Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Hari/tanggal: Jumat/15 November 2013

Struktur dan Fungsi Biomolekul Waktu : 08.00 – 11.00 WIB


PJP : Inda Setyawati,S.Tp,M.Si
Asisten : Syahrul Mustofa
Amar Husna
Dwi Fauziah
Ahmad Ajruddin M.

LIPID

Kelompok 3B

I D.A. Ayu Carlita A. (G84110080)


Yustika Nur Azizah (G84110054)
Amik Choirul (G84110030)
Regina Pujiyanti (G84110007)

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PENDAHULUAN

Lipid merupakan senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang terdiri
atas atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid ini merupakan senyawa organik
yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti aseton,
alkohol, kloroform, eter, dan benzena (Bintang 2010). Lipid memilki peranan
penting dalam tubuh, yaitu berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air,
sebagai sumber energi yang efisien, serta sebagai sumber asam lemak esensial.
Jenis lipid yang paling banyak terdapat di alam ialah lemak atau triasilgliserol
yang bersifat hidrofobik nonpolar (Lehninger 2004). Triasilgliserol yang banyak
mengandung asam lemak jenuh, bentuknya padat pada suhu ruang, dan memilki
titik cair tinggi yang disebut lemak. Triasilgliserol yang banyak mengandung
asam lemak tak jenuh, bentuknya cair pada suhu ruang, dan memilki titik cair
rendah yang disebut minyak (Boyer 2002).
Lipid dapat diklasifikasikan menjadi lipid sederhana, lipid majemuk, dan
derivat lipid (turunan lipid) (Boyer 2002). Lipid sederhana hanya tersusun atas
unsur-unsur C, H, dan O, misalnya golongan lemak dan golongan malam (wax).
Lemak ataupun lilin (malam) merupakan suatu ester (Sumardjo 2009). Lipid
majemuk merupakan ester asam lemak dengan alkohol yang mengandung gugus
lain seperti fosfolipid, glikolipid, dan lipoprotein. Derivat lipid merupakan
turunan dari lipid sederhana dan lipid majemuk yang dihasilkan dari proses
hidrolisis lipid misalnya kolesterol dan asam lemak (Campbell 2002).
Asam lemak merupakan asam organik berantai panjang yang mempunyai
atom karbon 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan
ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang (Lehninger 2004). Asam lemak dapat
digolongkan menjadi beberapa kelas, yaitu asam lemak jenuh (saturated acid) dan
asam lemak tak jenuh (unsaturated acid) (Jain 2005).
Minyak kelapa atau coconut oil termasuk jenis asam lemak tidak jenuh
yang bersifat sebagai antibakteri, antijamur, dan antibiotik. Lemak hewan adalah
lemak yang berasal dari hewan, misalnya daging, keju, susu, ikan segar, telur, dan
lain sebagainya. Mentega terbuat dari susu atau produk susu (hewani) yang
sedikitnya mengandung 80% lemak susu dan lebih mudah melelh bila diletakkan
di suhu ruang. Margarin terbuat dari minyak nabati yang dibuat dari proses
hidrogenasi dengan tekstur yang lebih padat dan titik lelehnya lebih tinggi
daripada mentega. Gliserol merupakan senyawa alkohol dengan 3 gugus hidroksil
sebagai bahan baku pembentukan trigliserida dan dapat membentuk ikatan ester
dengan asam lemak. Asam stearat adalah asam lemak jenuh dengan gugus karbon
berjumlah 18 yang dapat digunakan untuk mencegah oksidasi. Asam oleat adalah
asam lemak tak jenuh dengan satu ikatan rangkap antara karbon 9 dan 10
sehingga biasa disebut dengan asam lemak omega-sembilan (Winarno 2002).
Praktikum kali ini bertujuan menganalisis sifat dan struktur lipid melalui
beberapa uji kualitatif yaitu, uji kelarutan, uji akrolein, uji ketidakjenuhan, uji
ketengikan, uji Salkowski, dan uji Lieberman-Buchard.

METODE PRAKTIKUM

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biokimia,


Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor. Waktu praktikum, yaitu hari Jumat, tanggal 15 November 2013
pukul 08.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet
tetes, pipet Moh, bulb, sudip, erlenmeyer, penangas air, kertas saring, sumbat
karet, dan bunsen.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah air, eter, kloroform,
alkohol, larutan NaOH 0.1 N, HCl 0.1 N, minyak kelapa, lemak hewan, mentega,
margarin, gliserol, asam oleat, asam stearat, kristal KHSO 4, pereaksi iod Hubl,
larutan HCl pekat, floroglusinol, serbuk CaCO3, klorofom anhidrat, serbuk
kolesterol, asam sulfat pekat, dan larutan asam asetat anhidrat.
Prosedur Percobaan
Uji kelarutan. Sebanyak 2 mL pelarut dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan sedikit bahan percobaan. Setelah itu, isi tabung
dikocok kuat-kuat dan diamati kelarutannya. Pelarut yang digunakan ialah air,
eter, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer. Adapun
bahan percobaan yang digunakan ialah minyak kelapa, lemak hewan, mentega,
margarin, gliserol, dan asam stearat. Uji yang menggunakan alkohol panas,
dilakukan pemanasan pada suhu 1000 C selama tiga menit.
Uji akrolein. Tabung reaksi disiapkan, kemudian dibubuhkan sedikit
kristal KHSO4 dan ditetesi 4-5 tetes bahan percobaan. Setelah itu, dipanaskan di
atas api bunsen kemudian ditunggu hingga terbentuk asap putih dan bau akrolein
dibandingkan dengan bau SO2 yang dipanaskan. Uji ini dilakukan terhadap
minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam oleat, dan pati.
Uji ketidakjenuhan. Sebanyak 1 mL bahan percobaan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan kloroform sebanyak 1 mL dan
dikocok sampai bahan larut semua. Setelah itu,ditetesi pereaksi iod Hubl sambil
dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Uji ini dilakukan terhadap minyak
kelapa, minyak kelapa yang tengik, lemak hewan, mentega, margarin, dan asam
oleat.
Uji ketengikan. Sebanyak 5 mL bahan percobaan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan 5 mL HCl pekat, dicampurkan dengan hati-
hati. Kertas saring dicelupkan ke dalam floroglusinol. Sebuk CaCO 3 dimasukkan
ke dalam erlenmeyer, kemudian ditutup dengan sumbat karet dengan dijepitkan
kertas floroglusinol hingga kertas menggatung. Setelah itu dibiarkan hingga
terjadi perubahan warna pada kertas floroglusinol. Warna merah muda
menunjukkan bahwa bahan percobaan tersebut tengik. Uji ini dilakukan terhadap
minyak kelapa, minyak kelapa yang tengik, lemak hewan, dan margarin.
Uji Salkowski untuk kolesterol. Sedikit (seujung sudip) kolesterol
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL kloroform anhidarat,
dikocok hingga larut. Setelah itu, ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat melalui dinding
tabung dan jangan dikocok. Larutan dibiarkan hingga cairan terpisah dan diamati
warna yang terjadi.
Uji Lieberman Buchard untuk kolesterol. Sebanyak 1 mL kloroform
anhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan kolesterol.
Sebanyak 10 tetes asam asetat anhidrat diteteskan ke dalam larutan kloroform
kolesterol, ditetesi dengan 2 tetes H2SO4 pekat, dan dikocok secara perlahan.
Setelah itu, dibiarkan beberapa menit dan diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Senyawa golongan lipid memiliki sifat kelarutan yang berbeda. Lipid
dapat larut dalam pelarut organik nonpolar dan pelarut polar yang dipanaskan
(Bintang 2010). Kelarutan lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat
polaritas asam lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalm
pelarut polar, sedangkan asam lemak nonpolar larut dalam pelarut nonpolar. Daya
kelarutan asam lemak biasanya lebih tinggi dari komponen gliseridanya, dan
dapat larut dalam pelarut organik yang bersifat polar dan nonpolar. Semakin
panjang rantai karbon lemak semakin sukar larut dalam pelarut polar. Asam lemak
dengan derajat ketidakjenuhan tinggi lebih mudah larut dibandingkan dengan
yang derajat ketidakjenuhannya rendah (Ketaren 2008).
Percobaan uij kelarutan terhadap berbagai jenis lipid disajikan dalam
Tabel 1. Berdasarkan hasil percobaan, air tidak dapat melarutkan berbagai lipid,
kecuali gliserol. Hal ini karena adanya kepala polar berupa gugus –OH yang dapat
berikatan hidrogen dengan molekul air ataupun alkohol pada gliserol. Lipid lain
selain gliserol yang tidak dapat larut pada air akan membentuk misel. Eter dan
kloroform dapat melarutkan semua jenis lipid, kecuali gliserol. Keberadaan ekor
hidrokarbon berantai panjang yang bersifat nonpolar menyebabkan lemak bersifat
nonpolar. Oleh karena itu, lemak dapat larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter
dan kloroform.
Pelarut alkali dapat melarutkan semua jenis bahan yang diujikan kecuali
asam stearat dan asam oleat. Berdasarkan hasil tesebut, seharusnya semua lipid
larut dalam NaOH karena akan membentuk sabun atau garam asam lemak, namun
asam stearat dan asam oleat tidak larut dalam NaOH. Hal ini dapat disebabkan
oleh pelarut NaOH yang telah tercampur oleh zat lain, sehingga kelarutannya
berkurang. Campuran lipid dengan asam encer ternyata tidak menimbulkan
kelarutan. Seharusnya, asam encer hanya dapat melarutkan gliserol karena gliserol
merupakan derivat lipid, artinya sudah merupakan hasil hidrolisis lipid (Boyer
2002). Minyak kelapa dan mentega tidak dapat larut dalam alkohol dingin. Semua
jenis lipid seharusnya dapat larut dalam alkohol panas, namun minyak kelapa,
lemak hewan, dan mentega tidak larut. Hasil ini dapat disebabkan karena
pemanasan yang kurang sehingga kelarutan menurun.
Tabel 1 Hasil uji kelarutan
Pelarut
Bahan Alkohol Alkohol Asam
Air Eter Kloroform Alkali
panas dingin encer
Minyak kelapa - + + - - + -
Lemak hewan - + + - + ++ -
Mentega - + + - - ++ -
Margarin - + + + + ++ -
Gliserol + - - + +++ ++ -
Asam stearat - + x + + - -
Asam oleat - + + x x - -
Keterangan : ++ : sangat larut
+ : larut
- : tidak larut
X : tidak diujikan

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 1 Hasil uji kelarutan dengan pelarut kloroform
Keterangan : a = Margarin
b = Mentega
c = Lemak hewan
d = Minyak kelapa
e = Gliserol
f = Asam oleat
Prinsip percobaan uji akrolein adalah terbentuknya aldehid akrilat atau
akrolein sebagai hasil dehidrasi dari gliserol dalam bentuk bebas atau yang
terdapat pada lemak dan minyak (Bintang 2010). Uji akrolein digunakan untuk
menguji kebeadaan gliserin atau lemak. Fungsi dari penambahan KHSO4 adalah
sebagai pedehidrasi yang akan menarik air, sehingga gliserol akan terdehidrasi
dalam bentuk aldehid tidak jenuh (akrolein). Pemanasan yang dilakukan berfungsi
untuk mempercepat pendehidrasian gliserol. Bau menyengat seperti ban terbakar
timbul karena gliserolnya terdehidrasi membentuk akrolein yang ditandai dengan
terbentuknya asap putih (Ketaren 2008). Menurut Bintang (2010), reaksi uji
akrolein adalah sebagai berikut :
H
CH2OH KHSO4 (panas) C + H2O
O
CHOH CH

CH2OH CH2
Gliserol Akrolein

Hasil percobaan mengenai uji akrokein dapat dilihat pada Tabel 2.


Berdasarkan data tersebut, gliserol menjadi kontrol positif dan pati merupakan
kontrol negatif. Gliserol memiliki bau akrolein yang menyengat karena senyawa
gliserol terdehidrasi membentuk akrolein. Minyak kelapa dan lemak hewan, dan
asam stearat menghasilkan bau akrolein. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis
lipid tersebut memiliki gliserol. Pati menghasilkan reaksi negatif karena tidak
mengandung gliserol.
Tabel 2 Hasil uji Akrolein
Bahan Pengamatan Keterangan
Minyak kelapa + Berbau dan berasap
Lemak hewan + Berbau dan berasap
Gliserol + Berbau dan berasap
Asam stearat + Berbau dan berasap
Pati - Tidak berbau dan tidak
berasap
Keterangan : + : mengandung gliserol
- : tidak mengandung gliserol
Uji ketidakjenuhan memiliki prinsip untuk menentukan ikatan rangkap
yang ada dalam suatu asam lemak. Uji ini dilakukan dengan meneteskan pereaksi
Iod Hubl sebagai reagen yang terdiri atas larutan iod dengan HgCl 2 dalam alkohol
dan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa asam lemak tergolong asam lemak
jenuh atau tidak jenuh (Mc Lean 2007). Ikatan rangkap pada struktur lipid dapat
diadisi oleh unsur halogen dari pereksi Jod Hubl, sehingga warna pereaksi tidak
terlihat (Bintang 2010). Hasil positif menunjukkan bahwa bahan yang diuji
merupakan golongan lemak tak jenuh, sehingga penambahan pereaksi Jod Hubl
mengakibatkan perubahan warna menjadi merah dan setelah didiamkan beberapa
saat warna kembali ke bentuk semula. Hasil negatif merupakan golongan lemak
jenuh yang menunjukkan adanya perubahan warna menjadi merah muda yang
bersifat tetap setelah penambahan Iod Hubl.
Uji ketidakjenuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan
kejenuhannya, asam lemak dapat dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap atau berikatan
tunggal, sedangkan asam lemak tak jenuh memilki ikatan rangkap (Winarno
2002). Hasil percobaan menunjukkan bahwa minyak kelapa, lemak hewan, dan
minyak kelapa tengik menghasilkan reaksi negatif sehingga tergolong kedalam
asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap. Margarin, mentega, dan
asam olet menujukkan reaksi positif sehingga dapat digolongkan kedalam asam
lemak tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap. Asam oleat termasuk salah satu
sampel yang menunjukkan hasil positif sehingga tergolong asam lemak tak jenuh
yang memiliki struktur CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH atau biasa disebut
dengan asam lemak omega-sembilan (Lehninger 2004).
Tabel 3 Hasil uji ketidakjenuhan
Bahan Sebelum Iod Hubl Setelah Iod Hubl Ketidakjenuhan
Minyak kelapa Kuning Merah muda -
Lemak hewan Tidak berwarna Merah muda -
Margarin Kuning Kuning +
Minyak kelapa tengik Kuning Merah muda -
Mentega Kuning Kuning +
Asam oleat Kuning Kuning +
Keterangan : + : tidak jenuh
- : jenuh
C C + I2 C C
I I
Gambar 2 Reaksi uji ketidakjenuhan dengan pereaksi Jod Hubl (Bintang 2010)
Kerusakan lemak yang utama adalah timbul bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. Oksidasi dapat terjadi bila ada kontak antara sejumlah
oksigen dengan lemak atau minyak yang mengakibatkan bau tangik pada minyak
atau lemak (Winarno 1992). Oksidasi ini mendorong terbentuknya peroksida
melalui pembentukan hidroperoksida yang akan mengalami degradasi menjadi
aldehid. Pembentukan aldehid yang mudah menguap ini menyebabkan bau khas
yang menyimpang pada lemak (Ketaren 2008). Faktor-faktor yang dapat
mempercepat proses oksidasi adalah logam porfirin seperti hematin, hemoglobin,
mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase cahaya, panas, peroksida lemak
atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn (Ketaren
1986).
Percobaan uji ketengikan ini menggunakan fluoroglusinol sebagai
penampak bercak yang dapat mempercepat terbentuknya warna merah muda pada
kertas saring. Reaksi positif pada uji ini adalah terbentuknya warna merah muda
pada kertas saring yang telah dicelup ke dalam fluoroglusinol. Perubahan warna
ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara fluoroglusinol dengan molekul oksigen
yang mengoksidasi minyak tersebut (Winarno 2002). Penambahan HCl
akan menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak,
sehingga terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk
radikal ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan
peroksida (Mc Lean 2007). Tingkat ketengikan dari lemak atau minyak dapat
diketahui dengan menentukan jumlah peroksida yang telah terbentuk pada minyak
atau lemak tersebut. Namun, uji yang digunakan pada percobaan adalah uji
dengan jumlah karbonil dengan menambahkan senyawa tertentu untuk
membentuk warna, lalu ditritasi dan menggunakan pereaksi floroglusinol.
Hasil percobaan mengenai uji ketengikan dapat dilihat pada Tabel 4.
Minyak kelapa tengik mengalami oksidasi sehingga menghasilkan reaksi positif
dengan bau yang sangat tengik. Uji positif ini ditandai dengan munculnya warna
merah muda pada kertas yang diberi floroglusinol. Lemak hewan dan mentega
masing-masing juga menunjukkan reaksi positif, namun lemak hewan lebih tengik
daripada mentega Minyak kelapa menghasilkan reaksi negatif sehingga minyak
kelapa ini tidak mengalami oksidasi.
Tabel 4 Uji ketengikan
Bahan Pengamatan Ketengikan
Minyak kelapa tengik +++

Minyak kelapa -

Lemak hewan ++

Mentega +
Keterangan : (+++): sangat tengik; (++): tengik; (+) kurang tengik; (-): tidak tengik

Kolesterol sebagai pembangun sel merupakan golongan sterol dari steroid


yang tidak dapat tersabunkan (Bintanah et al. 2010). Kolesterol dapat diuji
menggunakan uji Salkowski dan uji Liebermann-Burchard biasanya dilakukan
secara bersamaan. Prinsip uji Salkowski, sterol dengan konfigurasi tidak jenuh
direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air atau anhidrat akan
membentuk kompleks warna yang bervariasi sesuai dengan kondisi percobaan.
Warna yang timbul dibagian kloroform adalah biru yang kemudian berubah
menjadi merah, sedangkan warna di bagian asam berwarna kuning dengan
fluoresensi hijau bila dilihat melalui sinar refleksi (Bintang 2010). Hasil uji
Salkowski ini menunjukkan hasil positif dengan adanya warna merah pada
kloroform dan warna kuning pada bagian asam.
Uji Liebermann-Burchard memiliki prinsip kolesterol akan larut dalam
kloroform dan bereaksi dengan asam kuat, sehingga membentuk kompleks warna
(Bintang 2010). Mekanisme uji ini dengan penambahan asam sulfat ke dalam
campuran yang berisi kolesterol, akan membuat molekul air berpindah dari gugus
C3 kolesterol yang menyebabkan kolesterol teroksidasi membentuk 3,5-
kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor
yang menghasilkan warna hijau (Mc Lean 2007). Penambahan asam sulfat pekat
berfungsi untuk membentuk kompleks warna, sedangkan asetat anhidrat berfungsi
untuk mengekstraksi kolesterol dan menjamin media bebas air (Boyer 2002).
Percobaan Lieberman-Buchard menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya
warna hijau kehitaman. Hal ini menandakkan bahwa sampel mengandung
kolesterol. Hasil percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Uji kolesterol
Uji Pengamatan Hasil uji Foto
Salkowski Merah +

Lieberman-Buchard Hijau +

Keterangan : + : mengandung kolesterol


- : tidak mengandung kolesterol

SIMPULAN
Sifat-sifat lipid dapat diketahui dengan cara melakukan berbagai uji
kualitatif, seperti kelarutan lipid, uji akrolein, ketengikan, ketidakjenuhan, serta
uji keberadaan kolesterol menggunakan uji Salkwoski dan Liebermann-Burchard.
Eter dan kloroform merupakan pelarut yang baik untuk lipid, hal ini dibuktikan
dengan hampir semua dapat dilarutkan oleh pelarut tersebut. Uji akrolein
menunjukkan adanya gliserol sebagai penyusun lipid pada semua bahan yang
diujikan kecuali pati karena pati termasuk karbohidrat. Pengujian ketidakjenuhan
menunjukkan hasil positif pada margarin, mentega, dan asam oleat yang tergolong
asam lemak tidak jenuh. Uji ketengikan menunjukkan adanya kerusakan pada
lipid dan adanya oksidasi, namun hanya minyak kelapa yang tidak mengalami
oksidasi. Uji keberadaan kolesterol dilakukan menggunakan dua uji, uji
Salkowski dan Liebermann-Burchard yang masing-masing menghasilkan hasil
positif.

DAFTAR PUSTAKA

Bintanah S, Muryati. 2010. Hubungan konsumsi lemak dengan kejadian


hiperkolesterolemia pada pasien rawat jalan di Poliklinik
Jantung Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol 6 (1):
85-90.
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penenlitian. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Boyer RF. 2002. Concepts in Biochemistry. California : Cimmings Publishing
Company, Inc.
Campbell NA. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Rahayu Lestari, penerjemah.
Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Biology.
Hart C, Craine LE, dan Hart DJ. 2003. Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat.
Achmadi SS, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:
Organic Chemistry.
Jain JL, Jain S, Jain N. 2005. Fundamentals of Biochemistry. S. New Delhi:
Chand & Co.
Ketaren S. 1986. Minyak dan Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Lehninger. 2004. Dasar-dasar Biokimia. Maggy T, penerjemah; Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Principle of Biochemistry.
Mc Lean IS. 2007. Observations on Abnormal Iodine Values, with Special
Reference to The Sterols. [terhubung berkala].
http://www.healthday.com (20 November 2013).
Ophart CE. 2003. Virtual chembook [terhubung berkala].
http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook/ (20 November
2013).
Oxtoby DW. 2001. Kimia Modern. Edisi ke-4 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit
EGC.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai