Percobaan I
Reaksi Esterifikasi “Pembuatan Etil Asetat”
Kelompok VII
Fiolla Aprilisty 2007113913
M. Hisna Sayyidhani 2007113910
Muhammad Tantowi Yahya 2007110358
Widiasti Sukmaningrum 2007110682
Asisten:
Syabrinur Fadilah
Dosen Pengampu:
Pekanbaru
2021
Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Ganjil/2021-2022
Percobaan I
Reaksi Esterifikasi “Pembuatan Etil Asetat”
Kelompok VII:
Catatan Tambahan:
Dosen Pengampu,
Pekanbaru, 28 September 2021
ABSTRAK
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris CH3COOC2H5. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas, merupakan pelarut polar menengah yang volatil, tidak beracun dan
tidak higroskopis. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi esterifikasi
terhadap asam karboksilat dan membuat etil asetat dalam skala labor. Reaksi esterifikasi
Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks asam karboksilat
bersama alkohol dengan katalis asam. Pada percobaan ini, asam asetat 5 mol, etanol 3
mol,dan asam sulfat pekat 5 mL direfluks selama 60 menit, kemudian didistilasi untuk
memisahkan produk, proses distilasi dilaksanakan selama 150 menit dengan suhu 78℃.
Dari hasil percobaan didapat etil asetat sebanyak 130 mL dan rendemen yang diperoleh
adalah 7,68%.
ABSTRACT
Ethyl acetate is an organic compound with the empirical formula CH3COOC2H5. This
compound is an ester of ethanol and acetic acid. This compound is a colorless liquid, has
a distinctive aroma, is a medium polar solvent that is volatile, non-toxic and
not hygroscopic. The purpose of this experiment is to study the reaction of esterification
to carboxylic acids and to make ethyl acetate on alabor scale. Fischer esterification
reaction is an ester formation reaction by refluxing the carboxylic acid together with
alcohol with an acid catalyst. In this experiment, acetic acid 5 mol, ethanol 3 mol, and 5
mL concentrated sulfuric acid were refluxed for 60 minutes, then distilled to separate
the product, the distillation process was carried out for 150 minutes at 78℃. From the
experimental results obtained as much as 130 mL of ethyl acetate and the yield obtained
was 7,68%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sektor industri kecil
maupun industri besar yang telah berkembang dengan pesat. Industri-industri tersebut
memerlukan pelarut dalam jumlah yang besar untuk bahan baku dasar produknya. Pelarut
yang sering digunakan adalah etil asetat. Komposisi pelarut etil asetat yang mereka
perlukan sangat menentukan hasil produk yang dihasilkan. Kebutuhan-kebutuhan etil
asetat tentu tidak sebanding dengan produksi etil asetat di Indonesia. Saat ini yang
memproduksi etil asetat hanya dua perusahaan saja di Indonesia (Mega, 2010).
Etil asetat adalah senyawa organik yang bersifat mudah menguap dan
mempunyai aroma yang khas. Dalam skala industri, etil asetat banyak digunakan sebagai
pelarut dalam industri cat, thiner, kosmetik, lem, farmasi, dan industri kimia organik.
Karena kebutuhan etil asetat yang tinggi, maka diperlukan produksi etil asetat yang besar.
Sehingga pembelian etil asetat dari luar dalam jumlah yang banyak dapat dikurangi
dengan membuat etil asetat sendiri (Mega, 2010).
Reaksi esterifikasi fischer merupakan reaksi pembentukan etil asetat dengan
mereaksikan antara asam asetat dan alkohol. Reaksi esterifikasi fischer telah lama
dikenal dan merupakan salah satu reaksi pembentukan ester yang telah ditemukan
oleh Emil Fischer, seorang ilmuan organik pada abad ke 19. Etil asetat dalam
laboratorium kimia organik digunakan sebagai pelarut bahan organik karena sifatnya
tidak beracun. Mengingat kebutuhan etil asetat yang sangat tinggi maka sangat perlu
untuk mempelajari cara membuat pelarut etil asetat ini dalam skala labor (Hadyana,
1993).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karateristik dari asam karboksilat dapat dilihat dari Tabel 2.3. Bau dari asam
karboksilat sangat tidak enak dan gugus OH- pada asam karboksilat tidak berperilaku
seperti basa hidroksida OH-. Hal ini terjadi karena oksigen memiliki keelektronegatifan
yang tinggi sehingga dengan adanya dua atom oksigen pada asam karboksilat akan
membantu membawa ekstra muatan negatif yang menyebabkan atom hidrogen
terdisosiasi. Hal inilah yang menyebabkan asam karboksilat berperilaku seperti asam dan
tidak seperti basa.
Titik leleh dan titik didih Ikatan hidrogen yang kuat antar molekul
menyebabkan titik leleh dan didih dari asam
karboksilat sangat tinggi.
2.1.2 Etanol
Etanol merupaka salah satu produk penting dalam kesehatan dan energi, dapat
dibuat dengan menggunakan metode fermentasi atau biasa juga disebut dengan peragian,
yaitu proses perubahan kimia dalam suatu substrat organik yang dapat berlangsung
karena aksi katalisator biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba-mikroba
hidup tertentu, terjadi karena aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat
organik sesuai. Fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan tersebut
(Fardiaz,1992), terjadi perubahan kimia dari zat organik karena mikroorganisme
Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air
pada semuaperbandingan, yang merupakan salah satu produk utama industri kimia yang
memiliki banyak kegunaan dalam berbagai proses yaitu pelarut, pereaksi, suasana asam,
pengawetan, dan lain lain. Ciri-ciri asam sulfat antara lain cair, bening, tidak berbau
(Listyorini, Murtiono and Agustin, 2018). Kegunaan utamanya antara lain; pemrosesan
biji mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Asam sulfat
juga biasa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk, bahan peledak, detergen,
zat warna, insektisida, obat-obatan, plastik, baja, dan baterai. Asam sulfat murni yang
tidak diencerkan, tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang
higroskopis (kemampuan zat menyerap molekul air). Reaksi antara asam sulfat dengan air
sangat eksotermis sekali. Karena afinitasnya terhadap air ini, asam sulfat pekat dapat
digunakan untuk menghilangkan air dari zat lain (Pudjaatmaka, 1992).
Fase Cair
R – H + HO → SO3H + H2O
Kalsium klorida dengan rumus molekul CaCl2 sering juga disebut Kalsium (II)
klorida, dan Kalsium diklorida. Senyawa ini memiliki nama IUPAC yaitu calcium
chloride yang biasanya berguna dalam penurunan titik beku, pengolahan air, medis,
sterilisasi hewan, sumber ion kalsium, pengering, dan proses industri. Senyawa ini
berbentuk serbuk putih, yang bersifat higroskopis dan tidak berbau. Kalsium klorida ini
larut dalam CH3COOH, alkohol, etanol, metanol, aseton, dan piridin. Tetapi tidak larut
dalam NH3 cair, DMSO, CH3COOC2H5. Kalsium klorida dijumpai sebagai hidrasi padat
dengan rumus umum CaCl2(H2O)x dengan nilai x = 0, 1, 2, 4, dan 6. Senyawa ini
terutama digunakan untuk penghilang es dan pengendali debu. Karena garam anhidrat
yang higroskopis dan digunakan sebagai desikan. Kalsium klorida larut dalam air
menghasilkan klorida dan kompleks logam akuo [Ca(H2O)6]2+, yang merupakan sumber
kalsium "bebas" dan ion klorida bebas. Penjelasan ini menggambarkan fakta bahwa
larutan ini bereaksi dengan sumber fosfat menghasilkan endapan kalsium fosfat
(Alfionita, 2019).
2.2.5 Distilasi
Distilasi merupakan proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair
berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana distilasi dilakukan dengan memanaskan
atau menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair dengan
bantuan kondensor. Prinsip dasar dari distilasi adalah pemisahan suatu campuran atau
komponen zat berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen tersebut. Titik
didih disini dipengaruhi oleh interaksi antar molekul pelarut dan zat terlarut. Titik didih
pelarut akan meningkat ketika ditambahkan zat terlarut, hal ini disebabkan karena
bertambahnya interaksi antar molekul dari pelarut dan zat terlarut. Ketika dipanaskan, zat
pelarut akan mendidih terlebih dahulu karena ikatan antar molekul pelarut merupakan
interaksi yang lebih lemah dari interaksi pelarut dan zat terlarut dengan demikian
didapatkan pemisahan zat terlarut dari pelarutnya (Hedricson, 1988).
2.2.6 Ester
Ester merupakan salah satu senyawa derivat asam karboksilat dimana gugus
hidroksilnya (-OH) digantikan oleh gugus alkoksi (-OR) dari alkohol. Senyawa yang
dikategorikan sebagai derivate asam karboksilat adalah senyawa- senyawa yang apabila
dihidrolisis akan menghasilkan asam karboksilat. Contoh derivat asam karboksilat selain
ester adalah halida asam, anhidrida asam, amida serta nitril. Halida asam merupakan
derivat yang paling reaktif karena mempunyai gugus pergi yang baik. Kebanyakan ester
merupakan zat yang berbau enak dan menyebabkan cita rasa dan harum dari banyak
buah-buahan dan bunga. Senyawa ester juga memiliki hubungan sintetik dengan senyawa
lain. Diantaranya ester dapat dibuat dari senyawa anhidrida asam, asam karboksilat,
ataupun halida asam. Selain itu, dari senyawa ester dapat dihasilkan senyawa asam
karboksilat, amida, polyester, ester lain, dan alkohol (Ali, 2008).
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan
etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat. Katalis asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi Fischer (Clark, 2007). Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Pine,
1998):
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Katalis Asam ditambahkan ke dalam labu dengan pelan – pelan. Kemudian labu
digoyang sambil didinginkan dalam air.
3. Labu kemudian disambungkan dengan kondensor refluks terbalik, jangan lupa
panaskan campuran pada waktu dan suhu yang telah ditentukan, kemudian
dinginkan.
4. Campuran larutan tersebut kemudian didistilasi pada waktu dan suhu yang telah
ditentukan hingga didapat destilat.
5. Etil asetat yang sudah didapat kemudian ditambahkan dengan 5 gram CaCl2
anhidrat di dalam gelas piala dan diaduk dengan spatula, setelah itu disaring
dengan kertas saring. Catat volume etil asetat yang didapat sebelum ditambahkan
CaCl2.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini etil asetat dibuat dengan mereaksikan asam asetat dengan
etanol menggunakan katalis asam sulfat pekat. Reaksi yang digunakan dalam percobaan
ini adalah reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi adalah reaksi bolak balik dan merupakan
reaksi kesetimbangan. Beberapa cara yang sering dilakukan untuk mendorong reaksi ke
arah kanan adalah air yang terbentuk harus dihilangkan, penggunaan alkohol harus
berlebih atau penggunaan asam asetat yang berlebih (Trihadi, 2007).
Untuk pembuatan etil asetat, hal yang harus dilakukan adalah menyiapkan bahan-
bahannya. Bahan-bahan tersebut yaitu asam asetat (asam etanoat), etanol, asam sulfat,
dan CaCl2 anhidrat. Masing-masing bahan mempunyai kadar, yaitu asam asetat dengan
kadar mol sebanak 5 mol, etanol dengan kadar mol sebanyak 3 mol, asam sulfat dengan
kadar volume sebanyak 5 mL, dan CaCl2 anhidrat dengan massanya sebanyak 7 gram.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan etanol, asam asetat, dan beberapa batu
didihke dalam labu didih. Fungsi penambahan batu didih ada 2, yaitu untuk meratakan
panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk
menghindari titik lewat didih. Jumlah mol etanol dan asam asetat yang digunakan
masing-masing adalah 5 mol dan 3 mol. Kemudian ditambahkan katalis asam, yaitu asam
sulfat sebanyak 5 mL dengan hati-hati sanbil digoyang dan didinginkan dengan air.
Fungsi dari penambahan katalis ini adalah untuk mempercepat suatu reaksi antara asam
asetat dengan etanol di dalam labu didih.
Langkah selanjtunya adalah labu didih yang sudah didinginkan tadi dihubungkan
dengan kondensor refluks terbalik. Kemudian, campuran tersebut dipanaskan degan
menggunakan alat pengangas air selama 60 menitdengan suhu 78ºC. Tujuan dilakukan
pemanasan ini adalah agar reaksi yang berlangsung dengan cepat. Sedangkan tujuan
refluks terbalik adalah agar larutan yang menguap akan masuk ke kondensor dan
kemudan di dalam kondensor itu terjadi perubahan fasa dari uap menjadi cair kembali.
Selanjutnya adalah setelah proses pendinginan dilakukan distilasi pada suhu 78ºC
selama 150 menit. Proses distilasi adalah proses pemisahan dua atau lebih komponen zat
cair berdasarkan pada titik didih (Hedricson, 1988). Tujuan dilakuakn proses distilasi ini
adalah untuk memisahkan etil asetat dengan air yang merupakan hasil samping dari reaksi
esterifikasi. Titik didih etil asetat lebih rendah daripada titik didih air sehingga etil asetat
akan lebih cepat menguap daripada air. Hasil dari proses distilasi ini adalah etil asetat
yang masih tersisa air.
Langkah selanjutnya adalah etil asetat ditambahkan dengan CaCl2 anhidrat
sebanyak 7 gram. Tujuan penambahan CaCl2 anhidrat adalah untuk mengikat air yang
masih tersisa di dalam etil asetat. Selanjutnya adalah etil asetat disarig dengan
menggunakan kertas saring. Tujuan dilakukan penyaringan adalah untuk memisahkan
larutan murni dari etil asetat dengan partikel suspensi dari cairan. Hasil dari setelah
dilakukakan penyaringan adalah etil asetat dengan volumenya 130 mL sehingga
rendemen yang dihasilkan sebanyak 7,68 % sedangkan untuk berat jenis dari etil asetat
yang dihasilkan sebanyak 0,9 gram/mL.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembuatan suatu ester dari asam karboksilat
dan alkohol dengan menggunakan katalis asam kuat. Reaksi esterifikasi
dipengaruhi oleh suhu, waktu reaksi, katalis, dan perbandingan mol reaktan.
2. Distilasi merupakan pemisahan dari dua campuran berdasarkan perbedaan derajat
volatilitas dengan metode pemanasan dimana zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap terlebih dahulu.
3. Etil asetat yang didapatkan dari hasil percobaan pembuatan ester adalah 130 mL.
5.2 Saran
1. Dalam pemasangan alat harus benar dan rapat, apabila tidak rapat etil asetat akan
menguap sehingga hasil yang didapat akan sedikit.
2. Pada saat proses destilasi ataupun refluks suhu harus dijaga konstan sesuai yang
telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adani, S. I. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi Pada Proses Destilasi untuk
Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. JurnalChemurgy, vol. 1, no. 1, hh. 31-35.
Arita, S. 2008. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak dari CPO Off Grade dengan Metode
Esterifikasi-Transesterifikasi. Palembang: Universitas Sriwijaya
Buckle, C. 1985. Industrial use of immobilized enzymes and cells. Mahidol University:
Bangkok.
Harjanto, A. G. 2012. Prarancangan Pabrik Iso-Amil Asetat dari Asam Asetatdan Iso-
Amil Alkohol Kapasitas 55.000 Ton/Tahun. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi V. Jakarta: Erlangga
Mega, A. 2010. Larutan Kimia Analisis dan Manfaat dalam Kehidupan. Bandung: Cipta
Warsa
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Kelompok :7
A.1 Bahan-bahan
1. 5 mol asam asetat
2. 3 mol etanol
3. 5 mL asam sulfat
4. 7 gram CaCl2 anhidrat
A.3 Hasil
1. Etil asetat setelah pengeringan dengan CaCl2 anhidrat = 130 mL
LAMPIRAN B
LEMBAR PERHITUNGAN
7,68 %