GULA PASIR • Merupakan nama yang diberikan pada sukrosa, suatu disakarida yang dihasilkan oleh tanaman penghasil gula pasir • Gula tebu berbeda dengan gula bit karena sumber berbeda • Perbedaan terdapat pada kadar trace elements • Gula tebu hampir semua terdiri dari sukrosa (99,90%), gula invert 0,01%, abu 0,03%, air 0,03%, bahan lain 0,03% Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 2 BUDIDAYA TEBU • Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman rumput daerah tropis • Tebu menyimpan gula dalam batang sepanjang hidupnya, sehingga tidak ada ketentuan pasti tebu dianggap matang atau masak • Umur tebu dapat mencapai 3-4 tahun • Ditanaman dari biji atau batang • Tumbuh 3-5 m bahkan 7 m dengan diameter batang sekitar 2 cm • Pada proses pemanenan, batang dipotong dan harus segera diolah untuk mencegah kerusakan mikrobiologis yang mendegradasi sukrosa Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 3 Pengolahan Gula Tebu
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 4
1. PEMBERSIHAN • Batang tebu diangkut ke pabrik gula • Untuk menghilangkan kotoran seperti debu dan tanah, batang tebu dicuci dengan air menggunakan air kondensasi atau air hasil resirkulasi • Pada tahap ini 1-2% gula dapat hilang. • Pada lahan yang berbatu, batang tebu dipisahkan dengan batu dengan cara mengapungkannya dalam air
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 5
Perlakuan Awal • Perlakuan awal dengan memotong dan mencacah tebu. • Menggiling cacahan tebu denagn menggunakan pisau • Pisau tebu I cenderung dipasang dengan arah yang searah dan pisau tebu II dengan arah yang berlawanan. • Setelah melewati pisau tebu, hasil potongan tebu melewati unigrator untuk menumbuk tebu hingga halus sehingga mempermudah proses penggilingan.
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 6
2. EKSTRASI NIRA (Juice Extraction) • Nira diekstrak dari batang tebu dengan penggilingan • Penggilingan dilakukan dengan pengepresan /pengempaan menggunakan dua roller berat atau dengan cara difuusi dimana gula mengalami leaching ke air • Kadang-kadang batang tebu dipotong-potong dulu dengan panjang 10-20 cm • Pemotongan dilakukan dengan menggunakan rotating knives
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 7
a. Penggilingan • Potongan tebu dilewatkan pada serangkaian penggiling • Penggiling terdiri dari 3 buah silinder atau roll dengan diameter 50-100 cm, satu di bagian atas dan dua di bagian bawah • Jumlah penggilingan bervariasi 3-7 • Ampas penggilingan tebu disebut bagasse • Untuk mendapatkan penggilingan yang optimum, sistem imbibisi diterapkan • Bagasse disemprot dengan air untuk mengekstrak residu gula dan kemudian digiling kembali • Nira hasil penggilingan tersebut digabung • Tenaga untuk penggilingan berasal dari turbin uap Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 8 Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 9 Ada 3 Roll • Rol depan (feeding roll) • Rol atas (top roll) • Rol belakang (bagasse roll)
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 10
Komponen Penggilingan Komponen peralatan yang berperan antara lain : • Unit Gilingan, merupakan peralatan utama terjadinya proses pemerahan. Macam mill tandem telah tersebut diatas. • Turbin Uap ( steam turbine ), merupakan peralatan penggerak roll gilingan • Intermediate Carrier ( IMC ), merupakan peralatan transfer ampas antar gilingan • Bagasse Elevator ( BE ), merupakan peralatan transfer ampas hasil akhir gilingan dikirim sebagai bahan bakar boiler.
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 11
Pemberian air = air imbibisi
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 12
Air Imbibisi • Pemberian air maupun campuran nira pada ampas yang akan masuk gilingan II, III, IV, dan V disebut imbibisi. • Tujuan pemberian imbibisi adalah untuk melarutkan kandungan gula (sukrosa) yang masih tertinggal dalam ampas secara maksimal tanpa memberatkan pada proses selanjutnya. • Ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah mungkin karena apabila hal itu tercapai berarti proses pemerahan berjalan dengan baik. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 13 Jenis Air Imbibisi • Imbibisi tunggal Pemberian air imbibisi dilakukan hanya pada ampas yang akan masuk pada unit gilingan terakhir. • Imbibisi ganda Pemberian air imbibisi ditujukan pada lebih dari satu unit gilingan. Imbibisi ganda ini ada yang berupa double compound, triple compound, ataupun quadruple compound imbibisi.
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 14
Suhu Panas • Keuntungan mengggunakan air panas • larutan glukosa yang dapat diperah menjadi lebih banyak karena dapat lebih membuka pori-pori pada ampas. • dapat menghambat aktivitas dan membunuh mikroorganisme perusak nira.
• Kerugian dari penggunaan air imbibisi panas adalah:
• melarutkan zat-zat bergetah lilin (pektin) sehingga hasil perahan menjadi kurang bagus. • pengoperasian dan pengontrolan lebih sulit karena adanya penguapan. • kebutuhan air panas (energi) lebih besar. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 15 Suhu Dingin • Keuntungan air imbibisi dingin • tidak melarutkan zat-zat pengotor nira sehingga memudahkan proses pemurnian. • tidak menyulitkan proses penggilingan karena jika temperatur tinggi dapat menyebabkan slip. • Kerugian air imbibisi dingin adalah: • proses pelarutan gula dalam ampas kurang sempurna. • mikroorganisme pengganggu masih aktif.
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 16
Gilingan 1 – Hasil di Penampung A •Nira yang dihasilkan gilingan I disebut NPP (Nira Perahan Pertama) dan dialirkan ke penampung A. •Jumlah penampung nira pada stasiun ini sebanyak 4 buah. •Ampas tebu dari gilingan I dengan kekeringan 41% melalui alat bantu transportasi yaitu intermediate carrier I dialirkan ke gilingan II yang selanjutnya digiling pada gilingan II. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 17 Gilingan 2 – Hasil di Penampung A • Dalam pemerahan agar lebih efisien maka perlu ditambahkan nira imbibisi dari gilingan III. • Nira yang terperah pada gilingan II kemudian dialirkan pada penampung A bercampur dengan nira perahan gilingan I dan dipompa ke saringan DSM • Tujuan penyaringan untuk memisahkan nira yang masih terkontaminasi ampas dan kotoran. • Nira hasil penyaringan selanjutnya dialirkan ke stasiun pemurnian. • Pada saringan DSM ditambahkan susu kapur yang bertujuan untuk mempertahankan kenetralan pH nira mentah. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 18 Gilingan 3 – Hasil di Penampung B • Ampas tebu dari gilingan II dengan kekeringan 44% digiling oleh gilingan III • Ditambahkan nira imbibisi dari gilingan IV. • Nira yang dihasilkan gilingan III ditampung pada penampung B dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan II.
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 19
Gilingan 4 – Hasil di Penampung C • Ampas tebu dari gilingan III dengan kekeringan 47% digiling oleh gilingan IV dan ditambahkan nira imbibisi dari gilingan V. • Nira yang dihasilkan gilingan IV ditampung pada penampung C dan dialirkan menuju gilingan III sebagai nira imbibisi. • Ampas tebu dari gilingan IV dengan kekeringan 50% digiling oleh gilingan V dan ditambahkan air imbibisi dengan temperatur 70 – 80 C yang dipompa dari stasiun penguapan. • Nira yang dihasilkan gilingan V ditampung pada penampung D dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan IV.
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 20
Gilingan 5 – Hasil di Penampung D • Nira yang dihasilkan gilingan V ditampung pada penampung D dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan IV. • Ampas dari gilingan V dengan kekeringan 50% dibawa ke baggase silo separator melalui belt conveyor. • Ampas dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap dimana uapnya digunakan untuk menggerakkan turbin gilingan.
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 21
Kehilangan Gula • Selama proses penggilingan tersebut masih tetap dapat terjadi kehilangan gula atau sakarosa. Kehilangan gula ini kemungkinan disebabkan oleh ❑ masih adanya gula yang tidak dapat diperah dan tertinggal di dalam ampas. ❑ aktivitas mikroorganisme Leuconostoc ❑ kurangnya air imbibisi. ❑ banyaknya kebocoran pada talang nira. ❑ tekanan hidrolik yang rendah pada tiap gilingan ❑ mantel dari rol gilingan banyak yang pecah atau rompal sehingga nira tidak bisa terperah dengan baik. ❑ adanya sudut-sudut mati pada peti nira yang mengakibatkan berkurangnya sirkulasi. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 22 b. Difusi • Terutama digunakan untuk gula bit dan jarang digunakan untuk gula tebu • Tahap pertama adalah penghancuran sel dilanjutkan dengan lixiviation (pencucian) • Proses difusi dilakukan dalam difuser yang diletakkan setelah alat perajang (crusher) • Proses difusi dilakukan secara kontinyu secara counter current • Difusi dapat mengekstrak 97% gula Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 23 Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 24 c. Bagasse •Bagasse dari penggilingan terakhir mengandung 50% air •Bagasse dari proses difusi harus dikeringkan dulu •Bagasse kemudian dipress dan digunakan untuk bahan bakar boiler Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 25 3. Klarifikasi – Pemurnian Nira • Nira dari proses penggilingan atau difusi mengandung 12-18 brix padatan, 10-15% sukrosa, dan kemurnian 70-85% • Nira mengandung sejumlah kecil gula invert dan komponen lain seperti garam, protein, asam amino, dan pH 5,5-6,5 • Klarifikasi terdiri dari • Defekasi • Sufitasi • Karbonatasi Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 26 a.1. Defekasi (Lime Treatment) • Tahap pertama pengolahan adalah defekasi • mencegah inversi sukrosa dengan meningkatkan pH sampai 7,5 dan pemanasan sampai 100C untuk inaktivasi enzim dan mikrob • Peningkatan pH dilakukan dengan penambahan kalsium hidroksida (disebut lime treatment) • Pada tahap ini sebagian suspensi mengendap membentuk garam kalsium • Fosfat ditambahkan jika nira kekurangan fosfat • Tujuannya membentuk garam kalsium fosfat yang mengendap dengan menggumpalkan kotoran Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 27 Jenis Defekasi • Dalam proses defekasi pemurnian nira dilakukan dengan penambahan susu kapur sebagai reagen. • Reaktor untuk proses defekasi ini dinamakan defekator dan didalamnya terdapat pengaduk sehingga larutan yang bereaksi dalam defekator menjadi homogen. • Pemurnian nira dengan cara defekasi dibagi menjadi : • Defekasi Dingin. Pada defekator ditambahkan susu kapur sehingga pH menjadi 7.2 – 7.4. Setelah itu baru nira dipanaskan lalu menuju ke pengendapan. Pada defekasi dingin reaksi antara CaO dengan Phospat lebih lambat, tetapi inversi dapat dikurangi. Karena suhu dingin maka absorbsi bahan bukan gula oleh endapan yang terbentuk lebih jelek dibandingkan defekasi panas. • Defekasi Panas. Nira mentah dari gilingan dipanaskan terlebih dahulu, lalu direaksikan dengan susu kapur. • Defekasi Bertingkat. Susu kapur ditambahkan pada nira dalam keadaan dingin hingga pH 6.5, kemudian nira dipanaskan dan ditambahkan susu kapur lagi hingga pH 7.2 – 7.4. • Defekasi sachharat. Sebagian nira ditambahkan susu kapur sedangkan sebagian yang lain dipanaskan, kemudian dicampur. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 28 a.2. Proses Sulfitasi • Prinsip proses pemurnian ini adalah memproses nira mentah dengan menambahkan susu kapur dan gas SO2. • Susu kapur ditambahkan berlebih kemudian dinetralkan oleh gas SO2. Dengan adanya penambahan reagen tersebut akan timbul endapan yang berfungsi sebagai pengadsorbsi bahan bukan gula. • Beberapa modifikasi dalam proses sulfitasi antara lain : • Sulfitasi asam. Pada proses ini nira yang sudah dipanasi ditambahkan gas SO2 hingga pH 4.0 selanjutnya ditambahkan susu kapur hingga pH 8.5 dan dinetralkan kembali dengan gas SO2 hingga pH 7.2 – 7.4. • Sulfitasi alkalis. Pada proses ini nira ditambahkan susu kapur hingga pH 10.5 kemudian dinetralkan dengan gas SO2. Pertimbangan penggunaan sulfitasi alkalis karena tingginya kadar P2O5. • Sulfitasi netral. Pada proses sulfitasi ini pH nira dalam defekator sekitar 8.5. Pertimbangan melakukan sulfitasi netral adalah seimbangnya kadar P2O5, Fe2O3 dan Al2O3. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 29 a.3. Karbonatasi • Proses karbonatasi adalah pemurnian dengan menambahkan susu kapur berlebihan dan dinetralkan menggunakan gas CO2. Endapan yang terbentuk adalah endapan CaCO3. Ada dua macam modifikasi dalam proses karbonatasi, yaitu : • Karbonatasi tunggal. Pada proses ini proses pencampuran dilakukan dalam satu reaktor. Nira ditambahkan susu kapur berlebih kemudian dinetralkan menggunakan gas CO2. Alkalinitas dijaga antara pH 9 – 10. • Karbonatasi rangkap. Pada dasarnya prosesnya adalah sama dengan karbonatasi tunggal. Tetapi pemberian gas CO2 terbagi, yaitu apabila susu kapur habis alkalinitas dijaga tetap pada pH 10.5 kemudian nira ditapis. Hasil tapisan ini dialiri gas CO2 lagi. Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 30 b. Evaporasi • Nira umumnya mengandung sukrosa 15% dengan kelarutan 72 brix • Kelarutan sukrosa harus mencapai kejenuhan sebelum gula mengkristal • Oleh karena itu, air harus dihilangkan sampai 93% melalui evaporasi • Evaporasi dilakukan secara bertahap sampai 65-68 brix • Nira setelah evaporasi disebut sirup atau stroop • Sirup ini berwarna coklat gelap hampir hitam dan agak keruh Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 31 c. Kristalisasi • Secara tradisional dilakukan dengan sistem batch dari stroop/sirup • Kristalisasi dilakukan dengan menguapkan air pada kondisi vakum melewati kondisi lewat jenuh • Tahap nukleasi terbentuk dan inti kristal dapat ditambahkan dari luar • Tahap kristalisasi dihentikan sampai diperoleh ukuran kristal tertentu • Kristalisasi dilakukan dengan proses pemasakan • Massa nira yang mengandung kristal disebut massecuite Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 32 d. Sentrifugasi •Setelah pemasakan, massecuite kemudian disentrifugasi untuk memisahkan kristal dengan cairan induk •Cairan tanpa kristal setelah sentrifugasi disebut molases atau tetes tebu •Kristal sukrosa yang diperoleh (disebut gula mentah) kemudian dimurnikan Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 33 4. Pemurnian • Gula mentah berwarna gelap dan lengket • Pemurnian ditujukan untuk mendapatkan gula dengan kadar sukrosa dan kualitas tinggi • Hasilnya adalah gula rafinasi dengan warna putih yang diukur dengan ICUMSA (International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis) • ICUMSA gula mentah > 1500 • ICUMSA gula rafinasi < 300 Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 34 a. Affinasi (affination) • Tahap pertama pemurnian • Bertujuan menghilangkan molases dari kristal gula • Dilakukan dengan proses pencucian • Gula mentah dicampur dengan stroop kemudian disentrifugasi
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 35
b. Pelelehan (melting) •Sukrosa dilelehkan dalam air panas dan pH diatur menjadi basa dengan lime treatment •Washed sugar liquor dari melter berwarna lebih coklat dan gelap dibandingkan bahan bakunya
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 36
c. Klarifikasi • Merupakan proses untuk memurnikan gula yang sudah dilelehkan • Meliputi filtrasi, dan defekasi kimiawi (karbonatasi, dan fosfatasi) • Filtasi dilakukan untuk memisahkan kotoran berukuran kecil yang dilakukan dengan proses penyaringan • Defekasi kimiawi dilakukan dengan menambah bahan kimia sehingga terjadi presipitasi atau koagulasi kotoran • Saat ini yang banyak digunakan adalah karbonatasi dan fosfatasi
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 37
Karbonatasi • Karbonatasi dilakukan dengan menambahkan basa dalam jumlah besar • CO2 ditambahkan untuk meningkatkan presipitasi • Endapan dipisahkan dengan penyaringan • Jumlah basa yang ditambahkan 0,4-1,2% dari lelehan gula dan pH diatur sampai 12,6 • Endapan yang terbentuk merupakan kalsium karbonat atau kalsit • Kotoran lain ikut mengendap dengan kalsium karbonat Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 38 Fosfatasi • Pada proses fosfatasi, asam fosfat (food grade) dan basa (lime) ditambahkan secara bersamaan kemudian dicampur • Kadar asam fosfat yang ditambahkan adalah 0,01-0,02% dari lelehan gula • Basa ditambahkan sampai pH 7,8 • Kalsium fosfat mengendap membentuk flok • Kalsium fosfat memerangkap kotoran lebih baik dibandingkan kalsium karbonat • Presipitat akan mengapung dan dengan mudah dipisahkan tanpa perlu proses penyaringan
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 39
d. Penghilangan warna (decolorization) • Warna merupakan parameter mutu utama pada proses pemurnian • Juga merupakan parameter mutu yang membedakan gula mentah dan gula hasil pemurnian • Warna gula terbentuk dari: pigmen tanaman, melanoidin hasil reaksi Maillard, dan karamelisasi akibat degradasi sukrosa • Penghilangan warna dilakukan dengan penjernihan menggunakan adsorben walaupun metode lain juga digunakan (bleaching-type decolorization seperti hipoklorit, sulfit, atau peroksida) • Adsorben yang digunakan adalah karbon Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 40 • Umumnya kotoran yang ada dalam lelehan gula merupakan anion • Saat ini telah dikembangkan penjernihan dengan resin penukar ion (ion exchange) • Sifat anionik juga dapat dihilangkan dengan penambahan kation pengendap • Akan tetapi, adsorpsi dengan karbon masih merupakan prinsip utama penghilangan warna pada gula pasir • Kelemahannya adalah karbon hanya dapat digunakan untuk dua kali penjernihan sehingga biayanya mahal
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 41
Carbon adsorbent • Karbon merupakan adsorben yang umum yang dapat menghilangkan segala kotoran karena selektivitasnya yang rendah • Lelehan gula dikontakkan dengan karbon selama 2-4 jam • Saat ini dikembangkan karbon dalam bentuk granular untuk meningkatkan efektivitas penjernihan karena kapasitas adsorpsinya lebih tinggi dari karbon dalam bentuk serbuk • Cairan hasil penjernihan berwarna lebih muda daripada warna lelehan gula yang belum dijernihkan Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 42 5. Kristalisasi • Lelehan gula yang sudah dicuci, dimurnikan, dan dihilangkan warnanya kemudian dikristalkan kembali • Kristalisasi dilakukan pada kondisi vakum seperti pada proses pengolahan gula mentah • Setelah proses kristalisasi dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan kristal gula dengan cairan • Pengeringan kristal gula dilakukan dengan rotary dryer menggunakan udara panas dan kemudian didinginkan • Conditioning dilakukan untuk menghilangkan air dengan cara membiarkan gula selama 4 hari dan diberi aliran udara
Teti Estiasih - ITP - THP - FTP - UB 43
Tugas – Short Paper •Lakukan analisis: 1. Kontrol proses, dan 2. Parameter yang diukur •Dari proses pengolahan gula mulai pemanenan tebu sampai gula pasir dihasilkan