Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM GEOKIMIA EKSPLORASI


Acara 1 Penetuan Kadar Klorida dalam Sampel Air dengan metode
Argentometri

OLEH :
SINTA ANDRINAWATI PUTRI
D061211077

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air adalah salah satu unsur terpenting di bumi, karena air adalah unsur yang

dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk kehidupan mereka. Dengan cara

ini orang dapat mengatakan bahwa air adalah sumber kehidupan sebagai tanda

kehidupan. Air merupakan elemen yang memainkan peran paling penting

dalam kehidupan setiap makhluk hidup di bumi ini. Air dapat diartikan secara

ilmiah sebagai senyawa kimia yang terdiri dari dua unsur, yaitu unsur H2

(hidrogen), yang berikatan dengan unsur O2 (oksigen) dan kemudian

menghasilkan senyawa air (H2O).

Klorida merupakan salah satu jenis elektrolit yang terdapat dalam tubuh

selain natrium dan kalium. Elektrolit adalah mineral yang larut dalam cairan

tubuh dan bermuatan listrik, memiliki beberapa peran yang penting dalam

tubuh, di antaranya Muatan listriknya berfungsi untuk melangsungkan

kehidupan suatu sel dan jaringan. Klorida merupakan anion yang mudah larut

dalam sampel air dan merupakan anion anorganik utama yang terdapat dalam

sampel perairan. Kelebihan ion klorida dalam air minum dapat merusak ginjal.

Analisis gravimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif dalam

penetapan suatu zat kimia berdasarkan beratnya. Prinsip dasar analisis

gravimetri yaitu unsur atau senyawa target diendapkan dengan suatu pereaksi

pengendap. Beberapa macam jenis metode dalam analisa gravimetri, yaitu

metode penguapan, pengendapan, elektrolisis. Prinsip dasar dalam analisis

gravimetri adalah analisa berdasarkan penimbangan berat, yaitu unsur atau


senyawa target diendapkan dengan suatu pereaksi pengendap. Endapan yang

terbentuk disaring, kemudian dicuci, lalu dikeringkan. Setelah kering, endapan

ditimbang, setelah diketahui beratnya maka dapat dihitung kadar dari zat

tersebut

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mengetahui konsentrasi dari larutan menggunakan metode titrasi

argentometri?

1.3 Tujuan Percobaan

Menentukan kadar klorida (Cl) dalam sampel air dengan menggunakan metode

argentometri.

1.4 Prinsip percobaan

Penentua klorida (Cl-) dalam sampel air yang dititrsi dengan larutan AgNO3 dan

indikator K2CrO4 sehingga diperoleh titik akhir titrasi yang ditandai dengan

terbentuknya endapan merah bata.

1.5 Letak Kesampaian Daerah

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2022. Penelitian

ini dilaksanakan di daerah Universitas Hasanuddin, Kecamatan Tamalanrea, Kota

Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini di tempuh sekitar 45 menit dari

Gowa dan sampai di lokasi penelitian, dengan menggunakan motor, jarak yang

ditempuh sekitar 18 km.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Titrasi Argonometri

Argentometri merupakan istilah yang diturunkan dari bahasa latin yaitu

Argentum yang artinya perak. Titrasi Argentometri sering kali disebut sebagai

Titrasi Pengendapan. Jadi argentometri itu merupakan salah satu cara yang

digunakan untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan

tritasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag. Titrasi argentometri

adalah teknik khusus yang digunakan untuk menetapkan perak dan senyawa halida.

Penetapan kadar zat analit didasari oleh pembentukan endapan. Atau definisi titrasi

argentometri yaitu penetapan kadar zat yang didasari atas adanya reaksi

pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat.

Atau yang dimaksud titrasi argentometri ialah titrasi yang melibatkan pembentukan

endapan dari garam yang tidak gampang larut antara titran dengan analit.

2.2 Macam-Macam Titrasi Argenometri

2.2.1 Titrasi Argenometri Metode Mohr

Metode mohr pada titrasi argentometri yaitu metode yang terbatas untuk

lartutan dengan nilai pH sekitar 6 hingga 10. Perak oksida akan meengndap dalam

larutan yang lebih basa. Kegunaan dari metode Mohr adalah sebagai penetapan

kadar Bromida atau Klorida. Prinsip penetapannya larutan bromida atau klorida

dalam keadaan netral atau agak alkalis diitrasi dengan larutan perak nitrat dengan

indikator kromat. Jika ion bromida atau klorida sudah habis diendapkan oleh ion

perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak
kromat yang warnanya coklat meerah sebagai titik akhir titrasi. Larutan standarnya

ialah larutan perak nitrat dengan indikator larutan kalium kromat.

2.2.2 Titrasi Argenometri Metode Volhard

Metode volhard adalah metode yang pertama kali diperkenalkan pada tahun

1874 oleh Jacobus Volhard, yang merupakan seorang ahli kimia dari Jerman.

Metode volhard pada titrasi argentometri larutan standar AgNO3 berlebih

ditambahkan ke dalam larutan yang didalamnya terkandung ion halogen (contohnya

Cl-). Kelebihan dari ion Ag+ dalam keadaan asam dititrasi dengan standar garam

tiosianat (NH4SCN atau KSCN) menggunakan indikator larutan Fe3+. Hingga titik

ekivalen, terjadi sebuah reaksi antara titran dan Ag+ membentuk sebuah endapan

putih. Jika titran kelebihan maka dapat menyebabkan reaksi dengan indikator

membentuk senyawa kompleks tiosianato ferrat (III) yang warnanya merah.

2.2.3 Titrasi Argenometri Metode Fajans

Metode fajans dalam argentometri sama halnya dengan pada metode Mohr,

perbedaannya hanya pada jenis indikator yang dipakai. Indikator yang dipakai

dalam metode fajans yaitu indikator adsorpsi seperti fluonescein atau cosine

menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya yaitu AgNO3 sampai

suspensi violet menjadi merah. pH tergantung dari macam anion dan indikator yang

digunakan. Indikator adsorpsi yaitu zat yang bisa diserap oleh permukaan endapan

dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan tersebut bisa diatur supaya

terjadi di titik ekuivalen antara lain dengan cara menentukan macam indikator yang

digunakan dan PH. Sebelum titik ekuivalen dapat tercapai, ion Cl- ada dalam

lapisan primer dan sesudah tercapai ekuivalen maka akan kelebihan sedikit AgNO3
yang menyebabkan ion Cl- digantikan Ag+ sehingga ion Cl- berada dalam lapisan

sekunder.

2.3 Penentuan Titik Akhir dalam Reaksi Pengendapan

2.3.1 Pembentukan Suatu Endapan Berwarna

Bisa diilustrasikan dengan mohr untuk penetapan bromide dan klorida.

Dalam titrasi sebuah larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat,

sedikit ditambahkan larutan kalium kromat sebagai indikator. Di titik akhir, ion

kromat bergantung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang

hanya sedikit bisa larut. Hendaknya titrasi ini dilakukan ketika suasana netral atau

sedikit basa, yaitu dalam jangkauan pH 6,59.

2.3.2 Pembentukan Sebuah Senyawa yang Berwarna dan Bisa Larut

Contoh dari cara ini yaitu pada metode volhard untuk tritasi perak dengan

terdapatnya asam nitrit bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat

standar. Indikatornya yaitu larutan besi (III) amonium sulfat. Dengan penambahan

larutan tiosianat maka dapat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida.

Kelebihan dari tiosianat yaitu meskipun sedikit dapat menghasilkan pewarnaan

coklat kemerahan, hal itu dikarenakan terbentuknya sebuah ion kompleks. Cara ini

bisa diterapkan untuk menetapkan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam.

Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik

dengan larutan tiosianat.

2.3.3 Penggunaan Indikator Adsorpsi

Aksi dari indikator adsorpsi yaitu disebabkan sebuah fakta kalau pada titik

ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan. Ketika proses adsorpsi terjadi
sebuah perubahan dalam indikator yang menyebabkan suau zat dengan warna yang

tidak sama, maka disebutlah indikator adsorpsi. Zat-zat yang dipakai yaitu zat-zat

warna asam, seperti warna deret flouresein misalnya flouresein en eosin yang

dipakai sebagai garam natriumnya. Untuk tritasi klorida dapat digunakan

flouresein. Sebuah larutan perak klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, maka

perak klorida yang akan mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein

akan membentuk sebuah kompleks dari perak yang warnanya merah jambu.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
- Sampel Air
- Perak Niitrat (Ag2NO3) 0,01 N
- Kalium Kromat (K2CrO4)
- Natrium Klorida (NaCl) 0,01 N
- Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N
- Asam Sulfat (H2SO4) 1 N

3.2 Alat Percobaan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
- Gelas Kimia - Erlenmeyer
- Sendok Tanduk - Pipet Skala
- Corong - Statif dan Klem
- Labu Ukur - Labu Semprot
- Batang Pengaduk - Bulb
- Buret - Pipet Tetes

3.3 Prosedur Percobaan

Pengambilan data pada penelitian kali ini di lakukan sesuai dengan

penentuan praktikum sebelumnya mengenai Proses penentuan kadar klorida sampel

air dengan metode titrasi Argentometri.

Penelitian dilakukan dengan 2 kali standarisasi larutan AgNO3 dan 2 kali

penentuan kadar klorida dalam sampel air.


3.3.1..Standarisasi Larutan AgNO3

Adapun prosedur dalam Standarisasi Larutan AgNO3 adalah sebagai berikut:

1. Mencuci alat praktikum dengan sabun dan aquades, lalu di keringkan.

Gambar 3.1 Membersihkan Alat

2. Menambahkan NaCl 0,01 N sebanyak 25 ml kedalam erlenmeyer

Gambar 3.2 Menambahkan NaCl 0,01 N

3. Menambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 1 ml

Gambar 3.3 Menambahkan indikator K2CrO4


4. Memasukkan larutan AgNO3 kedalam Buret

Gambar 3.4 Memasukkan AgNO3


kedalam buret

5. Melakukan titrasi oleh larutan AgNO3 hingga membentuk endapan merah


bata.

Gambar 3.5 Melakukan titrasi

6. Mencatat volume yang di butuhkan hingga titik akhir titrasi.


7. Mengulangi prosedur diatas sebanyak 2 kali.
3.3.2 Preparasi Sampel Air
Adapun prosedur dalam preparasi sampel air adalah sebagai berikut:
1. Menambahkan sampel air sebanyak 25 ml ke dalam gelas kimia.
Gambar 3.4 Menambahkan sampel air
ke gelas kimia

2. Mengukur pH sampel menggunakan pH meter

Gambar 3.5 Melakukan titrasi

3. Jika sampel air tidak berada dalam kisaran ph 6,5 – 10,0 ditambahkan NaOH
atau H2SO4 hingga mencapai ph tersebut.

3.3.3 Penentuan Kadar Klorida dalam Sampel Air

Adapaun prodedur dalam Penentuan Kadar Sampel air, yaitu:

1. Mencuci alat praktikum dengan sabun dan aquades, lalu di keringkan.


Gambar 3.6 Mencuci alat praktikum
2. Menambahkan sampel air dengan indikator K2CrO4 sebanyak 1 ml.

Gambar 3.7 Memasukkan larutan


sampel air dan ditambah indikator
K2CrO4
3. Memasukkan larutan AgNO3 kedalam Buret

Gambar 3.8 Memasukkan AgNO3


4. Melakukan titrasi dengan menggunakan larutan AgNO3 yang telah di

standarisasi tadi.
Gambar 3.9 Melakukan titrasi

5. Mencatat volume yang di butuhkan hingga titik akhir titrasi.

6. Mengulangi prosedur di atas sebanyak dua kali.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan


1. Tabel Hasil Standarisasi Larutan AgNO3

No. Standarisasi Volume KMnO4 (mL)


1 Standarisasi 1 13

2 Standarisasi 2 14,5

3 Standarisasi Rata-rata 13,75

2. Tabel Hasil Penentuan Kadar Sampel air

No. Standarisasi Volume KMnO4 (mL)


1 Sampel 1 2,5

2 Sampel 2 2,3

3 Sampel Rata-rata 2,4

4.1.2 Perhitungan
1. Perhitungan Standarisasi Larutan AgNO3
(V NaCl)x (NaCl)
N AgNO3 =
V AgNO3

25 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁
= = 0,01 N
13,75
2. Perhitungan Kadar klorida sampel air

𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 Cl−


% Cl− = x 100%
𝑚𝐿 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2,4 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑥 35,45
= x 100% = 3,40 %
5 𝑚𝐿

4.3 Pembahasan

4.3.1 Standarisasi Larutan AgNO3

Larutan baku AgNO3 harus terlebih dahulu distandarisasi menggunakan

larutan NaCl Karena larutan AgNO3 termasuk larutan standar sekunder, tujuan

standarisasi untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya pada AgNO3. Standarisasi

larutan standar menggunakan larutan baku primer yaitu larutan yang mengandung

zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secra pasti melalui metode

gravimetric (massa) dan didapatkan konsentrasi sebesar 0,01 N. Larutan baku

primer yang digunakan sebagai analit adalah natrium klorida (NaCl). Titrasi

dilakukan dengan memasukkan 25 ml NaCl dalam Erlenmeyer dan ditambakan

beberapa tetes indikator K2CrO4. Pada saat titrasi terjadi reaksi antara ion Ag+

dengan ion Cl- sehingga terbentuk endapan berwarna putih dan apabila dilakukan

terus menerus akan mengendapkan ion CrO4- sehingga terbentuklah endapan merah

bata dari Ag2CrO4. Apabila endapan merah bata tersebut telah terbentuk maka titik

akhir titrasi telah tercapai.

Gambar 4.1 Titik akhir titrasi pada standarisasi larutan AgNO3


4.3.2 Penetuan Kadar Klorida Sampel Air

Larutan perak nitrat (AgNO3) yang telah diketahui konsentrasinya

digunakan untuk menetukan kadar NaCl pada sampel air. Larutan sampel air

sebanyak 25 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes

indikator K2CrO4, pemilihan indikator ini karena K2CrO4 bersifat netral dan dititrasi

dengan menggunakan larutan baku AgNO3. Titrasi dihentikan apabila telah tercapai

titik akhir yang ditandai dengan perubahan warna dan terbentuknya endapan merah

bata. Pada titrasi ini terjadi reaksi antara ion klorida yang telah habis diendapkan

oleh ion perak (Ag+), maka on kromat akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih

membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna cokelat atau merah

bata sebagai titik akhir titrasi. Titrasi ini dilakukan hingga 2 kali pengulangan dan

volume larutan AgNO3 terpakai dicatat.

Gambar 4.2 Titik akhir titrasi pada titrasi kadar klorida sampel air
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada percobaan kali ini adalah

1. Pada percobaan dari titrasi Argentometri dengan metode Mohr yakni mula-

mula Ag+ yang ditambahkan bereaksi membentuk endapan AgCl berwarna

putih. Apabila Cltelah habis bereaksi maka kelebihan Ag+ selanjutnya

bereaksi dengan CrO2- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan

dan membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata, berarti titik

akhir titrasi telah tercapai.

2. Fungsi penggunaan indikator Kalium Kromat (K2CrO4) pada titrasi

argentometri dengan metode Mohr yaitu bertujuan untuk mengetahui

perubahan warna yaitu merah bata atau merah cokelat dari titik akhir titrasi.

3. Konsentrasi larutan standar sekunder AgNO3 menggunakan larutan standar

primer NaCl adalah 0,01 N d. Kadar NaCl dalam sampel air adalah 3,40 %

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Praktikum

Adapun saran pada praktikum ini adalah yaitu:

1. Hendaknya menguasai materi percobaan sebelum melakukan praktikum

2. Teliti mengamatai percobaan sehingga mendapatkan hasil dan pemahaman

yang maksimal kedepannya

3. Aktif bertanya dan selalu memperhatikan arahan dari asisten

5.2.2 Saran untuk asisten

Adapun saran untuk asisten adalah sebagai berikut:


1. Mempertahankan kerapian.

2. Mempertahankan keramahan kepada praktikan.

3. Membimbing dan mengajarkan praktikan dengan baik


DAFTAR PUSTAKA

Day R.A Jr dan A. L. Underwood. 1986. Kimia Analissi Kuantitatif .

Erlangga , Jakarta

Fatah, A.M dan Mursyidi, A. (1982). Seri Pengantar Kimia Farmasi

Analitik,Volumetri dan Gravimetri. Fakultas Farmasi. UGM:

Yogyakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.

Roth. J. H dan Blaschke G. (1998). Analisis Farmasi. Cetakan III,

diterjemahkanoleh Sarjono Kisman dan Slamet Ibrahim. UGM Press :

Yogyakarta

Shevla, G. 1985. Buku Ajar Vogel: Buku Teks Semimakro Bagian I. Jakarta:

PT.Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai