Anda di halaman 1dari 10

PROSES PEMISAHAN NIRA DAN AMPAS

Pabrik Gula di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem gilingan ( Mill Tandem ) sebagai berikut :

Three Roll Mill + fooding roll ( total 4 roll ) Fourth Roll Mill ( total 4 roll ) Three Roll Mill + pressure feeder ( total 5 roll ) Sixth Roll Mill ( total 6 roll )

Semua jenis sistem di atas bertujuan sama yaitu mendapatkan hasil pemerahan tebu yang semaksimal mungkin. Tetapi pada prinsipnya pemerahan utama terjadi pada tiga roll antara lain :

Rol depan (feeding roll) Rol atas (top roll) Rol belakang (bagasse roll)

Aliran proses yang terjadi di bagian Gilingan telah ditunjukkan pada bagan di atas. Komponen peralatan yang berperan antara lain : Unit Gilingan, merupakan peralatan utama terjadinya proses pemerahan. Macam mill tandem telah tersebut diatas. Turbin Uap ( steam turbine ), merupakan peralatan penggerak roll gilingan Intermediate Carrier ( IMC ), merupakan peralatan transfer ampas antar gilingan Bagasse Elevator ( BE ), merupakan peralatan transfer ampas hasil akhir gilingan dikirim sebagai bahan bakar boiler. Mekanisme kerja gilingan: Gilingan memerah nira dengan jalan memadatkan umpan (ampas). Rol pengumpan (feeding roll)

akan mengatur tebu sedemikian rupa sehingga masuk ke bukaan depan (voor opening) dengan baik. Pada bukaan depan ampas mengalami pemerahan yang pertama. Selanjutnya ampas melewati ampas plate dan masuk ke bukaan belakang (bagasse opening) dan mengalami pemerahan yang kedua. Selanjutnya ampas akan mengalami proses pemerasan di beberapa unit gilingan dengan bukaan depan dan bukaan belakang unit gilingan berikutnya dibuat lebih kecil sebab sebagian nira sudah terperas di gilingan di depannya. Selama ampas dipadatkan maka timbul gaya reaksi dari ampas. Gaya reaksi ini menyebabkan rol gilingan atas (top roll) naik turun tergantung besarnya gaya. Proses naik turunnya rol gilingan atas (top roll) akan mengurangi kemampuan memerah nira pada bukaan depan maupun bukaan belakang. Untuk mengatasi hal tersebut tidak hanya menggunakan gaya berat dari rol gilingan atas saja, melainkan diperlukan gaya tambahan untuk menekan rol gilingan atas sehingga pemadatan ampas dapat sesuai dengan yang direncanakan. Gaya tambahan yang dipakai merupakan suatu sistem tekanan hidrolik dari pompa hidrolik. Pada waktu gilingan bekerja diusahakan jangan sampai terjadi slip. Bila terjadi slip maka ampas yang akan digiling bertumpuk di muka roll gilingan sehingga terjadi slip. Sebaliknya, pengeluaran ampas pada gilingan juga harus lancar sebab kemacetan pengeluaran akan mengakibatkan ampas melimpah keluar gilingan. Alat bantu pada unit gilingan yaitu : Pompa hidrolik Menstabilkan gerakan rol gilingan. Pada top roll dilengkapi dengan alat hidrolik dengan tujuan untuk melawan rol gilingan atas pada saat ada beban dengan menambahkan tekanan, namun jika tekanannya melebihi tekanan optimum 2600 psi 3000 psi maka hidrolik akan pecah. Cara kerjanya menggunakan prinsip pompa piston. Pompa Pelumas Perputaran rol menyebabkan adanya gesekan yang dapat memicu terjadinya panas. Untuk mencegah timbulnya percikan api maka digunakan mesin pendingin pada tiap rol yang dipisahkan dengan bantalan luncur. Mekanisme proses pada stasiun gilingan Proses pengolahan tebu menjadi gula pada stasiun gilingan terbagi menjadi dua tahap yaitu : Perlakuan awal dengan memotong dan mencacah tebu. Menggiling cacahan tebu. Pada perlakuan awal dalam mencacah tebu dengan kapasitas tinggi maka diperlukan pisau tebu yang dapat dioperasikan pada kecepatan tinggi. Pisau tebu I cenderung dipasang dengan arah yang searah dan pisau tebu II dengan arah yang berlawanan. Setelah melewati pisau tebu, hasil potongan tebu melewati unigrator untuk menumbuk tebu hingga halus sehingga mempermudah proses penggilingan. Proses penggilingan tebu diawali dari pengumpanan serat tebu dari main carrier ke gilingan I melalui alat bantu donally chute. Pada gilingan I umpan masuk pada celah di antara roll depan dan roll atas (bukaan depan) setelah melewati feeding roll sebagai rol pengatur umpan, kemudian ampasnya terdorong ke celah antara roll atas dan roll belakang (bukaan belakang) melalui perantara ampas plate. Nira yang dihasilkan gilingan I disebut NPP (Nira Perahan Pertama) dan dialirkan ke penampung A. Jumlah penampung nira pada stasiun ini sebanyak 4 buah. Ampas tebu dari gilingan I dengan kekeringan 41% melalui alat bantu transportasi yaitu

intermediate carrier I dialirkan ke gilingan II yang selanjutnya digiling pada gilingan II. Dalam pemerahan agar lebih efisien maka perlu ditambahkan nira imbibisi dari gilingan III. Nira yang terperah pada gilingan II kemudian dialirkan pada penampung A bercampur dengan nira perahan gilingan I dan dipompa ke saringan DSM untuk memisahkan nira yang masih terkontaminasi ampas dan kotoran. Nira hasil penyaringan selanjutnya dialirkan ke stasiun pemurnian. Pada saringan DSM ditambahkan susu kapur yang bertujuan untuk mempertahankan kenetralan pH nira mentah. Ampas tebu dari gilingan II dengan kekeringan 44% digiling oleh gilingan III dan ditambahkan nira imbibisi dari gilingan IV. Nira yang dihasilkan gilingan III ditampung pada penampung B dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan II. Ampas tebu dari gilingan III dengan kekeringan 47% digiling oleh gilingan IV dan ditambahkan nira imbibisi dari gilingan V. Nira yang dihasilkan gilingan IV ditampung pada penampung C dan dialirkan menuju gilingan III sebagai nira imbibisi. Ampas tebu dari gilingan IV dengan kekeringan 50% digiling oleh gilingan V dan ditambahkan air imbibisi dengan temperatur 70 - 80derajat celcius yang dipompa dari stasiun penguapan. Nira yang dihasilkan gilingan V ditampung pada penampung D dan dialirkan sebagai nira imbibisi menuju gilingan IV. Ampas dari gilingan V dengan kekeringan 50% dibawa ke baggase silo separator melalui belt conveyor. Ampas halus dihembuskan ke mud mixer dengan menggunakan blower. Ampas dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap dimana uapnya digunakan untuk menggerakkan turbin gilingan. Pada tiap unit gilingan terjadi dua kali pemerahan nira. Pemerahan pertama dilakukan top roll (roll atas) dan voor roll (roll depan). Pemerahan kedua dilakukan top roll dan achter roll (roll belakang). Karena digunakan lima unit gilingan, maka diperoleh 10 kali pemerahan. Hasil pemerahan gilingan I merupakan yang terbanyak, kemudian makin ke belakang makin sedikit nira yang dihasilkan. Nira hasil perahan gilingan I dan II dicampur pada penampung A dan campuran ini disebut nira mentah. Selama proses penggilingan tersebut masih tetap dapat terjadi kehilangan gula atau sakarosa. Kehilangan gula ini kemungkinan disebabkan oleh :

masih adanya gula yang tidak dapat diperah dan tertinggal di dalam ampas. aktivitas mikroorganisme Leuconostoc kurangnya air imbibisi. banyaknya kebocoran pada talang nira. tekanan hidrolik yang rendah pada tiap gilingan mantel dari rol gilingan banyak yang pecah atau rompal sehingga nira tidak bisa terperah dengan baik. adanya sudut-sudut mati pada peti nira yang mengakibatkan berkurangnya sirkulasi.

Air Imbibisi Pemberian air maupun campuran nira pada ampas yang akan masuk gilingan II, III, IV, dan V disebut imbibisi. Tujuan pemberian imbibisi adalah untuk melarutkan kandungan gula (sukrosa) yang masih tertinggal dalam ampas secara maksimal tanpa memberatkan pada proses selanjutnya. Ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah mungkin karena apabila hal itu tercapai berarti proses pemerahan berjalan dengan baik. Ada dua sistem pemberian imbibisi, yaitu:

Imbibisi tunggal Pemberian air imbibisi dilakukan hanya pada ampas yang akan masuk pada unit gilingan terakhir. Imbibisi ganda Pemberian air imbibisi ditujukan pada lebih dari satu unit gilingan. Imbibisi ganda ini ada yang berupa double compound, triple compound, ataupun quadruple compound imbibisi.

Dalam penggunaan air imbibisi ada dua macam air imbibisi, yaitu imbibisi panas dan imbibisi dingin. Air imbibisi panas merupakan air imbibisi yang dipompakan ke gilingan V dengan suhu sekitar 70 - 80 derajat Celcius. Air imbibisi dingin merupakan air imbibisi yang berasal dari air sungai yang sudah dijernihkan dan bertemperatur 30 derajat Celcius. Keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan air imbibisi panas pada proses penggilingan adalah :

larutan glukosa yang dapat diperah menjadi lebih banyak karena dapat lebih membuka pori-pori pada ampas. dapat menghambat aktivitas dan membunuh mikroorganisme perusak nira.

Sementara kerugian dari penggunaan air imbibisi panas adalah:


melarutkan zat-zat bergetah lilin (pektin) sehingga hasil perahan menjadi kurang bagus. pengoperasian dan pengontrolan lebih sulit karena adanya penguapan. kebutuhan air panas (energi) lebih besar.

Keuntungan yang diperoleh dengan pemanfaatan air imbibisi dingin pada proses penggilingan adalah :

tidak melarutkan zat-zat pengotor nira sehingga memudahkan proses pemurnian. tidak menyulitkan proses penggilingan karena jika temperatur tinggi dapat menyebabkan slip.

Sementara kerugian dari penggunaan air imbibisi panas adalah:


proses pelarutan gula dalam ampas kurang sempurna. mikroorganisme pengganggu masih aktif.

TEBU MASUK PABRIK GULA


Tahap Persiapan Bahan Pada tahap ini, tebu ( cane ) yang akan di giling dipersiapkan, baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan potensi kandungan gula ( rendemen ) di dalamnya. Sedang dari segi kuantitas, dilihat jumlahnya dengan ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah gula yang akan dihasilkan.

Dari segi kualitas, tebu ( cane ) yang baik adalah secara umum memenuhi 3 persyaratan, antara lain :

1. Manis, berarti tebu yang akan di giling harus memiliki kandungan gula ( rendemen ) yang mencukupi. Besarnya kandungan gula dipengaruhi oleh varietas, sistem tanam, iklim dan tingkat kemasakan pada saat tebang. 2. Bersih, berarti tebu yang akan di giling harus bersih dari kotoran, baik itu kotoran berupa tanah, daun atau akar yang terikut pada saat tebang. 3. Segar, berarti waktu yang diperlukan dari mulai tebu ditebang, masuk pabrik hingga di giling harus secepat mungkin. Karena semakin lama waktunya, kandungan gula dalam tebu juga semakin menurun. Cane preparation. Pada tahap ini tebu yang akan di giling dipersiapkan sehingga mempermudah proses pemisahan air tebu ( nira ) di bagian penggilingan.Peralatan utama ( machine ) yang digunakan pada tahap ini dalam proses produksi gula di Pabrik Gula akan diuraikan sebagai berikut. Transfer / lifter machine, berfungsi untuk transfer tebu dari kendaraan pengangkutnya ( truck atau lori ). Sebagai alatnya ada beberapa jenis mesin yang digunakan di Pabrik Gula, antara lain MRC ( Mono Rail Crane ), OHC ( Over Head Crane ), truck dumper, cane tipler. Kapasitas masing - masing menyesuaikan kapasitas giling ( Mill Capasity ) dari PAbrik Gula, mulai dari SWL ( Safe Working Load ) 10 hingga 25 ton. Cane table, berfungsi untuk transfer dan mengatur jumlah tebu yang akan di giling. Beberapa komponen pada mesin ini, antara lain :

Rantai penggerak yang berfungsi mentransfer tebu menuju conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan transfer yang diinginkan. Sedangkan rantai yang dipakai adalah jenis rantai conveyor ( Conveyor chain ). Spesifikasi disesuaikan dengan mill capasity. Cane leveller yang berfungsi mengatur jumlah tebu yang masuk ke conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan putar yang diinginkan.

Cane Conveyor ( Cane Carrier ), berfungsi untuk mentransfer tebu menuju mesin giling ( milling machine ). Beberapa komponen ( part ) pada mesin ini antara lain :

Slate sebagai tempat jatuhan tebu dan menggerakkannya menuju milling machine. Rantai penggerak, berfungsi untuk menggerakkan slate. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik ( variable speed electric motor ) yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan transfer yang diinginkan. Sedangkan rantai yang dipakai adalah jenis rantai conveyor ( Conveyor chain ) dengan spesial attachment. Spesifikasi disesuaikan dengan mill capasity.

Cane leveller yang berfungsi mengatur ketebalan tebu pada conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan putar yang diinginkan.

Cane Cutter ( cane knife ), berfungsi untuk memotong tebu yang masuk masih dalam bentuk batangan, menjadi potongan yang lebih kecil berukuran 10 - 15 cm. tujuannya untuk memperoleh luas permukaan pemerahan yang lebih besar sehingga air tebu ( nira ) dapat semaksimal mungkin terperah di mill station. Beberapa komponen ( part ) pada mesin ini antara lain :

Cane cutter ( pisau tebu ) terdiri dari, mata pisau ( cutting edge ), tangkai pisau ( disc ) dan disc holder. Bentuk ukuran dan jumlah disesuaikan dengan mill capasity Cane cutter driven dalam hal ini yang sering dipakai adalah steam turbine ( turbin uap ) merupakan penggerak dari cane cutter. Kapasitas turbin uap menyesuaikan kapasitas cane cutter.

Cane shreeder ( cane hammer / unigrator / heavy duty cane shreeder )berfungsi untuk mencacah potongan tebu menjadi serat potongan yang lebih kecil. tujuannya untuk memperoleh luas

permukaan pemerahan yang lebih besar sehingga air tebu ( nira ) dapat semaksimal mungkin terperah di mill station. Beberapa komponen ( part ) pada mesin ini antara lain :

Cane shreeder terdiri dari, mata pisau ( hammer tip), tangkai pisau ( disc ) dan disc holder. Bentuk ukuran dan jumlah disesuaikan dengan mill capasity Cane cutter driven dalam hal ini yang sering dipakai adalah steam turbine ( turbin uap ) merupakan penggerak dari cane cutter. Kapasitas turbin uap menyesuaikan kapasitas cane cutter.

GULA DIOLAH BUKAN DI BUAT


Dalam proses pembuatan gula membutuhkan sumber daya seperti material, energi, tenaga kerja, informasi serta mesin dan peralatan yang terkoordinasi. Peran utama sumber daya mesin dan peralatan yaitu membantu proses produksi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas khususnya pada proses penggilingan di pabrik gula dalam mencapai target produksi. Proses penggilingan merupakan faktor terpenting dalam penentuan efisiensi proses produksi karena menunjukkan banyaknya nira dalam tebu yang terekstraksi untuk diproses menjadi gula pasir. Kondisi proses penggilingan yang efisien ditunjukkan dengan makin banyak nira yang terekstraksi maka makin banyak pula gula pasir yang diproduksi. Proses produksi sangat dipengaruhi oleh sumber daya mesin dan peralatan yang berperan vital sebagai fasilitator terselenggaranya proses pengolahan. Oleh karena itu keandalan dari mesin dan peralatan harus terjaga dengan baik, terutama mesin dan peralatan pada stasiun giling. Menurut Hajek (1988), yang erat hubungannya dengan parameter keandalan adalah faktor pemeliharaan/perawatan, ketersediaan, dan keefektifan. Produksi gula khususnya gula pasir pada pabrik-pabrik gula di Indonesia menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku. Garis besar proses pembuatan gula mulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula kristal terdiri dari lima tahapan proses, yaitu :

Proses pemerahan tebu menjadi nira di bagian / Stasiun Gilingan ( Mill Station ). Proses pengendapan kotoran dari nira di Stasiun Pemurnian ( Purification Station ). Proses pemekatan nira encer menjadi nira jernih di Stasiun Penguapan ( Evaporation Station ). Proses Kristalisasi gula di Stasiun Masakan ( Boiling Station ). Proses Pemisahan kristal gula dari tetes di Stasiun Puteran ( Cetrifuge Station )

Diposkan oleh Ratmanto di 00:49 0 komentar Link ke posting ini

TANTANGAN INDUSTRI GULA


Pabrik Gula akhir - akhir ini menjadi sorotan, bukan karena teknologinya melainkan hal - hal lain diluar itu. Apakah soal harga gula, persaingan harga dengan gula import, gula rafinasi yang berbondongbondong membanjiri pasaran yang menyebabkan harga gula anjlok. Jika ditelaah secara mendalam mungkin hal itu disebabkan oleh kita sendiri, para pengawal industri gula. Oleh karena itu perlu secepatnya dicari solusinya Perlu disadari bersama, teknologi di Pabrik Gula sangat kompleks. Kalo diibaratkan semua disiplin ilmu bisa bermanfaat. KArena itu patut kiranya mulai digunakan teknologi-teknologi terbaru untuk lebih memajukannya.

Mesin dan Peralatan Reprosesing Gula Semut


Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Selain itu terdapat kriteria yang lain, yaitu :

Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan, Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi proyek, Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya.

Dari pertimbangan kualitatif di atas, spesifikasi mesin dan peralatan yang dipilih haruslah yang mendukung teknologi reprosesing. Untuk memilih mesin dan peralatan ini, saran dan pertimbangan dari pihak ahli juga diperlukan dan disertai perhitungan kasar seperti kemampuan pendanaan, biaya produksi, dan kondisi-kondisi lainnya. Tata letak mesin dan bangunan diasumsikan telah ditentukan dan disesuaikan dengan alur proses produksi, sehingga antara mesin satu dan lainnya dibuat secara berurutan sesuai dengan alur produksinya. Mesin-mesin telah ditentukan dengan cermat sesuai dengan penggunaannya agar mempunyai kapasitas produksi berimbang dan demi tercapainya efisiensi arus produksi. Efisiensi mesin dan tenaga kerja sangat penting dilakukan untuk menghindari adanya penimbunan bahanbahan produksi dalam proses produksi pada suatu tahapan tersebut. Jenis mesin dan peralatan yang digunakan untuk pengolahan gula semut seperti pada Tabel dibawah ini .

Tabel Jenis Mesin dan Peralatan yang Digunakan No Nama Mesin/Peralatan 1. Mesin pengaduk Fungsi Kapasitas Jumlah 20 unit

2. Mesin perajang

3. Mesin pengkristal

melarutkan gula kelapa cetak 30 kg dengan cara melarutkannya dalam air yang disertai pemanasan.memasak dan mengaduk larutan gula kelapa sampai kekentalan tertentu. merajang gula kelapa cetak 150 kg/jam sehingga mudah untuk dilarutkan. membentuk butiran-butiran 30 kg (kristal) gula semut.

4 unit

20 unit

4. Pengering kabinet 5.

6.

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

14. 15.

mengeringkan produk gula 1 ton semut. Mesin penyaring 20 menyaring butiran-butiran 200 kg/jam mesh gula semut sehingga diperoleh ukuran yang seragam. Saringan 40 mesh menyaring kotoran pada gula 30 liter kelapa cetak yang telah dilarutkan Timbangan besar menimbang berat gula kelapa 50 kg cetak yang akan diproses. Timbangan kecil menimbang produk gula 2 kg semut Sealer untuk mengemas produk gula semut Bak besar tempat gula semut setelah 50 kg dikeringkan Ember besar tempat penyaringan larutan 20 liter gula kelapa Ember kecil untuk menuangkan air pada 5 liter pemasakan Blender menghaluskan gula semut 0,5 kg yang tidak lolos mesin penyaring Pengaduk kayu (1 m) mengaduk larutan gula saat dimasak Sendok plastik untuk penimbangan dan pengemasan

1 unit 2 unit

20 buah

5 buah 5 buah 3 buah 8 buah 20 buah 15 buah 2 buah

20 buah 10 buah

Anda mungkin juga menyukai