Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik

MODUL VI

Argentometri
Oleh
Nama : Irma Utami Siregar
Nim : 44 1418001
Kelas : Pendidikan Kimia A
Kelompok : III (Tiga)
Rekan Kerja :
1. Sumitro Hida
2. Sri Rahayu Latif
3. Suliyana Ibrahim
4. Windi Makatemu
5. Setiawati S. Abas
6. Ririn S. Sabora

Jurusan kimia
Fakultas matematika dan ipa
Universitas negeri gorontalo
2019
PERCOBAAN VII
A. Judul
Argentometri
B. Tujuan
Menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara mohr dan Volhard
C. Dasar teori
Titrasi pengendapan tidak terlampau banyak digunakan dibandingkan dengan titrasi-
titrasi redoks atau asam basa. Hal ini disebabkan tidak adanya indikator-indokator yang
sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi. Umumnya titrasi pengendapan terjadi pada reaksi-
reaksi antara kation Ag+ dengan anion-anion halida, tiosianat dan sianida. Peraksi pengendap
yang banyak digunakan dalam titrasi pengendapan perak nitrat, yang dikenal dengan titrasi
argentometri.
Setiap reaksi pengendapan yang berlangsung cepat dan tersedianya indikator
merupakan dasar titrasi pengendapan. Akan tetapi hanya sedikit reaksi pengendapan yang
berlangsung cukup cepat. Juga sedikit indikator yang memenuhi syarat untuk titrasi
pengendapan. Suatu reaksi pengendapan berlangsung berkesudahan bila endapan yang
terbentuk mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi
perubahan yang cukup besar dari kosentrasi yang dititrasi.
1. Kurva titrasi argentometri
Seperti pada titrasi asam basa, kurva titrasi argentometri merupakan grafik yang
memperlihatkan bagaimana suatu pereaksi berubah jika titran ditambahkan. Dengan kurva
titrasi argentometri perubahan yang terjadi pada titrasi pegendapan akan dapat diamati.
Seperti diketahui untuk membuat kurva titrasi asam basa, dibuat plot antara pH atau –log
[H+] terhadap volume titran. Dengan cara yang sama kita dapat membuat kurva titrasi
argentometri dengan memplot –log [pereaksi] terhadap volume titran. Sebelum membuat
kurva titrasi argentometri perlu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan harga –log
[pereaksi]. Seperti halnya titrasi asam basa, perhitungan didasarkan pada empat lokasi titrasi
yaitu sebelum penambahan titran, sebelum titik ekivalensi, pada titik ekivalen, dan setelah
titik ekivalen.
2. Penentuan titik akhir titrasi argentometri
Ketika melakukan titrasi asam basa digunakan indikator untuk mendeteksi titik akhir
titrasi asam basa. Demikian pula dengan titrasi argentometri, indikator harus digunakan untuk
mendeteksi titik akhir titrasi argentometri. Berbagai cara dapat digunakan untuk mendeteksi
titik akhir titrasi, yaitu cara potensiometri, cara turbidimeteri, dan cara indikator.
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan
kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan
antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang
dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan
dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan
indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
Dikenal tiga metode penentuan titik akhir titrasi argentometri yaitu metode mohr,
metode volhard, metode fajans. Metode mohr didasarkan pada pembentukan endapan
berwarna, pembentukan larutan senyawa kompleks berwarna merupakan dasar metode
volhard. Sedangkan metode fajans didasarkan pada penyerapan indikator berwarna oleh
endapan pada titik ekivalen. Sebelum membahas ketiga metode tersebut secara rinci berikut
akan dibahas lebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi pendeteksian titik akhir titrasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendeteksian titik akhir titrasi
Titik akhir titrasi akan mudah teramati bila penambahan sedikit titran menyebabkan
perubahan besar PAg oleh karena itu perlu diperhatikan variabel-variabel yang dapat
menyebabkan perubahan besar PAg.
a. Kosentrasi
Semakin kecil kosentrasi analit dan titran, semakin kecil pula tentang penurunan PAg dekat
titik ekivalen.
b. Kelarutan
Semakin kecil harga Ksp, semakin besar pula tentang perubahan PAg dekat titik ekivalen. Ion
iodida memberikan rentang perubahan PAg paling besar sedangkan ion ioda memberikan
rentang perubahan PAg paling kecil. Untuk titrasi ion iodida rentang endapan maka semakin
lambat tercapainya perubahan warna.
4. Metode mohr
Dalam metode ini ion kromat bertindak sebagai indikator yang banyak digunakan
untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat, Ag 2CrO4. Kelarutan
perak kromat beberapa kali lebih besar dari pada kelarutan perak klorida. Akibatnya endapan
perak terbentuk lebih dulu dari pada endapan perak kromat. Dengan mengatur kosentrasi ion
kromat sebagai indikator, pembentukan perak kromat dapat ditangguhkan hingga semua ion
klorida terendapkan sebagai perak klorida, atau hingga kosentrasi ion perak mencapai titik
ekivalen.
Jika titrasi argentometri ion klorida harus dilakukan dalam suasana netral atau hamper
netral (pH 7-10).cara praktis untuk menjaga pH yang diinginkan adalah dengan
menambahkan natrium bikarbonat atao boraks berlebih kapada larutan yang akan dititrasi.
Metode Mohr tidak dapat diterapkan untuk titrasi argentometri iodida karena kromat
mengoksidasi iodida menjadi iodium.
5. Metode volhard
Metode volhard menggunakan larutan standar ion tiosianad untuk menitrasi ion perak:
Ag+(aq) + SCN-(aq) ⇄ AgSCN(s)
Ion besi (III) bertindak sebagai indikator yang menyebabkan larutan berwarna merah. Dengan
sedikit ion tiosiana.
Fe3+ + SCN- ⇄ AgSCN2+
Berbeda dengan metode Mohr, metode Volhard harus dilakukan dalam suasana asam untuk
mencagah pengendapan besi (III) hidroksida.
Aplikasi metode Volhard yang sangat penting adalah penentuan ion halida secara tak
langsung. Larutan standar perak nitrat berlebih ditambahkan kepada cuplikan, dan kelebihan
ion perak ditentukan dengan cara titrasi kembali dengan larutan standar tiosianat.
6. Metode Fajans
Yang bertindak sebagai indikator dalam metode Fajans adalah suatu senyawa organik
yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri
berlangsung. Oleh karena itu indikator ini sebagai indikator absorbs.idealnya, penyerapan
indikator terjadi dekat titik ekivalen dan menyebabkan tidak hanya perubahan warna tapi juga
pemindahan warna dari larutan kepada zat padat (atau sebaliknya). Contoh indikator adsorbs
adalah zat organik fluoresen terurai menjadi ion hydrogen dan ion fluoresenat yang
bermuatan io negtif. Ion fluoresenat menyebabkan larutan berwarna kuning – hijau. Juga ion
fluoresenat membentuk garam perak yang sangat berwarna.
Titrasi menggunakan indikator absorbsi adalah cepat, tepat, dan reliabel tetapi
penggunaanya terbatas pada beberapa reaksi pengendapan yang endapan koloidnya cepat
terbentuk. Sedangkan kosentrasi elektrolit yang tinggi harus dihindarkan karena elektrolit
cenderung menkoagulasi endapan, artinya menurunkan luas permukaan untuk terjadinya
absorbs. Untuk mencegah terjadinya koagulasi endapan perak sekaligus mempertajam titik
akhir titrasi dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa mL larutan dekstrim 2% bebas
klorida.
D. Alat dan bahan
1. Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi

Untuk membuat,menyimpan
Labu Takar
1 1 dan mengencerkan larutan
100 mL
dengan ketelitian yang tinggi.

Sebagai wadah unuk


mereaksikan suatu zat kimia
2 Erlenmeyer 1 dalam skala yang cukup besar
dan sebagai wadah dalam
proses titrasi.
Sebagai tempat untuk
menyimpan dan meletakkan
larutan. Gelas Piala memiliki
Gelas Piala
3 1 takaran namun jarang bahkan
100 mL
tidak diperbolehkan untuk
mengukur volume suatu zat
cair.
Untuk mengocok atau
Batang mengaduk suatu larutan.
4 1
Pengaduk

Corong digunakan untuk


memasukan atau memindah
5 Corong 1
larutan dari satu tempat ke
tempat lain
Menempatkan larutan tertentu
Statif dan yang akan digunakan untuk
6 1
klem titrasi dan juga merupakan alat
ukur
Spatula digunakan Untuk
mengambil bahan-bahan kimia
7 Spatula 1
dalam bentuk padatan,
misalnya dalam bentuk kristal.

Untuk meneteskan bahan atau


8 Pipet Tetes 1 cairan dengan volume yang
kecil.
Digunakan untuk meneteskan
sejumlah larutan yang sangat
teliti, tepat terukur, volume
9 Buret 1
variable dan biasa digunakan
pada metode titrasi atau
volumetri

10 Gelas Ukur 1 Untuk mengukur sampel

Neraca Untuk menimbang zat yang


11 2
Analitik akan digunakan

Untuk wadah zat yang akan


12 Kaca Arloji 1
ditimbang

Kertas
13. 1 Untuk menyaring endapan
saring

Botol
14. 1 Untuk menyimpan larutan
reagen

2. Bahan
Nama
No Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan
1 Aquadest Umum - Merupakan - Memilki
pelarut universal keelektronegatifan
- Memiliki warna yang lebih kuat
yang bening daripada hydrogen
- Berat molekul: - Merupakan senyawa
18,0153 gr/m yang polar
- Titik leleh 00C - Memiliki ikatan van
Titik didih 1000C der waals dan ikatan
- Berat jenis 0,998 hydrogen
gr/cm3 - Dapat membentuk
- Memiliki gaya azeotrop dengan
adhesi yang kuat pelarut lainnya
- Dapat dipisahkan
dengan elektrolisis
menjadi oksigen dan
hydrogen
- Dibentuk sebagai
hasil samping dari
pembakaran
senyawa yang
mengandung
hidrogen
2 Garam Umum - Mudah hancur - Bisa didapat dari
dapur - Larut dalam air reaksi NaOH dan
- Tidak bisa HCl sehingga pH-
melewati selaput nya netral
semipermeable - Ikatan ionic kuat
(Na+) + (Cl-) selisaih
kelektronegatifannya
lebih dari 2
- Merupakan elektrolit
kuat karena
terionisasi dengan
sempurna pada air.
3 Indikator Khusus - Titik lebur 917˚C - Pereaksi analis dan
K2CrO4 - Berbentuk untuk pigmen
padatan, berwarna - Mudah bereaksi
kuning dengan air
- Densitas pada - Larutan basa,
suhu 20˚C 1.9 beracun, dapat
kg/L diisolasi.
4 AgNO3 Khusus - Padatan Kristal - Larut dalam air dan
dan tidak merupakan garam
berwarna - Oksidator kuat
- Titik leleh: 59°C, - Dapat diisolasi dan
titik didih: 97°C, beracun.
- Densitas :
1,82kg/L
5 NaCl Khusus - Titik lebur, 1 atm - Dengan perak nitrat
: 800, 40 oC, Titik membentuk endapan
didih, 1 atm : perak klorida
14130 oC - Dengan timbal asetat
- Densitas : 1,13 gr/ml, membentuk endapan
Energi bebas Gibbs putih timbal klorida
(25°C) : -201.320
kj/mol
E. Prosedur Kerja
1. Penentuan NaCl dalam air danau (Cara Mohr)

Air Danau

- Menyaring sampel air danau


- Mengukur masing-masing 25 mL kemudian memasukkan
kedalam labu Erlenmeyer
- Menambahkan indicator K2CrO4 3 tetes
- Menitrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah diketahui
molaritasnya sampai terjadi perubahan warna dari endapan putih
menjadi endapan merah bata
- Melakukan duplo

V1 = 0,134 ml dan
V2 = 0,134 ml
F. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
1. Hasil Pengamatan

Perlakuan Hasil Pengamatan


Mengukur air danau sebanyak 10 mL Air danau tepat 10 mL
Mengambil masing-masing 10 mL air Labu erlenmeyer pertama 10 mL dan
danau dan memasukkan kedalam labu labu Erlenmeyer kedua 10 mL
Erlenmeyer
Menambahkan indicator K2CrO4 sebanyak Air danau dari yang berwarna bening
3 tetes. menjadi kuning
Menitran dengan AgNO3 dan terbentuk Larutan berbentuk endapan berwarna
endapan berwarna merah bata merah bata
Melakukan titrasi duplo V1 = 0,5 mL V2 = 0,5 mL

2. Perhitungan
- Mencari kadar NaCl dalam air Danau
(𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3)(𝑀 𝐴𝑔𝑁𝑂3)(𝑀𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑙)
= X 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0005 L X 0,1 M X 58,5
= X 100 %
10,0067

= 0,199 %
G. Pembahasan
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi pengendapan
dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat juga diartikan sebagai cara
pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi
terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3.

Ag+ + X- → AgX(p)

Menyaring air danau kemudian Mengukur Air danau 25 mL lalu di masukkan dalam
labu erlenmeyer untuk dititrasi dengan AgNO3 0.1 M dengan menggunakan indikator
K2CrO4 3 tetes. Perubahan warna dari larutan dari bening menjadi warna kuning muda
setelah penambahan indicator. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung
netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat
pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi :

2 CrO42- + 2 H+ ↔ Cr2O72- + H2O

Ion Cl- lebih dulu bereaksi daripada ion CrO42-, kemungkinan karena perbedaan
keelektronegatifan Ag+ dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-. Selain itu ion
Cl- jika bereaksi dengan Ag+ akan lebih mengendap karena kelarutannya adalah Ksp
AgCl = 1,82 x 10-10 , berdasarkan reaksi maka :

Ksp AgCl = S2

S = √𝐾𝑠𝑝 = √1.82 𝑥 10^ − 10 = 1.35 x 10-5 M

Sedangkan kelarutan ion kromat (Ksp K2CrO4 = 1,1 x 10-12) adalah :

Ksp = 4S3

3 𝐾𝑠𝑝 3 1,1 x 10−12


S= √ = √ = 0.275 x 10-4 M
4 4

Sampel air danau setelah ditambahkan indicator lalu dititrasi dengan AgNO3 0,1 M 50
ml pada buret. Pada volume AgNO3 0,1 M sebanyak 0,5 ml atau pada saat di titrasi titrat
berubah warna membentuk endapan putih dan setelah 0,5 ml berubah menjadi warna
merah bata. Jadi pada air danau kemungkinan mengandung NaCl karena saat dititrasi
dengan AgNO3 memiliki endapan putih dan setelah di lanjutkan titrasi langsung berwarna
merah bata jadi Ag nya bereaksi dengan Cl- atau Ag mengikat Cl- sehingga terjadi
endapan berwarna putih.

Setalah semua Cl- habis bereaksi dengan Ag+ kemudian Ag+ bereaksi dengan ion
kromat. Yang menimbulkan perubahan warna menjadi endapan merah bata. Reaksi yang
terjadi adalah

CrO42-(aq) + 2Ag+(aq) →Ag2CrO4(s)

Begitupun pada saat sampel air danau dilakukan duplo dimana 10 ml air danau lalu
ditambahkan indicator berubah menjadi kuning dan ditirasi. pada volume titran sebanyak
0,5 ml telah langsung terjadi perubahan warna merah bata.

Sampel air danau setelah ditambahkan indikator

Sampel air danau setelah terjadi perubahan warna menjadi merah bata.

Perbandingan air danau dengan sampel lainnya :

1. Pada sampel air danau masih mengandung NaCl walaupun hanya sedikit ditandai
dengan terbentuknya endapan berwarna putih yang dilihat hanya sedikit sekali,
jadi Ag+ bias beraksi dengan Cl- hingga terjadi endapan berwarna putih walaupun
hanya sedikit, kemudian terbentuk endapan merah bata yang merupakan hasil
reaksi dari Ag+ dan indicator K2CrO4.
2. Lalu pada sampel garam dapur 1 gram yang diencerkan dalam 100 ml dimana
pada garam dapur mengandung banyak Cl maka Ag mengikat Cl ditandai dengan
perubahan warna menjadi putih susu lalu pada volume titran 49 ml terjadi
perubahan warna menjadi warna merah bata dimana Cl telah habis.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini .Dapat disimpulkan bahwa dengan metode
Argentometri kita dapat menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan
dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Dimana pada saat
titran masih mengandung Cl maka akan membentuk menjadi endapan putih lalu jika
Ag tidak mengikat Cl dimana tandanya dalam titrat tidak lagi mengandung Cl maka
akan ditandai dengan berubahnya warna menjadi merah bata. Ada dua metode yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu Metode Mohr didasarkan pada pembentukan
endapan yang berwarna dan Metode Volhard didasarkan pada pembentukan larutan
senyawa kompleks berwarna.Dari hasil pecobaan dan perhitungan dalam menentukan
kadar NaCl dalam air danau dengan cara mohr yang menggunakan titran AgNO3
adalah sebanyak 0,199 % .
DAFTAR PUSTAKA
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Lukum, Astin. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo: Jurusan Pendidikan
Kimia. UNG.
Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Sounders College Publishing : Florida.

Anda mungkin juga menyukai