Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS II
ARGENTOMETRI

OLEH :
NUGRAHA DWI AKHIR
916312906201.006

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang terutama di
bidang farmasi, maka sangatlah penting bagi seorang calon farmasis muda untuk
mengetahui bagaimana suatu senyawa dengan senyawa lain dapat bereaksi serta
bagaimana hasil dari reaksi tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan salah satu percobaan yaitu titrasi
Argentometri dengan nama lain titrasi pengendapan. Tetapi reaksi pengendapan
terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag+ dengan ion-ion halian, tiosianat dan
sianida.
Argentometri merupakan salah satu metode dari titrasi penetapan. Titrasi
dengan metode ini digunakan dalam penentuan ion halogenida. Metode
pengendapan digunakan karena metode ini lebih mudah dilakukan dengan
memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya dan saat ini
pengendapannya merupakan teknik pemisahan yang luas penggunaannya.
Khusus dalam penetapan kadar senyawa yang sukar larut diterapkan metode
tertentu sebab sifat dari senyawa yang sukar larut memiliki sifat tertentu yang
tidak dimiliki oleh senyawa yang larut. Salah satu metode tersebut adalah
argentometri. Metode ini hanya ditekankan bagi senyawa yang diketahui sukar
larut. Dengan adanya percobaan ini diharapkan praktikan mampu menentukan
kadar suatu senyawa yang tidak larut dalam air. Oleh karena itulah diadakan
percobaan ini.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana Ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari
analit pembentuk garam yang tidak mudah larut. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang titrasi dengan cara pengendapan, maka dilakukan percobaan argentometri
berikut ini.
1.2 Maksud Praktikum
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar suatu zat senyawa dengan
metode argentometri.
1.3 Tujuan Praktikum
Menentukan kadar natrium klorida (NaCl) dengan menggunakan larutan
baku AgNO3 dengan menggunakan metode argentometri.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br,
I-) atau anion lainya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat
(AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). (Adam dkk, 2007)
Dalam titrasi pengendapan, zat yang ditentukan bereaksi dengan zat pentiter
membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekaan zat yang
ditentukan itu berkurang selama berlangsungnnya proses titrasi. Perubahan
kepekaan itu diamati dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator atau
peralatan yang sesuai. Namun demikian, sebenarnya cara ini menghendaki
persyaratan yang ketat, sehingga pemakaiannya terbatas dalam titrimetri.
Persyaratan itu adalah sebagai berikut:
(1) Terjadinya kesetimbangan yang serbaneka harus berlangsung
cukup cepat;
(2) Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara stokiometri dengan
zat pentiter;
(3) Endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut sehingga terjamin
kesempurnaan reaksi sampai 99,9%
(4) Harus tersedia cara penentuan titik akhir titrasi.

Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya


merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran;
tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik
akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan
tetapi metode tua seperti penentuan Cl‐, Br‐, I‐ dengan Ag(I) (disebut juga metode
argentometri) adalah sangat penting. Alasan utama kurang digunakannya metode
tersebut adalah sulitnya memperoleh indikator yang sesuai untuk menentukan titik
akhir pengendapan. Kedua, komposisi endapan tidak selalu diketahui..
(Khaldun,2010)
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. (Kisman,1988)
Ag(NO3)(aq)  +  NaCl(aq) AgCl(s)  + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan
berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain
yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis
indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan
atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode
potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen. (Kisman,1988)
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk
dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat. (Harjadi,1993)
1. Metode Fajans
Prinsip : Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua tahap
untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein).
Indicator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi argentometri. Titrasi argentometri
yang menggunakan indicator adsorbsi ini dikenal dengan sebutan titrasi
argentometri metode Fajans. Sebagai contoh marilah kita gunakan titrasi ion
klorida dengan larutan standart Ag+. (Mulyono,2005)
Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum
titik ekuivalen dicapai maka endapat akan bermuatan negative disebakkan
teradsorbsinya Cl- di seluruh permukaan endapan. Dan terdapat counter ion
bermuatan positif dari Ag+ yang teradsorbsi dengan gaya elektrostatis pada
endapat. Setelah titik ekuivalen dicapai maka tidak terdapat lagi ion Cl- yang
teradsorbsi pada endapan sehingga endapat sekarang bersifat netral. (Adam dkk,
2007)
2. Metode Volhard
Prinsip: Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3
ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida.
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan
dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat
ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan
konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan menggunakan larutan standar tiosianida
(SCN-) dengan menggunakan indicator ion Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi
dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah.( Adam dkk,
2007)
3. Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl -, Br-,
I-) atau anion lainnya (CN-, CNS) dengan ion Ag+ dari perak nitrat (AgNO3) dan
membentuk endapan perak halida (AgX). Konsentrasi ion klorida dalam suatu
larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat.
Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan
digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida
mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan
bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag 2CrO4 (Adam
dkk, 2007)
2.2 Prosedur Kerja (Anonim,2018)
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Alat yang dugunakan dalam percobaan ini adalah biuret, corong,
erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, kertas perkamen, pipet tetes, timbangan
analitik, statif dan klem.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades, AgNO3 50 mL,
NaCl 250,3 mg, K2CrO4 5%, dan Efedrin HCl (NeoNapacint).
3.3 Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan

Pasang buret ke statif

Isi buret dengan Larutan baku AgNO3 0.1 N sampai batas tanda

Tutup dengan aluminium foil

Timbang 250 mg serbuk Efedrin HCl

Masukan Efedrin HCl yang telah ditimbang ke dalam Erlenmeyer

Larutkan dengan 100 mL air

Tambahkan indikator K2CrO4 5 % sebanyak 5 tetes ke dalam erlemeyer

Titrasi larutan tersebut dengan larutan baku AgNO3 0,1 N sampai terbentuk
endapan kemerah – merahan

Amati Volume titrannya

Hitung kadarnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Reaksi Pembakuan AgNO3 dengan NaCl
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3 (endapan putih)
2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO (endapan merah)
Reaksi Penentuan Kadar Efedrin HCl
C10H15NO.HCl+AgNO3 C10H15NH+HNO3+AgCl (endapan merah
bata)
4.1.2 Perhitungan
Reaksi Penentuan Kadar Efedrin HCl
Diketahui :
Volume titran (Vt) = 20,5 ml
Normalitas titran(N) = 0,1 N
Berat sampel(BS) = 250 mg
Berat setara (Bst) = 20,15 mg
Vt × N × Bst
% Kadar = x 100%
BS
20,5× 0,1× 20,15
= X 100%
250
=16.52 %
4.2 Pembahasan
Dasar analisa kualitatif dengan metode argentometri yaitu merupakan suatu
titrasi ion perak dan ion-ion hydrogen. Titrasi argentometri adalah titrasi dengan
menggunakan larutan perak nitrat sebagai titran, dimana terbentuk garam perak
yang sukar larut. Pada analisa argentometri ada bebeapa cara pengendapan yang
dikenal yaitu Mohr, Volhard, dan Vajans. Titrasi pengendapan atau argentometri
didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan
penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada larutan senyawa
yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah
membentuk endapan.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah Efedrin HCl dengan
berat sampel 250 mg. Sampel tersebut dilarutkan dengan 100 ml air di dalam
erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 5 tetes indikator K2CrO4 5 tetes.
Penambahan indikator ini sudah menjadi ketentuan dalam titrasi
pengendapan cara mohr. Setelah penambahan indikator tersebut, warna larutan
sampel menjadi kuning. Lalu dititrasi dengan larutan Baku AgNO 3. Alasan
dititrasi dengan AgNO3 adalah berdasarkan namanya, titrasi argentometri
menggunakan larutan AgNO3 sebagai titrannya karena AgNO3 adalah satu –
satunya garam perak yang terlarutkan air sehingga pereaksi perak nitrat dengan
garam lain akan menghasilkan endapan. Ditentukan kadarnya berdasarkan reaksi :
C10H15NO.HCl+AgNO3 C10H15NH+HNO3+AgCl (endapan merah
bata)
Setelah dititrasi pada larutan sampel terbentuk endapan kemerah – merahan,
hal inilah yang membuktikan bahwa metode titrasi pengendapan yang dilakukan
adalah cara mohr. Munculnya endapan yang berwarna kemerah-merahan pada
titik akhir titrasi dikarenakan kromat terikat oleh ion perak membentuk senyawa
yang sukar larut berwarna merah bata.
Indikator yang kami gunakan yaitu K2CrO4, hal ini karena Indicator ini
merupakan suatu senyawa organic yang kompleks dan digunakan untuk
menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi. Titik akhir titrasi adalah suatu
keadaan dimana penambahan satu tetes larutan baku dapat menyebabkan
perubahan warna pada indikator. Perubahan warnna tersebut karena adanya
pertukaran ion-ion antara ion-ion pereaksi sehingga membentuk senyawa baru
yang berbentuk endapan dan berwarna merah-kemerahan. indicator K2CrO4 yang
memiliki range pH 5-7,5. Perubahan warna suatu indicator tergantung konsentrasi
ion hydrogen(H+) yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan
reaksi atau ketetapan netralisasi. Indikator pH asam basa adalah suatu idikator
atau zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungan berubah.
Volume titran yang didapatkan adalah 20,5 ml dan 35,5 mL. Adapun kadar
titrasi yang diperoleh pada Efedrin HCl adalah 16.52 %.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini dapat diaambil kesimpulan bahwa kadar
dari Efedrin HCl pada sampel Neo Napacin sebesar 16,52% dengan menggunakan
metode Argentometri
5.2 Saran
Disarankan kepada praktikan agar menjaga ketertiban dalam proses
praktikum berlangsung serta menjaga kedisiplinan dalam proses praktikum demi
kelancaran praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Fakultas Farmasi, Sekolah
Tinggi ilmu Kesehatan Aveicenna: Kendari.

Danney, B., 1979, Vogel Analisis Kuantitatif Anorganik, EGC:Jakarta.

Direktorat Jendral POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Miryawan, Adam, 2007, kimia Analitik, Pusat Perbukuan RI: Malang

Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramadia Pustaka Utama:
Jakarta.

Khaldun, Ibnu., 2010, Kimia Analitik I, Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.

Underwood, A.L., 1992, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai