Anda di halaman 1dari 13

Nama : M.

Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

D. Hasil dan Pembahasan


1) Ekstraksi Enzim Amilase
1.1 Larutan Standar Maltosa
a. Tabel Absorbansi Larutan Standar Maltosa

Konsentrasi Absorbansi

0 ppm 0
100 ppm 0.155
200 ppm 0.250
300 ppm 0.372
400 ppm 0.413
500 ppm 0.547
600 ppm 0.564
700 ppm 0.590
800 ppm 0.761

Sampel Absorbansi

Biji kering 0,150


Biji direndam 0,016
Kecambah umur 12 jam 0,035
Kecambah umur 24 jam 0,095
Kecambah umur 48 jam 0,220

b. Kurva Larutan Standar Maltosa

Absorbansi
0.8
0.7 f(x) = 0 x + 0.06
0.6 R² = 0.97
0.5
Absorbansi

Absorbansi
0.4
Linear (Absorbansi)
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Konsentrasi

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai


absorbansi (y) pada masing-masing konsentrasi larutan standar maltosa,
sehingga diperoleh kurva larutan standar maltosa. Pada konsentrasi 0 ppm
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

didapatkan nilai absorbansi sebesar 0, pada konsentrasi 100 ppm mengalami


kenaikan nilai absorbansi menjadi 0.115, pada 200 ppm nilai absorbansi menjadi
0.250, pada konsentrasi 300 ppm nilai absorbansi menjadi 0.372, pada
konsentrasi 400 ppm nilai absorbansi menjadi 0.413, pada konsentrasi 500 ppm
nilai absorbansi menjadi 0.547, pada konsentrasi 600 ppm nilai absorbansi
menjadi 0.564, pada konsentrasi 700 ppm nilai absorbansi menjadi0.590, dan
pada konsentrasi 800 ppm nilai absorbansi menjadi 0.761. Naiknya nilai
absorbansi seiring dengan naiknya konsentrasi maltosa menjadikan kurva yang
didapatakan berbentuk linier dengan regresi R2=0.984 dengan persamaan kurva
standar y = 0,0009x - 0,0623.

a. Tabel Absorbansi Larutan Sampel

Perlakuan Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Biji kering 97,4 0,150


Biji direndam 12 jam -51,4 0,016
Kecambah 12 jam -30,3 0,035
Kecambah 24 jam 36,33 0,095
Kecambah 48 jam 175,22 0,220

Perhitungan:
Untuk menghitung sampel biji kering, biji direndam 12 jam, kecambah umur 12
jam, kecambah umur 24, kecambah umur 48 jam dalam praktikum dapat dihitung
melalui persamaan kurva standar yakni y = 0,0009x + 0,00623. Sehingga
didapatkan perhitungan sebagai berikut,
Kering
y=0,0009+ 0,00623
0,150=0,0009+0,00623
x=97,44 ppm

Rendam 12 jam
y=0,0009+ 0,00623
0,016=0,0009+0,00623
x=−51,4 ppm

Kecambah 12 jam
y=0,0009+ 0,00623
0,035=0,0009+0,00623
x=−30,33 ppm

Kecambah 24 jam
y=0,0009+ 0,00623
0,095=0,0009+0,00623
x=36,33 ppm
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

Kecambah 48 jam
y=0,0009+ 0,00623
0,220=0,0009+0,00623
x=175,22 ppm

b. Kurva Larutan Sampel

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai absorbansi


masing-masing perlakuan sampel sebagai berikut: Pada sampel kacang hijau
kering, didapatkan nilai absorbansi sebesar 0.15, sehingga melalui persamaan y
= 0,0009x - 0,0623 diperoleh konsentrasinya (x) yakni sebesar 97.4 ppm. Pada
kacang hijau yang direndam 12 jam, nilai absorbansi 0.016 sehingga konsentrasi
yang diperoleh menggunakan persamaan tersebut yaitu -51.4 ppm. Pada sampel
kacang hijau dikecambahkan 12 jam dengan menggunakan persamaan yang
sama dan nilai absorbansi 0,035 didapatkan nilai konsentrasi sebesar -30,3 ppm.
Pada sampel kacang hijau dikecambahkan 24 jam mengalami penurunan nilai
absorbansi yaitu 0.095, sehingga konsentrasi yang didapatkan yakni 36.33 ppm.
Dan pada sampel kacang hijau dikecambahkan 48 jam dengan nilai absorbansi
0.22 didapatkan nilai konsentrasi 175,22 ppm.
Terjadinya kenaikan dan penurunan absorbansi pada masing-masing
sampel menjadikan kurva yang didapatkan berbeda dengan kurva larutan
standar. Hal ini dapat dilihat dari kurva yang dihasilkan dengan persamaan y =
0,001x - 0,0495 dan R2=1.
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

1. 3 Aktifitas Enzim Amilase


a. Tabel Aktivitas Enzim Amilase

Konsentrasi AktivitasEnzim
Perlakuan Absorbansi
(ppm) (Unit/mikromol)

Biji kering 0,150 97,4 97,4


Biji direndam 12 jam 0,016 -51,4 -51,4
Kecambah 12 jam 0,035 -30,3 -30,3
Kecambah 24 jam 0,095 36,33 36,33
Kecambah 48 jam 0,220 175,22 175,22

b. Perhitungan Aktivitas Enzim Amilase

(1) Biji Kacang Hijau Kering


1 1 unit
Aktivitas Enzim Amilase=C × × FP ×
T 1mikromol
1 1 unit
¿ 97,4 × ×10 ×
10 1mikromol
¿ 97,4 unit per mikromol

(2) Biji Kacang Hijau Direndam 12 jam


1 1 unit
Aktivitas Enzim Amilase=C × × FP ×
T 1mikromol

1 1unit
¿−51,4 × ×10 ×
10 1 mikromol
¿−51,4 unit per mikromol

(3) Biji Kacang Hijau Dikecambahkan 12 jam


1 1 unit
Aktivitas Enzim Amilase=C × × FP ×
T 1mikromol
1 1 unit
¿−30,33× ×10 ×
10 1 mikromol
¿−30,33unit per mikromol

(4) Biji Kacang Hijau Dikecambahkan 24 jam


1 1 unit
Aktivitas Enzim Amilase=C × × FP ×
T 1mikromol
1 1 unit
¿−36,33× ×10 ×
10 1 mikromol
¿−36,33unit per mikromol

(5) Biji Kacang Hijau Dikecambahkan 48 jam


1 1 unit
Aktivitas Enzim Amilase=C × × FP ×
T 1mikromol
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

1 1 unit
¿ 175,22× ×10 ×
10 1 mikromol
¿ 175,22unit per mikromol
c. Perbandingan Kurva Absorbansi Larutan Standar Maltosa dengan Kurva
Absorbansi Larutan Sampel
Berdasarakan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan 2 macam kurva
yakni Kurva Absorbansi Larutan Standar Maltosa dengan hasil persamaan y =
0,0009x + 0,0623 dan Kurva Absorbansi Larutan Sampel dengan hasil
persamaan y = 0,001x + 0,0495 .Jika dilihat dari kedua hasil persamaan
tersebut, dapat analisa bahwa kedua kurva tersebut memiliki perbedaan yang
signifikan, karena pada kurva absorbansi larutan sampel kurva mengalami
penurunan di awal dan meningkat drastis di akhir. Nilai absorbansi yang tinggi
menunjukkan bahwa bemakin banyak komponen pereduksi yang ada pada
sampel, sehingga semakin banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid
yang terbentuk dan mengakibatkan serapan yang terdeteksi pada spektrofotmetri
semakin tinggi sehingga nilai absorbansi menjadi tinggi. Semakin tinggi nilai
absorbansi, maka semakin tinggi konsentrasi yang didapatkan dan semakin
tinggi pula nilai aktivitas enzim amilase yang didapatkan.
Namun, pada sampel pertama (biji kering) hingga sampel ketiga
(kecambah 12 jam) cenderung mengalami penurunan nilai absorbansi yang
tentunya akan menjadikan penurunan konsentrasi pada kurva. Kurva masih
tampak linier dengan persamaan y = 0,001x + 0,0495 dengan R2=0.1.
Semakin besar nilai R, maka nilai akurasinya akan semakin bagus.
Berdasarkan literatur, kurva standar diperoleh dengan mengukur absorban dari
sederetan konsentrasi larutan standar. Nilai R yang tidak berbeda jauh antara
dua data menyatakan bahwa konsentrasi pembuatan pengeceran larutan hampir
akurat (Kodri, 2013).

E. Analisa Prosedur
Pada pengujian enzim amilase langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan. Alat yang digunakan ada praktikum kali ini adalah satu buah pipet ukur
ukuran 5 ml, satu buah pipet ukur ukuran 10 ml, bulb, tabung reaksi, satu buah rak tabung
reaksi, erlenmeyer, mortar, beaker glass dua buah, dan pipet tetes. Bahan yang
digunakan adalah kacang hijau, dan direndam, DNS, aquades dan larutan maltosa.
Setelah menyiapkan alat dan bahan langkah selanjutnya adalah menyiapkan sampel yaitu
kacang hijau yang kemudian ditimbang sebanyak 50 gr menggunakan timbangan analitik
kemudian dibagi sampel menjadi 5 perlakuan yaitu 10 gr biji kacang hijau kering, 10 gr
kacang hijau yang direndam selama 12 jam, 10 gr biji kacang hijau yang dikecambahkan
12 jam, 10 gr kacang hijau yang dikecambahkan 24 jam dan 10 gr kacang hijau yang
dikecambahkan 48 jam. Kemudian sampel ditumbuk dan ditimbang sebanyak 5 gr
menggunakan mortar hingga halus. Fungsi penumbukan menggunakan mortar adalah
untuk mengeluarkan enzim α-amilase yang terdapat di dalam sel, dan memperkecil
ukuran sehingga luas permukaan semakin besar yang dapat mempercepat jalannya
reaksi. Setelah itu sampel yang sudah ditumbuk dan ditimbang sebanyak 5 gr
dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 50 ml larutan buffer asetat (0,1
– 0,5 M) dengan pH 5.5 yang berfungsi untuk mempertahankan pH lingkungan sehingga
membuat kinerja enzim optimum karena range pH aktif enzim amilase adalah 4,5 – 8.
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

Kemudian didiamkan selama 30 menit sambil diaduk sesekali agar homogen. Fungsi
pendiaman larutan buffer asetat dan sampel adalah untuk membiarkan enzim bekerja
dengan baik. Setelah itu disaring menggunakan kertas saring Whatman dengan
erlenmeyer dibawahnya. Fungsi penyaringan adalah untuk mendapatkan filtrat yang
berupa enzim amilase. Setelah dilakukan penyaringan maka beaker glass yang berisi
sampel ditimbang pada timbangan analitik kemudian dikonversi dan dimasukkan valkon.
Setelah dilakukan penimbangan kemudian masing-masing sampel diambil 10 ml
dengan menggunakan pipet ukur ukuran 10 ml dan dimasukkan ke dalam valkon hingga
berat masing-masing sampel mencapi 12 gram setelah itu dilakukan sentrifugasi, pada
berat masing-masing sampel harus memiliki berat yang sama agar pada proses
sentrifugasi dapat seimbang sehingga diperoleh hasil yang sesuai. Setelah itu sampel
disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 30 menit. Fungsi sentrifugasiadalah
untuk memisahkan supernatan dan natan dan memisahkan padatan dengan ekstrak.
Setelah dilakukan sentrifugasi masing-masing sampel diambil 1 ml supernatannya dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditutup menggunakan aluminium foil pada
bagian mulut tabung reaksi.
Setelah itu masing-masing pada sampel dilakukan tahap pengujian aktivitas enzim
amilase. Masing-masing tabung reaksi yang berisi supernatan ditambahkan 1 ml larutan
substrat pati menggunakan pipet ukur ukuran 5 ml yang dibuat dengan cara melarutkan
0,2 gram soluble starch dengan ditambahkan 20 ml aquades, kemudian dipanaskan dan
diaduk hingga jernih dan homogen. Penambahan larutan substrat pati berfungsi sebagai
bahan atau substrat yang akan dihidrolisis oleh enzim. Setelah penambahan substrat pati
kemudian tabung reaksi ditutup dengan alumunium foil pada mulutnya. Setelah itu
diinkubasi selama 10 menit. Setelah diinkubasi, ditambahkan 2 ml larutan DNS yang
berfungsi sebagai untuk mengukur aktivitas enzim, yang akan berikatan dengan gula
pereduksi yang dihasilkan dari pemcahan sehingga menghasilkan warna merah jingga.
Setelah itu, mulut tabung reaksi ditutup menggunakan aluminium foil dan dipanaskan
menggunakan beaker glass yang sudah diisi air diatas kompor listrik hingga mendidih.
Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reagen DNS bereaksi dan menginaktifasi
enzim, penginaktifasian enzim ini agar enzim tidak bekerja sehingga dapat diukur dengan
stabil nantinya. Kemudian tabung reaksi didinginkan menggunakan aquades mengalir
yang bertujuan untuk mendinginkan bahan sehingga tidak terjadi kerusakan pada alat
spektrofotometer ketika pengukuran absorbansi larutan.
Setelah pendinginan, langkah selanjutnya adalah pengukuran absorbansi larutan
dengan menggunakan alat spektrofotometer. Langkah pertama adalah pengkalibrasian
alat dengan larutan blanko yaitu aquades. Kuvet dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan aquades pada bagian terang dan buram secara merata kemudian di lap
menggunakan tisu dengan satu arah setelah itu diisi larutan aquades lalu alat
spektrofotometer dengan menekan tombol hijau dan diatur panjang gelombangnya 540
nm setelah itu dikeluarkan larutan blanko kemudian dimasukkan kuvet yang berisi
masing-masing sampel kemudian diukur nilai absorbansinya pada pergantian antar
sampel yang selanjutnya spektofotometer harus di kalibrasi agar hasilnya tidak minus.
Dan lakukan hal tersebut hingga semua sampel telah diukur. Setelah mendapatkan
seluruh pengukuran absorbansi pada sampel maka didapatkan hasil pembuatan kurva
percobaan.

F. Hubungan antara reagen DNS dengan aktivitas enzim amilase


Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

Fungsi dari reagen DNS adalah untuk mengukur aktivitas enzim yang akan
berikatan dengan gula pereduksi hasil hidrolisis substrat pati oleh enzim amilase dimana
reagen DNS akan terduksi oleh gula pereduksi dalam sampel menjadi asam 3-amino-5-
dinitrosalisilat yang mudah menyerap gelombang elektromagnetik. Semakin enzim
amilase dapat bekeja dengan baik maka semakin banyak pati yang dihidrolisis menjadi
maltosa atau gula disakarida lainnya. Menurut literatur, semakin banyaknya jumlah gula
pereduksi maka perubahan warna akan semakin jingga (Joanda et al, 2013). Apabila
warna larutan sampel semakin berwarna merah atau kuning jingga, hal itu menunjukkan
bahwa reagen DNS banyak yang bereaksi dengan maltosa. Selain itu, juga dapat
menunjukkan aktivitas enzim amilase yang terjadi dalam sampel semakin tinggi dan nilai
absorbansi pada spektrofotometer juga semakin besar. Nilai absorbansi pada
spektrofotometer berpengaruh pada data aktivitas enzim pada sampel.

G. Perbandingan antar sampel yang diuji


Pada data hasil praktikum diperoleh bahwa sampel kacang hijau yang dikeringkan
diperoleh aktivitas enzim amilasenya ada 97,4 unit per mikromol dengan nilai absorbansi
0,15. Pada sampel kacang hjau yang direndam selam 12 jam diperoleh nilai aktivitas
enzim amilase adalah -51,4 dengan nilai absorbansi 0,16. Pada sampel kacang hijau
yang dikecambahkan selama 12 jam diperoleh nilai aktivitas enzim amilase adalah -30,3
unit per mikromol dengan nilai absorbansinya adalah 0,035. Pada kacang hijau yang
dikecambahkan selama 24 diperoleh hasil aktivitas enzim amilasae adalah 36,33 unit per
mikromol dengan nilai absorbansinya 0,095 dan pada kacang hijau yang dikecambahkan
selama 48 jam diperoleh aktivitas enzim amilase sebesar 175,22 dengan nilai
absorbansinya adalah 0,22. Dari data tersebut diperoleh bahwa aktivitas enzim amilase
tertinggi adalah pada kacang hijau yang dikecambahkan selama 48 jam dengan nilai
175,22 unit per mikromol dan nilai absorbansinya adalah 0,22. Hasil dari praktikum
tersebut sesuai dengan literatur. Menurut literatur pada permulaan masa perkecambahan
yaitu setelah 6 jam giberelic acid membentuk enzim amilase. Lalu dalam 12-18 jam
perkecambahan, enzim amilase akan mencerna amilosa dan amilopektin pada pati
kecambah (Reed, 2012). Sehingga yang memiliki nilai aktivitas enzim paling besar adalah
kacang hijau yang dikecambahkan pada waktu 48 jam. Sampel yang digunakan pada uji
aktivitas enzim amilase terdiri dari biji kacang hijau kering, biji kacang hijau yang
direndam 12 jam, kacang hijau dikecambahkan 12 jam, kacang hijau dikecambahkan 24
jam, dan kacang hijau dikecambahkan 48 jam. Percobaan yang dilakukan menghasilkan
data berupa absorbansi, konsentrasi, dan aktivitas enzim amilase pada masing-masing
sampel. Pada sampel biji kacang hijau kering didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,15
dengan konsentrasi 97,4 ppm dan aktivitas enzim α-amilase 97,4 unit per mikromol. Pada
sampel biji kacang hijau yang direndam selama 12 jam dihasilkan nilai absorbansi
sebesar 0,016 dengan konsentrasi -51,4 ppm dan aktivitas enzim α-amilase -51,4 unit per
mikromol. Pada sampel kacang hijau yang dikecambahkan selama 12 jam didapatkan
nilai absorbansi sebesar 0,035 dengan konsentrasi -30,3 ppm dan aktivitas enzim α-
amilase -30,3 unit per mikromol. Pada sampel kacang hijau yang dikecambahkan selama
24 jam dihasilkan nilai absorbansi sebesar 0,095 dengan konsentrasi 36,33 ppm dan
aktivitas enzim α-amilase 36,33 unit per mikromol. Pada sampel kacang hijau yang
dikecambahkan selama 48 jam dihasilkan nilai absorbansi sebesar 0,22 dengan
konsentrasi 175,22 ppm dan aktivitas enzim α-amilase 175,22 unit per mikromol.
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

Dari seluruh data di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas enzim α-amilase
tertinggi terdapat pada sampel kacang hijau yang dikecambahkan selama 48 jam.
Semakin lama proses perkecambahan maka semakin tinggi pula aktivitas enzimnya
karena kacang hijau membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk proses
perkecambahan sehingga aktivitas enzim amilase pada kecambah umur 48 jam yang
paling tinggi (Kodri, 2013). Namun terdapat penurunan konsentrasi pada kecambah 24
jam, karena adanya kesalahan pada proses ekstraksi atau kondisi yang diciptakan belum
terlalu sesuai dengan kondisi optimum kerja enzim amilase sehingga kerjanya menjadi
tidak maksimal dan menghasilkan beberapa data yang melenceng.

H. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim


(1) Suhu
Enzim tersusun atas protein yang tidak tahan pada suhu tinggi sehingga pada kondisi
suhu yang tinggi, enzim dapat terdenaturasi. Umumnya aktivitas enzim α-amilase
optimal pada suhu 30-40oC dan akan mengalami penurunan aktivitas pada suhu 45-
50oC. Peningkatan suhu secara umum akan mempercepat reaksi kimia enzim,
namun jika suhu yang meningkat terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya
denaturasi enzim yaitu kerusakan struktur protein enzim (Rahmawati, 2013).
(2) pH
Derajat keasaman atau yang dikenal dengan pH memiliki pengaruh terhadap aktivitas
enzim. Sama dengan suhu, karena enzim merupakan protein yang sensitif terhadap
perubahan pH, maka pada kondisi pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah maka
enzim akan terdenaturasi dan tidak dapat bekerja secara maksimal. Umumnya pH
optimum untuk kerja enzim yaitu antara 4,5-8 (Reed, 2012).
(3) Konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi enzim dalam memecah suatu substrat tergantung pada konsentrasi
enzim tersebut. Pada kondisi dimana suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan
reaksi bertambah dengan meningkatnya konsentrasi enzim (Basit et al, 2013).
(4) Konsentrasi substrat
Meningkatnya konsesntrasi substrat akan mampu menaikkan kecepatan reaksi.
Tetapi, pada batas tertentu tidak akan terjadi peningkatan kecepatan reaksi walaupun
konsentrasi substratnya diperbesar. Hal ini terjadi karena neraca reaksinya sudah
mencapai titik keseimbangan dimana meskipun substrat yang ada ditambahkan
konsentrasinya, kecepatan reaksinya tidak akan bertambah (Bahri et al, 2012).
(5) Zat inhibitor
Suatu zat inhibitor akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada sisi aktif
enzim. Inhibitor akan mengisi sisi aktif enzim sehingga substrat tidak akan bisa
mengisi sisi aktif tersebut. Selain itu, inhibitor juga mampu mengisi sisi alosterik dari
enzim. Ketika sisi aktif akan dimasuki oleh substrat, sisi aktif tersebut tidak cocok
sehingga enzim dan substrat tidak dapat bergabung (Susanti, 2010).
(6) Waktu Inkubasi
Waktu inkubasi digunakan enzim untuk menghidrolisis pati. Semakin lama waktu
inkubasi maka semakin banyak pula pati yang terhidrolisis. Beberapa enzim juga
membutuhkan waktu inkubasi yang berbeda-beda. Ada beberapa enzim
membutuhkan waktu inkubasi yang lama untuk bereaksi dengan substrat (Susanti,
2010).
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

Kesimpulan

Prinsip dari ekstraksi dan uji aktivitas enzim amilase adalah menguji aktivitas enzim
amilase dari kecambah biji-bijian dimana aktivitas enzim amilase ditunjukan dan diukur dari
banyaknya maltosa yang terbentuk ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi
merah-jingga setelah direaksikan dengan reagen DNS. Dimana pada uji ini dalam mengukur
aktivitas enzim amilase menggunakan substrat berupa pati yang kemudian akan dipecah
oleh enzim membentuk maltosa.
Tujuan dari praktium kali ini adalah untuk mengetahui kadar aktivitas enzim amilase
yang diekstrak dari beberapa sampel dengan perlakuan yang berbeda serta agar mampu
melakukan ekstraksi enzim amiasi dari baan pangan. Faktor yang mempengaruhi adalah
suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat dan inhibitor. Hasil kurva sampel yang
diperoleh melalaui perhitungan adalah linear atau sesuai dengan kurva standar yang ada.
Semakin tinggi nilai absorbansi maka semakin banyak konsentrasi serta semakin besar
aktivitas enzim amilase.
Dari data hasil praktikum didapatkan hasil bahwa yang memiliki aktivitas enzim
amilase paling tinggi adalah kacang hijau yang dikecambahkan selama 48 jam dengan nilai
175,22 unit per mikromol dengan nilai absorbansinya 0,22 dan konsentrasi 175,22 ppm.
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Bahri, Syaiful, Moh. Mirzan, dan Moh. Hasan. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase Dari
Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.). Jurnal Natural Science Vol. 1.(1)
132-143. Palu: Universitas Tadulako
Basit, Wajih Abdul, et al. 2013. Kinetika Reaksi Enzimatis. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Joanda, Alif, et al. 2013. Enzim Amilase pada Kacang Hijau. Jakarta: ISTN
Kodri,et al. 2013. Utilization Enzymes Cellulase from Trichodermareesei and Aspergillusniger
For Enzymatic Hydrolysis of Rice Straw Catalyst with Microwave Pretreatment. Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis Vol. 1 No. 1.
Rahmawati, I. 2013. Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Reed, Gerald. 2012. Enzymes in Food Processing. New York: Academic Press
Susanti, Devi. 2010. Amobilisasi Enzim Α-Amilase Dari Bacillus subtilis ITBCCB 148 Dengan
Menggunakan Karboksil Metil Selulosa (CMC). Lampung: Universitas Lampung
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

Susanti, Devi. 2010. Amobilisasi Enzim Α-Amilase Dari Bacillus subtilis ITBCCB 148 Dengan
Menggunakan Karboksil Metil Selulosa (CMC). Lampung: Universitas Lampung

Bahri, Syaiful, Moh. Mirzan, dan Moh. Hasan. 2012. Karakterisasi Enzim Amilase Dari
Kecambah Biji Jagung Ketan (Zea mays ceratina L.). Jurnal Natural Science Vol. 1.(1)
132-143. Palu: Universitas Tadulako
Nama : M. Iqbal Baihaqi
NIM : 165100101111007
Kelas :G
Kelompok : G4

Reed, Gerald. 2012. Enzymes in Food Processing. New York: Academic Press

Anda mungkin juga menyukai