DISUSUN OLEH
NAMA : VERONIKA PATO
NIM : G30119045
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : MULIANA H.
PALU
NOVEMBER, 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki iklim yang baik dan tanah yang
subur, hal ini dapat dibuktikan dengan melimpahnya jenis tumbuhan yang
tumbuh di Indonesia. Berbagai macam tanaman dapat tumbuh di tanah Indonesia
tidak terkecuali tanaman yang bergizi tinggi, salah satunya adalah labu kuning.
Labu kuning merupakan sumber vitamin A dan kandungan β-karoten yang tinggi
180,00 SI (sekitar 1.000-1.300 IU/100 g bahan). Di samping itu, labu kuning
mengandung vitamin B dan C serta karbohidrat, protein dan beberapa mineral
yang meliputi kalsium, fosfor, dan zat besi (Suprapti, 2009).
I.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Selai
Menurut Latifah (2012), selai merupakan suatu bahan pangan semi padat yang
dibuat tidak kurang dari 45 bagian berat buah yang dihancurkan dengan 55
bagian berat gula. Campuran ini dikentalkan hingga mencapai kadar zat padat
terlarut tidak kurang dari 65%. Buah-buahan yang ideal untuk dijadikan selai
harus mengandung pektin serta asam yang cukup untuk pembuatan selai. Selai
merupakan produk makanan kental atau semi padat yang dapat dibuat dari buah,
sari buah atau potongan buah yang diolah menjadi suatu struktur seperti gel yang
ditambahkan gula, asam dan pektin (Palupi, 2009).
Selai memiliki mutu yang baik dan mempunyai tanda seperti : konsistensi yang
kokoh, tekstur lembut, warna cemerlang, flavor alami, dan tidak mengalami
sineresis serta kristalisasi selama penyimpanan (Suryani et al 2004 dalam
Prasetyo, 2018). Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang
dibuat dari buah segar yang dihaluskan menjadi bubur buah dan direbus dengan
penambahan gula, pektin dan asam (Muresan, dkk. 2014).
2.2 Beta Karoten
Karoten merupakan tetraterpenoid C40 yaitu golongan pigmen yang larut dalam
lipid sehingga disebut pigmen-pigmen lipokrom yang tersebar luas dalam
tumbuhan dan hewan . karotenoid merupakan pigmen yang berwarna kuning,
jingga, atau merah yang warnanya disebabkan oleh sejumlah besar ikatan
rangkap terkonjugasi. Karotenoid terdiri dari dua kelompok hidrokarbon dan
kelompok xantofil yang merupakan derivate oksigenasi dari karoten yang
tersusun dari alkohol, aldehid, keton, epoksida, dan asam (Harborne, 1987).
Beta karoten merupakan kristal berwarna merah, titik lebur 183º, sedikit larut
dibandingkan α- karoten, larut dalam karbon disulfide, benzene dan kloroform,
eter, petroleum eter dan minyak-minyak, tidak larut dalam air, asam ,dan basa.
Larutannya berwarna kuning, mengabsorbsi oksigen dari udara yang
mempercepat terjadinya produk yang tidak aktif. β-karoten mempunyai panjang
gelombang maksimun 447,0 nm dalam petroleum eter (Allianger, 1976).
Prinsip pembuatan selai secara umum adalah pemanasan campuran dari hancuran
buah (buah atau jenis komoditi lainnya), pektin atau bahan pengental, gula,dan
asam sehingga diperoleh struktur gel (Herman, 2009). Selai diperoleh dengan
jalan memanaskan campuran antara bubur buah dengan gula. Penambahan gula
dengan kadar yang tinggi dapat menyebabkan tekanan osmotik pada jasad renik
yang akan menyerap dan mengikat air sehingga mikroba tidak bebas
menggunakan air untuk tumbuh pada rosuk. Kemudian bubur buah dengan gula
dipekatkan melalui pemanasan dengan api sedang sampai kandungan gulanya
menjadi 68%. Pemanasan atau pemasakan yang terlalu lama menyebabkan hasil
selai menjadi keras dan sebaliknya jika terlalu lama menyebabkan hasil selai
menjadi keras dan sebaliknya jika terlalu singkat akan menghasilkan selai yang
encer (Astawan dkk, 2004).
Labu kuning merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia
yang penanamannya tidak sulit, baik pembibitan maupun perawatannya. Labu
kuning merupakan tanaman semusim yang bersifat merambat. Tanamam ini
merambat dengan alat pemegang yang berebentuk pilin. Batangnya berwarna
hijau muda dan mempunyai bulu-bulu halus serta berakar lekat, tanaman jenis
semak ini merambat bisa mencapai lebih dari 25 meter. Daun tanaman labu
kuning ini merupakan daun tunggal yang memiliki pertulangan daun majemuk
menjari, berwarna hijau dan permukaannya kasar. Buah labu kuning berbentuk
bulat pipih, lonjong atau panjang dengan banyak alur, 15-30 alur, berdaging
tebal, diameter 25-35 cm, berkulit keras, daging buah kuning dan bertekstur
halus. Ukuran pertumbuhannya sangat cepat, mencapai 350 gram per hari
(Prabiantini, 2013).
Labu kuning dianggap sebagai rajanya beta karoten. Keunggulan beta karoten,
antara lain, adalah dapat meningkatkan sistem imunitas serta mencegah penyakit
jantung dan kanker. Dikatakan sebagai rajanya beta karoten bukan karena
bentuknya yang besar, tetapi sebab kandungan karotennya sangat tinggi, seperti
lutein, zeaxanthin, dan karoten, yang memberi warna kuning pada labu kuning
yang membantu melindungi tubuh dengan menetralkan molekul oksigen jahat
yang disebut juga radikal bebas (Tuti, 2009 ).
2.5 Pepaya
Pepaya berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Hindia Barat yaitu sekitar
Mexico, Costa Rica dan Nikaragua.Melalui pelaut-pelaut bangsa Portugis pada
abad ke-16 tanaman ini tersebar sampai ke Afrika, Asia serta daerah lainnya.Pada
abad ke-17 pepaya menjadi lebih populer dan tersebar luas di Kepulauan Hawaii
dan pulau lainnya di Lautan Pasifik (Sunarjono, 2008).
Gambar 2.5 Pepaya, Sunarjono (2008)
Asam sitrat merupakan asam organik yang larut dalam air yang sering digunakan
dalam industri pangan, kosmetik, farmasi dan lain–lain. Asam sitrat terdapat pada
berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang
dapat mencapai 8 % bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk
nipis dan jeruk purut). Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 atau CH2
(COOH)-COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama
IUPAC-nya, asam 2-hidroksi- 1,2,3-propanetricarboxylic acid. (Othmer, 1987).
2.7 n-Heksan
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14.
Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan
akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. Keuntungan pelarut
ini yaitu bersifat selektif dalam melarutkan zat, menghasilkan jumlah kecil lilin,
albumin, dan zat warna, namun dapat mengekstrak zat pewangi dalam jumlah
besar (Guenther, 1987).
2.8 Spektronik-20
METODE PERCOBAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 November 2021, pukul 07.30
WITA sampai dengan selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Kimia
Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tadulako, Palu.
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu daging buah labu kuning
250 gr, gula pasir 125gr, bubur papaya muda 25 gr, asam sitrat 0,15 gr,
akuades, air matang 125 mL, n-heksan dan tissu.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu baskom, kompor dan
tabung gas, wajan + serok, blender, pengaduk plastik, botor jar, labu ukur
25 mL, pisau, panci dan saringan, timbangan digital, sendok, gelas ukur 25
mL, tabung reaksi, batang pengaduk dan spektronik 20.
Mula-mula dipisahkan daging buah labu kuning dari bijinya sebanyak 250
gr, lalu dihancurkan dengan blender dan ditambahkan air sebanyak 125
mL, gula pasir 125 gr, bubur papaya muda 25 gr, ditambahkan sedikit
demi sedikit lalu diblender sampai membentuk bubur buah. Dipanaskan
bubur buah, setelah matang ditambahkan 0,15 gr asam sitrat, diaduk
sampai membentuk gel. Didinginkan, kemudian dimasukkan ke dalam
botol jar yang sudah disterilisasi dengan cara dikukus selama 30 menit.
Pada praktikum ini yaitu penentuan β-karoten dalam olahan selai labu kuning
dengan tujuan mempelajari cara pembuatan selai labu kuning dan analisis β-
karoten dalam produk selai dengan menggunakan metode spektrofotometri
dengan pelarut n-heksan. Pelarut yang digunakan adalah n-heksan, dikarenakan
merupakan pelarut organik non polar. Menurut Shriner (1980), larutan selai labu
kuning larut dalam n-heksan yang bersifat hidrofobik kuat.
Labu kuning merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang
baik bagi tubuh manusia. Pada labu kuning terdapat beta karoten yang
merupakan salah satu jenis karotenoid yang berperan sebagai antioksidan
(Sinaga, 2011). Labu kuning berpotensi dalam pembuatan selai, sehingga dalam
praktikum ini digunakan labu kuning. Prinsip pembuatan selai yaitu pemanasan
campuran dari hancuran buah atau pektin, gula, asam dan bahan pengental
sehingga diperoleh struktur gel (Hasbullah, 2001).
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran saya pada praktikum ini agar berhati-hati dalam menggunakan alat dan
bahan agar tidak terjadi yang tidak diinginkan seperti pecah atau tumpah, alat dan
bahan yang ada di laboratorium,dan juga agar praktikan labih teliti agar tidak
terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Suryani, A., e. Hambali dan M. Rivai. (2004). Membuat Aneka Selai. Penebar
Swadaya : Jakarta.
Harborne ,J, B., (1997). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terbitan kedua. Penerbit ITB , Bandung. Hal. 23-24.
Winarno, F.G, (1992). Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fitriyono, (2014). Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi. Graha Ilmu.
Semarang.
Diketahui A = 0,034
Berat sampel m = 1 gr
Ditanyakan kadar β-karoten =….?
Penyelesaian :
Kadar β-karoten = 25 x A x 383
100 x (berat sampel)
= 25 x 0,034 x 383
100 x (1 gr)
= 325,55
100
= 3,25
Diketahui A = 0,263
Berat sampel m = 1 gr
Ditanyakan kadar β-karoten =….?
Penyelesaian :
Kadar β-karoten = 25 x A x 383
100 x (berat sampel)
= 25 x 0,263 x 383
100 x (1 gr)
= 2518,225
100
= 25,18
DOKUMENTASI
Dipotong labu kuning Diblender labu kuning Ditimbang gula pasir 125gr
Ditimbang bubur pepaya 25gr Ditimbang asam sitrat 0,15gr Ditambahkan gula 125gr
Ditimbang selai labu 1 gr Hasil absorbansi labu mentah Hasil absorbansi selai labu
LEMBAR ASISTENSI
2.
3.