Anda di halaman 1dari 11

KIMIA ANALITIK

METODE MOHR, METODE VOLHARD DAN METODE FAJANS

Disusun oleh :

Nama : Ike Prihartini


NIM : 19650264
Dosen Pengampu : Datin An Nisa, M.Sc

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makala dengan judul
“KIMIA ANALITIK METODE MOHR, METODE VOLHARD, DAN METODE FAJANS”
tanpa suatu halangan apapun.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang
diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Selain itu, agar dapat
mengetahui tentang metode-metode argentometri dengan baik.

Penulis menyadaribdalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya.

Sidoarjo, 07 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judul ........................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ........................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................... 3
BAB I METODE MOHR .......................................................................................... 4
A. Dasar Teori .................................................................................................... 4
B. Titrasi sampel menggunakan metode Argentometri Mohr ............................ 5

BAB II METODE VOLHARD ................................................................................. 6


A. Dasar Teori .................................................................................................... 6
B. Titrasi Pengendapan (Penentuan Klorida) ..................................................... 7

BAB III METODE FAJANS ..................................................................................... 8

A. Dasar Teori ..................................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

3
BAB I

METODE MOHR

A. Dasar Teori

Metode Mohr atau disebut juga dengan endapan warna mempunyai kegunaan yaitu
untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida dalam suasan netral dengan larutan standart
AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator (Sindjia,2013). Perak adalah logam putih,
dapat ditempa dan liat. Kerapatannya tinggi (10,5 g/ ) dan ia melebur pada suhu 960,5C
ia tak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau asam nitrat encer (2M). Perak
nitrat mudah larut dalam air, perak asetat, perak nitrit, dan perak sulfat kurang larut, sedang
semua senyawa-senyawa perak lainnya praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak,
larut (Vogel,1985).

Prinsip penetapannya larutan korida atau bromida dalam suasana netral atau agak
alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida
atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan
ion perak membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir
titrasi. Larutan standarnya yaitu larutan perak nitrat menggunakan indikator larutan kaium
kromat (Nurhayati,2015).

Titrasi mohr dari klorida dengan ion perak yang didalam hal ini ion kromat digunakan
sebagai indikator. Indikator ini digunakan untuk menentukan garam klorida dengan titrasi
langsung atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah dengan larutan
baku NaCl berlebih. Penampilan utama yang tetap dari endapan perak kromat yang kemerah-
merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi (Anonim,2014). Titrasi mohr terbatas pada larutan-
larutan dengan pH 6-10.

Reaksinya :

NaCl + AgNO3  AgCl + NaNO3

AgNO3 + K2CrO4  AgCrO4 + 2KNO3

Titik akhir titrasi terjadi perubahan warna pada endapan menjadi merah coklat
(AgCrO4). Titrasi harus dilakukan pada suasana netral atau sedikit alkalis karena :

4
1. Dalam suasana asam endapan AgCrO4 akan larut karena terbentuk perak dikromat
(Ag2Cr2O7).
2. Dalam suasana basa perak nitrat akan bereaksi dengan ion hidroksida membentuk
endapan perak hidroksida.
AgNO3 + NaOH  AgOH + NaNO3
Gangguan pada titrasi ini antara lain disebabkan oleh :
1. Ion yang mengendap lebih dulu dari AgCl, misalnya F, Br, .
2. Ion yang membentuk kompleks dengan , misalnya : , NH3 diatas Ph 7.
3. Ion yang membentuk kompleks dengan , misalnya
4. Kation yang mengendapkan kromat, misalnya

Hal yang harus dihindari : cahaya matahari langsung atau sinar neon karena larutan
perak nitrat peka terhadap cahaya (reduksi fotokimia).(Nuthayati,2015).

B. Titrasi sampel menggunakan metode Argentometri Mohr

Sampel yang digunakan pada percobaan adalah larutan hasil pengolahan limbah tekstil
artificial dengan nomor kode 6, 0.5, 5, 9, 1.0, 20, dan 12. Metode titrasi yang digunakan adalah
metode Argentometri Mohr dengan parameter anaisis kadar klorida. Titrasi Argentometri Mohr
adalah titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat sebagai titran dan indikator K2CrO4.
Ion perak akan bereaski dengan ion klorida membentuk garam perak klorida yang sukar larut.
Pada saat ion klorida habis bereaksi maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan K2CrO4
membentuk garam perak kromat (AgCrO4) yang berupa endapan merah bata. Timbulna
endapan merah bata ini menunjukkan titik akhir titrasinya (Eka,2014).

Sebelum melakukan tahap ini sampel yang digunakan diencerkan terlebih dahulu sebesar
20 kali yaitu dengan mengambil 2,5 ml masing-masing sampel kemudian dimasukkan kedalam
labu takar 50 ml kemudian diencerkan dengan quadest sampai tanda batas. Setelah semua
sampel diencerkan maka larutan tersebut dapat dianalisis. Tahap ini dilakukan dengan memipet
sebanyak 5 ml sampel yang telah diencerkan tadi lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml,
kemudian ditambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 1 ml lalu dihomogenkan. Setelah larutan
tersebut homogen barulah larutan tersebut dititrasi dengan menggunakan larutan AgNO3 yang
telah distandarisasi sebelumnya. Tiap sampel dilakukan sekali saja karena data tersebut sudah
dapat digunakan untuk mencari acuan untuk mencari kadar sebenarnya yang selanjutnya
dilanjutkan ke tahap vaidasi metode uji khusunya parameter akurasi.

5
BAB II

METODE VOLHARD
A. Dasar Teori

Titrasi argentometri dengan cara Volhard didasarkan atas pengendapan perak tiosianat
dalam larutan asam nitrat dengan menggunakan ion besi (III) untuk mengetahui adanya ion
tiosianat berlebih. Cara ini digunakan untuk titrasi langsung atau tidak langsung. Cara titrasi
langsung digunakan untuk menentukan kadar perak dan cara titrasi tidak langsung digunakan
untuk menentukan kadar klorida. Cuplikan yang mengandung klorida direaksikan dengan
perak nitrat berlebih, selanjutnya kelebihan perak nitrat dititrasi dengan larutan tiosianat
standar yang diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya
warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat (Selamat, 2004).
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari
Jerman pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke
dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam suasana
asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator
larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen, terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan
putih. Kelebihan titran menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks
tiosianato ferrat (III) yang berwarna merah.
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan secara berlebih
kepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan
menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan indicator ion Fe3+. Ion
besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode volhard adalah sebagai
berikut :

Ag+(aq) + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)

Ag+(aq) + SCN-(aq) -> AgSCN(s) (endapan putih)

Fe3+(aq) + SCN(aq) -> Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)

6
Titrasi dengan cara ini disebut sebagai titrasi balik atau titrasi kembali. Mol analit
diperoleh dari pegurangan mol perak mula-mula yang ditambahkan dengan mol larutan standar
tiosianat. Karena perbandingan mol dari reaksi adalah 1:1 semua maka semua hasil diatas
dapat langsung dikurangi.
Mol analit = mol Ag+ total – mol SCN
Aplikasi dari argentometri dengan metode Volhard ini adalah penentuan konsentrasi ion
halide. Kondisi titrasi denga metode Volhard harus dijaga dalam kondisi asam disebabkan jika
laruran analit bersifat basa maka akan terbentuk endapat Fe(OH)3. Jika kondisi analit adalah
basa atau netral maka sebaiknya titrasi dilakukan dengan metode Mohr atau fajans.
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,karena titrant
bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga keduareaksi itu saling
mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidaklangsung ion-ion
halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahuijumlahnya ditambahkan sebagai
contoh, dan kelebihannya ditentukan dengantitrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan
larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan
dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat
tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.

B. Titrasi Pengendapan (Penentuan Klorida)

Metode ini didasarkan atas terbentuknya endapan berwarna, setelah pengendapan


sempurna ion yang sedang ditentukan. Misalnya, untuk titrasi ion klorida, ke dalam larutan
ditambahkan sedikit ion kromat yang mampu membentuk endapan merah coklat dengan ion
perak (I) berlebih dengan mengamati hasil kali kelarutan perak (I) kromat dan ion perak (I)
klorida. Dapat diketahui bahwa perak (I) kromat sedikit lebih besar dibandingkan kelarutan
perak (I) klorida. Dengan demikian, jika pada larutan campuran ion klorida dan ion kromat
ditambahkan arutan perak (I) nitrat, perak (I) klorida akan mengendap terlebih dahulu. Titrasi
ini akan berlangsung baik, jika pH larutan diatur antara 6,5 – 9,0. Dalam larutan kromat
menjadi dikromat, sedangkan dalam larutan terlalu basa dapat terjadi pengendapan dari perak
(I) oksida.

7
BAB III

METODE FAJANS

A. Dasar Teori

Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua tahap untuk menerangkan titik
akhir titrasi dengan indicator absorpsi (fluorescein). Selama titrasi berlangsung (sebelum TE)
ion halide (X-) dalam keadaan berlebih dan diabsorbsi pada permukaan endapan AgX sebagai
permukaan primer. Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat pertama ada kelebihan
AgNO3 yang ditambahkan Ag+ akan berada pada permukaan primer yang bermuatan positif
menggantikan kedudukan ion halide (X-) . Bila hal ini terjadi maka ion indicator yang
bermuatan negative akan diabsorpsi oleh Ag+ (atau oleh permukaan absorpsi). Jadi, titik akhir
titrasi tercapai bila warna merah telah terbentuk.

Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya
terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam
cara ini adalah indikator adsorbsi seperti eosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator adsorbsi adalah zat yang
dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Indikator yang
sering digunakan adalah fluorescein dan eosin.

Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam
lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan
ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder
(Gandjar, 2007).

Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti diklorofluorescein yang berada dalam


keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan teradsorbsi sebagai counter ion pada
permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan terserapnya ini maka warna indicator
akan berubah dimana warna diklorofluorescein menjadi berwarna merah muda. Mekanisme
teradsorbsinya indicator ini ditunjukkan oleh gambar berikut ini:

8
Indikator absorbsi dapat digunakan untuk titrasi argentometri, titrasi argentometri yang
menggunakan indicator adsorbsi dikenal dengan sebuah titrasi argentometi metode Fajans.
Contohnya pada penggunaan titrasi ion klorida dengan larutan standar Ag+. Dimana hasil
reaksi dari kedua zat tersebut adalah :
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum titik ekuivalen
dicapai maka endapan akan bemuatan negatif. Disebabkan terabsorbsinya Cl- diseluruh
permukaan endapan. Dan terdapat counter ion bermuatan positif dari Ag+ yang terabsorbsi
dengan gaya elektrostatis pada endapan. Setelah titik ekuivalen dicapai makan tidak terdapat
lagi ion Cl-yang terabsorbsi pada endapan sehingga endapan sekarang bersifat netral.
Kelebihan inon Ag+ yang diberikan untuk mencapai titik akhir titrasi menyebabkan ion-ion
Ag+ ini terabsorbsi pada endapan sehingga endapan bermuatan positif dan beberapa ion negatif
terabsorbsi dengan gaya elektrostatis.
Kesulitan dalam menggunakan indicator absorbsi ialah banyak diantara zat warna tersebut
membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya (fotosensitifitas) dan menyebabkan
endapan terurai. Titrasi menggunakan indicator absorbs biasanya cepat, akurat, dan terpercaya.
Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang
juga harus dengan cepat (Harjadi,1990).

9
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Titrasi argentometri memiiki 3 metode yaitu :
1. Metode Mohr
Metode Mohr atau disebut juga dengan endapan warna mempunyai kegunaan
yaitu untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida dalam suasan netral dengan larutan
standart AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator
2. Metode Volhard
Didasarkan atas pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat dengan
menggunakan ion besi (III) untuk mengetahui adanya ion tiosianat berlebih. Cara ini
digunakan untuk titrasi langsung atau tidak langsung.
3. Metode Fajans
Sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator
yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator adsorbsi
seperti eosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+.
Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah.

B. SARAN
Disarankan sebelum melakukan praktikum Argentometri terlebih dahulu memahami
metode-metode Aregntometri agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum

10
DAFTAR PUSTAKA
Sindjia, 2013. Argentometri Mohr. https://www.syindjia.com/2013/11/metode-dalam-titrasi-
argentometri.html-artikel
Vogel, 1985. Buku Teks Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimakro. PT Kalman Media
Pustaka. Jakarta.
Nurhayati F, 2015. Titrasi Argentometri. https://www.eprits.undip.ac.d/47830/6/BABII.pdf-
artikel.
http://sabila-chemistry-education-2011.blogspot.com/2014/01/metode-volhard.html?m=I

http://sutriaddina.wordpress.com/2013/02/16/argentometri/.
http://ellavioletta.blogspot.com/2012/12/laporan-resmi-argentometri-kimia_9550.html.
http://wwkhusnul.blogspot.com/2012/06/argentometri.html
http://arullatif.wordpress.com/2012/05/25/laporan-argentometri/

11

Anda mungkin juga menyukai