Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIK ANALISIS INSTRUMEN

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS

“ANALSA KUALITATIF PIGMEN KUNYIT DENGAN METODE


KROMATOGRAFI KOLOM”

DISUSUN OLEH:

SYAHIDIN
NIS: 150101063

\\\
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 BONTANG
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktikum Identifikasi
Pewarna dalam Sampel Kunyit Metode Kromatografi Kolom dan Kromatografi Kertas
di SMKN 1 Bontang dengan baik dan lancar. Praktikum ini diselenggarakan dalam
rangka memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi penulis.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kepada Allah Swt. atas rahmat-Nya dan kemudahan-Nya dalam menyelesaikan
laporan Praktikum ini.
2. Bapak Drs.Kasman Purba, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Bontang.
3. Ibu Ery Sepdyatutik, M.Pd selaku Kepala Program Studi Keahlian Teknik Kimia
SMKN 1 Bontang.
4. Ibu Wahyu Juli Hastuti, M.Pd selaku guru mata pelajaran Analisis Instrumen
sekaligus pembimbing dalam praktikum ini.
5. Kepada teman – teman kelompok 3 yaitu Nasriani, Nita Puji Astuti, Sarina dan
teman-teman siswa SMKN 1 Bontang.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan material.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih


terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis berharap adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun. Penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi
pembacanya. Semoga Allah SWT Senantiasa memberkahi dan meridhoi segala usaha
dan doa bagi kita semua, Aamiin.
Bontang, Oktober 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu


mengandung pigmen warna di dalamnya sehingga tumbuh-tumbuhan memiliki
perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu
tumbuhan tidak di pastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna,dalam satu
jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen warna.
Pigmen hayati adalah kelas pigmen yang dihasilkan secara alami oleh organisme,
mikroorganisme atau makhluk hidup lainnya, terutama dihasilkan oleh tumbuhan,
alga, sejumlah bakteri dan beberapa jenis fungi.
Jenis pigmen dalam tanaman menentukan warna dari bahan tanaman itu
sendiri. Umumnya zat warna alam terbentuk dari kombinasi tiga unsur yaitu,
karbon, hodrogen dan oksigen, tetapi ada beberapa zat warna yang mengandung
unsur lain seperti nitrogen pada indigotin dan magnesium pada klorofil. Jaringan
tumbuhan seperti bunga, batang, kulit, kayu, buah, biji, akar dan kayu mempunyai
warna-warna karakteristik yang disebut pigmen dalam botani.
Untuk menganalisis secara kuanlitatif komponen pigmen apa saja yang
terdapat dalam tumbuhan kita dapat menggunakan metode kromatografi.Tanaman
buah naga yang sering juga dibuat menjadi tanaman hias, dalam setahun bisa
berbuah tiga kali, dan produksinya bisa terus meningkat dengan perawatan yang
baik. Setiap tahun, tanaman buah naga meningkat, begitu juga dengan import
buah naga ke Indonesia. Berdasarkan catatan dari eksportir buah di Indonesia,
buah naga ini masuk ke tanah air mencapai antara 200 - 400 ton/tahun asal
Thailand dan Vietnam (Anonim, 2013a). Masyarakat semakin menyukai buah
naga karena selain pohon dan buahnya yang indah, buah naga juga mengandung
manfaat bagi kesehatan. Menurut Saati (2011), kulit buah naga berjumlah 30-35
% dari berat buahnya dan seringkali hanya dibuang sebagai sampah. Padahal hasil
penelitian menunjukkan kulit buah naga mengandung antioksidan dan juga dapat
menurunkan kadar kolesterol (Kanner et al., 2001). Kulit buah naga merah (H.
polyrhizus) mengandung betalain yang berfungsi sebagai antioksidan dan
pewarna alami.

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dikemukakan
sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil analisa kualitatif pigmen buah naga dengan metode
kromatografi kolom?
2. Pigmen apa saja yang terdapat dalam sampel buah naga?

1.3 Tujuan
Menganalisa atau mengetahui pigmen yang terdapat dalam sampel kulit buah
naga dengan menggunakan kromatografi kolom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Naga

Buah naga merah merupakan buah yang harus dipanen setelah


matang,karena jika dipanen mentah maka buah tidak akan matang. Buah ini
sudah dapat dipanen 30 hari setelah berbunga (Himagropertanian, 2012).
Hylocereus polyrhizus yang lebih banyak dikembangkan di Cina dan Australia
ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah dan daging berwarna merah
keunguan. Rasa buah lebih manis dibanding Hylocereus undatus,dengan kadar
kemanisan mencapai 13-15 % Briks. Hylocereus polyrhizus tergolong jenis
yanaman yang cenderung berbunga sepanjang tahun. Sayangnya tingkat
keberhasilan bunga menjadi buah sangat kecil, hanya mencapai 50% sehingga
produktivitas buahnya tergolong rendah dan rata-rata berat buahnya hanya
sekitar 400 gram (Kristanto, 2008).

Hylocereus polyrhizus juga kaya akan antioksidan seperti vitamin C dan


flavonoid, yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembatan kosmetik untuk
mencegah kehilangan kelembapan pada kulit (sinaga, 2012). Antosianin
merupakan salah satu bagian penting dalam kelompok pigmen setelah klorofil.
Antosianin larut dalam air, menghasilkan warna dari merah sampai biru dan
tersebar luas dalam buah, bunga, dan daun. Antosianin pada buah naga
ditemukan pada buah dan kulitnya.
2.1 Kromatografi Kolom
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan ilmuwan untuk
memisahkan senyawa organik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat
dianalisis dan dipelajari. Dengan menganalisis senyawa, seorang ilmuwan dapat
mengetahui apa yang membangun senyawa tersebut. Kromatografi adalah suatu
metode fisik yang baik sekali untuk mengamati dan menyelidiki suatu
campuran dan pelarutnya. Kata kromatografi berarti “tulisan berwarna”, artinya
suatu cara seorang kimiawan dapat menguji campuran zat cair. Ketika
mempelajari material zat warna dari tumbuhan, seorang botanis Rusia
menemukan kromatografi pada tahun 1903. Namanya adalah M.S. Tswett.
Kromatografi digunakan oleh berbagai orang dan disiplin ilmu di dalam
berbagai bidang. Sebagian orang menggunakan kromatografi untuk mengetahui
komponen apa saja yang terdapat dalam suatu zat padat atau zat cair. Metode
ini digunakan juga untuk mengetahui zat-zat yang tak dikenal dalam suatu
sampel. Polisi, FBI, dan agen detektif lainnya menggunakan kromatografi
ketika mengusut suatu kasus criminal. Metode ini digunakan pula untuk
menguji keberadaan kokain dalam urin, alkohol dalam darah, PCB
(polychlorinated benzene) dalam ikan, dan kandungan timbale dalam system
perairan. Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa
atau ion berdasarkan pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-
ion tersebut di dalam dua fasa yang berbeda. Dua fasa ini bisa berwujud padat-
cair, cair-cair, atau gas-cair. Zat terlarut di dalam suatu fasa gerak mengalir
pada suatu fasa diam. Zat terlarut yang memiliki afinitas terhadap fasa gerak
yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak, sedangkan zat
terlarut yang afinitasnya terhadap fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih
lama pada fasa diam. Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan
komponen demi komponen akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan
fasa diam. Dalam semua metode kromatografi terdapat fasa gerak dan fasa
diam. Fasa diam adalah fasa yang tidak bergerak, sedangkan fasa gerak adalah
fasa yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen
senyawa yang akan dipisahkan. Pada posisi yang berbeda-beda, senyawa-
senyawa yang berbeda akan tertahan dan terabsorbsi pada fasa diam, dan
kemudian satu demi satu senyawasenyawa ini akan terbawa kembali oleh fasa
gerak yang melaluinya.
Dalam kromatografi kertas dan kromattografi lapis tipis, fasa gerak
adalah pelarut. Fasa diam pada kromatografi kertas adalah kertas yang
menyerap pelarut polar, sedangkan fasa diam pada kromatografi lapis tipis
adalah pelat yang dilapisi adsorben tertentu. Kedua jenis kromatografi ini
menggunakan aksi kapilaritas untuk menggerakkan pelarut melalui fasa diam.
Keakuratan hasil pemisahan dengan metode kromatografi bergantung pada
beberapa faktor berikut:
a. Pemilihan adsorben sebagai fasa diam

b. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai fasa gerak

c. Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlah material


yang akan dipisahkan.

d. Laju elusi atau aliran fasa gerak.


Dengan pemilihan kondisi yang sesuai, hampir semua komponen dalam
campuran dapat dipisahkan. Dua pemilihan mendasar untuk pemisahan secara
kromatografi adalah pemilihan jenis adsorben dan system pelarut. Pada
umumnya, senyawa non polar melewati kolom lebih cepat daripada senyawa
polar, karena senyawa non polar memiliki afinitas lebih kecil terhadap
adsorben. Jika adsorben yang dipilih mengikat semua molekul yang terlarut
(baik polar maupun non polar) dengan kuat, maka senyawa-senyawa tersebut
tidak akan bergerak turun keluar dari kolom. Sebaliknya, jika pelarut yang
dipilih terlalu polar, semua zat terlarut (polar maupun non polar) akan dengan
mudah tercuci keluar kolom, tanpa adanya pemisahan. Adsorben dan pelarut
sebaiknya dipilih sedemikian rupa sehingga kompetisi molekul-molekul terlarut
di antara kedua fasa terjadi dalam kesetimbangan. Koefisien partisi, k, yang
mirip dengan koefisien distribusi untuk ekstraksi, merupakan tetapan
kesetimbangan untuk distribusi molekul-molekuk atau ion terlarut di antara fasa
gerak dan fasa diam. Kesetimbangan ini lah yang dapat memisahkan
komponen-komponen dlam campurannya.

2.2 Kromatografi Kertas


Kromatografi kertas merupakan pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikerl zat yang bercampur
pada medium tertentu. Contoh yang harus dianalisa berada dalam fase bergerak.
Ini dapat berbentuk gas atau cairan yang dialirkan melalui suatu sistem yang
tidak bergerak. Medium ini dapat berupa zat cair atau zat yang terikat oleh zat
padat. Karena masing – masing komponen dalam contoh itumengalir dengan
kecepatan berbeda melalui medium diam tersebut. Komponen-komponen dapat
dipisahkan secara efektif antara yang satu dengan yang lain.
Kromatografi kertas merupakan salah satu cara pemisahan zat yang
tergolong sederhana. Metode ini sesuai dengan kromatografi serapan, dan
sekarang kromatografi kertas merupakan dipandang sebagai sistem partisi.
Salah satu zat padat yang digunakan untuk menyokong fase tetap yaitu sebagai
bubuk selulosa dan sebagai pelarut atau fase bergerak dalam zat cair yang
sesuai.
Pada kromatografi kertas jika setetes cuplikan diteteskan ;pada sepotong
kertas saring, maka cuplikan yang diteteskan tersebut akan meluas dengan
membentuk noda bulat. Jika noda telah kering kertas dimasukan kedalam
bejana / chamber tertutup yang berisi pelarut yang sesuai. Maka pelarut akan
bergerak melalui serat-serat kertas saring dengan gaya kapiler dan
menggerakkan komponen-komponen cuplikan dengan jarak yang berbeda
searah rembesan pelarut. Jarak yang ditempuh komponen dipengaruhi oleh
daya tahan fase terhadap komponen dan juga kelarutan komponen dakam
pelarut. Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat
seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
BAB III
METODE ANALISA

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu :
Tempat : Laboratorium Instrumen SMK Negeri 1 Bontang
3.2 Prinsip
Pemisahan pigmen kunyit dilakukan dengan ekstraksi dan berdasarkan prinsip
adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak
(eluen), komponen kimia bergerak turun mengikuti fase gerak karena daya
serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan
tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan
warna.

3.3 Alat dan Bahan


a) Alat
NO NAMA ALAT SPESIFIKASI JUMLAH
1. Neraca analitik - 1
2. Spatula - 1
3. Gelas Beker 600 mL ; 100 mL 1;2
4. Pipet Ukur 5 mL 1
5. Pipet Tetes - 1
6. Kolom - 1
7. Botol Semprot - 1
8. Batang Pengaduk - 1
9. Erlenmeyer 250 mL 1
10. Corong kaca - 1
11. Hotplate - 1
12. Water Bath - 1
13. Statif dan Klem - 1
14. Gunting - 1
15. Bulp - 1
16. Pisau - 1
17. Cawan Penguapan - 1
18. Lumpang dan alu - 1
19. Parutan - 1
20. Corong pisah - 1

b) Bahan

NO NAMA BAHAN SPESIFIKASI JUMLAH


1. Sampel Kunyit - Secukupnya
2. Ethanol Cairan (96%) Seperlunya
3. Kapas - Seperlunya
4. CaCO3 Padatan Seperlunya
5. Aquadest Cairan Secukupnya

3.4 Prosedur
a) Kromatografi Kolom

I. Preparasi Kolom Kromatografi

1. Memasukkan kapas pada bagian dasar kolom kira-kira 3-5 cm;

2. Memasukkan hablur CaCO3 pada lapisan kedua sekitar 1/3


panjang kolom;
3. Memasukkan kertas saring pada lapisan ketiga sesuai diameter
kolom;

4. Diteteskan pelarut (ethanol) melalui dinding kolom agar bubur


menjadi basah;

5. Tutup bagian atas kolom dengan kapas hingga siap digunakan.

II. Preparasi Sampel

1. Dikupas sampel kunyit;

2. Menumbuk kunyit yang sudah dipotong hingga halus;

3. Diperas kunyit yang sudah halus menggunakan serbet;

4. Hasil perasan di tampung dalam beker gelas 100 mL lalu di

tambah ethanol sebanyak 5 mL;

2. Dimasukkan larutan campuran ke dalam corong pisah dan

ekstrak;

3. Tunggu hasil ekstrak sampai terbentuk 2 lapisan dan saring

bagian bawah hasil ekstrak;

4. Hasil ekstrak di penangas hingga pekat.

III. Identifikasi Sampel

1. Diteteskan larutan sampel ke dalam kolom dengan


menggunakan pipet tetes, berikut tambahkan pelarut, dan jaga
jangan sampai di atas permukaan penyerap kering.

2. Ditunggu beberapa lama sampai diperoleh pita-pita yang


berwarna terpisah.
b) Kromatografi Kertas
1. Dipipet 25 mL Ethanol ke dalam gelas beaker 600 mL;
2. Eluen dijenuhkan terlebih dahulu dengan cara memasukkan kertas
saring ke dalamnya;
3. Kertas saring diberi tanda untuk tempat penotolan;
4. Larutan sampel ditotolkan ke kertas saring yang telah diberi tanda
tanpa menggunakan baku dan spike karena bahan alami;
5. Memasukkan kertas saring ke dalam gelas beaker yang berisi eluen,
bagian atas beaker ditutup rapat dengan aluminium foil;
6. Biarkan larutan naik ke bagian atas kertas saring;
7. Diangkat dan dikeringkan, kemudian hitung Rf nya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisa

Gambar 4.1.1 Hasil Kromatografi Kolom


4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk memisahkan pigmen dalam
sampel buah naga dengan metode kromatografi kolom.
Kromatografi kolom adalah metode untuk memurnikan senyawa
menggunakan kolom. Kromatografi kolom menggunakan metode
adsorbsi, pelarut akan dialirkan pada kolom terus menerus sampai
terjadi pemisahan. Semakin lemah ikatan zat dengan permukaan fase
diam, semakin cepat zat tersebut terpisah.
Fasa diam yang digunakan pada prkatikum kali ini adalah
CaCO3. Pada senyawa CaCO3 merupakan senyawa polar.
Akibatnya analit organik yang polar akan berikatan dengan kuat
pada permukaan CaCO3, dan analit nonpolar berikatan lemah. Fase
gerak yang digunakan pada kromatografi yang memakai CaCO3
sebagai fase diam adalah suatu senyawa organik. Saat fase gerak
melalui permukaan CaCO3, fase gerak akan membawa analit
organik melalui partikel-partikel pada fase diam. Kuatnya ikatan
analit dengan permukaan kalsium karbonat ditentukan oleh
kepolaran pelarut. Jika pelarut yang digunakan sangat polar pelarut
akan berinteraksi kuat dengan permukaan kalsium karbonat,
sehingga analit hanya akan sedikit terikat pada permukaan kalsium
karbonat dan akan cepat melewati fase diam dan keluar dari kolom
tanpa pemisahan. Begitu juga gugus polar pelarut akan berinteraksi
kuat dengan gugus kuat analit, sehingga analit tidak berinteraksi
dengan kalsium karbonat dan cepat melewati fase diam.
Pada praktikum ini proses pengemasan fasa diam dibuat dalam
cara basah karena cara basah lebih efektif dibandingkan cara kering
dalam pengemasan CaCO3 karena CaCO3 dilarutkan dengan pelarut
organik (Petroleum eter) terlebih dahulu hingga homogen sehingga
proses untuk identifikasi melewati fase diam cepat dan
pemisahannya lebih baik. Pada proses penyiapan kolom fase diam
dimasukkan ke dalam kolom dengan tinggi 1/3 dari panjang kolom
usahakan agar tidak ada gelembung udara yang terbentuk pada
kolom, untuk menjaga agar tidak terjadi keretakan dan juga agar
fase diam tidak tertahan maka fase diam harus terus ditetesi dengan
pelarutnya (solvent) jangan sampai larutan yang terdapat diatas
penyerap habis atau mengering. Fungsi glass wol / kapas pada
praktikum ini adalah menyumbat kolom bagian bawah supaya
CaCO3 atau fasa diam tidak mengalir keluar kolom.
Pemisahan terjadi selama warna yang lebih polar terhadap
pelarut akan terlebih dulu terpisah dengan cara terserap turun
melalui adsorben diikuti warna lain berikutnya. Warna yang terpisah
tersebut akan tertampung di dalam erlenmeyer melalui keran kolom
kromatografi. dalam hasil praktikum kami, dihasilkan warna kuning
dan merah. Warna merah yang ada pada kulit buah naga merah
merupakan kontribusi dari pigmen yang dikenal dengan nama
betalain. Betalain merupakan pigmen yang mengandung nitrogen
dan terdiri dari betasianin yang member warna merah-violet dan
betasantin yang memberi warna kuning.Tidak seperti dengan
kromatografi kertas dan KLT pada kromatografi kolom nilai Rf-nya
tidak dapat dihitung.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dihasilkan warna kuning dan merah pada
sampel buah naga. Warna merah yang ada pada kulit buah naga merah merupakan
kontribusi dari pigmen yang dikenal dengan nama betalain. Betalain merupakan
pigmen yang mengandung nitrogen dan terdiri dari betasianin yang memberi
warna merah-violet dan betasantin yang member warna kuning.
5.2 Saran
Kami menyarankan agar praktikum ini dapat dilaksanakan dengan baik
dan benar sehingga dapat memberikan hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Kalsifikasi buah naga.

Anonim. Tinajuan pustaka.

Syahrul ramadhan. 2017. Laporan Analisis Kualitatif Kromatografi

Kolom. Bontang: SMKN 1 Bontang

Diah RatnaSari. 2010. Laporan Praktikum Kimia Organik. Bandung :


FMIPA ITB

Anda mungkin juga menyukai