kawin 3 5 Tamat IRT Rp 2.500.000-Rp
47 SLTA 3.500.000
X 50 Durungan RT Kawin 4 4 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
47
X 50 Durungan RT Kawin 1 6 Tamat Wiraswasta > Rp 3.500.000
47 SLTP
X 54 Durungan RT Kawin 3 3 Tamat IRT < Rp 1.500.000
49 SLTP
X 29 Durungan RT Kawin 2 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
48 SLTP
X 54 Durungan RT Kawin 5 8 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
46
X 54 Durungan RT Kawin 4 5 Tamat Pedagang < Rp 1.500.000
49 SLTA
X 45 Durungan RT Kawin 3 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
45 SLTA
X 30 Durungan RT Kawin 2 4 Tamat Pedagang Rp 1.500.000-Rp
47 SLTP 2.500.000
X 46 Durungan RT Kawin 3 3 S1 Swasta < Rp 1.500.000
45
X 29 Durungan RT Kawin 2 4 Tamat Pedagang < Rp 1.500.000
47 SLTP
X 30 Durungan RT Kawin 3 9 Tamat IRT < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 138

46 SLTA
X 38 Durungan RT Kawin 1 3 Tamat Wiraswasta < Rp 1.500.000
48 SLTA
X 40 Durungan RT Janda 2 3 Tamat SD Pedagang < Rp 1.500.000
47
X 30 Durungan RT Kawin 1 3 Tamat IRT < Rp 1.500.000
47 SLTA
X 33 Durungan RT Kawin 1 8 D3 IRT < Rp 1.500.000
47
X 37 Durungan RT Kawin 2 4 Tamat IRT Rp 1.500.000-Rp
47 SMEA 2.500.000
X 29 Durungan RT Kawin 1 2 S1 Guru < Rp 1.500.000
46
X 49 Durungan RT Kawin 3 5 Tamat SD Pedagang Rp 1.500.000-Rp
46 2.500.000
X 35 Durungan RT Kawin 3 6 D2 IRT < Rp 1.500.000
46
X 33 Durungan RT Kawin 2 7 S1 Swasta Rp 1.500.000-Rp
46 2.500.000
X 37 Durungan RT Kawin 1 3 Tamat IRT < Rp 1.500.000
49 SLTP
X 35 Durungan RT Kawin 2 4 S1 Guru Rp 1.500.000-Rp
47 2.500.000
X 34 Sogan I Kawin 2 4 S1 IRT < Rp 1.500.000
X 30 Sogan I Kawin 3 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTP
X 35 Sogan II Kawin 2 6 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTP
X 28 Sogan II Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 44 Sogan I Kawin 4 6 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 139

X 39 Sogan II Kawin 2 4 Tamat IRT Rp 1.500.000-Rp


SLTA 2.500.000
X 55 Beji RT 07 Kawin 4 3 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
X 27 Beji RT 07 Kawin 1 3 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 54 Beji RT 07 Kawin 6 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTP
X 42 Beji Kawin 2 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 31 Beji RT 05 Kawin 2 4 Tamat SD Swasta < Rp 1.500.000
X 27 Beji RT 07 Kawin 2 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTP
X 38 Beji RT 06 Kawin 3 10 S2 PNS > Rp 3.500.000
X 59 Beji RT 07 Kawin 4 2 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
X 59 Beji Kawin 3 5 Tamat Guru PNS Rp 1.500.000-Rp
SLTA 2.500.000
X 38 Beji RT 07 Kawin 2 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 41 Beji RT 08 Kawin 2 5 Tamat SPK Salon Rp 1.500.000-Rp
2.500.000
X 34 Beji RT 07 Kawin 2 9 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 36 Beji RT 06 Kawin 1 3 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTP
X 45 Beji RT 05 Kawin 3 5 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
X 50 Beji Kawin 4 3 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 39 Beji RT 06 Kawin 3 4 Tidak IRT < Rp 1.500.000
sekolah
X 45 Beji RT 06 Kawin 2 4 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 140

X 59 Beji RT 08 Kawin 5 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000


SLTP
X 52 Dukuh RT 44 Kawin 2 3 Tamat Pedagang < Rp 1.500.000
SLTP
X 38 Dukuh RT 45 Kawin 2 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 33 Dukuh RT 45 Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 35 Dukuh RT 44 Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 55 Dukuh RT 44 Kawin 3 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 45 Dukuh RT 46 Kawin 2 5 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 40 Dukuh RT 43 Kawin 3 5 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
X 33 Dukuh RT 43 Kawin 2 4 Tamat Petani < Rp 1.500.000
SLTP
X 36 Dlingo RT 29 Kawin 2 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTP
X 37 Dlingo RT 22 Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 35 Dlingo Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 37 Dlingo RT 22 Kawin 3 6 Tamat Petani < Rp 1.500.000
SLTP
X 43 Dlingo RT 24 Kawin 2 5 Tamat IRT Rp 1.500.000-Rp
SLTP 2.500.000
X 45 Dlingo RT 23 Kawin 3 3 Tidak Petani < Rp 1.500.000
sekolah
X 36 Ngangin-angin Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 50 Ngangin-Angin Kawin 3 3 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
RT 5
X 32 Ngangin RT 07 Kawin 2 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 35 Ngangin Kawin 3 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 21 Ngangin RT 09 Kawin 1 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 141

SLTP
X 43 Ngangin Kawin 2 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTP
X 35 Penjalin RT 09 Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 40 Penjalin RT 07 Kawin 3 5 Tamat IRT Rp 1.500.000-Rp
SLTA 2.500.000
X 28 Penjalin RT 07 Kawin 1 6 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
X 40 Penjalin RT 10 Kawin 3 5 Tamat Pedagang < Rp 1.500.000
SMEA
X 50 Penjalin RT 08 Kawin 2 4 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 50 Penjalin RT 07 Kawin 2 6 Tidak Petani < Rp 1.500.000
sekolah
X 45 Penjalin RT 12 Kawin 5 8 Tidak IRT < Rp 1.500.000
sekolah
X 41 Penjalin RT 12 Kawin 2 5 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 35 Penjalin RT 09 Kawin 1 3 Tamat SD Petani < Rp 1.500.000
X 37 Demangan RW Kawin 2 4 Tamat Buruh < Rp 1.500.000
08 RT 25 SLTP
X 36 Demangan RW Kawin 3 6 Tamat IRT Rp 1.500.000-Rp
08 SLTA 2.500.000
X 37 Demangan RW Kawin 3 6 Tamat IRT < Rp 1.500.000
08 SLTP
X 55 Demangan RW Kawin 9 10 Tamat SD Warung < Rp 1.500.000
08 RT 25
X 41 Demangan RW Kawin 2 16 Tamat Wiraswasta < Rp 1.500.000
08 RT 28 SMKK
X 40 Demangan RW Kawin 4 7 Tamat Warung < Rp 1.500.000
08 SLTA
X 48 Demangan RW Kawin 2 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 142

08 SLTP
X 32 Demangan RW Kawin 2 4 S1 Staf Notaris Rp 1.500.000-Rp
08 RT 27 2.500.000
X 43 Demangan RW Kawin 2 3 Tamat IRT < Rp 1.500.000
08 RT 26 SLTA
X 55 Demangan RW Kawin 3 5 Tamat Wiraswasta Rp 1.500.000-Rp
08 RT 26 SLTA 2.500.000
X 48 Demangan RW Kawin 3 5 Tamat Wiraswasta < Rp 1.500.000
08 RT 28 SLTP
X 53 Demangan RW Kawin 3 4 Tidak Buruh cuci < Rp 1.500.000
08 RT 28 sekolah
X 35 Demangan RW Kawin 1 7 Tamat Playgroup < Rp 1.500.000
08 SLTA
X 30 Demangan RW Kawin 3 5 Tamat SD Buruh < Rp 1.500.000
08 RT 27
X 40 Demangan RW Kawin 1 6 Tamat IRT Rp 1.500.000-Rp
08 RT 27 SLTP 2.500.000
X 42 Demangan RW Kawin 2 4 Tamat Wiraswasta < Rp 1.500.000
02 RT 04 SMEA
X 42 Demangan RW Kawin 3 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
02 RT SLTP
X 49 Demangan RW Kawin 4 5 Tamat SD Buruh < Rp 1.500.000
02 RT 04
X 43 Demangan RW Kawin 1 3 Tamat Karyawan < Rp 1.500.000
02 RT SLTA swasta
X 41 Demangan RW Kawin 3 9 Tamat IRT < Rp 1.500.000
02 RT SLTA
X 41 Demangan RW Kawin 2 16 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
02 RT 05
X 55 Demangan RW Kawin 4 8 Tamat SD Pedagang < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 143

02 RT
X 37 Pakuncen RW Kawin 3 6 Tamat IRT < Rp 1.500.000
02 RT 09 SLTA
X 54 Pakuncen RW Kawin 2 6 D3 Akuntan Rp 2.500.000-Rp
02 RT 11 3.500.000
X 47 Pakuncen RW Kawin 1 2 Tamat IRT < Rp 1.500.000
02 RT 10 SLTP
X 47 Pakuncen RW Kawin 2 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
02 SLTP
X 33 Pakuncen RW Kawin 1 3 Tamat Pembantu < Rp 1.500.000
02 RT 08 SLTA RT
X 49 Pakuncen RW Kawin 5 7 Tamat SD Pedagang < Rp 1.500.000
02
X 31 Pakuncen RW Kawin 2 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
02 RT 08 SLTA
X 38 Pakuncen RW Kawin 6 10 S1 warung Rp 1.500.000-Rp
02 RT 09 2.500.000
X 45 Pakuncen RW Kawin 4 6 Tamat IRT < Rp 1.500.000
02 SLTA
X 40 Pakuncen RW Kawin 3 5 Tidak IRT < Rp 1.500.000
02 sekolah
X 42 Pakuncen RW Kawin 2 3 Tamat Wiraswasta Rp 2.500.000-Rp
08 RT 39 SLTA 3.500.000
X 56 Pakuncen RW Kawin 3 8 Tamat IRT Rp 1.500.000-Rp
08 RT 39 SLTP 2.500.000
X 47 Pakuncen RW Kawin 3 3 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
08 RT 37
X 52 Pakuncen RW Kawin 3 3 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
08 RT 37
X 40 Pakuncen RW Kawin 2 4 Tamat Wiraswasta < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 144

08 SLTP
X 55 Pakuncen RW Janda 2 3 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
08
X 40 Wirobrajan Kawin 2 5 Tamat Penjual Roti Rp 1.500.000-Rp
RW 02 RT 06 SLTA 2.500.000
X 59 Wirobrajan Kawin 9 5 Tamat Penjual < Rp 1.500.000
RW 02 RT 06 SLTP sayuran
X 40 Wirobrajan Kawin 2 5 Tamat Pedagang < Rp 1.500.000
RW 02 RT 06 SLTA angkringan
X 37 Wirobrajan Kawin 2 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
RW 02 RT 06 SLTA
X 34 Wirobrajan Kawin 3 4 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
RW 02 RT 08
X 50 Wirobrajan Kawin 1 3 Tamat Penjahit < Rp 1.500.000
RW 02 RT 08 SLTP
X 42 Wirobrajan Kawin 3 5 Tidak IRT < Rp 1.500.000
RW 02 RT 08 sekolah
X 45 Wirobrajan Kawin 1 3 Tamat SMA Pedagang Rp. 1.500.000-Rp
RW 08 RT 37 2.500.000
X 40 Wirobrajan Kawin 1 3 Tamat PNS Rp. 1.500.000-Rp
RW 08 RT 37 SLTA 2.500.000
X 50 Wirobrajan Kawin 2 4 Sarjana IRT < Rp 1.500.000
RW 08 RT 37 Muda
X 46 Wirobrajan Kawin 2 5 Tamat SD Wiraswasta < Rp 1.500.000
RW 08 RT 38
X 54 Wirobrajan Kawin 5 8 Tidak Wiraswasta < Rp 1.500.000
RW 08 RT 39 sekolah
X 24 Wirobrajan Kawin - 8 Tamat Karyawan < Rp 1.500.000
RW 08 RT 37 SLTA Swasta
X 48 Wirobrajan Kawin 2 5 Tamat Karyawan < Rp 1.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 145

RW 08 RT 38 SLTA
X 44 Baciro RW 02 Kawin 2 4 Tamat SMA IRT < Rp 1.500.000
X 47 Baciro RW 02 Kawin 2 4 Tamat Swalayan Rp 2.500.000-Rp
SLTA 3.500.000
X 38 Baciro RW 02 Kawin 1 5 Tamat Wiraswasta. < Rp 1.500.000
RT 05 SLTA warteg
X 31 Baciro RW 02 Kawin 2 4 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
RT 06
X 36 Baciro RW 02 Janda 1 3 Tamat PT PNS > Rp 3.500.000
RT 05
X 42 Baciro RW 02 Kawin 2 5 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
RT 06
X 40 Baciro RW 02 Kawin 2 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
RT 05 SLTA
X 48 Baciro RW 02 Kawin 4 7 Tamat SD IRT < Rp 1.500.000
RT 04
X 50 Baciro RW 02 Kawin 3 6 Tamat SPG Guru < Rp 1.500.000
RT 05
X 50 Baciro RW 02 Kawin 2 4 Tamat Swasta < Rp 1.500.000
Rt 05 SMEA
X 48 Baciro RW 02 Kawin 2 4 Tamat S1 Wirausaha/p < Rp 1.500.000
RT 06 enjahit
X 27 Baciro RW 02 Kawin 1 5 Tamat S1 IRT < Rp 1.500.000
RT 05
X 42 Baciro RW 02 Kawin 3 5 Tamat IRT < Rp 1.500.000
Rt 04 SLTA
X 35 Baciro RW 02 Kawin 2 4 Tamat IRT < Rp 1.500.000
RT 06 SLTA
X 49 Baciro RW 08 Kawin 2 4 D3 Pegawai Rp. 1.500.000-Rp
RT 30 swasta 2.500.000
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI 146

X 35 Baciro RW 08 Kawin 3 5 Akademi IRT Rp. 1.500.000-Rp


RT 30 2.500.000
X 58 Baciro RW 08 Kawin 1 4 Sarjana Pensiunan Rp. 1.500.000-Rp
Muda 2.500.000
X 45 Baciro RW 08 Kawin 4 5 Tamat IRT > Rp 3.500.000
SLTP
X 51 Baciro RW 08 Kawin 3 6 Sarjana Pembuat Rp 2.500.000-Rp
RT 29 Muda Roti 3.500.000
X 47 Baciro RW 08 Kawin 3 6 Tamat IRT Rp. 1.500.000-Rp
SLTA 2.500.000
X 43 Baciro RW 08 Kawin 2 4 D3 IRT Rp 2.500.000-Rp
3.500.000
X 39 Baciro RW 08 Kawin 2 4 S1 IRT > Rp 3.500.000
X 52 Baciro RW 08 Kawin 3 5 Tamat Wiraswasta Rp. 1.500.000-Rp
SLTA 2.500.000
X 45 Baciro RW 08 Kawin 4 8 Tamat IRT < Rp 1.500.000
SLTA
141
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

REKAP HASIL WAWANCARA SWAMEDIKASI DEMAM

1. Definisi swamedikasi menurut responden

1.2 Pengertian Swamedikasi menurut responden


No. Pengertian swamedikasi Jumlah (%)
1. Pengobatan dengan obat tradisional 19 12.4
2. Pembelian dan pengobatan sendiri tanpa bantuan dokter 26 16.9
3. Pengobatan yang lebih cepat 2 1.3
4. Pembelian obat bebas 2 1.3
5. Penggunaan obat bebas atau obat tradisional 4 2.6
6. Pembelian obat di warung 24 15.6
7. Pembelian obat di apotek 6 3.9
8. Pembelian obat di apotek atau warung 5 3.2
9. Apa yang ada di rumah digunakan dulu atau di lingkungan sekitar 3
rumah yang memungkinkan untuk sembuh 1.9
10. Penggunaan obat tradisional atau pembelian obat di warung 4 2.6
11. Pengobatan untuk diri sendiri dan murah 6 3.9
12. Pembelian obat di warung, apotek atau menggunakan obat tradisional 8 5.2
13. Pembelian obat di apotek atau menggunakan obat tradisional 3 1.9
14. Membuat ramuan sendiri 2 1.3
15. Pengobatan untuk pencegahan 2 1.3
16. Pengobatan dilakukan sendiri dengan mengurut, memijat dan minum 1
obat ringan 0.6
17. Pengobatan dilakukan sendiri dengan membeli obat di warung atau 1
swalayan 0.6
18. Pengobatan dikerikin untuk meringankan penyakit. 4 2.6
19. Pengobatan dengan madu, kacang hijau, dan vitamin 2 1.3
20. Pengobatan ringan untuk penyakit ringan dilakukan sendiri 26 16.9
21. Pengobatan berdasarkan pengalaman terdahulu 1 0.6
22. Kurang tahu 2 1.3
Total 153 100
1.2 Pertimbangan dalam Pengobatan Sendiri

No. Pertimbangan Jumlah (%)


1. Dianggap manjur, coba-coba 2 1.3
2. Karena minum obat tidak ada efek sampingnya dan aman 108 70.5
3. Penyakitnya ringan dan obatnya sudah cocok 23 15.0
4. Murah, sudah kebiasaan 2 1.3
5. Mempercepat proses penyembuhan 3 1.9
6. Tidak semua sakit harus dibawa ke dokter 1 0.6
7. Kondisi darurat dan tidak memungkinkan langsung ke dokter 5 3.2
8. Cepat dan tidak harus ngantri ke dokter 3 1.9
9. Lebih alami 1 0.65
10. Daripada jauh-jauh cari obat, lebih baik menggunakan obat sendiri 1 0.6
11. Praktis 2 1.3
12. Jarang 1 0.6
13. Biar tidak terlalu banyak obat dari dokter 1 0.6
Total 153 100
142
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

1.3 Penyakit yang dapat ditangani dengan pengobatan sendiri

No. Penyakit Jumlah (%)


1. Pusing, mual-mual 1 0.6
2. Pilek 8 5.2
3. Batuk dan diare 1 0.6
4. Batuk, sakit perut 1 0.6
5. Batuk, pilek 34 22.2
6. Batuk, pilek, masuk angin 2 1.3
7. Batuk 4 2.6
8. Pusing, demam 1 0.6
9. Batuk, pilek, demam 8 5.2
10. Demam dan diare 1 0.6
11. Batuk, pilek, demam, pusing 4 2.6
12. Masuk angin, pilek, batuk, pusing, demam 4 2.6
13. Pusing dan batuk 5 3.2
14. Batuk, pusing, diare 1 0.6
15. Batuk, pusing, pilek 8 5.2
16. Pusing, sakit gigi 1 0.6
17. Pusing, pilek 8 5.2
18. Pilek dan masuk angin 3 1.9
19. Pilek dan 4 2.6
20. Batuk, masuk angin, diare 1 0.6
21. Batuk, pilek, diare 1 0.6
22. Batuk, pusing, pilek 2 1.3
23. Batuk, diare dan penyakit ringan lain 1 0.6
24. Pusing, batuk, pilek, luka ringan 1 0.6
25. Sakit perut, demam, batuk 1 0.6
26. Pusing 5 3.2
27. Sakit perut, demam, pusing 1 0.6
28. Pilek dan hipotensi 1 0.6
29. Penyakit ringan 27 17.6
30. Pusing, sariawan 1 0.6
31. Pusing, demam 1 0.6
32. Pusing, demam, pilek. 1 0.6
33. Masuk angin, pilek, kena pisau 1 0.6
34. Masuk angin, 1 0.6
35. Batuk, demam 2 1.3
36. Pilek, diare 1 0.6
37. Pusing, diare 1 0.6
38. Penyakit yang statusnya tidak kronis. 1 0.6
39. Pilek, eksim, panu. 1 0.6
40. Demam, diare, pusing. 1 0.6
41. Diare 1 0.6
Total 153 100
143
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

1.4 Frekuensi Pengobatan Sendiri


No. Frekuensi Jumlah (%)
1. Tidak pasti tergantung yang sakit 10 6.5
2. 3 bulan sekali 8 5.2
3. 3 kali 3 1.9
4. 2-3 kali 1 0.6
5. 2 kali 18 11.7
6. 1 kali sebulan 65 42.4
7. 1 tahun terakhir 1 kali 1 0.6
8. Jarang 1 0.6
9. tidak ada 35 22.8
10. 4 kali 4 2.6
11. 3-5 kali 1 0.6
12. 5 kali 1 0.6
13. Setiap hari minum obat 1 0.6
14. Sering untuk pusing 1 0.6
15. Sering untuk anak. 1 0.6
16. Hampir setiap saat 1 0.6
17. Beberapa kali 3 1.9
18. 10 kali 1 0.6
Total 153 100

1.5 Pengobatan sendiri ditujukan untuk siapa.


No. Jawaban Jumlah (%)
1. Anak 17 11.1
2. Anak yang kecil 1 0.6
3. Diri sendiri dan suami 10 6.5
4. Diri sendiri 18 11.7
5. Diri sendiri dan anak 8 5.2
6. Suami 7 4.5
7. Suami dan anak 3 1.9
8. Diri sendiri dan anak 1 0.6
9. Cucu 5 3.2
10. Keluarga 79 51.6
11. Tidak tentu 2 1.3
12. Semua anggota keluarga kecuali bayi. 1 0.6
13. Keponakan 1 0.6
Total 153 100

1.6 Keuntungan Pengobatan Sendiri


No. Keuntungan Jumlah (%)
1. Tidak perlu dibawa ke puskesmas 1 0.6
2. Murah daripada harus ke dokter 88 57.5
3. Dosis ringan 1 0.6
4. Ringan dan mudah untuk dilakukan 21 13.7
5. Mengurangi rasa sakit 3 1.9
6. Cepat sembuh 30 19.6
144
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

7. Alami, tidak menggunakan bahan kimia 4 2.6


8. Tidak usah ngantri ke dokter 2 1.3
9. Lebih alami dan murah 2 1.3
10. Langsung bisa meringankan. 1 0.6
11. Lebih yakin 1 0.6
12. Lebih praktis 1 0.6
13. Tidak ada 1 0.6
Total 153 100
1.7 Kerugian Pengobatan sendiri

No. Kerugian Jumlah (%)


1. Apabila obat yang diminum tidak cocok 9 5.8
2. Tidak ada 110 71.8
3. Bisa parah apabila diagnosa keliru atau salah 8 5.2
4. Obat yang digunakan bisa kadaluarsa 2 1.3
5. Banyaknya efek samping 2 1.3
6. Penyakit tidak sembuh, lama sembuhnya 16 10.4
7. Kadang-kadang harus ke dokter 2 1.3
8. Kalau penyakit berat tidak bisa sembuh 2 1.3
9. Kurang tahu mengenai penyakitnya. 1 0.6
10. Kurang mendalami kontraindikasinya. 1 0.6
Total 153 100
1.8 Efektivitas Pengobatan Sendiri

No. Efektivitas Jumlah (%)


1. Kadang memuaskan kadang tidak 9 5.8
2. Tidak efektif 3 1.9
3. Sudah cukup memuaskan 134 87.5
4. Belum terlalu memuaskan, jarang sembuh 7 4.5
153 100
1.9 Pilihan Pengobatan jika Pengobatan sendiri tidak memberikan hasil

No. Pilihan Jumlah (%)


1. Dibawa ke Rumah Sakit 3 1.9
2. Ke dokter 113 73.8
3. Ke bidan 4 2.6
4. Ke Puskesmas 19 12.4
5. Tidak pernah ke dokter 1 0.6
6. Berusaha mencari obat lain 1 0.6
7. Selalu sembuh. 1 0.6
Total 153 100
2. Kesesuaian Pengenalan Demam

2.1Definisi Demam

No. Definisi Jumlah (%)


1. Gejala awal suatu penyakit, gejala alergi 17 11.1
2. Badan panas, peningkatan suhu melebihi normal 79 51.6
3. Menggigil, dingin 8 5.2
145
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

4. Penyakit dimana badan panas, kejang 1 0.6


5. Penyakit dimana badan panas dingin 25 16.3
6. Suhu badan melebihi normal (40an ke atas) 1 0.6
7. Suhu tubuh di atas normal 30-31° C 1 0.6
8. Kepala terasa sakit, ngilu, dan tidak bisa tidur 1 0.6
9. Demam yang disebabkan adanya infeksi atau radang 1 0.6
10. Masuk angin 2 1.3
11. Demam yang diobati cepat sembuh 1 0.6
12. Panas tinggi 12 7.8
13. Panas biasa 1 0.6
14. Badan hangat, lemas, malas beraktivitas. 1 0.6
15. Panas meriang 2 1.3
Total 153 100
2.2 Frekuensi Demam selama sebulan

No. Frekuensi Jumlah (%)


1. 1 kali 52 33.9
2. 2 kali 7 4.5
3. 2-3 kali 1 0.6
4. 3 bulan 1 kali 7 4.5
5. 5 kali 1 0.6
6. Tidak ada selama sebulan 74 48.3
7. 1-2 kali 2 1.3
8. Bulan kemarin 1 0.6
9. Sering untuk anak yang kecil 1 0.6
10. Tidak pasti tergantung musim 4 2.6
11. Tidak tentu, terlalu sering. 1 0.6
12. Tidak bisa menghitung. 1 0.6
13. Seminggu sekali. 1 0.6
153 100

2.2 Penyebab Demam

No. Penyebab Jumlah (%)


1. Minum terlalu banyak es, kecapekan, 3 1.9
2. Minum terlalu banyak es, kecapekan, pikiran/stress 1 0.6
3. Kecapekan, pikiran/stress 2 1.3
4. Kecapekan, pikiran/stress, makan tidak teratur. 1 0.6
5. Kecapekan, pikiran/stress, cuaca 1 0.6
6. Kecapekan, digigit nyamuk. 1 0.6
7 Minum es 4 2.6
8. Minum terlalu banyak es, pergantian cuaca 2 1.3
9. Minum terlalu banyak es, kecapekan, alergi, dingin, 1 0.6
10. Minum terlalu banyak es, kecapekan 1 0.6
11. Debu, kena panas 1 0.6
12. Debu, bersin-bersin 1 0.6
13. Pilek, batuk , kecapekan 1 0.6
14. Perubahan cuaca, kecapekan 7 4.5
15. Pergantian cuaca 9 5.8
146
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

16. Pergantian cuaca, kehujanan 2 1.3


17. Suhu udara berubah, infeksi, radang tenggorakan 1 0.6
18. Berendam, kecapekan main, kurang istirahat 4 2.6
19. Pilek, kedinginan 1 0.6
20. Pilek, masuk angin 3 1.9
21. Pengaruh udara 1 0.6
22. Makan asam, kecut, dan pedas 1 0.6
23. Angin dan kecapekan 8 5.2
24. Main air 1 0.6
25. Angin dan gejala pilek, batuk 3 1.9
26. Pusing, kecapekan 2 1.3
27. Kecapekan 26 16.9
28. Kecapekan, infeksi. 1 0.6
29. Kecapekan, kedinginan 3 1.9
30. Kecapekan, pergantian cuaca, daya tahan tubuh menurun. 1 0.6
31. Kecapekan, masuk angin 2 1.3
32. Kecapekan, virus 3 1.9
33. Kecapekan, debu 1 0.6
34. Kurang istirahat, makan tidak teratur 1 0.6
35. Kurang istirahat, makan tidak teratur, kecapekan 1 0.6
36. Mau pilek 16 10.4
37. Mau pilek, kecapekan 5 3.2
38. Pengaruh suhu dingin 2 1.3
39. Kurang asupan makanan yang tidak seimbang 1 0.6
40. Angin dan kehujanan 2 1.3
41. Infeksi 1 0.6
42. Capek dan kehujanan 2 1.3
43. Mandi terlalu malam, kecapekan 1 0.6
44. Debu, angin, udara dingin 1 0.6
45. Musim, kehujanan 1 0.6
46. Cuaca, makanan dan minuman 1 0.6
47. Gejala batuk pilek 1 0.6
48. Masuk angin 3 1.9
49. Bersin-bersin 1 0.6
50. Debu dan kehujanan 1 0.6
51. Capek, musimnya lagi pilek. 1 0.6
52. Virus, dingin, cuaca 1 0.6
53. Gejala batuk pilek, hidung tersumbat. 1 0.6
54. Kondisi badan tidak fit 1 0.6
55. Pilek, infeksi. 1 0.6
56. Infeksi, radang tenggorokan, gejala tifus. 1 0.6
57. Radang tenggorokan. 1 0.6
58. Gejala mau pilek, minum es. 1 0.6
59. Diare 1 0.6
60. Angin, kurang tidur. 1 0.6
61. Udara dingin, panas, banyak minum es. 1 0.6
62. Kedinginan, masuk angin. 1 0.6
Total 153 100
147
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2.3 Pengenalan Demam

No. Pengenalan Demam Jumlah (%)


1. Tidak diraba, tidak diapa-apain 1 0.6
2. Memegang badannya terasa panas. 3 1.9
3. Anaknya bilang sendiri tidak usah meraba dahi, 1 0.6
4. Anaknya merasa pusing kemudian lehernya diraba. 1 0.6
5. Bersin-bersin, keluar lendir kemudian diraba dahinya 1 0.6
6. Panasnya naik, tenggorokan sakit 1 0.6
7 Bersin-bersin, anaknya kedinginan, memegang leher 1 0.6
8. Melihat nafasnya tidak teratur, meraba telapak. 1 0.6
9. Suhu badan naik, meraba ketiak yang panas. 1 0.6
10. Suhu tubuh tinggi, muka tampak merah 1 0.6
11. Karena mau pilek, terjadi demam 1 0.6
12. Meraba bagian dahi, leher, ketiak yang terasa panas 33 21.5
13. Meraba bagian dahi, leher 8 5.2
14. Meraba bagian dahi yang panas 1 0.6
15. Meraba bagian dahi dan kaki 1 0.6
16. Meraba bagian dahi, bibir terlihat merah. 1 0.6
17. Meraba bagian dahi, leher, telapak tangan 2 1.3
18. Meraba bagian leher 3 1.9
19. Badannya panas kemudian diraba dahinya 57 37.2
20. Sakit badannya, dengan meraba dahi atau badan 1 0.6
21. Meraba dahi, bibir dan punggung tangan 1 0.6
22. Jika yang sakit anaknya, maka anak bilang sendiri, 1 0.6
23. Anaknya bersin, kemudian diraba dahinya 3 1.9
24. Merasa pusing, kemudian diraba kepalanya 1 0.6
25. Meraba dahi dan menggunakan termometer 5 3.2
26. Meraba dahi dan bibirnya terlihat kering. 1 0.6
27. Terlihat lesu, jarang meraba dahi 1 0.6
28. Terlihat lesu dan tidak mau bermain 2 1.3
29. Terlihat lesu, meriang, kemudian diraba dahinya, 1 0.6
30. Biasanya bersin, dan merasa pening, jarang meraba. 1 0.6
31. Tidak mau makan, anaknya rewel, jarang meraba 1 0.6
32. Diri sendiri : badan terasa tidak enak, terasa panas 1 0.6
33. Badan lesu, muka pucat, diraba dahinya terasa panas 1 0.6
34. Badannya panas 1 0.6
35. Memegang badannya terasa panas 3 1.9
36. Memegang tangan dan dahi terasa panas 1 0.6
37. Memegang badannya terasa panas, badannya lemas, 2 1.3
38. Mukanya terlihat pucat 1 0.6
39. Dilihat suhu badannya naik, 1 0.6
40. Badan lemas, muka pucat, bibirnya terlihat merah 1 0.6
41. Tidak bisa mengenali demam secara pasti 2 1.3
42. Badan terasa pegal dan sakit semua 1 0.6
Total 153 100
2.4 Penggunaan Termometer
No. Jawaban Jumlah (%)
1. Tidak punya, untuk mendeteksi demam dengan meraba dahi 125 81.6
148
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Punya termometer, diletakkan di ketiak 23 15.0


3. Dulu pernah punya, tapi sudah rusak/pecah 4 2.6
4. Meminjam dari perawat, mulut atau ketiak 1 0.6
153 100
2.5 Gejala yang menyertai demam

No. Gejala yang menyertai Jumlah (%)


1. Pilek 20 13.0
2. Pusing, muka pucat, kurang semangat, lemas, mata sayu. 1 0.6
3. Muntah-muntah 1 0.6
4. Tidak nafsu makan, sakit kepala 11 7.1
5. Tidak nafsu makan, lemas, tidur terus. 1 0.6
6. Tidak nafsu makan, pilek, diare 1 0.6
7 Batuk, pilek 36 23.5
8. Batuk, pilek, amandel 1 0.6
9. Batuk, pilek, menggigil 1 0.6
10. Batuk, pilek, menggigil, merinding 1 0.6
11. Tidak nafsu makan 7 4.5
12. Sakit kepala 16 10.4
13. Sakit kepala, meriang 1 0.6
14. Sakit kepala, sakit perut 1 0.6
15. Pusing, hilangnya nafsu makan, mulut pahit, badan lemas, mual 2 1.3
16. Hilangnya nafsu makan, badan lemas, aktivitas melemah. 1 0.6
17. Batuk, pilek, nafsu makan berkurang 9 5.8
18. Batuk, pilek, nafsu makan berkurang, radang tenggorokan 1 0.6
19. Batuk, pilek, radang tenggorokan 1 0.6
20. Batuk, pilek, nafsu makan berkurang, pusing, tidak mau minum. 1 0.6
21. Batuk, pilek, pusing 8 5.2
22. Batuk, pilek, diare 2 1.3
23. Badan lemas, hilangnya nafsu makan, pucat wajahnya 1 0.6
24. Batuk, pilek, hidung tersumbat, pusing 1 0.6
25. Campak, batuk, pilek, kecapekan 1 0.6
26. Bersin-bersin, Pusing, hidung tersumbat 1 0.6
27. Diare 1 0.6
28. Pilek, pusing 5 3.2
29. Pilek, sakit kepala, mual, muntah 1 0.6
30. Pilek, nafsu makan berkurang 8 5.2
31. Pilek, masuk angin. 2 1.3
32. Bibir kering, merah. 1 0.6
33. Panas, menggigil, pusing. 1 0.6
34. Pusing, tidak enak badan 2 1.3
35. Semua penyakit diawali dengan demam. 1 0.65
36. Pusing, nyeri badan, pegal, lemah, letih, lesu. 1 0.65
37. Pusing, pucat, lemas. 2 1.3
38. Batuk, pilek, diare, hilangnya nafsu makan. 1 0.6
Total 153 100
2.6 Lamanya Demam dapat sembuh

No. Lama Demam Dapat Sembuh Jumlah (%)


149
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

1. 15 menit sudah sembuh 1 0.6


2. 15 menit sudah turun setelah dipanggang 1 0.6
3. ½ jam sudah sembuh 1 0.6
4. 2 hari sembuh 26 16.9
5. 1-3 hari tidak sembuh 3 1.9
6. 3 hari sembuh 33 21.56
7 1-2 jam kalau tidak parah biasanya langsung turun 1 0.6
8. 2-3 jam suhu sudah turun jika dikompres, 1 0.6
9. 3-4 hari 1 0.6
10. 4 jam setelah dikasih obat 2 1.3
11. Semalam bisa sembuh setelah diberi obat 35 22.8
12. 1-2 hari sudah sembuh 18 11.7
13. 2-3 hari turun 8 5.2
14. 3-4 hari, maksimal seminggu 1 0.6
15. Sebentar langsung sembuh 3 1.9
16. Sembuh jika keluar batuk pileknya 5 3.2
17. Seminggu paling cepat 3 hari 6 3.9
18. Kurang lebih 7 hari 1 0.6
19. Tergantung dosis yang diberikan 1 0.6
20. Setelah kerokan baru sembuh 1 0.6
21. Dikompres dengan air hangat dan jeruk nipis, 1 0.6
22. Tidak pasti 3 1.9
Total 153 100
2.7 Bagaimana membedakan demam biasa dengan demam lain

No. Jawaban Jumlah (%)


1. Tidak bisa secara keseluruhannya, jika demam berdarah disertai bintik- 2
bintik di kulit. 1.3
2. Yang bisa mendiagnosa adalah dokter. 1 0.6
3. Demam berdarah kaki dingin mata merah. 1 0.6
4. Demam biasa badan hangat sampai 40 C, demam berdarah timbul 1
bintik merah, kurang tahu tentang tifus. 0.6
5. Demam berdarah terasa sesak, panas tinggi, dan terdapat bintiknya. 1 0.6
6. Demam biasa merupakan demam ringan dimana 1-2 hari sembuh, 26
sedangkan Demam Berdarah merupakan demam tinggi yang disertai
bintik-bintik merah, tifus demamnya turun naik 16.9
7 Demam berdarah terjadi demam terus menerus, demam biasa cepat 2
turun, panas tidak terlalu tinggi, tifus kurang tahu. 1.3
8. Pada demam berdarah terdapat bintik-bintik merah, panas tinggi, 2
sedangkan pada tifus panas tinggi tapi kaki merasa dingin. 1.3
9. Pada demam berdarah terdapat bintik-bintik merah, panas tinggi, 1
sedangkan pada tifus karena pencernaan. 0.6
10. Pada demam berdarah terdapat bintik-bintik merah dan merasa pusing 10
sedangkan pada tifus perutnya sakit. 6.5
11. Demam berdarah terdapat bintik merah yang dipencet tidak hilang, 1
kurang tahu tentang tifus. 0.6
12. Tidak tahu dan tidak bisa membedakan karena selama ini belum 55
pernah mengalami Demam Berdarah dan Demam Tifus 35.9
13. Tidak bisa membedakan, jangan sampai memikirkan penyakit yang 1 0.6
150
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

lebih parah.
14. Demam berdarah membunuh trombositnya kalau malah diobati, 1
demam tifus terjadi dalam usus. 0.6
15. Demam biasa hanya gejala batuk pilek, demam berdarah terdapat 1
bintik-bintik merah dan kelopak mata memerah. 0.6
16. Belum bisa apalagi saat gejalanya sehingga belum tahu demam yang 5
diderita merupakan gejala demam berdarah atau tifus atau hanya
demam biasa 3.2
17. Demam biasa setelah diminumi obat demam langsung sembuh 6 3.9
18. Demam biasa 3 hari sembuh, demam berbahaya > 3 hari 3 1.9
19. Demam biasa 2 hari sembuh, demam berbahaya > 2 hari 1 0.6
20. Kalau demam yang dialami tinggi, maka disimpulkan terjadi demam 3
berdarah 1.9
21. Kalau tifus disertai dengan muntah, demam biasa dikasih obat 1
langsung turun 0.6
22. Demam biasa anaknya tidak terlihat lemas sedangkan demam berdarah 1
suhu naik turun dan terdapat bintik-bintik merah 0.6
23. Demam biasa suhunya tidak terlalu tinggi sedangkan tifus dan Demam 1
Berdarah disertai efek-efek yang lain. 0.6
24. Kalau sebatas demam biasa diobati sendiri sedangkan untuk tifus dan 1
Demam Berdarah harus konsultasi ke dokter dan dikultur di
laboratorium. 0.6
25. Demam biasa disertai bersin-bersin, demam yang lain tidak disertai. 1 0.6
26. Demam Berdarah berupa panas dingin sedangkan demam biasa 1
panasnya tidak melebihi. 0.6
27. Demam biasa tidak terlalu tinggi, Demam Berdarah suhu terlalu tinggi 2
(2) 1.3
28. Demam biasa sembuh dalam 2-3 hari sedangkan demam yang lain 2
lebih dari 2-3 hari tetap tidak sembuh. 1.3
29. Demam berdarah agak lama sedangkan demam biasa cepat. 1 0.6
30. Tifus panasnya naik turun sedangkan demam biasa merupakan gejala 2
sakit flu 0.6
31. Tifus panasnya terlalu tinggi, demam biasa tidak terlalu panas. 1 0.6
32. Kurang tahu mengenai demam berdarah, dan chikungunya, sedangkan 1
demam tifus panasnya tinggi dan di dalam. 0.6
33. Demam berdarah terdapat bintik-bintik, chikungunya badan terasa 2
pegal-pegal, tifus demam tinggi, demam biasa suhu tidak terlalu tinggi. 1.3
34. Demam berdarah terdapat bintik-bintik merah sedangkan demam tifus 1
berwarna kuning pucat. 0.6
35. Dilihat bintik-bintik merahnya. 1 0.6
36. Demam berdarah panas yang tidak turun, sedangkan tifus panas turun 1
naik. 0.6
37. Susah membedakan karena sekarang demam berdarah jarang terdapat 1
bintik-bintik merah, chikungunya terdapat pegal sendi sedangkan tifus
demamnya tinggi sekali. 0.6
38. Demam berdarah panasnya naik turun, demam lebih dari sehari, bisa 4- 1
5 hari disertai dengan sakit perut, Chikungunya tidak mengalami
demam tiba-tiba tidak bisa bangun, sendi terasa pegal, lemas, agak
lemas, Tifus panas tinggi. 0.6
39. Demam berdarah terdapat bercak merah di tangan, chikungunya 1 0.6
151
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

disertai dengan linu, kurang tahu mengenai demam tifus.


40. Kalau sampai lebih dari 2 hari dan tidak disertai pilek berarti bukan 1
demam biasa. 0.6
41. Demam berdarah ada bintik-bintik panas 3-5 hari, demam biasa tidak 1
ada bintik-bintik panas hanya beberapa hari. 0.6
42. Demam berdarah dan tifus panasnya terlalu tinggi, suka mengigau dan 1
disertai mimisan untuk demam berdarah. 0.6
43. Demam berdarah yaitu panas tinggi tidak berhenti biarpun minum 1
obat, demam biasa cepat turun. 0.6
44. Demam berdarah panas kemudian bintik-bintik, chikungunya tidak 1
tahu, tifus dengan sesak nafas dan demam. 0.6
45. Demam berdarah disertai muntah darah, bintik-bintik, Chikungunya 1
pegal linu pada siku dan otot, tifus diserta muntah-muntah. 0.6
Total 153 100
2.8 Sumber Pengetahuan mengenai demam

No. Sumber Pengetahuan Jumlah (%)


1. Pengalaman, perawat, buku/koran 1 0.6
2. Tetangga dan televisi 2 1.3
3. Tetangga dan tenaga kesehatan 1 0.6
4. Tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan 1 0.6
5. Arisan ibu-ibu, KKN desa 1 0.6
6. Dokter, tetangga 3 1.9
7 Dokter, brosur, tabloid 1 0.6
8. Dari diri sendiri berdasarkan gejala 4 2.6
9. Orangtua 5 3.2
10. Cenderung pengalaman, Omongan orang, televisi, 1 0.6
11. Cenderung pengalaman, dokter, televisi 1 0.6
12. Dokter dan bidan, kumpulan arisan 1 0.6
13. Penyuluhan kesehatan 4 2.6
14. Penyuluhan Posyandu 4 2.6
15. Penyuluhan, televisi, tetangga 1 0.6
16. Penyuluhan, televisi 1 0.65
17. Pengalaman sendiri 29 18.9
18. Pengalaman sendiri, keluarga, pengetahuan 2 1.3
19. Pengalaman sendiri, televisi 1 0.6
20. Pengalaman sendiri, televisi. 1 0.6
21. Pengalaman sendiri, Kompas 1 0.65
22. Bidan 3 1.9
23. Dokter, penyuluhan kesehatan 1 0.6
24. Dokter dan iklan televisi 1 0.6
25. Dokter, perawat 1 0.6
26. Iklan televisi 1 0.6
27. Iklan televisi, Puskesmas 1 0.6
28. Dokter 8 5.2
29. Tetangga 7 4.5
30. Dokter dan baca buku tentang kesehatan 1 0.6
31. Dari suami yang bekerja di bidang farmasi 1 0.6
32. Posyandu, bidan, televisi, radio 1 0.6
152
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

33. Tabloid Nova 1 0.6


34. Teman-teman pegawai 1 0.6
35. Tenaga kesehatan, televisi 1 0.6
36. Majalah kesehatan 2 1.3
37. Koran dan televisi 1 0.6
38. Perkumpulan ibu PKK di kelurahan 2 1.3
39. Dari radio, perkumpulan ibu PKK di kelurahan 1 0.6
40. Perkumpulan Dasawarsa 1 0.6
41. Teman-teman 1 0.6
42. Teman-teman, tetangga 6 3.9
43. Teman-teman, keluarga 1 0.6
44. Omongan masyarakat 3 1.9
45. Lingkungan 1 0.6
46. Kader Desa dibina oleh dokter dan bidan 1 0.6
47. Tenaga kesehatan 8 5.2
48. Tenaga kesehatan, keluarga 2 1.3
49. Televisi 3 1.9
50. Televisi, arisan ibu-ibu 1 0.6
51. Diri sendiri dan bidan 1 0.6
52. Diri sendiri 6 3.9
53. Diri sendiri, televisi 3 1.9
54. Perkumpulan PKK, Dharma Wanita 1 0.6
55. Kader Kesehatan 1 0.6
56. Media cetak 1 0.6
57. Media cetak, tenaga medis. 1 0.6
58. Turun temurun dengan sendirinya. 5 3.2
59. Puskesmas 3 1.9
60. Kebiasaan. 1 0.6
61. Kakek (dulu mantan asisten dokter). 1 0.6
62. Tetangga, keluarga. 1 0.6
Total 153 100
2.9 Informasi mengenai dema

No. Informasi Jumlah (%)


1. Kadang belum mengenai gejala-gejala demam yang 2
berbahaya bagi anak-anak. 1.3
2. Belum, mengenai pencegahan penyakit demam. 3 1.9
3. Belum, mengenai obat-obat demam. 2 1.3
4. Belum mengenai referensi penyakit kronis 1 0.6
5. Belum, mengenai referensi penyakit demam. 13 8.4
6. Belum begitu lengkap hanya sebatas penanganan 1 0.6
7 Ragu-ragu, segala macam penyakit 1 0.6
8. Belum, masih harus banyak membaca dan mencari 1 0.6
9. Belum, informasi yang diharapkan 1 0.6
10. Belum, mengenai membedakan penyakitnya 3 1.9
11. Belum lengkap mengenai macam-macam demam. 2 1.3
12. Belum lengkap mengenai penyebab 3 1.9
13. Belum, mengenai demam tifus bagaimana gejalanya. 1 0.6
14. Belum, mengenai demam biasa, demam infeksi. 1 0.6
153
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

15. Belum, mengenai cara membedakan demam biasa 1 0.6


16. Secara detail belum lengkap 1 0.6
17. Sudah lengkap dan terpercaya. 116 75.8
Total 153 100

2. Kesesuaian Pemilihan Obat Demam


3.1 Tindakan Saat Terkena Demam

No. Penyebab Jumlah (%)


1. Dibiarkan saja dulu, tidak dikompres 1 0.6
2. Dikasih madu, banyak minum air putih 1 0.6
3. Dikasih madu, telur ayam 1 0.6
4. Diberi obat penurun panas biar tidak demam 58 37.9
5. Bayi dikasih bawang merah dan minyak kelapa, 1 0.6
6. Mengompres untuk menurunkan demam. 65 0.6
7 Dikerokin, supaya enak. 8 5.2
8. Dikasih obat tradisional minyak goreng, garam 2 1.3
9. Minum Ultraflu untuk mangobati demam 1 0.6
10. Minum Ultraflu dan Neozep 1 0.6
11. Minum Parasetamol untuk mengobati demam 3 1.9
12. Beli obat di apotek untuk meringankan demam. 3 1.9
13. Diminyaki dengan minyak kayu putih 2 1.3
14. Dibaluri bawang merah, dibedaki minyak telon 4 2.6
15. Pengobatan dengan tradisional 1 0.6
16. Dikasih Puyer 16, agar penyakitnya sembuh. 1 0.6
3.2 Mengompres

No. Jawaban Jumlah (%)


1. Air dingin dan air panas 1 0.6
2. Air hangat, suhu tubuh bisa turun tapi agak lama 44 28.7
3. Air hangat, daun dadap dan jeruk nipis 1 0.6
4. Air hangat, daun dadap, garam 1 0.6
5. Air hangat, jeruk nipis suhu tubuh bisa turun 2 1.3
6. Air dingin tapi lama turunnya 15 9.8
7. Air panas dan air hangat, suhu tubuh cepat turun 1 0.6
8. Air biasa, kadang bisa kadang tidak 15 9.8
9. Air biasa dan air es, dapat menurunkan demam. 1 0.6
10. Menggunakan alkohol, suhu tubuh turun cepat 6 3.9
11. Air es, kadang demam turun kadang tidak 21 13.7
12. Air sumur, bisa tapi sedikit menurunkan demam 6 3.9
13. Jarang mengompres 9 5.8
14. Air dan alkohol 70% ditambah pemijatan refleksi 1 0.6
15. Kadang menggunakan air es kadang air hangat. 1 0.6
16. Tidak pernah mengompres 26 16.9
17. Menggunakan Bye-bye Fever 1 0.6
18. Sirih direndam air dikompreskan di ketiak. 1 0.6
Total 153 100
154
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

3.3 Jenis obat yang digunakan

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)


1. Modern 131 85.6
2. Tradisional (timun diparut, seledri, minyak tanah) 1 0.6
3. Obat tradisional dan modern 21 13.7
Total 153 100
3.4 Pertimbangan dalam memilih obat demam

No. Pertimbangan Jumlah (%)


1. Kecocokan obat dengan penyakit 26 16.9
2. Enak dan gampang, aman untuk anak 3 1.9
3. Cepat sembuh 9 5.8
4. Khasiat yang lebih terpercaya 32 20.9
5. Efek samping yang lebih ringan 3 1.9
6. Dosis yang paling ringan 11 7.1
7 Asal sembuh pakai apapun bisa 2 1.3
8. Kualitas dan yang sering digunakan. 3 1.9
9. Yang dapat menghangatkan badan 2 1.3
10. Yang murah 3 1.9
11. Praktis 1 0.6
12. Kegunaan, aturan pakai, indikasinya untuk apa 1 0.6
13. Obat yang tidak pahit untuk anak 3 1.9
14. Pertolongan pertama 2 1.3
15. Kebiasaan 19 12.4
16. Tergantung penyakitnya seberapa parah 1 0.6
17. Dilihat obatnya masih baru apa tidak 1 0.6
18. Harganya 6 3.9
19. Khasiat dan harga 5 3.2
20. Harga terjangkau, tak ada efek samping 1 0.6
21. Obat yang ada di warung dibeli 4 2.6
22. Tidak pernah mempertimbangkan 3 1.9
23. Mutunya 2 1.3
24. Untuk anak atau dewasa 2 1.3
25. Tinggal menirukan obat yang ada dari dokter. 1 0.6
26. Komposisi obat yang dapat menurunkan demam 2 1.3
27. Komposisi, kontraindikasi, kadaluarsa. 1 0.6
28. Merknya 26 16.9
29. Yang paling aman 4 2.6
Total 153 100
3.5 Sumber Informasi Mengenai Obat Demam

No. Sumber Informasi Jumlah Persentase (%)


1. Dokter, gak pernah dikasih 3 1.9
2. Dokter dan teman-teman, informasi sudah jelas 14 9.1
3. Tetangga dengan mencoba sendiri 1 0.6
4. Tetangga, sudah cukup jelas 6 3.9
5. Tenaga kesehatan, sudah cukup jelas informasinya. 6 3.9
6. Warung, informasi sudah jelas 3 1.9
155
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

7 Dokter dan bidan, sudah jelas 2 1.3


8. Orangtua, informasi kurang 1 0.6
9. Orangtua, sudah cukup lengkap 1 0.6
10. Penyuluhan kesehatan, sudah cukup lengkap 1 0.6
11. Turun temurun dari dulu, sudah cukup lengkap 10 6.5
12. Diri sendiri, sudah jelas 17 11.1
13. Iklan televisi, sudah jelas 13 8.4
14. Iklan televisi, kurang jelas mencantumkan informasi 9 5.8
15. Anaknya bekerja di Dinas Kesehatan, cukup jelas 1 0.6
16. Bidan, sudah cukup jelas 4 2.6
17. Tenaga kesehatan, belum cukup jelas 1 0.6
18. Tetangga, televisi, sudah cukup jelas 3 0.6
19. Televisi, sudah cukup jelas 5 3.2
20. Televisi, belum jelas mengenai kegunaan obat. 1 0.6
21. Televisi, mengenai obat demam tifus. 1 0.6
22. Televisi, dokter dan tenaga kesehatan 2 1.3
23. Label obatnya, sudah cukup jelas 2 1.3
24. Tanya di apotek, i 1 0.6
25. Posyandu dan apotek, sudah cukup jelas. 1 0.6
26. Posyandu, iklan, omongan tetangga, sudah cukup 1 0.6
27. Dinas kesehatan, posyandu, tidak jelas informasinya, 1 0.6
28. Dokter dan apotek, sudah jelas informasinya 2 1.3
29. Teman-teman, sudah jelas 11 7.1
30. Teman-teman, kurang jelas 1 0.6
31. Keluarga, sudah cukup jelas 9 0.6
32. Suami, sudah jelas 1 0.6
33. Apotek, sudah jelas 6 0.6
34. Omongan masyarakat, pengalaman sendiri 1 0.6
35. Omongan orang, sudah cukup jelas 2 1.3
36. Anaknya dulu di Akper, sudah cukup jelas 1 0.6
37. Media cetak, sudah cukup jelas. 1 0.6
38. Media cetak, elektronik sudah cukup jelas 1 0.6
39. Puskesmas, sudah cukup jelas 4 2.6
40. Dokter, Puskesmas, cukup jelas. 1 0.6
41. Apotek atau warung 1 0.6
Total 153 100
3.6 Merk Obat Demam yang Biasa Digunakan

No. Merk Obat Jumlah Persentase (%)


1. Antangin, Tolak Angin 1 0.6
2. Antangin, Mixagrip 1 0.6
3. Antalgin 1 0.6
4. Antalgin, Neuralgin, Paramex, 1 0.6
5. Antalgin, Neozep, Decolgen, 1 0.6
6. Menggunakan vitamin saat demam 1 0.6
7. Parasetamol, Termorex 2 1.3
8. Parasetamol, Tempra 1 0.6
9. Parasetamol, Bodrex 2 1.3
10. Parasetamol, Bodrex 2 1.3
156
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

11. Parasetamol dan antalgin 1 0.6


12. Parasetamol, antalgin, Tolak angin 1 0.6
13. Parasetamol, contrexin 1 0.6
14. Parasetamol, Coldregsin 1 0.6
15. Parasetamol dan puyer 1 0.6
16. Parasetamol 33 21.5
17. Parasetamol, Mixagrip 1 0.6
18. Parasetamol, Hufagrip 1 0.6
19. Parasetamol, Decolgen, Antangin, Bodrexin 1 0.6
20. Parasetamol, Decolgen, Biogesic, Paramex, 1 0.6
21. Parasetamol, Decolgen, Sanmol 1 0.6
22. Parasetamol, Sanmol 1 0.6
23. Parasetamol, Ultraflu 1 0.6
24. Parasetamol, Bodrexin 1 0.6
25. Parasetamol, Ultraflu 1 0.6
26. Parasetamol, Decolsin 1 0.6
27. Parasetamol, Puyer 16, Decolgen 1 0.6
28. Bodrexin untuk anak-anak, Bodrex 1 0.6
29. Bodrexin, Ultraflu 1 0.6
30. Bodrexin, Inzana, Ultraflu 1 0.6
31. Bodrexin, Contrex 1 0.6
32. Bodrexin, Ultraflu dan Decolgen. 1 0.6
33. Bodrexin dan Anakonidin 1 0.6
34. Bodrexin, Actifed 1 0.6
35. Bodrexin, Inzana, 1 0.6
36. Bodrexin, Bodrex 3 1.9
37. Bodrexin, 3 1.9
38. Bodrexin, Contrexin, Ultraflu 2 1.3
39. Bodrexin, Contrexin, Bodrex 1 0.6
40. Bodrex 4 2.6
41. Bodrex, Ultraflu 1 0.6
42. Bodrex, Inza 2 1.3
43. Contrexin 1 0.6
44. Contrexin, Bodrex 1 0.6
45. Puyer 19 1 0.6
46. Puyer 16, 1 0.6
47. Tolak Angin 1 0.6
48. Neozep Forte 1 0.6
49. Decolgen, ultraflu, Neozep dan Paramex 1 0.6
50. Decolgen, ultraflu, dan Paramex 1 0.6
51. Decolgen, ultraflu, Inza 1 0.6
52. Ultraflu 4 2.6
53. Ultraflu, Neozep 1 0.6
54. Paramex dan Ultraflu 1 0.6
55. Paramex 4 2.6
56. Procold 5 3.2
57. Procold dan Ultraflu 2 1.3
58. Procold, Inzana 2 1.3
59. Hufagrip 1 0.6
157
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

60. Biogesic, 9 5.8


61. Contrexin, Anakonidin 1 0.6
62. Zenirex, OBH 1 0.6
63. Proris 1 0.6
64. Sanmol 2 1.3
65. Puyer Bintang Toedjoe 1 0.6
66. Inzana 2 1.3
67. Inza 1 0.6
68. Refagan 1 0.6
69. Panadol 3 1.9
70. Komix 1 0.6
71. Termorex 2 1.3
72. Lupa obatnya/merknya 3 1.9
Total 153 100
3.7 Tempat Pembelian Obat Demam

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)


1. Apotek karena lebih tahu dan terpercaya 4 2.6
2. Apotek karena dekat dengan rumah 1 0.6
3. Apotek karena lebih terjamin kualitasnya 43 28.1
4. Apotek karena lebih aman dan tidak palsu 7 4.5
5. Apotek karena di warung tidak tersedia Parasetamol 6 3.9
6. Apotek karena di warung tidak tersedia Sanmol 1 0.6
7 Apotek karena di warung tidak tersedia Biogesic 1 0.6
8. Apotek karena lebih higienis dan sehat 1 0.6
9. Apotek karena lebih terjamin, tidak kadaluarsa 6 3.9
10. Apotek karena lebih cepat. 1 0.6
11. Apotek karena terdapat apoteker 1 0.6
12. Apotek jika membeli Parasetamol 1 0.6
13. Apotek dan warung, tergantung beli apa 1 0.6
14. Apotek karena obatnya lebih komplit 1 0.6
15. Apotek, harganya lebih mahal 1 0.6
16. Apotek, yang dekat dengan rumah 1 0.6
17. Warung, alasan yang dekat dengan rumah 51 33.3
18. Warung, kadang di apotek biar lebih aman 1 0.6
19. Warung, alasan yang dekat dan bisa membeli eceran. 3 1.9
20. Warung 1 0.6
21. Warung, jika membeli Bodrex 1 0.6
22. Warung, karena tinggal ambil 3 1.9
23. Warung karena lebih murah 8 5.2
24. Warung atau apotek tergantung kapan sakitnya 2 1.3
25. Warung, toko obat, disesuaikan saat ke pasar 1 0.6
26. Supermarket, karena sekalian belanja 4 2.6
27. Biasanya menggunakan jahe wangi diseduh 1 0.6
Total 153 100
3.8 Informasi yang Diberikan Saat Membeli Obat Demam

No. Jawaban Jumlah Persentase (%)


1. Gak pernah dikasih 111 72.5
158
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

2. Aturan minum jangan berlebih 1 0.6


3. Aturan pakai, efek samping, dosis 1 0.6
4. Disesuaikan dengan penyakitnya 13 8.4
5. Aturan pakai dan merk obat 2 1.3
6. Masa berlaku 1 0.6
7 Kandungan, dosis, harga, kontraindikasi, cara pakai 1 0.6
8. Kandungan, aturan pakai, efek samping 1 0.6
9. Dosis 2 1.3
10. Dosis dan cara pakai 2 1.3
11. Macam-macam obat demam 1 0.6
12. Mutu, harga, dan efek samping 1 0.6
13. Merk 3 1.9
14. Khasiatnya. 2 1.3
15. Jenis antibiotik 1 0.6
16. Penggunaan obat 1 0.6
17. Kurang tahu 1 0.6
18. Obat demam untuk anak/dewasa 1 0.6
19. Aturan pakai 4 2.6
20. Aturan pakai dan dosis. 1 0.6
21. Cara pakai. 2 1.3
Total 153 100
3.9 Efektivitas Swamedikasi Penyakit Demam

No. Efektivitas. Jumlah (%)


1. Kadang efektif kadang tidak 13 8.4
2. Cukup efektif terbukti sembuh 130 84.6
3. Belum efektif 5 3.2
4. Tidak efektif 5 3.2
Total 153 100
3.10 Batasan Demam Dibawa ke Dokter

No. Batasan Jumlah (%)


1. 1-2 hari demam tidak turun dibawa ke dokter. 1 0.6
2. 2 hari tidak sembuh dibawa ke dokter 21 13.7
3. 2-3 hari tidak sembuh 17 11.1
4. Tidak tahu batasan, kalau dikasih obat tidak sembuh 1 0.6
5. Demam tidak turun >3 65 42.4
6. 3-4 hari tidak sembuh 1 0.6
7 3-5 hari tidak turun 2 1.3
8. Demam tinggi 3 hari tidak turun 15 9.8
9. Demamnya tidak turun hingga 42 C 1 0.6
10. Sehari semalam demam tidak turun (16) 16 10.4
11. 5 jam demam tidak turun dibawa ke dokter. 1 0.6
12. Tergantung demam yang dialami tinggi atau tidak. 1 0.6
13. Seminggu tidak sembuh dibawa ke dokter 5 3.2
14. 5 hari tidak sembuh, baru dibawa ke dokter. 1 0.6
15. Kalau parah baru dibawa ke dokter 2 1.3
16. Tidak pernah dibawa ke dokter 1 0.6
17. Jarang dibawa ke dokter 1 0.6
159
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

18. Jika terjadi panas tinggi. 1 0.6


Total 153 100
3.11 Penyimpanan Obat Demam

No. Penyimpanan Jumlah (%)


1. Tidak pernah menyimpan obat di rumah 82 53.5
2. Di tempat kering 2 1.30
3. Di rak-rak obat tergantung penyimpanannya 1 0.6
4. Di laci meja, menyimpan tidak lebih dari 1 bulan. 1 0.6
5. Di laci lemari bersama obat lain 1 0.6
6. Ditaruh di meja 1 0.6
7 Di jendela dan dibuang setelah kadaluarsa 1 0.6
8. Lemari, dimasukkan dalam plastik 1 0.6
9. Lemari khusus untuk obat. 2 1.3
10. Di tempat obat bersama obat lain. 1 0.6
11. Lemari dijadikan satu bersama obat lain 6 3.9
12. Lemari tapi disendirikan 13 8.4
13. Di lemari yang sejuk, 2 bulan masih dipakai. 1 0.6
14. Di dalam toples dalam bufet 3 1.9
15. Menyimpan di kotak khusus dipisah 1 0.6
16. Obat sisa disimpan di toples kecil 1 0.6
17. Disimpan di toples dijadikan satu. 1 0.6
18. Di atas kulkas, dicampur bersama obat lain. 1 0.6
19. Di atas kulkas dijauhkan dari sinar matahari. 1 0.6
20. Kulkas dipisah-pisah dengan obat lain 9 5.8
21. Kulkas dicampur dengan obat lain, 1 0.6
22. Di kotak bersama obat lain tapi dipisah 5 3.2
23. Di kotak obat bersama obat lain 6 3.9
24. Di kotak obat bersama obat lain 1 0.6
25. Di kardus tapi cuma obat batuk 1 0.6
26. Di meja belajar 5 3.2
27. Di tempat yang sejuk dan teduh 2 1.3
28. Di rak disendirika 1 0.6
29. Digeletakkan sembarang tempat 4 2.6
30. Di tempat yang jauh 1 0.6
Total 153 100
160
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Hubungan Tingkat

Pendidikan dan Tingkat Pendapatan Dengan Perilaku

Swamedikasi Demam Oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta” adalah Yosephine Marreta Adikuntati.

Penulis dilahirkan dari pasangan Alm. Fransiskus Asisi

Kunharjito dan Fransiska Xaveria Sumini pada tanggal 28

Maret 1986 di Klaten.

Pada tahun 1992, penulis menyelesaikan studi di Taman Kanak-Kanak (TK)

Indriyasana dan pada tahun 1998, penulis menyelesaikan studi di Sekolah Dasar

Kanisius Bayat. Pada tahun 1998 sampai 2001 penulis menempuh studi di SLTP

Pangudi Luhur Bayat dan pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri

I Klaten. Pada tahun 2004 sampai tahun 2008, penulis menempuh studi S1 di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai