ARGENTOMETRI
DI SUSUN OLEH :
NIM : 51421011162
KELAS : KONVERSI C1
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR 2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang saya jalani akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini maupun kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin saya capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun
materil, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-
mudahan apa yang saya susun memberikan manfaat baik untuk pribadi, teman-teman,
serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari judul ini (argentometri) sebagai tambahan dalam referensi yang telah
ada.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Argentometri.........................................................................................................3
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam – basa dalam suatu larutan
adalah dengan volumetri. Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan
dalam 4 kategori:
• Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam basa baik kuat maupun lemah.
• Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi
• Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan,
seperti Ag.
• Titrasi kompleksometri; meliputi titrasi EDTA seperti titrasi spesifik dan juga
dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada pengompleksan.
Pada percobaan ini, akan dilakukan percobaan argentometri untuk menentukan kadar
NaCl. Cara argentometri yang cukup mudah dilakukan yaitu dengan metode Mhor.
4
5
2
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 PENGERTIAN ARGENTOMETRI
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam
yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar
larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion.
AmBn → mA++ nB-
Jika reaksi telah sempurna maka reaksi akan berlangsung lebih lanjut
membentuk senyawa kompleks yang tak larut .
3
4
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent. salah
satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana perak
sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih awal dari
titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama.
• Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti terutama jika ada efek
kopresipitasi
Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat (kristal) di dalam suatu pelarut
pada suhu tertentu.(dalam keadaan setimbang).
Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara
terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi
ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan.
1 Suhu
2. Sifat pelarut
3. Ion sejenis
4. Aktivasi ion
5
5. pH
6. Hidrolisis
7. Hidroksida logam
1) menyempurnakan pengendapan
6
2) pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapan
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula
terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi
menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik
akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada
cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk
menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat dilakukan dengan
pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar (Underwood, 1986).
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir
ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika
didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan
adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat
berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 1990).
juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa
adsorpsi dan desorpsi saja (Vogel, 1990).
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain
yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan
8
membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula
kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian
bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi (Vogel, 1990). Reaksi yang
menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika reaksinya
berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi
pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti
gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan
berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (KSP) harus
cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan
eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi, demikian juga kopresipitasi.
Keterbatasan utama pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang
sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator yang digunakan
untuk melihat titik akhir (Khopkar, 1990).
a. Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4¬ sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat.
Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai
titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang
digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
(Alexeyev,V,1969)
9
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila
terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag 2O
sehingga titran terlalu banyak terpakai.
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72-
karena reaksi
b. Metode Volhard
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna. Karena
titrantnya SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara Volhard,
titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag + dan SCN- sedang untuk
anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada larutan X - ditambahkan
Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk menentukan
kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi
pula dengan endapan AgX:
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan juga
titik akhirnya melemah (warna berkurang).
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab
garamnya larut dalam keadaan asam.
c. Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara
lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini
diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna
yang tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan
terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain
setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).
netral. Setetes titrant kemudian menyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap
oleh koloid yang menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion Fl - dan
menyebabkan warna endapan berubah mendadak menjadi merah muda. Pada waktu
bersamaan sering juga terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya
berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih. Fluoresein sendiri dalam larutan
berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar ketiga
macam perubahan diatas, yakni
(i) Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal
(ii) Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih
(iii) Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak diantara
zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya
(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.
Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk
titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk
menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada
titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai
indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang
kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).
13
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0.
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4-
hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam
kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion
CN- tercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2] karena proses tersebut
dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam suasana
amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion komplek
diamilum. (Harizul, Rivai. 1995)
14
V NaCl = 10 ml
N AgNO3 = 0,095 N
N AgNO3 = 0,01N
V AgNO3 (V1) = 10 ml
N NH4CNS = 0,095 N
= 67,83 mgram
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Titrasi AgNO3 dan NaCl merupakan titrasi dengan Metode Mohr dan Titrasi
sampel termasuk dalam Metode Fajans karena sampel mengandung ion I -.
Argentometri adalah titrasi pengendapan dengan larutan standar AgNO3.
Ada 4 metode argentometri yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans, Duckel.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur
dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
16
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia