Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TITRASI ARGENTOMETRI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Resty Amelia (F202101065)
Asfarh jabar (F202101059)
Ayu anastarisa (F202101221)
Rahma faucia (F202101061)
Muh. Rehan triadi biohanis (F202101075)
Sukma lestari (F202101083)
Muh. Loudry aprilian (F202101073))
Wahyu almayudani (F202101076)
Milda (F202101088)
Mimin ayu lestari (F202101080)
Yanti puspita sari (F202101222)
Secsio jezzy wandani (F202101084)
Irdayanti (F202101062)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
T.A.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini yang berjudul “TITRASI ARGENTOMETRI” dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa Bermanfaat bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 12 Juli 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1. Teori Dasar...................................................................................................3
2.2. Metode Dari Teori Titrasi Argentometri......................................................6
2.3. Indikator Dari Titrasi Argentometri............................................................15
2.4. Larutan Baku..............................................................................................16
2.5. Pengaplikasian Menurut FI Terhadap Titrasi Argentometri........................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan
pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan
analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan
pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik
akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal
adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- )
dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri,
yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan
larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah
titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan
ion Cl-dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dari teori titrasi argentometri?
2. Bagaimana metode dari teori titrasi argentometri ?
3. Apa saja indikator dari titrasi argentometri ?
4. Bagaimana larutan baku terhadap titrasi argentometri ?
5. Bagaimana pengaplikasian menurut FI terhadap titrasi argentometri ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana konsep dari teori titrasi argentometri

1
2. Untuk mengetahui Bagaimana metode dari teori titrasi argentometri
3. Untuk mengetahui Apa saja indikator dari titrasi argentometri
4. Untuk mengetahui Bagaimana larutan baku terhadap titrasi argentometri
5. Untuk mengetahui Bagaimana pengaplikasian menurut FI terhadap titrasi
argentometri

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Teori Dasar

Dasar titrasi Argentometri adalah reaksi pengendapan


dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya di endapkan oleh larutan
baku perak nitrat (AgNO3) dan indikator kalium kromat (K2CrO4). Zat
tersebut misalnya garam-garam halogenida (Cl, Br, I), sianida, tiosianida
dan fosfat. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna
(Utami, 2009). Titrasi Argentometri memiliki 3 metode umum yaitu:
metode Mohr, metode Fajans dan metode Volhard. Metode Mohr adalah
metodeyang digunakan dalam pengukuran kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) dan
penambahan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Titrasi dalam
suasana asam menyebabkan perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Apabila
ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak (Ag+),
maka ion kromat akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih membentuk
endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna coklat/merah bata
sebagai titik akhir titrasi (Khopkhar, 2008).
Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH dari
kira-kira 6-10 (Sari, 2014). Perak tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan natrium klorida (NaCl) sebagai titran karena endapan perak
kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan
klorida dan bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan
larutan titer perak nitrat (AgNO3) menggunakan indikator kalium kromat
(K2CrO4). Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh
ion perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih
membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna coklat/merah
bata sebagai titik akhir titrasi. Kelebihan indikator yang berwarna kuning

3
akan mengganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko
indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambahan kalsium karbonat
sebagai pengganti endapan perak klorida (AgCl) (Khopkhar, 2008).
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat
dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk
meneliti ion tiosianat berlebih. Metode ini dapat dipergunakan untuk cara
titrasi langsung dari perak, larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak
langsung dari ion klorida. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran
NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali
setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi
dengan larutan KCNS, dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh
ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari Fe(SCN)3 (Khopkhar,
2014).
Titrasi Argentometri dengan metode Fajans adalah sama seperti
pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang
digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator
absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet
menjadi merah. Indikator absorpsi adalah zat yang dapat diserap oleh
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai,
ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka
kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+
sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder (Khopkhar, 2008).
Titrasi Argentometri dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pembentukan endapan. Faktor-faktor tersebut antara
lain: (1). Temperatur, kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu,
jadi dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan
berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya. (2).
Sifat alami pelarut,garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan

4
dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan
kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk
memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas
yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang
berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu. (3).
Pengaruh ion sejenis, kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan
dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.
Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika kita larutkan
dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air, hal
ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapation sejenis yaitu OH-
sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek
ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri. (4).
Pengaruh pH, kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam
lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan
proton dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin
larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan I-
membentuk HI. (5). Pengaruh hidrolisis, jika garam dari asam lemah
dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan konsentrasi H +
dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami
hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut. (6).
Pengaruh ion kompleks, kelarutan garam yang tidak mudah larut akan
semakin meningkat kelarutannya dengan adanya pembentukan kompleks
antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl akan naik
kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena
terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl (Sari, 2014).
Titrasi Argentometri pada pengukuran klorida dapat dipengaruhi
oleh ion-ion pengganggu. Yurman (2009) berargumen dengan mengatakan
ion-ion yang dapat mengganggu dalam penetapan kadar klorida metode
argentometri atau pengendapan adalah bahan-bahan yang terdapat dalam
air minum dalam jumlah yang normal yang tidak mengganggu. Ion
pengganggu tersebut antara lain: (1). Bromida, iodida, dan sianida yang

5
menyebabkan ekivalen dengan konsentrasi klorida. (2). Ion sulfida,
tiosulfat dan sulfit menggaggu. (3). Ortofosfat yang lebih dari 25 mg/L
mengganggu dengan membentuk endapan perak fosfat. (4). Besi yang
lebih dari 10 mg/L mengaburkan titik akhir.

2.2. Metode Dari Teori Titrasi Argentometri

Titrasi Argentometri memiliki 3 metode umum yaitu : metode


Mohr; metode Fajans; dan metode Volhard.
 Metode Mohr
Metode Mohr adalah metode yang digunakan dalam
pengukuran kadar klorida dan bromida dalam suasana netral
dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) dan penambahan
kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator.

Metode Mohr digunakan untuk penetapan kadar klorida dan


bromida (Cl- dan Br-). Indikator yang digunakan adalah larutan
kalium kromat (K2CrO4). Titik akhir titrasi argentometri dapat
diamati dengan penambahan indikator larutan K2CrO4 5% yang
akan membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata setelah
penambahan AgNO3 berlebih.
Prinsip Titrasi Argentometri Metode Mohr
AgNO3 pada awal titrasi akan bereaksi dengan NaCl membentuk
endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua ion Cl- sudah
habis bereaksi dengan ion Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan
sedikit ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari indikator
K2CrO4 yang ditambahkan. Pembentukan endapan warna merah
bata dari Ag2CrO4 menandakan bahwa titik akhir titrasi telah
tercapai.
Reaksinya yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai

6
berikut:
Fase awal titrasi : Ag+ + Cl- → AgCl ↓ ( putih)
Fase pada titik akhir titrasi : Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 (merah
bata)

Suasana larutan harus netral, yaitu pada rentang pH 6,5 – 10. Bila
pH>10 (basa) akan terbentuk endapan AgOH yang akan terurai
menjadi Ag2O, sedangkan apabila pH<6,5 (asam), ion kromat akan
bereaksi dengan H+ menjadi Cr2O72-.

Penurunan konsentrasi CrO42- menyebabkan diperlukannya


penambahan AgNO3 yang lebih banyak untuk membentuk
endapan Ag2CrO4, sehingga kesalahan titrasi makin besar. Ion
perak tidak dapat dititrasi langsung dengan klorida dengan
memakai indikator CrO42- karena Ag2CrO4 pada dekat titik
ekuivalen sangat sukar berdisosiasi (sangat lambat), maka
sebaiknya dilakukan dengan cara penambahan klorida berlebih dan
kelebihan klorida dititrasi dengan AgNO3 dengan menggunakan
indikator kromat

Selama titrasi dengan metode Mohr, larutan sampel harus diaduk


dengan baik. Hal tersebut mencegah terjadinya terjadi kelebihan
titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik
ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk
kemudian yang mengakibatkan titik akhir yang diperoleh menjadi
tidak tajam.
Gangguan pada titrasi ini antara lain disebabkan oleh:
a) Ion yang akan mengendap lebih dulu dari AgCl, misalnya:
F, Br, CNSˉ.
b) Ion yang membentuk kompleks dengan Ag⁺, misalnya: CNˉ,
NH₃ diatas pH 7.

7
c) Ion yang membentuk kompleks dengan Clˉ, misalnya: Hg²⁺.
d) Kation yang mengendapkan kromat, misalnya: Ba²⁺

Hal yang harus dihindari pada penyiapan bahan dan pelaksanaan


titrasi dengan metode Mohr adalah cahaya matahari langsung atau
sinar neon karena larutan perak nitrat peka terhadap cahaya
(reduksi fotokimia).
Prosedur Kerja Titrasi Argentometri Metode Mohr
2) Siapkan larutan NaCl 0,1 N sebanyak 1000 ml dengan
cara melarutkan
3) 5,80 gram NaCl p.a (telah dikeringkan dalam oven
110oC selama 1 jam) dengan aquades di dalam labu
ukur 1000 ml.
4) Siapkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak 500 ml
dengan cara melarutkan 9,00 gram AgNO3 dengan
aquades di labu ukur 500 ml.
5) Ambil 25,00 ml NaCl dengan pipet volume, tuangkan
kedalam erlenmeyer 250
6) ml, tambah 1,0 ml larutan K2CrO4 2% sebagai
indikator.
7) Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan
sampai pertama kali terbentuk warna merah bata.
8) Percobaan diulang 3 kali (triplo)
9) Hitung konsetrasi (Normalitas) AgNO3 dengan
persamaan : rumus menghitung konsentrasi pada titrasi
argentometri

Penerapan Titrasi Argentometri Metode Mohr dalam Analisis


Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Dapur
Tujuan :
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara

8
menstandarisasi
larutan garam dapur dengan larutan standar AgNO3 menggunakan
metode Mohr
(Garam dapur telah dikeringkan didalam oven selama 1 jam
dengan suhu 110oC)

Cara Kerja :
10) Larutkan 1,0 gram garam dapur dengan aquades di
dalam labu ukur 250 ml. Ambil 25,0 larutan garam
dapur tersebut, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250
11) ml, tambahkan 1,0 ml larutan K2CrO4 2% sebagai
indikator.
12) Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai
terbentuk warna merah bata.
13) Percobaan diulang 3 kali
14) Hitung kadar NaCl dalam garam dapur.
rumus menghitung kadar sampel pada titrasi argentometri
FP = faktor pengenceran, dalam prosedur ini adalah 250/25

Penentuan Kadar Klorida dalam Air Laut


Tujuan :
Menentukan kadar ion klorida dalam air laut dengan cara
menstandarisasi
larutan air laut dengan larutan standar AgNO3.

Cara Kerja :
15) Larutkan 5,0 ml sampel air laut dengan aquades ± 25
ml di dalam erlenmeyer 250 ml
16) Tambah 1,0 ml larutan K2CrO4 2% sebagai indikator
17) Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama
kali terbentuk warna merah bata.

9
18) Percobaan diulang 3 kali
19) Hitung konsentrasi (Molaritas) ion klorida dalam air
laut. rumus menghitung konsentrasi sampel pada titrasi
argentometri

 Metode Volhard

Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat


dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk
meneliti ion tiosianat berlebih. Metode ini dapat dipergunakan untuk cara
titrasi langsung dari perak, larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak
langsung dari ion klorida. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan
titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi
kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3
dititrasi dengan larutan KCNS, dimana kelebihan larutan KCNS akan
diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari Fe(SCN)3
(Khopkhar, 2008)

ada metode volhard larutan garam perak dititrasi dengan larutan


garam tiosianat di dalam suasana asam, sebagai indikator digunakan
larutan garam feri (Fe3+), sehingga membentuk senyawa kompleks
feritiosianat yang berwarna merah. Titrasi argentomentri metode volhard
harus dalam suasana asam. Oleh karena itu maka ditambahkan larutan
asam nitrat 0,5 – 1,5 N ke dalam sampel (analit). Apabila titrasi terjadi
dalam suasana basa maka menyebabkan ion besi (III) akan diendapkan
menjadi Fe(OH)3, sehingga titik akhir tidak dapat dicapai.

Prinsip Dasar Titrasi Argentometri Metode Volhard

10
Pada metode ini sejumlah volume larutan standar AgNO3
ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion
halida (X-). Sisa larutan standar AgNO3 yang tidak bereaksi dengan ion
X- dititrasi dengan larutan standar tiosianat (KSCN atau NH4SCN)
menggunakan indikator besi (III) (Fe3+). Reaksinya sebagai berikut:
Ag+ (berlebih) + X- → AgX ↓ + Ag+ (sisa)
Ag+ (sisa) + SCN- → AgSCN ↓
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+ (merah)

Titrasi argentometri metode volhard dapat dipakai untuk penentuan


kadar klorida, bromida, iodida dan tiosianat pada larutan sampel. Pada
penentuan ion Cl- cara tidak langsung dapat menyebabkan kesalahan yang
cukup besar. Hal tersebut dikarenakan endapan AgCl lebih mudah larut
dari pada AgSCN (Ksp AgCl = 1,2 x 10-10 dan Ksp AgSCN = 1,2 x 10-
12) jadi AgCl yang terbentuk cenderung larut kembali. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
AgCl + SCN- → AgSCN + Cl-
Oleh karena Ksp AgCl > Ksp AgSCN, reaksi di atas cenderung
bergeser ke kanan. Jadi SCN- tidak hanya dipakai untuk kelebihan Ag+,
tetapi juga oleh endapan AgCl sendiri. Oleh karena demikian maka untuk
mencegah AgCl larut kembali dapat dilakukan dengan cara:
a) Menyaring endapan AgCl yang terbentuk, filtrat dengan
air pencuci dititrasi dengan Larutan Standar SCN-.
b) Endapan AgCl dikoagulasi sehingga menjadi kurang
reaktif dengan cara mendidihkan kemudian campuran
didinginkan dan dititrasi.
c) Menambahkan nitrobenzena atau eter sebelum
melakukan titrasi kembali dengan Larutan Standar SCN-.

Pada penentuan bromida dan iodida cara tidak langsung tidak


menyebabkan gangguan dikarenakan Ksp AgBr hampir sama dengan Ksp

11
AgSCN dan Ksp AgI lebih besar daripada Ksp AgSCN. Namun
penambahan indikator Fe3+ harus dilakukan setelah penambahan AgNO3
berlebih, untuk menghindari reaksi:
Fe3+ + 2I- → Fe2+ + I2

Prosedur Kerja Titrasi Argentometri Metode Volhard


Standarisasi Larutan Amonium Tiosianat (NH4SCN) dengan
Larutan Standar AgNO3
Tujuan :
Menstandarisasi larutan NH4SCN dengan larutan standar AgNO3
menggunakan titrasi argentometri metode volhard.
Cara kerja :
1) Siapkan larutan AgNO3 yaitu dengan melarutkan
9,00 gram AgNO3 kedalam 1000 ml.
2) Siapkan larutan NH4SCN 0,1 N dengan cara
melarutkan 7,60 gram NH4SCN.
3) Ambil 25,00 ml larutan standar AgNO3 0,10 N
dengan pipet volume, tuangkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml, tambahkan 5 ml larutan
Fe(NH4)2SO4 N sebagai indikator.
4) Titrasi larutan NH4SCN (yang sudah disiapkan)
sampai pertama kali terbentuk warna merah
kecoklatan.
5) Percobaan dilakukan 3 kali (triplo).
6) Hitung normalitas (N) NH4SCN dengan cara :
rumus menghitung konsentrasi pada titrasi metode volhard

Penerapan Titrasi Argentometri Metode Volhard dalam Analisis


Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Dapur
Tujuan :
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan

12
menggunakan titrasi argentometri metode volhard.
Cara Kerja :
1) Larutkan 1,00 gram sampel garam dapur (telah
dikeringkan dalam oven selama 1 jam, suhu 110oC)
dengan aquades di dalam labu ukur 250 ml.
2) Ambil 25,00 ml larutan garam dapur tersebut
dengan pipet volume tuangkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 ml.
3) Tambahkan 1 ml asam nitrat 4 M dan 5 ml larutan
Fe(NH4)SO4 1N.
4) Tambahkan larutan standar AgNO3 (dalam keadaan
berlebih tetapi harus diketahui secara pasti volume
yang terpakai) ke dalam larutan yang ada dalam
erlenmeyer.
5) Tambahkan 15 ml nitro benzena, kemudian labu
erlenmeyer ditutup dan dikocok secara merata
sehingga semua endapan AgCl dilapisi oleh nitro
benzena.
6) Sisa AgNO3 yang tak bereaksi dengan ion klorida
(Cl-) dititrasi dengan larutan standar NH4SCN
menggunakan indikator larutan Fe(NH4)SO4 1 N
sebanyak ml. Titik akhir titrasi dicapai pada saat
pertama kali terbentuk warna merah kecoklatan.
7) Percobaan dilakukan 3 kali
8) Hitung kadar (%) NaCl dalam garam dapur dengan
persamaan:
rumus menghitung kadar sampel pada titrasi metode volhard

Penentuan Konsentrasi Klorida dalam Air Laut


Tujuan :
Penentuan konsentrasi klorida (Cl-) dalam air laut dengan titrasi

13
argentometri
metode volhard.
Cara kerja :
1) Ambil 5,00 ml sampel air laut dengan pipet volume,
tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2) Lalu tambahkan 1 ml larutan HNO3 4M dan 5 ml
larutan FeNH4(SO4)2 1N.
3) Tambahkan larutan standar AgNO3 (dalam keadaan
berlebih tetapi harus diketahui secara pasti volume
yang terpakai) ke dalam larutan di atas.
4) Tambahkan 15 ml nitrobenzena, kemudian labu
erlenmeyer ditutup dan dikocok secara merata
sehingga semua endapan AgCl dilapisi oleh
nitrobenzena.
5) Sisa AgNO3 yang tak bereaksi dengan ion klorida
(Cl-) dititrasi dengan larutan standar NH4SCN
menggunakan indikator Fe(NH4)SO4 1N sebanyak
5 ml.
6) Titik akhir titrasi dicapai pada saat pertama kali
terbentuk warna merah kecoklatan.
7) Percobaan diulang 3 kali
8) Hitung molaritas (M) ion klorida dalam air laut.
rumus menghitung konsentrasi sampel pada titrasi metode volhard

 Metode Fajans
Metode Fajans merupakan suatu teknik analitik dimana kita dapat
menentukan konsentrasi halida melalui adsorpsi. Dalam metode ini,
fluorescein dan turunannya teradsorpsi ke permukaan koloid perak
klorida.Setelah ion yang teradsorpsi ini menempati semua ion klorida,
penambahan setetes fluorescein lainnya akan bereaksi dengan ion perak,
membentuk endapan berwarna merah.

14
Titrasi Argentometri dengan metode Fajans adalah sama seperti
pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang
digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator
absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet
menjadi merah. Indikator absorpsi adalah zat yang dapat diserap oleh
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai,
ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka
kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+
sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder (Khopkhar, 2008).

2.3. Indikator Dari Titrasi Argentometri


1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar
klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan standar
AgNO, dan penambahan K2CrO, sebagai indikator. Jika metode
ini dilakukan pada reaksi asam, maka ion kromatdari kaliumkromat
akan menjadi ion bikromat yang mana perak kromat akan larut D
dengan reaksi sebagai berikut
2CrO,+ 2HCrO, +H₂O
Jika metode ini dilakukan pada reaksi basa, maka akan terbentuk
endapan perak hidroksida dengan reaksi sebagai berikut
2AgOH Ag-O+H:O
2Ag+20H2AgOH
2. Metode Volhard

Metode Volhard digunakan dalam penentuan ion Cl, Br,


dan I'dengan larutan standar AgNO. Titrasi dengan cara Volhard
merupakan metode titrasi pengendapan secara tidak langsung

15
dalam penentuan anion yang mengendap dengan adanya perak
yang dilakukan dalam suasana asam.

Indikator yang dipakai adalah Fe3 dengan titran NH.CNS.


NH.CNS digunakan untuk menetralkan kadar garam perak dengan
titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan
AgNO, dititrasi dengan larutan standar KCNS dimana kelebihan
larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe membentuk warna merah
darah dari FeSCN.

3. MetodeFajans
Titrasi argentometri dengan cara Fajans adalah sama seperti
pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator
yang digunakan. Indikator yang digunakan pada metode ini adalah
indicator absorbsi. Indikator absosbsi adalah zat yang dapat diserap
oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Contoh dari indicator absorbs adalah cosine atau fluorescein yang
mana bergantung pada macam anion yang diendapkan oleh Ag.
Titran pada metode inia dalah AgNO, hingga suspensi violet
menjadi merah. Sedangkan pH bergantung pada macam anion dan
indikator yang dipakai.

2.4. Larutan Baku


Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Ch, I, Br) dengan ion
perak Ag+. Ttrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan harutan
standar perak nitrat AgNO3.

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah


larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah

16
titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag dari titran akan bereaksi dengan ion
Ch dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.

Dalam bidang farmasi, semakin berkembangnya fasilitas teknologi dalam


penggabungan senyawa yang satu dengan senyawa yang lain untuk
menghasilkan senyawa senyawa yang baru. Untuk itu dibutuhkan senyawa
senyawa yang birut dalam air maupun tidak larut dalam air (mengendap)
khususnya dalam penentuan kadamya.

Pada percobaan ini, akan ditentukan kadar suatu sampel dengan


menggunakan AgNO sebagai titrannya, sehingga akan diketahui alasan
dan penyebab hubungan AgNO, dengan titrasi pengendapan ini.
Setiap senyawa berbeda dalam penetapan kadarya, senyawa yang sukar
larut harus berdasarkan metode tertentu, karena sifat dari senyawa yang
mudah larut sangat berbeda dengan yang sukar lant. Dimana salah satu
metode tersebut adalah metode argentometri Argentometri adalah suatu
titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dinana akan
terbentuk garam perak yang sukar larut.

2.5. Pengaplikasian Menurut FI Terhadap Titrasi Argentometri


Metode titrasi argentometri umumnya digunakan untuk menganalisa
salinitas  (kadar keasinan) air melalui penentuan kadar ion klorida yang
terdapat di dalamnya. Banyaknya larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk
mencapai titik akhir titrasi sama dengan banyaknya ion klorida yang
terkandung dalam sampel air (analit). Seiring perkembangan penduduk
dunia dan pertumbuhan industri yang pesat menyebabkan tercemarnya
persediaan air di lingkungan. Untuk mengetahui zat-zat pencemar yang
terdapat dalam air juga dapat dilakukan analisa dengan menggunakan
metode titrasi argentometri..

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Titrasi AgNO3 dan NaCl merupakan titrasi dengan Metode Mohr


dan Titrasi sampel termasuk dalam Metode Fajans karena sampel
mengandung ion I-.Argentometri adalah titrasi pengendapan dengan
larutan standar AgNO3.Ada 3 metode argentometri yaitu metode Mohr,
Volhard, Vajans. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3).Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam
larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi W, (1993), Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta.


Khopkar, (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia, Jakarta.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Kelima. Jakarta : Erlangga
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press
A. L. Underwood. 1989. Analisa Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif: Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Basset, J. (1991).  Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. 
Diterjemahkan dari Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis
Including Elementary Instrumental Analysis Fourth Edition Oleh Hadyana,
P.  EGC. Jakarta. 
Harjadi, W. (1993).  Ilmu Kimia Analitik Dasar.  Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.   
Khopkhar. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi ke 4.Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Sari, Ni Putu Yuli Purnama., dkk. (2014). Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap
Pengukuran Kadar Klorida Metode Argentometri. Journal of Chemistry
Laboratory. 1(2): 83-91.
Yurman. (2009). Pengaruh Kadar Klorida Pada Air Sumur Gali. Disertasi
Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.

19

Anda mungkin juga menyukai