Anda di halaman 1dari 4

I.

Tujuan Pratikum
Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi suatu sampel dengan melakukan titrasi
secara Argentometri metode Mohr dengan data yang tepat

II. Prinsip Pratikum


Titrasi Argentometri yaitu AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl
yang bewarna putih.Ketika Cl bereaksi dengan Ag maka Ag akan bereaksi dengan CrO4
membentuk endapan bewarna merah

III. Dasar Teori


Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Salah satu
cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri
(titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya
didasarkan pada pengukuran volumenya (Harizul 1995)

Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di mana
akan terbentuk garam perak yang sukar larut.Metode argentometri disebut juga sebagai
metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relative tidak larut atau endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk
menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.Beberapa metode dalam titrasi
argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K.Fajans, dan metode Leibig.
(Anonim ,2011)

1. Metode Mohr

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai
indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai
titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.Cara yang mudah untuk membuat
larutan netral dari larutan yang asam adalah dengan menambahkan CaCO3 atau
NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat
kemudian ditambah sedikit berlebihan CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah :

a. Bromida dan KLorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metoda Mohr akan tetapi
untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena endapan perak
iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat, sehingga memberikan titik akhir
yang kacau.

b. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.

c. Titk akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.

d. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang
rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk
membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan penambahan amilum
dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada saat titk akhir dan
warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan muncul. (Khopkhar, SM. 1990)

2. Metode Volhard

Pada prinsipnya, penentuan titik akhir ditandai dengan pembentukan senyawa berwarna
yang larut.Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan larutan baku
kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan
tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi(III) amonium
sulfat sebagai indikator yang akan membentuk warna merah dari kompleks besi(III)-tiosianat
dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam,
sebab ion besi(III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik
akhir tidak dapat ditunjukkan. pH larutan harus di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi
perubahan warna 0,7-1% sebelum titik ekuivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada
waktu akan dicapai titik akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi oleh
endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan tiosianat. (Khopkhar, SM. 1990)

3. Metode K. Fajans

Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, senyawa yang biasa digunakan adalah
fluoresein dan eosin.Pada titik ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini
tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam
bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak harus
dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer
karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna
indikator tidak jelas. Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion
indikator harus tidak teradsorbsi sebelum tercapai titik ekuivalen tetapi harus segera
teradsorbsi kuat setelah tercapai titik ekuivalen. Ion indikator tidak boleh teradsorbsi sangat
kuat, seperti misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator
teradsobsi lebih dulu sebelum titik ekuivalen tercapai.( Underwood. 1992)

4. Metode Leibig

Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator akan tetapi
ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada
larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojoan akan larut
kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.Cara Leibig hanya
menghasilkan titik ahir yang memuaskan apabila pemberian pereaksi pada saat mendekati
titik akhir dilakukan perlahan-lahan. Cara Leibig ini tidak dapat dilakukan pada larutan
amoni-akalis karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini
dapat diatasi dengan menambahkan sedikit larutan kalium iodida.( Skogg. 1965)

Bahan Aktif Natrium Klorida NaCl


Sruktur Kimia

Pemeriaan Bubuk kristal putih atau kristal tidak


bewarna memiliki rasa asin

Kelarutan Etanol 95% 1 dalam 250,glycerin 1 dalam


10 dan air 1 dalam 2,8

Stabilitas
 Panas Stabil pada suhu 1413 C
 Hidrolisis Tidak terhidrolisis

 Cahaya Tahan terhadap cahaya

 pH stabilitas 6,7- 7,3

Inkompabilitas Korosif terhadap besi dan membentuk


endapan dengan garam, perak, timbal dan
merkuri
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press 22 : Jakarta.

Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Sounders College Publishing : Florida..

Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai