Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya kuasa dan

rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Kimia Analitik

yang berjudul Percobaan Percobaan Analisa kadar NaCl metode argentometri

mohr.

Dengan ini penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dengan

baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan ini. Penulis

menyadari bahwa laporan ini belum sempurna.

Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam

penyusunan laporan ini terdapat banyak kesalahan. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan pada umumnya bagi para pembaca.

Gorontalo, 28 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii

BAB I LATAR BELAKANG……………………………………………………1

1.1 Rumusan Masalah………………………………………………………...2

1.2 Tujuan Praktikum…………………………………………………………2

1.3 Manfaat Praktikum………………………………………………………..2

BAB II PENDAHULUAN…………………………………………………….3

2.1 Teori Umum……………………………………………………………...3

2.2 Prosedur Kerja……………………………………………………………7

BAB III METODE PRAKTIKUM…………………………………………….9

3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………….9

3.2 Pra Analitik……………………………………………………………….9

3.2.1 Alat…………………………………………………………………..9

3.2.2 Bahan………………………………………………………………...9

3.3 Analitik…………………………………………………………………….9

3.4 Pasca Analitik………………………………………………………………10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….11

4.1 Hasil………………………………………………………………………..11

4.2 Pembahasan………………………………………………………………...13

BAB V PENUTUP……………………………………………………………...16

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………..16

5.2 Saran……………………………………………………………………….16

ii
LATAR BELAKANG………………………………...…………………………17

LAMPIRAN………………………………………………………………..……18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar
yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak
adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati. (Mulyono, 2005)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion
perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar
perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah yang pembentukan endapan tidak

mudah larut antara titran dengan analit, sebagai contoh yang banyak dipakai

adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag + dari titran akan bereaksi dengan

ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak

akan bereaksi dengani indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion

kromat dimana dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan

berwarna coklat kemerahan schingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator

lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbsi. Selain

menggunakan jenis indikator diatas maka kita juga dapat menggunakan

metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen. Ketajaman titik

1
ckuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara

analit dan titran.(Hardjadi, 2002).

1.2 Rumusan Masalah

Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar suatu senyawa metode


argentometri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini untuk dapat mengetahui metode yang

ada pada percobaan argentometri

1.4. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui metode

yang ada pada percobaan argentometri

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil
reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip
dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada
setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta
diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi (Khopkar, 1990).
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar
zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan
endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi atgentometri, zat pemeriksaan yang
telah dibubuhi indicator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
(AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,1992).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga
dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang
mendasari argentometri adalah : (Gandjar, 2007).
AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-
Titrasi pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya
pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan
pengukur yang diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak
dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah membentuk
endapan (Roth, H.J: 1998).
Metode-metode dalam titrasi argentometri antara lain metode Mohr,
Valhard, K. Fajans dan liebieg. Metode mohr yaitu metode yang digunakan

3
untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan
larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai
indikator. Metode volhard yaitu metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar klorida, bromida dan iodida dalam suasana asam. Metode K. Fajans
merupan metode yang menggunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataan
bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan. Metode liebig
merupan metode yang titik akhir titrasi tidak di tentukan dengan indikator,
akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan (Fatah, 1982).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO 3
yaitu:Potensiometri, Amperometri, dan Indikator kimia. Titik akhir
potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan
kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus
yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit
(Skogg,1965).
Titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari
perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.
Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi
netralisasi,yaitu : (Skogg,1965).
a. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function
darireagen /analit.
b. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk
analit
Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang
tergolong pembentukan kompleks) dibedakan atas 3 macam berdasarkan
indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir, yaitu :
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri
dapatdibedakan atas :
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan
penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus

4
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0.
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang
terjadi adalah : (Khopkar, SM, 1990)
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2AgOH
2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan
cara titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih perak
klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan
indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida
mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai
akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan
Ag2CrO4. Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri dengan metode
Mohr. Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar, SM, 1990)
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan
metode Volhard dan metode Fajans dimana dengan metode ini hanya dapat
dipakai untuk menentukan konsentrasi Cl-, CN-, dan Br-.(Khopkar, SM,
1990)
Aplikasi titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak digunakan
untuk menentukan kandungan kadar klorida dalam berbagai contoh air,
misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industry
sabun, dan sebagainya. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan dengan
kondisi larutan berada pada pH kisaran 6,5-10 disebabkan karena ion
kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Jika pH dibawah 6,5
maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan
mendominasi didalam larutan akibatnya dalam larutan yang bersifat sangat
asam konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan
terjadinya endapan Ag2CrO4 sehingga hal ini akan berakibat sulitnya

5
pendeteksian titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam dapat
ditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH
tersebut atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan
menggunakan padatan natrium hidrogen karbonat (Khopkar, SM, 1990).
2. Metode Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut)
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+
dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan
titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan
AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang
digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat
oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN
(Khopkar,1990).
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan
perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan
kemudian kelebihan konsentrasi Ag+ dititrasi dengan menggunakan
larutan standar (SCN-) dengan menggunakan indicator ion Fe3+. Ion besi
(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang
berwarna merah. (Khopkar,1990).
Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar,1990).
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)
3. Metode Fajans (Indikator absorbsi)
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada
cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan.
Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator adsorbsi seperti
eosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+.
Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator

6
adsorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl - berada dalam
lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit
AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl-
akan berada pada lapisan sekunder (Gandjar, 2007).
Indicator absorbsi dapat digunakan untuk titrasi argentometri,
titrasi argentometri yang menggunakan indicator adsorbs dikenal dengan
sebuah titrasi argentometi metode Fajans. Contohnya pada penggunaan
titrasi ion klorida dengan larutan standar Ag+ (Harjadi,1990).
Kesulitan dalam menggunakan indikator absorbs ialah banyak
diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap
cahaya (fotosensitifitas) dan menyebabkan endapan terurai. Titrasi
menggunakan indicator absorbs biasanya cepat, akurat, dan terpercaya.
Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan
berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat (Harjadi,1990).

2.2 Prosedur Kerja


1. Pembuatan Larutan Baku AgNO3 0,1 N
Ditimbang dengan teliti 11 – 12 g AgNO 3 murni dalam cawan.
Diapanaskan dalam oven pada suhu 100 – 110oC selama 1 jam, kemudian
didiginkan dalam eksikator. Ditimbang dengan teliti AgNO3 yang telah
dngin sebanyak 8,5 g dengan memakai botol timbang. Dipindahkan ke
dalam gelas piala dan dilarutkan dengan 50 mL air suling, diaduk hingga
homogeny. Dipindahkan ke dalam labu ukur 500 mL, ditambahkan air
suling sampai batas.kemudian dipindahkan dalam botol yang telah diberi
etiket.
2. Pembakuan Larutan AgNo3 N dengan NaCl

7
Ditimbang 4 g NaCl murni dalam gelas arloji, dikeringkan dalam
ovenpada suhu 105 – 110oC selama 2 jam. Didiginkan dalam eksikator,
hingga suhu sama dengan suhu udara luar. Ditimbang dengan teliti 2,92 g
NaCl dengan memakai botol timbang. Dipindahkan dalam labu ukur 500
mL melalui corong. Botol timbang dibilas dengan air suling hingga
bersih lalu hasil bilasan dimasukan ke dalam labu ukur, dikocok hingga
homogen, diencerkan dengan air suling sampai volume larutan 500 mL
sambil dikocok hingga homogeny. Dipipet 25 larutan, dimasukkan dalam
Erlenmeyer, lalu ditambahkan 0,5 – 1 mL larutan K2CrO4 5 %. Larutan
baku AgNO3 yang telah ditentukan Normalitasnya dimasukkan ke dalam
buret. Titrasi dengan NaCl yang berada dalam Erlenmeyer dengan
larutan AgNO3 sambil dikocok. Ttrasi berakhir setelah terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi coklat merah (merah keruh). Ulangi titrasi
sampai 3 kali kemudian hasilnya dirata – ratakan.
Tiap mL AgNO3 0,1 N setara dengan 5,85 mg NaCl
3. Penentuan Kadar Natrium Klorida
Ditimbang saksama 250 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam
Erlenmeyer dengan 10 mL air suling. Tambahkan indicator K 2CrO4 5% 3
tetesdan titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1 N sampai terbentuk
endapan kemerah – merahan.
Tiap mL AgNO3 0,1 N setara dengan 5,85 mg NaCl

8
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum Argentometri dilaksanakan pada hari Senin,

tanggal 02 November 2020 melalui daring.

3.2 Pra Analitik

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum argentometri yaitu

Erlenmeyer, Beaker Glass 100 ml, Corong, Labu ukur 100 ml, Botol

timbang, Pipet tetes, Batang pengaduk, Pipet volume 10 ml, Pipet pump,

Buret berwarna coklat (untuk menghindari kerusakan AgNO3 akibat

paparan dari sinar matahari).

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum argentometri yaitu

AgNO3, aquadest, NaCl, larutan K₂CrO₄.

3.3 Analitik

1. Pembuatan dan standarisasi larutan baku  

Pembuatan larutan AgNO3 0,1 N. Timbang secara seksama

AgNO3 Murni sebanyak 8,5 gr, larutkan dengan akuades  sebanyak 50 mL

dalam gelas piala, aduk sampai homogen, cukupkan volumenya hingga 

500 mL dengan menggunakan labu takar.  

Standarisasi larutan AgNO3 0,1 dengan NaCl . Timbang sebanyak

80 mg NaCl yang telah bebas dari air, larutkan dalam 50 mL  akuades,

9
titrasi dengan menggunakan perak nitrat 0,1 N dengan menggunakan

indikator  K2CrO4 5% hingga terbentuk warna coklat merah lemah.

Perlakuan diualngi sebanyak 2  kali. Hitung normalitas.  

Normalitas AgNO3 = mg NaCl

BE NaCl x V AgNO3

Penetapan kadar sampel  

Metode Mohr : Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Bilas

buret dengan menggunakan akuades kemudian kalibrasi dengan

menggunakan  AgNO3, Isi buret dengan menggunakan AgNO3 0,1 N,

Timbang garam dapur dengan seksama 0,3 gr, Larutkan dengan

menggunakan akuades sebanyak 100 ml, sampai tanda batas labu ukur. 6.

Ambil 25 mL, masukkan kedalam erlenmeyer, tambahkan indikator

kalium kromat 4  tetes, Titrasi dengan menggunakan AgnO3 0,1 N sampai

terjadi perubahan warna dari kuning  sampai terdapat endapan merah bata,

Catat volume AgNO3 yang digunakan, ulangi percobaan sebanyak 2 kali

9. Hitung kadar NaCl dalam garam dapur. 

3.4 Pasca Analitik

Adapun langkah kerja pada tahap pasca analitik ialah sebagai berikut :

1. Lihat perubahan warna pada larutan

2. Hitung kadar larutan

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan video praktikum tentang

analisa kadar NaCl metode Argentometri mohr yaitu sebagai berikut :

4.1.1 Tabel Perlakuan

No Perlakuan Hasil
1. Timbang Nacl pa 100 ml larutan standar primer Nacl 0,01 N
sebanyak 0,0585, tuang
larutan Nacl kedalam labu
ukur 100 ml dan
tambahkan aquades,
homgenkan
2 Tuang larutan AgNo3 Endapan berwarna merah bata.
kedalam buret, tuang Mol ekuivalen AgNO3 = mol ekuivalen NaCl
larutan Agno3 bilasan,
V titrasi x N AgNO3 = V NaCl x N NaCl
kemudian isi buret hingga
tanda batas 0, pipet 10 ml 10,60 x N AgNO3 = 10 x 0,01
larutan Nacl yang telah
N AgNO3 = 10 x 0,01
dibuat tadi, tuang di
10,60
erlenmeyer, tambahkan
N AgNO3 = 0,0094 N
indikator kalium kromat
sebanyak 5 tetes,
homogenkan, kemudian
titrasi menggunakan
Agno3 yang ada didalam
buret.

11
3. Timbang sampel kurang Terbentuk endapan berwarna merah bata.

lebih sebanyak 0,05 gram,

larutkan sampel garam


%NaCl = (9,40 x 0,0094) x 58,5 x 100/10
dapur tersebut, masukkan 100%
0,0576 x 1000
kedalam labu ukur
= 89,74%
sebanyak 100 ml,

tambahkan aquades,

homogenkan, pipet 10 ml

sampel, tuang kedalam

erlenmeyer, tambahkan

kurang lebih 5 tetes

kalium kromat, kemudian

titrasi dengan Agno3 dari

buret.

4.1.2 Tabel Penetapan Kadar

Be
Fp (Factor
Sampe Volume N (Bobot Massa Kadar
pengenceran
l AgNo3 AgNo3 ekuivalen Sampel NaCl
)
NaCl)

NaCl 9,40 ml 0,0094 58,5 100/10 0,576x1000 89,74%

12
4.2Pembahasan

Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil

reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip

dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada

setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta

diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi

pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi.

Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan

dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang

diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan

yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi

yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Pada argentometri terdapa 3 metode, yakni : Metode Fajans, metode

Volhard, dan metode Mohr. Yang pertama adalah Metode Fajans, pada titrasi

argentometri dengan metode fajans ada 2 tahap untuk menerangkan titik akhir

titrasi dengan indikator absorpsi (Fluorescein). Indikataor absorpsi dapat

dipakai untuk titrasi argentometri. Yang kedua yaitu metode volhard. Pada

metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3 ditambahkan secara

berlebih kedalam larutan mengandung ion halide. Konsentrasi ion klorida,

idodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan

larutan standart perak nitrat. Dan yang ketiga adalah metode Mohr. Metode

Mohr merupakan salah satu bentuk metode Titrasi Argentometri, yaitu metode

titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan

13
pembentukan endapan bersama ion Ag+. Pada percobaan ini, menggunakan

metode mohr. Adapun alat yang digunakan pada praktikum argentometri yaitu

Erlenmeyer, Beaker Glass 100 ml, Corong, Labu ukur 100 ml, Botol timbang,

Pipet tetes, Batang pengaduk, Pipet volume 10 ml, Pipet pump, Buret

berwarna coklat (untuk menghindari kerusakan AgNO3 akibat paparan dari

sinar matahari). Dan bahannya adalah AgNO3, aquadest, NaCl, larutan

K₂CrO₄.

Pertama yaitu pembuatan dan standarisasi larutan baku. Pembuatan

larutan AgNO3 0,1 N. Timbang secara seksama AgNO3 Murni sebanyak 8,5

gr, larutkan dengan akuades sebanyak 50 mL dalam gelas piala, aduk sampai

homogen, cukupkan volumenya hingga 500 mL dengan menggunakan labu

takar.

Standarisasi larutan AgNO3 0,1 dengan NaCl . Timbang sebanyak 80

mg NaCl yang telah bebas dari air, larutkan dalam 50 mL akuades, titrasi

dengan menggunakan perak nitrat 0,1 N dengan menggunakan indikator

K2CrO4 5% hingga terbentuk warna coklat merah lemah. Perlakuan diualngi

sebanyak 2 kali. Hitung normalitas.

Selanjutnya yaitu : Penetapan kadar sampel. Metode Mohr : Siapkan alat

dan bahan yang akan digunakan, Bilas buret dengan menggunakan akuades

kemudian kalibrasi dengan menggunakan AgNO3, Isi buret dengan

menggunakan AgNO3 0,1 N, Timbang garam dapur dengan seksama 0,3 gr,

Larutkan dengan menggunakan akuades sebanyak 100 ml, sampai tanda batas

labu ukur. 6. Ambil 25 mL, masukkan kedalam erlenmeyer, tambahkan

14
indikator kalium kromat 4 tetes, Titrasi dengan menggunakan AgnO3 0,1 N

sampai terjadi perubahan warna dari kuning sampai terdapat endapan merah

bata, Catat volume AgNO3 yang digunakan, ulangi percobaan sebanyak 2 kali

9. Hitung kadar NaCl dalam garam dapur.

Adapun langkah kerja pada tahap terakhir yaitu dengan Melihat

perubahan warna pada larutan Dan menghitung kadar larutan . Factor-faktor

yang mempengaruhi endapan hasil titrasi argentometri yaitu : Temperatur,

sifat alami pelarut, pengaruh ion sejenis, pengaruh pH, pengaruh hidrolisis,

dan pengaruh ion kompleks.

Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan video praktikum tentang

analisa kadar NaCl metode Argentometri mohr yaitu pada perlakuan pertama

100 ml larutan standar primer Nacl 0,01 N, hasil perlakuan kedua yaitu

terdapat endapan endapan berwarna merah bata, dan perlakuan yang terakhir

terbentuk endapan berwarna merah bata dengan hasil penetapan kadar NaCl

adalah 89,74% seperti dibawah ini.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Argentometri

merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang

tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi

jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali

titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu

titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. Metode yang ada pada

percobaan argentometri yaitu metode Mohr, Fajans, dan Volhard.

5.2 Saran

Semoga kedepannya praktikum dapat dilaksanakan di dalam

laboratorium karena dalam kondisi saat ini mahasiswa hanya dapat

melakukan praktikum dengan melihat video saja dan tidak dapat melihat

langsung proses kerja dari praktikum “Argentometri” sehingga mahasiswa

tidak hanya sekedar membayangkan praktikum tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015, Penuntun Praktikum Kimia Analisis, Makassar : FF UMI

Day, RA. Jr dan Al Underwood., 2001, Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima,
Erlangga: Jakarta.

Dirjen POM, 1979 , Farmakope Indonesia edisi III, Depatemen Kesehatan RI :


Jakarta,

Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar
: Yogyakarta.

Khopkar, S., 199, Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik, Universitas Indonesia :
Jakarta.

Roth, H.J., dkk, 1998, Analisis Farmasi, UGM Press, Yoyakarta,

Skogg. 1965, Analytical Chemistry Edisi Keenam, Sounders College Publishing :


Florida.

17
LAMPIRAN
Skema Kerja
Siapkan alat dan bahan

Pasang buret ke statif

Isi buret dengan Larutan baku AgNO 3 0.1019 N sampai batas tanda

Tutup dengan aluminium foil

Timbang 250,3 mg serbuk NaCl

Masukan NaCl yang telah ditimbang ke dalam Erlenmeyer

Larutkan dengan 10 mL air

Tambahkan indikator K2CrO4 5 % sebanyak 5 tetes ke dalam erlemeyer

Titrasi larutan tersebut dengan larutan baku AgNO 3 0,1019 N sampai
terbentuk endapan kemerah – merahan

Amati Volume titrannya

Hitung kadarnya

18
Indikator K2CrO4 5 % Larutan Baku AgNOProses
3
Titrasi
Pengendapan

Hasil titrasi Volume titran Endapan


pengendapan merah yang
terbentuk

19

Anda mungkin juga menyukai