MODUL VII
ARGENTOMETRI
Oleh
Nama : Nurhayati Lambayu
Nim : 442417035
Kelas :A
Kelompok : II (Dua)
Rekan Kerja :
1. Rifaldo Salindeho
2. Ruhaldi Malik Walahe
3. Agustina H. Pakaya
4. Tia Dwi Lestari nento
Jurusan kimia
Fakultas matematika dan ipa
Universitas negeri gorontalo
2018
A. Judul
Argentometri
B. Tujuan
C. Dasar Teori
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian kesetimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkan paa analit, tidak adanya interferensi yang
mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. Salah satu jenis
titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi penegndapan
antara ion halide (Cl-, I-, Br-, dengan ion perak Ag+). Titrasi ini biasanya disebut
sebagai argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halide (pada
umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi
argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukkan ion halide akan tetapi
juga dapat dipakai untuk menentukkan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan
beberapa anion divalent seperti ion fosfat dan ion arsenat[1].
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit
pembentukan garam yang tidak mudah larut dalam AgCl
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42-, dimana dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna
coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang biasa
dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbs. Berdasarkan jenis indikator dan
teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas
argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis
indikator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk
menentukkan titik ekuivalen[2].
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk
dari reaksi antara analit dan titran. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukkan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akanmenghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukkan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan antara asam lemah dan basa kuat[3].
1. Metode Fajans
Prinsip: pada titrasi argentometri dengan metode Fajans ada dua
tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi
(fluorescein). Indikator adsorbs dapat dipakai untuk titrasi argentometri
yang menggunakan indikator adsorbs ini dikenal dengan sebutan titrasi
argentometri metode Fajans. Sebagai contoh marilah kita gunakan titrasi
ion klorida dengan larutan standart Ag+. Endapan perak klorida
membentuk endapan yang bersifat koloid. Sedangkan titik ekuivalen
dicapai maka endapan akan bermuatan negative disebabkan
terasidsorbsinya Cl- diseluruh permukaan endapan. Dan dapat counter
ion bermuatan positif dari Ag+ yang teradsorbsi dengan gaya
elektrostatis pada endapan. Setetlah titik ekuivalen dicapaii maka tidak
terdapat lagi ion Cl- yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapan
sekarang bersifat netral.
2. Metode Volhard
Prinsip: pada metode ini, sejumlah volume larutan standart AgNO3
ditambahkan secara berlebih kedalam larutan yang mengandung ion
halide. Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide, dan yang lainnya dapat
ditentukkan dengan menggunaka larutan standar perak nitrayt. Larutan
oerak nitrat ditambahkan secara berlebih kepda larutan analit dan
kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan
menggunakan larutan standar tiosianida (SCN) dengan menggunaka
indikator ion Fe3+. Ion besi (III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat
memebentuk kompleks yang bewarna merah
3. Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida
(Cl-, I-, Br-) atau anion lainnya (CN-,CNS) dengan ion Ag+ dari perak
nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halide (AgX).
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukkan dengan
cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak
klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan
indikator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida
mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai
akan bereaksi dengan indikator membentuk endapan coklat
kemerahan[4].
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu
indikator, argentometri , dan indikator kimia. Titik akhir potensiometri didasarkan
pada potensial elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir
argentometri melibatkan penentuan arus yang dihasilkan indikator kimia biasanya
terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang
dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan titrasi netralisasi,
yaitu perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari
reagen /analit.
Reaksi penegndapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan
tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka
kesimpulan yang lebih umum menegenai pengendapan terjadi jika Q>Ksp,
pengendapan tak terjadi jika Q<Ksp, larutan ini tepat jenuh jika Q=Ksp. Jika suatu
garam memiliki tetapan hasil kali kelarutan yang besar, maka dikatan garam
tersebut mudah larut. Sebaliknya, jika harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu
garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam
dapat berubah dengan perubahan temperature akan memperbesar kelarutan suatu
garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan
semakin besar
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperature
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentums, yang berarti
perak jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukkan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan engan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO 3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu:
1. Indiaktor
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut
dapat digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap
ion CN tercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2)] karena proper tersebut
dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam
suasan amoniatial karena ggara kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion
kompleks diamilum[5].
D. Alat dan Bahan
1. Alat
2. Perhitungan
a. Mencari M dari NaCl
M AgNO3 = 0,1 M
Valensi =1M
N AgNO3 = M AgNO3 × Valensi = 0,1×1×0,1 M
VNaCl × M NaCl = VAgNO3 × M AgNO3
V AgNO 3 × M AgNO 3
M NaCl =
VNaCl
7,45× 0,1
M NaCl = = 0,149
5
= 0,00435 × 100%
= 0,435%
3. Pembahasan
Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dan analit, sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan Cl - dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut. Salah satu cara untuk menentukkan
kadar asam basa dalam suatu larutan adalah volumetric
Pembahasan indikator akan menjadikan warna larutan menjadi kuning.
Titrasi ini dilakukan hinggga mencapai titik ekuivalen, titik ekuivalen ditandai
dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan
putih secara permanen AgNO3 dan air laut pada awalnya masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Tetapi pada saat air laut
ditambahkan K2CrO4 warnanya berubah menjadi berwarna kuning mengikuti
warna K2CrO4 yang merupakan indikator. Reaksi yang terjadi:
2. Pada percobaan ini kadar NaCl dalam air laut adalah 0,435%
3. Pada saat titik ekuivalennya larutan berubah menjadi warna merah dan terdapat
endapan warna putih
4. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini:
a. NaCl + K2CrO4 KCl + N2CrO4
+ -
b. Ag + Cl AgCl
c. AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + K2NO3
d. 2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + K2NO
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.