Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH KIMIA FARMASI

“ANALISIS KI”

DISUSUN OLEH :
HANNA WIDYAPUSPA ARIANY /P27235020069
IBNU KAUTSAR ZABID /P27235020070
IMELDA ANANDA DEVI /P27235020071
INNAYAH JULIA ARMANI /P27235020072
INTAN PUTRI RIANIE /P27235020073
IYE MAULIA MUSTIKA /P27235020074

PRODI D-III JURUSAN ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN NEGERI SURAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Farmasi. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini dengan
memberikan gambaran deskriptif agar mudah dipahami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata
karena keterbatsan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis harapkan saran dan
kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat di masa yang akan datang.

Klaten, 25 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………………….…… 1
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...… 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...… 4
1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………………… 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………...… 4
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM ………………………………………………………….... 4
BAB II TINJAUAN UMUM ………………………………………………………..… 5
2.1 TEORI UMUM …………………………………………………………………...… 5
2.2 PROSEDUR KERJA ……………………………………………………………….. 8
BAB III METODE KERJA ………………………………………………………..… 11
3.1 ALAT …………………………………………………………………………….… 11
3.2 BAHAN ………………………………………………………………………….… 11
3.3 CARA KERJA …………………………………………………………………..… 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………... 12
4.1 HASIL PENGAMATAN …………………………………………………………....12
4.1.1 TABEL PENGAMATAN ………………………………………………….... 12
4.1.2 REAKSI …………………………………………………………………….... 14
4.1.3 PERHITUNGAN …………………………………………………………….. 15
4.2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 15
BAB V PENUTUP …………………………………………………………………..… 16
5.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….…… 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan
dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi
jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferansi yang mengganggu titrasi, dan titik
akhir yang mudah diamati.
Salah satu jeniis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion gerak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion
halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyakdipakai adalah titrasi penentuan
NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk
garam yang tidak mudah larut.
Dalam bidang farmasi, semakin berkembangnya fasilitas teknologi dalam
penggabungan senyawa yang satu dengan senyawa yang lain untuk menghasilkan
senyawa-senyawa yang baru. Untuk itu dibutuhkan senyawa-senyawa yang larut
dalam air maupun tidak larut dalam air (mengendap) khususnya dalam penentuan
kadarnya.
Pada percobaan ini, akan ditentukan kadar suatu sampel dengan menggunakan
AgNO3, sebagai titrannya, sehingga akan diketahui alasan-alasan dan penyebab
hubungan AgNO3 dengan titrasi pengendapan ini.
Setiap senyawa berbeda dalam penetapan kadarnya, senyawa yang sukar larut
harus berdasarkan metode tertentu, karena sifat dari senyawa yang mudah larut sangat
berbeda dengan sukar larut. Dimana salah satu metode tersebut adalah metode
argentometri. Argentometri adalah suatu titrasi dengan menggunakan perak nitrat
sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut.

1.2 Rumusan Masalah


Mengetahui dan memahami cara penentuan kadarr suatu senyawa metode
argentometri.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu melakukan pembakuan larutan baku AgNO3 0,1 N
2. Mahasiswa mampu menetapkan kadar KI

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah
reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan
titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan untuk melihat titik ahir
titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi (Khopkar, 1990).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion
Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indicator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunkan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,
1992).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitat (AgNO3)
pada suasana tertentu. Metode argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relatif tidak larut atau endapan. Reaks yang mendasari argentometri adalah : (Gandjar,
2007)
AgN03 + Cl - AgCl(s) + NO3
Titrasi pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya pengendapan
kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui
kadarnya pada larutan senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai apabila
semua bagian titran sudah membentuk endapan (Roth, H.J : 1998).
Metode-metode dalam titrasi argentometri antara lain metode Mohr, Valhard,
K. Fajans dan liebieg. Metode mohr yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat
dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Metode volhard yaitu
metode yang digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida dan iodida dalam
suasana asam. Metode K. Fajans merupan metode yang menggunakan indikator
adsorbsi, sebagai kenyataan bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh
endapan. Metode liebig merupan metode yang titik akhir titrasi tidak di tentukan
dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan (Fatah, 1982).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3
yaitu:Potensiometri, Amperometri, dan Indikator kimia. Titik akhir potensiometri
didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit.
Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit (Skogg,1965).
Titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk
titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi,yaitu : (Skogg,1965).

5
a. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function
darireagen /analit.
b. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit
Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang
tergolong pembentukan kompleks) dibedakan atas 3 macam berdasarkan indikator
yang dipakai untuk penentuan titik akhir, yaitu :
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapatdibedakan atas
:
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4
sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau
dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena
terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida.
Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar, SM, 1990)
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2AgOH
2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara
titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk
selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat
encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik
akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat
kemerahan Ag2CrO4. Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri dengan metode
Mohr. Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar, SM, 1990).
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan metode
Volhard dan metode Fajans dimana dengan metode ini hanya dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi Cl-, CN-, dan Br-.(Khopkar, SM, 1990)
Aplikasi titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak digunakan untuk
menentukan kandungan kadar klorida dalam berbagai contoh air, misalnya air sungai,
air laut, air sumur, air hasil pengolahan industry sabun, dan sebagainya. Titrasi
dengan metode Mohr dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH kisaran 6,5-10
disebabkan karena ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Jika pH
dibawah 6,5 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan
mendominasi didalam larutan akibatnya dalam larutan yang bersifat sangat asam
konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan
Ag2CrO4 sehingga hal ini akan berakibat sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi.
Analit yang bersifat asam dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada

6
pada kisaran pH tersebut atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit
dengan menggunakan padatan natrium hidrogen karbonat (Khopkar, SM, 1990).
2. Metode Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut)
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan
titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah
ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar
KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan
larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN
(Khopkar,1990).
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan
dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan
secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi Ag+
dititrasi dengan menggunakan larutan standar (SCN-) dengan menggunakan indicator
ion Fe3+. Ion besi (III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks
yang berwarna merah. (Khopkar,1990).
Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar,1990).
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)
3. Metode Fajans (Indikator absorbsi)
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang
digunakan dalam cara ini adalah indikator adsorbsi seperti eosine atau fluonescein
menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga
suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang
dipakai. Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan
dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada
titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah
tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan
digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder (Gandjar,
2007).
Indicator absorbsi dapat digunakan untuk titrasi argentometri, titrasi
argentometri yang menggunakan indicator adsorbs dikenal dengan sebuah titrasi
argentometi metode Fajans. Contohnya pada penggunaan titrasi ion klorida dengan
larutan standar Ag+ (Harjadi,1990).
Kesulitan dalam menggunakan indikator absorbs ialah banyak diantara zat
warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya
(fotosensitifitas) dan menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan indicator

7
absorbs biasanya cepat, akurat, dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak
terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat
(Harjadi,1990).

4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator  akan tetapi
ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan
kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojoan
akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.
Cara Leibig hanya menghasilkan titik ahir yang memuaskan apabila pemberian
pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan. Cara Leibig ini
tidak dapat dilakukan pada larutan amoni-akalis karena ion perak akan membentuk
kompleks Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan sedikit
larutan kalium iodida.
2.2 Prosedur Kerja
So

1. Pembuatan larutan AgNO3 0,1 N N = gr 1000


Larutkan 16,989 g AgNO3 dalam air secukupnya ─ × ── × v
kemudian ad 1000 mL dalam labu takar Mr v

0,1 = 16,989 1000


──── × ─── × 1
170 v

0,1 = 0,01 × 1000


──
V
0,1 = 1000
──
V
V = 1000 × 0,1
= 100ml

2. Pembakuan larutan AgNO3 0,1 N Dik = m NaCl = 250 mg


Timbang seksama 250 mg NaCl yang sudah V NaCl = 50 ml
o
dikeringkan pada suhu 100 – 130 C. Larutkan BM = 58,5
dalam 50 mL air. Titrasi dengan larutan AgNO 3
menggunakan 1 mL kaliu kromat 5 % sampai a) Mencari N NaCl yang akan digunakan
berwarna coklat merah lemah. untuk reaksi
1 mL AgNO3 0,1 N setara dengan 5,844 mg N NaCl = gr 1000
NaCl ─ × ─── × v
Mr v
Perhitungan normalitas AgNO3 : = 0,25 1000

8
── × ─── × 1
mg NaCl 58,8 50
Normalitas AgNO3 =
BM NaCl x mL AgNO 3 = 0,004 × 80 = 0,08 N
b) Cari V AgNO3 yang digunakan untuk
titrasi

V AgNO3 × N AgNO3 = V NaCl × N NaCl


V AgNO3 × 0,1 = 50 × 0,08
50 × 0,08
V AgNO3 = ─────
0,1
= 40ml

c) Cari N AgNO3 Setelah titrasi


N AgNO3 = Mg NaCl
────────────
Ml AgNO3 × Bm NaCl
250
= ──────
40 × 58,8
250
= ──────
2,34

= 0,016 N

3. Penetapan kadar KI Dik = Massa KI : 300 mg


Timbang seksama 300 mg kalium iodide, V KI : 25 ml
larutkan dalam 25 mL akuades. Tambahkan 2 N AgNO3 : 0,1 N
mL asam asetat 6 %. Titrasi dengan larutan BE : 16,60
AgNO3 0,1 N menggunakan 2 tetes indikator
eosin 0,5 % hingga endapan yang terbentuk a) Cari N KI yang digunakan untuk titrasi
berubah menjadi merah. N KI = gr 1000
1 mL AgNO3 0,1 N setara dengan 16,60 mg KI ─── × ─── × Valensi
Perhitungan kadar KI : Mr v
0,3 1000
mL AgNO3 x N AgNO 3 x 16,60 = ─── × ─── × Valensi
Kadar KI = 166 25
mg sampel x 0,1
= 0,0018 × 40
= 0,072 N

b) Cari V AgNO3 yang digunakan untuk


titrasi
V AgNO3 × N AgNO3 = V Kr × N KI

V AgNO3 × 0,1 = 25 × 0,072

25 × 0,072
= ────── = 1,8
O,1

9
= 18ml

c) Menentukan kada KI

Kadar KI = ml AgNO3 × N AgNO3 × BE


──────────────────
Mg Sampel × 0,1

= 18 × 0,1 × 16,60
─────────
300 × 0,1

= 0, 996
= 99,6%

10
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Mortir dan stamper
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur
4. Beaker glass
5. Buret
6. Erlenmeyer
7. Pipet volume
3.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. AgNO3 (padat)
2. Indikator eosin
3. Indikator K2CrO4 (Kaliumkromat) 5%
4. Sampel NaCl (NatriumKlorida) padat
5. Akuades

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipasang buret ke statif
3. Diisi buret dengan Larutan baku AgNO3 0.1N sampai batas tanda lalu tutup dengan
aluminium foil
4. Ditimbang 250 mg serbuk NaCl
5. Dimasukan NaCl yang telah ditimbang kedalam Erlenmeyer
6. Dilarutkan dengan 50mL air
7. Ditambahkan indikator K2CrO4 5 % sebanyak1 mL kedalam erlemeyer
8. Dititrasi larutan tersebut dengan larutan bakuAgNO3 0,1 N sampai terbentuk
endapan kemerah – merahan
9. Diperhatikan Volume titrannya
10. Dihitung kadarnya

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Pengamatan

Replikasi Volume titran awal Volume titran akhir Normalitas AgNO3

Replikasi Volume titran awal Volume titran akhir Normalitas KI

1. Sebutkan dan jelaskan 4 metode argentometri

1. Metode Mohr
Metode Mohr adalah metode yang digunakan dalam pengukuran kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) dan penambahan
kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Titrasi dalam suasana asam menyebabkan perak
kromat

larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak
hidroksida. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak (Ag+),
maka ion kromat akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih membentuk endapan perak
kromat (Ag2CrO4) yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.

Reaksinya adalah :

2Ag+ (aq) + CrO2−4 (aq) → Ag2CrO4 (s)

12
2. Metode Volhard
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam
nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih. Metode ini
dapatdipergunakan untuk cara titrasi langsung dari perak, larutan tiosianat standar atau untuk
titrasi tak langsung dari ion klorida. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran
NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah
larutan standar berlebih.

Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan KCNS, dimana kelebihan larutan KCNS akan
diikat oleh

ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari Fe(SCN)3.

Reaksinya adalah :

Ag+ + CNS------> AgCNS (Endapan putih)

Fe3+ + 3CNS------> Fe(CNS)63-(Endapan merah)

3. Metode Fajans
Titrasi Argentometri dengan metode Fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan
dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam
anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3hingga suspensi violet menjadi
merah. Indikator absorpsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen
antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen
tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan
sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl-akan berada
pada lapisan sekunder.

Reaksinya adalah :

Ag+(aq) + Cl-(aq) → AgCl(s) (endapan putih) koloid

4. Metode Leibig

13
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator  akan tetapi
ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada
larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojoan akan larut
kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.
Cara Leibig hanya menghasilkan titik ahir yang memuaskan apabila pemberian
pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan. Cara Leibig ini tidak dapat
dilakukan pada larutan amoni-akalis karena ion perak akan membentuk kompleks
Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan sedikit larutan kalium
iodida.

Lengkapi Tabel Berikut

indikator Penggunaan Perubahan warna Keterangan


pada titik akhir
fluoresein Cl, Br, I, CNS Hijau kekuning Larutan sedikit
dengan Ag kuningan  basa atau netral
kemerah merahan
Diklorofluoresein CI, Br Hijau → Merah Memberikan
muda muatan negatif
pada partikel dan
bersifat asam
lemah
Eosin Br, I, CNS, Kemerahan Larutan bersifat
AsO₄3- mendekat pink → asam dan
Kuning bermuatan negatif

Rhodamin 6G Br- Hijau / ungu Larutan bersifat


kemerahan → basa, dapat terlarut
Merah terang pada larutan yang
bersifat asam

4.1.2 Reaksi
NaCl + AgNO3 AgCl ↓ + NaNO3 (endapan putih)

2AgNO3+ K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO(endapan merah)

4.1.3 Perhitungan
4.2 Pembahasan

14
Percobaan yang dilakukan adalah titrasi pengendapan yang biasanya disebut
dengan argentometri. Argentomtri adalah titrasi yang melibatkan pembentukan endapan
dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Dikenal tiga metode dalam
melakukan titrasi ini, yaitu cara mohr, volhard, dan vajans.

Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaCl dengan berat sampel 250
mg. Sampel tersebut dilarutkan dengan 50 mL air di dalam erllenmeyer, lalu
ditambahkan dengan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1mL.
Setelah penambahan indicator tersebut, warna larutan sampel menjadi kuning.
Laludititrasidenganlarutan Baku AgNO3 yang menyebabkan terbentuk endapan putih dan
tidak lama kemudian terbentuk endapan kemerah - merahan. Endapan putih yang
terbentuk disebabkan oleh adanya ion Ag+ yang berlebih di dalam sampel, sedangkan
endapan merah yang terbentuk dari hasil titrasi disebabkan oleh ion klorida telah habis
diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat sebagai indicator yang digunakan dalam
titrasi in iakan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah bata
sebagai titik akhir titrasi.
Alasan dititrasi dengan AgNO3 adalah berdasarkan namanya, titrasi argentometr
imenggunakan larutan AgNO3 sebagai titrannya karena AgNO3 adalah satu – satunya
garam perak yang terlarutkan air sehingga pereaksi perak nitrat dengan garam lain akan
menghasilkan endapan. Seperti halnya pada NaCl, dapat ditentukan kadarnya
berdasarkan reaksi :
NaCl + AgNO3 AgCl ↓ + NaNO3 ( endapan putih)

Setelah dititrasi pada larutan sampel kemudian Dititrasi larutan tersebut dengan
larutan baku AgNO3 0,1 N menggunakan indikator eosin sebanyak 2 tetes terbentuk
endapan kemerah – merahan.

2AgNO3+ K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO(endapan merah)

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini dapat diaambil kesimpulan:

1. Pembuatan larutan AgNO3 0,1N = 100ml

2. Pembekuan larutan AgNO3 0,1N

a) Mencari N NaCl yang akaan doigunakan titrasi = 0,08N

b) Cari V AgNO3 yang digunakan untuk titrasi = 40ml

c) Cari N AgNO3 Setelah Titrasi = 0,016 N

3. Penetapan kadar KI

a) Cari N KI yang digunakan untuk titrasi = 0,072 N

b) Cari V AgNO3 yang digunakan untuk titrasi = 18ml

c) Menentukan kadar KI = 99,6%

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015, Penuntun Praktikum Kimia Analisis,Makassar : FF UMI

Day, RA. Jr dan Al Underwood., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi


kelima, Erlangga: Jakarta.

Dirjen POM, 1979 ,Farmakope Indonesia edisi III, Depatemen Kesehatan

RI : Jakarta,

Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi Analisis,Pustaka


Pelajar : Yogyakarta.

Khopkar, S., 199,Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik, Universitas Indonesia :


Jakarta.

Roth, H.J., dkk, 1998, Analisis Farmasi, UGM Press, Yoyakarta,

Skogg. 1965,Analytical Chemistry Edisi Keenam, Sounders College


Publishing : Florida.

17
18

Anda mungkin juga menyukai